PEMERIKSAAN FISIK
KARDIOVASKULAR
HIYA ULFI MUNIRA
Pembimbing:
dr. Sri Murdiati, Sp.JP-(K)-FIHA
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
DIAGNOSA
INTERVENSI
Anamnesis
Keluhan utama yang sering
dikeluhkan :
1. Dypsnea
2. Wheezing
3. Sianosis
4. Nyeri Dada
5. Edema
6. Sinkop
7. Palpitasi
8. Fatique
9. Klaudikasio
Pemeriksaan Fisik
Ekstremitas : sianosis,
edema, clubbing finger
Kelainan-kelainan pada inspeksi :
Sianosis
TVJ
Edema Pretibialis
2. Palpasi
Palpasi Ictus Cordis, nilai :
• Teraba atau tidak, apakah kuat ?
Frekuensi? kualitas dari pulsasi
yang teraba?
1. Bila kuat, bergeser ke kiri LVH.
2. Bila naik turun pada linea
parasternalis kiri RVH.
• Hitung Heart Rate (HR)
Amati keteraturan iramanya.
• Bandingkan HR dengan nadi, bila
ada perbedaan Atrial Fibrilasi
(AF).
• Periksa adanya Thrill (getaran
iktus kordis murmur
Palpasi Nadi
Perlu diperhatikan hal-hal di bawah ini :
• Frekuensi nadi : 60-100x/menit
• Karakter nadi : Kuat angkat
• Irama nadi : Reguler
• Isi nadi : Penuh
• Bandingkan nadi arteri kanan & kiri
Capillary Revil Time
Tujuan :
Untuk menguji pengisian kapiler
Prosedur pemeriksaan :
Tekanlah dengan kuat ujung jari kemudian lepaskan
dengan cepat. Secara normal, reperfusi terjadi hampir
seketika dengan kembalinya warna pada jari (normal
<2 detik).
Pemeriksaan getaran / Thrill
• Adanya getaran seringkali menunjukkan adanya kelainan katub bawaan atau
penyakit jantung kongenital.
• Disini harus diperhatikan :
– Lokalisasi dari getaran
– Terjadinya getaran : saat systole atau diastole
– Getaran yang lemah akan lebih mudah dipalpasi apabila orang tersebut
melakukan pekerjaan fisik karena frekuensi jantung dan darah akan
mengalir lebih cepat.
– Dengan terabanya getaran maka pada auskultasi nantinya akan terdengar
bising jantung
TekananVena Jugularis ( TVJ)
Tujuan :
Untuk mencerminkan fungsi jangtung bagian kanan
Jenis :
Bising sistolik pada fase sistolik ( antara BJ I – BJ II) :
AS,MI
Bising diastolik pada fase diastolik (antara BJ II – BJ I ):
MS, AI
Deteksi Bruit
Bruits adalah bunyi atau bising yang terdengar didalam pembuluh darah karena
meningkatnya turbulensi.
1. Bruits Karotis
- Meletakkan stetoskop pada arteri carotis
2. Bruits Abdominalis
- Meletakkan stetoskop 2 cm diatas umbilikus
1. Negatif-Negatif
2. Positif-Negatif : Inkompetensi katub vena komunikans terjadi apabila hasil
pemeriksaan positif-negatif, yaitu terjadi pengisian cepat vena perifer saat vena
saphena terbendung. Darah dari vena profunda kembali ke superfisial
(retrograde) melewati katub vena komunikan yang inkompeten
3. Negatif –Positif : Inkompetensi katub vena saphena terjadi apabila hasil
pemeriksaan negatif - positif, yaitu terjadi pengisian lambat vena perifer saat
vena saphena terbendung. Ketika torniquet dilepaskan, Darah dari vena
femoralis kembali ke vena saphena (retrograde) melewati katub vena saphena
yang inkompeten.
4. Positi-Positif
3. Tes Perthes
Tujuan :
Untuk menilai katup sistem vena dalam.
Cara Pemeriksaan :
• Penderita berdiri dan varises terisi penuh
• kemudian torniket karet diikatkan pada distal inguinal sehingga vena
safena magna tertutup
• Lalu penderita diminta berjalan di tempat sehingga kontraksi otot
memompa darah
• Apabila varises berangsur-angsur menghilang, maka katup sistem vena
dalam memadai begitu pula sebaliknya
• Adanya varises sistem vena dalam merupakan kontraindikasi tindakan
bedah pengeluaran varises maupun sklerosis, karena jalan darah
kembali satu-satunya yaitu sistem vena dalam akan tertutup.
4. Uji Homans
Tujuan :
Sebagai kriteria untuk tromboflebitis vena profunda. Pembengkakan betis dijumpai pada
kebanyakan pasien dengan gangguan pada vena popliteal atau femoral, pembengkakan paha
terjadi pada thrombosis iliofemoral.
Cara Pemeriksaan :
• Penekanan ringan pada betis yang nyeri atau dorsifleksi lambat pada pergelangan kaki
dapat menimbulkan nyeri betis pada kira-kira 50% pasien dengan thrombosis vena
femoral. Nyeri yang timbul dengan tehnik ini disebut sebagai tanda Homans positif.
.
5. Ankle Brachial Indeks (ABI)
• Tujuan pemeriksaan :
Untuk menilai fungsi sirkulasi pada arteri perifer.
• Cara pemeriksaan :
Pasien dengan posisi terlentang menggunakan doppler vaskuler dan
sphygmomanometer.
Tekanan sistolik diukur pada kedua lengan dari arteri brachialis dan di arteri
tibialis posterior dan dorsalis pedis pada bagian tungkai kaki masing-masing.
Nilai ABI
Normal : > 0,9
Oklusi ringan : 0,70- 0,90
Oklusi sedang : 0,40-0,69
Oklusi berat : <0,40
Hiperemia reaktif mengacu pada peningkatan ('hiper') aliran darah ('emia') ke suatu
daerah sebagai akibat dari reaksi terhadap iskemia. Oklusi (penyumbatan) ini bisa
berbentuk kekuatan dari luar, seperti tourniquet yang melilit lengan saat
pengambilan darah yang dapat menghambat aliran darah. Kemudian saat Anda
melepaskan oklusi darah mengalir ke daerah tersebut untuk meningkatkan aliran
darah. Tujuannya adalah untuk mengurangi kerusakan lebih lanjut pada jaringan
yang tersumbat. Selama oklusi, sel-sel kekurangan oksigen dan akumulasi
metabolisme yang penting. yang berkurang dengan mensekresikan bahan kimia,
yang disebut vasodilator
7. Uji Postur untuk Insufisiensi Arteri
a. Tes Buerger.
Tujuan :
Untuk menilai insufisiensi arteri ekstremitas bawah
Prosedur pemeriksaan :
• Pasien diminta berbaring telentang.
• Pemeriksa mengangkat tungkai pasien kira-kira 45º di atas tempat tidur.
• Pasien diminta untuk menggerakgerakkan pergelangan kakinya untuk membantu
mengalirkan darah dari sistem vena, sehingga membuat perubahan warna menjadi
lebih jelas.
• Setelah 30 detik, periksalah kepucatan kaki. Pucat ringan adalah normal.
• Setelah itu, pasien diminta duduk dengan menjulurkan kakinya dan pemeriksa
dengan cepat menghitung waktu yang diperlukan untuk kembalinya warna kulit
kaki tersebut.
• Biasanya diperlukan waktu 10 detik untuk kembalinya warna dan 15 detik untuk
mengisi vena superfisial. Perpanjangan waktu berkaitan dengan insufisiensi
arterial, seperti juga timbulnya warna keabuan atau sianotik. Tes ini berguna jika
vena superfisial kompeten.
b. Tes allen
Tujuan :
Untuk menentukan keutuhan arteri ulnaris dan radialis.
Cara pemeriksaan :
• Mula-mula aliran darah pada arteri radialis disumbat dengan ditekan kuat-
kuat oleh pemeriksa.
• Kemudian pasien diminta untuk mengepalkan tangannya kuat-kuat.
• Pasien diminta untuk membuka tinjunya dan warna telapak tangan
diperhatikan.
• Tes ini diulangi dengan menyumbat arteri ulnaris. Pucatnya telapak tangan
selama penekanan satu arteri menunjukkan tersumbatnya aliran arteri lain.
Kesimpulan
Dalam penegakkan diagnosis suatu penyakit seorang
dokter harus dapat menguasai anamnesis yang benar dan
sistematis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
yang sesuai sehingga dapat memberikan intervensi
pengobatan yang sesuai.
TERIMA KASIH