Anda di halaman 1dari 29

1

I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn, A
Umur
: 60 tahun
Alamat
: Rajabasa, Bandar Lampung
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Wiraswasta
Status
: Menikah
Suku Bangsa
: Padang
Tanggal Masuk : 18 September 2015
Di Rawat Ke
: 1, dari Poliklinik.
II. RIWAYAT PENYAKIT
ANAMNESIS
Keluhan Utama

: Nyeri pinggang kiri.

Keluhan Tambahan

: Kesemutan, baal, terasa panas.

Riwayat Penyakit Sekarang

Nyeri pinggang kiri dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. nyeri menjalar
sampai ke paha kiri bagian belakang dan hilang timbul. nyeri disertai
kesemutan, baal dan terasa panas. awalnya nyeri dirasakan disebelah kiri saja,
lama kelamaan ke sebelah kanan sampai menjalar di kedua ujung kaki.
keluhan berkurang saat os beristirahat dan berbaring. Os mengaku jika duduk
lama kemudian berdiri keluhan semakin memberat. Os sulit untuk berjalan.
Os. mengaku sebelumya sering marathon pagi. Riwayat trauma disangkal.
Satu bulan keluhan tak kunjung membaik, Kemudian Os berobat ke poli
penyakit dalam RSPBA, dikarenakan os juga mau kontrol penyakit DM yang
di deritanya. Os.mengaku sudah 15 tahun terkena penyakit DM dan dari
Dokter penyakit dalam menganjurkan untuk di Rontgen vertebrae
lumbosacral, kemudian hasilnya tak tampak ada kelainan. dan Dokter
penyakit dalam memberikan obat analgetik berupa meloxicam, lalu
menyarankan os untuk berenang dan fisioterapi.
9 bulan yang lalu Os. berobat ke Poli Saraf RSPBA dan Dokter Saraf
menganjurkan os untuk melakukan pemeriksaan MRI. Kemudian os.
melakukan MRI di RS.Natar Medika. dari hasil pemeriksaan didapatkan
penonjolan discus intervertebralis pada L3-S1 disertai hernia nucleus

pulposus. dan disarankan oleh dokter untuk dilakukan operasi. Tetapi os tidak
mau dioperasi.
Hari masuk Rumah Sakit os dengan keluhan yang sudah berkurang,
ingin melakukan fisioterapi.
Riwayat Penyakit Dahulu:
- Os mempunyai Riwayat DM 15 tahun yang lalu
Riwayat Penyakit Keluarga:
- Tidak ada yang mengalami keluhan yang sama dengan OS.
- Ayah Os mempunyai riwayat DM
Riwayat Sosial Ekonomi:
Os tinggal dengan istri dan anaknya, os seorang wiraswasta, dan berobat ke
RSPBA ditanggung oleh BPJS.
Riwayat Kebiasaan
Sering duduk lama dan sering marathon pagi.
III.

PEMERIKSAAN FISIK
Status Present :
Keadaan Umum
: Tampak Sakit Ringan
Kesadaran
: Compos Mentis
GCS
: 15
Vital Sign
Tekanan Darah
: 130/70 MmHg
Nadi
: 72x/menit
Respirasi
: 20x/menit
Suhu
: 36,0 C

Status Generalis

Kepala

Bentuk
Rambut
Mata

: Normocephal
: Hitam, lurus
: Sklera anikterik ka/ki, konjungtiva ananemis ka/ki

Telinga

: Normotia ka/ki

Hidung

: Normonasi, secret dan deviasi tidak ada.

Mulut

: Bibir lembab, sianosis tidak ada.

Leher
Pembesaran KGB
Pembesaran Tiroid
JVP
Trachea

: Tidak ada pembesaran


: Tidak ada pembesaran
: Tidak ada peningkatan
: Tidak ada deviasi

Thorax
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Batas kanan atas
Batas kiri atas
Batas kana bawah
Auskultasi
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Ekstermitas
Superior
Inferior

:
: Ictus cordis tidak terlihat
: Ictus cordis tidak teraba
: ICS II linea parasternal dextra
: ICS II linea parasternal sinistra
: ICS IV linea midclavicularis sinistra
: Bj I dan II normal, murmur dan gallop (-)
: Simetris kanan dan kiri, statis, dinamis
: Fremitus suara ka/ki sama
: Sonor kedua lapang paru
: Suara nafas vesikuler ka.ki
: Datar, tidak ada asites.
: Bising usus (+)
: Soepel, hepar dan lien tidak teraba.
: Timpani seluruh lapang abdomen.
: Akral hangat, edem (-), sianosis (-)
: Akral hangat, edem (-), sianosis (-), sulit
berjalan, nyeri, kesemutan dan baal (+).

IV.

PEMERIKSAAN NEUROLOGI
Saraf Kranial
N. Olfactorius ( N.I)
Daya Penciuman Hidung
N. Opticus (II)
Tajam Penglihatan
Lapang Penglihatan
Tes Warna dan Fundus Oculi

Kanan / Kiri
Normosmia
6/6 ODS
Tidak ada penyempitan lapang
pandang
Tidak dilakukan

N. Occulomotorius, N. Trochlearis, N. Trigeminus (III,IV,V)


Kelopak Mata
Ptosis
: Tidak Ada
Endopthalmus
: Tidak Ada
Eksopthalmus
: Tidak Ada
Pupil
Diameter
: 3mm/3mm

Bentuk
: Bulat
Isokor/anisokor
: Isokor
Posisi
:ditengah ,simetris
Refleks Cahaya langsung
: +/+
Refleks Cahaya tidak langsung: +/+
Gerakan Bola Mata
Medial

: +/+

Lateral

: +/+

Superior

: +/+

Inferior

: +/+

Obliqus, superior

: +/+

Obliqus, Inferior

: +/+

Refleks pupil akomodasi

: +/+

Reflex pupil konvergensi

: +/+

N. Trigeminus (N. V)
Sensibilitas
Ramus Oftalmikus : Normal
Ramus Maksilaris
: Normal
Ramus Mandibularis : Normal
Motorik
M. Masseter
: Normal
M. Temporalis
: Normal
M. Ptergoideus
: Normal
Reflek
Reflek Kornea
: +/+
Reflek bersin
: +/+
N. Fascialis (N.VII)
Inspeksi wajah sewaktu
Diam
: Simetris
Tertawa
: Simetris
Meringis
: Simetris
Bersiul
: Simetris
Menutup mata : Simetris
Pasien disuruh untuk mengerutkan dahi: Simetris
Menutup mata kuat-kuat
: Simetris
Mengembangkan pipi
: Simetris
Sensorik
Pengecapan 2/3 lidah
: Tidak dilakukan
N. Acusticus (N. VIII)
N. Cochlearis

Ketajaman pendengaran: Normal


Tinitus
:Tidak Ada
N. Vestibularis
Tes Vertigo
:Tidak Ada
Nistagmus
: Tidak Ada
N. Glossopharyngeus ( N.IX) dan N. Vagus (X)
Suara bindeng/nasal
:Tidak ada
Posisi Uvula
: Ditengah
Palatum Mole
: Simetris
Arcus Palatoglossus
: Simetris
Arcus Pharyngeus
: Simetris
Reflek batuk
: Tidak ada
Reflek muntah
: Tidak ada
Peristaltik usus
: Ada
Bradikardi
: Tidak ada
Takikardi
: Tidak ada
N. Accesorius (N.XI)
M. Sternocleidomastoideus
: Normal
M. Trapezius
: Normal
N. Hipoglossus (N.XII)
Atropi
: Tidak ada
Fasikulasi
: Tidak ada
Deviasi
: Tidak ada
Tanda Perangsangan Selaput Otak
Kaku Kuduk
: Tidak ada
Kernig Test
: Ada ka/ki
Lassegue Test : Ada ka/ki
Brudzinsky I : Tidak ada
Brudzinsky II : Tidak ada
Sistem Motorik
Gerak
Kekuatan Otot
Klonus
Atropi
Refleks Fisiologis
Tonus

Superior ka/ki
Simetris
5/5
Normal
Tidak ada
Bisep +/+
Triceps +/+
Normal

Reflek Patologis

Hoffman Tromner
Babinsky
Chaddock

: -/: -/:-/-

Inferior ka/ki
Simetris
4/4
Normal
Ada
Patella -/Achiles -/Normal

Oppeinheim
:-/ Schaefer
:-/ Gordon
:-/ Gonda
:-/Sensibilitas
Eksteroseptif/ rasa permukaan superior/inferior:
Rasa nyeri
: +/+
Rasa raba
: +/+
Rasa suhu panas
: tidak dilakukan
Rasa suhu dingin
: tidak dilakukan
Propioseptif/rasa dalam
Rasa sikap
: baik
Rasa getar
: baik
Rasa nyeri dalam
: baik
Fungsi kortikal untuk sensibilitas
Asteriognosis
: baik
Grafognosis
: baik
Koordinasi
Tes tunjuk hidung
: baik
Tes pronasi supinasi
: baik
Susunan Saraf Otonom

Miksi
Defekasi

: baik dan lancar


: baik

Fungsi luhur

Fungsi bahasa
Fungsi Orientasi
Fungsi memori
Fungsi emosi

:baik
:baik
:baik
:baik

Tes Tambahan

V.

RESUME

Tes Lasseque
Tes Braggard
Tes Siccard
Tes Patrick

:+
:+
:+
:+

Laki-laki 60 tahun dengan keluhan nyeri pinggang kiri dirasakan sejak


1 tahun yang lalu. nyeri menjalar sampai ke paha kiri bagian belakang dan
hilang timbul. nyeri disertai kesemutan, baal dan terasa panas. awalnya nyeri
dirasakan disebelah kiri saja, lama kelamaan ke sebelah kanan sampai

menjalar di kedua ujung kaki. keluhan berkurang saat os beristirahat dan


berbaring. Os mengaku jika duduk lama kemudian berdiri keluhan semakin
memberat. Os sulit untuk berjalan. Os. mengaku sebelumya sering marathon
pagi. Os kemudian berobat dan di beri obat analgetik namun tidak ada
perubahan. Os sudah melakukan pemeriksaan MRI. dari hasil pemeriksaan
didapatkan penonjolan discus intervertebralis pada lumbal disertai hernia
nucleus pulposus. dan disarankan oleh dokter untuk dilakukan operasi. Tetapi
os tidak mau dioperasi. Os. hanya melakukan fisioterapi dan berenang saja.
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran
: Compos Mentis
GCS
: E4V5M6
Kekuatan otot : 5/5/5/5
Pemeriksaan Fisik
Ekstermitas
Inferior : Akral hangat, edem (-), sianosis (-), sulit berjalan, nyeri,
kesemutan, baal dan terasa panas.
Tes tambahan
Tes Lasseque
:+
Tes Braggard
:+
Tes Siccard
:+
Tes Patrick
:+
VI.

DIAGNOSIS
Klinis : ischialgia bilateral, parasthesia.
Topis : Radiks spinalis segmen L3- S1 bilateral
Etiologi :Hernia Nukleus Pulposus Lumbosacralis.

VII.

DIAGNOSIS BANDING
Hernia Nucleous Pulposus Lumbasacralis
Spondylosis

VIII. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa : Mecobalamin 2x1
Meloxicam 3x1

Fisioterapi
Operatif

IX.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rontgen Vertebrae Lumbosacral Ap Lateral
EMG
MRI

X.

PROGNOSA
Quo Ad Vitam
: Dubia Ad Bonam
Quo Ad Fungsionam : Dubia Ad Bonam
Quo Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi
HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu keluarnya nukleus pulposus dari
diskusmelalui robekan annulus fibrosus hingga keluar ke belakang atau dorsal
menekan medulla spinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan radix spinalis
sehingga menimbulkan gangguan.Hernia Nucelus Pulposus (HNP) adalah suatu
nyeri yang disebabkan oleh proses patologik dikolumna vertebralis pada diskus
intervertebralis (diskogenik) (Harsono, 1996). Herniasi diskus intervertebralis ke
segala arah dapat terjadi akibat trauma atau stress fisik

II. Anatomi Vertebrae


Anatomi tulang belakang perlu diketahui agar dapat ditentukan elemen
yangterganggu pada timbulnya keluhan nyeri punggung bawah.Columna
vertebralis adalah pilar utama tubuh. Merupakan struktur fleksibelyang dibentuk
oleh tulang-tulang tak beraturan, disebut vertebrae.Vertebrae dikelompokkan
sebagai berikut :
- Cervicales (7)
- Thoracicae (12)
- Lumbales (5)
- Sacroles (5, menyatu membentuk sacrum)
- Coccygeae (4, 3 yang bawah biasanya menyatu).
Tulang vertebrae merupakan struktur kompleks yang secara garis besar
terbagi atas 2 bagian.Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus
intervertebralis (sebagai artikulasi), dan ditopang oleh ligamentum longitudinal
anterior dan posterior.Sedangkan bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina,
kanalis vertebralis, serta prosesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat

10

otot penyokong dan pelindung kolumna vertebrale. Bagian posterior vertebrae


antara satu dan lain dihubungkan dengan sendi apofisial (fascet joint).

Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan
tulang rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae
yangdihubungkan satu sama lain oleh diskus fibrokartilago yang disebut
discusinvertebralis dan diperkuat oleh ligamentum longitudinalis anterior dan
ligamentum longitudinalisposterior.
Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna vertebralis.
Diskus ini paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat dimana banyak
terjadi gerakan columna vertebralis, dan berfungsi sebagai sendi dan shock
absorber agar kolumna vertebralis tidak cedera bila terjadi trauma.

11

Diskus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin


CartilagePlate), nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah cair
dari nucleus pulposus, memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat
mengjungkit kedepan dan kebelakang diatas yang lain, seperti pada flexi dan
ekstensi columna vertebralis.

Diskus intervertebralis, baik anulus fibrosus maupun nukleus pulposusnya adalah


bangunan yang tidak peka nyeri.
Stabilitas vertebrae tergantung pada integritas korpus vertebra dan
diskusintervertebralis serta dua jenis jaringan penyokong yaitu ligamentum (pasif)
dan otot(aktif). Untuk menahan beban yang besar terhadap kolumna vertebrale ini
stabilitasdaerah pinggang sangat bergantung pada gerak kontraksi volunter dan
refleks otot-otot sakrospinalis, abdominal, gluteus maksimus, dan hamstring.
Dengan bertambahnya usia, kadar air nukleus pulposus menurun dan
digantioleh fibrokartilago. Sehingga pada usia lanjut, diskus ini tipis dan kurang
lentur, dansukar dibedakan dari anulus. Ligamen longitudinalis posterior di bagian
L5-S1 sangatlemah, sehingga HNP sering terjadi di bagian postero
lateral.Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena:

12

Daerah lumbal, khususn ya daerah L5-S1 mempunyai


t u g a s y a n g b e r a t , y a i t u menyangga berat badan. Diperkirakan 75%

berat badan disangga oleh sendi L5-S1.


Mobilitas daerah lumbal terutama untuk gerak fleksi dan
ekstensi sangat tinggi.Diperkirakan hamper 57% aktivitas fleksi dan

ekstensi tubuh dilakukan pada sendiL5-S1


Lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena
l igamentumlongitudinal posterior hanya separuh menutupi permukaan
posterior diskus. Arahherniasi yang paling sering adalah postero lateral.

III. Patofisiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP :
1. Aliran darah ke diskus berkurang
2. Beban berat
3. Ligamentum longitudinalis posterior menyempit
Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan
nucleus pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel
yang berada di kanalis vertebralis menekan radiks.
Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang
terangsangoleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus
ini akan direspondengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan
menimbulkan persepsinyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang
bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan
dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang
selanjutnya dapat menimbulkan iskemia.
Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan
terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang
diakibatkan lesi primer pada sistem saraf.Iritasi neuropatik pada serabut saraf
dapat menyebabkan 2 kemungkinan:

Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang


kaya nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri

13

inflamasi.Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan

pereganganserabut saraf misalnya karena pergerakan.


Kemungkinan kedua, penekanan mengenaiserabut saraf. Pada kondisi ini
terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion Na
dan ion lainnya.Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot
spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini
merupakan dasar pemeriksaan Laseque.

IV. Etiologi
Hernia nukleus pulposus dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut :
Degenerasi diskus intervertebralis
Trauma minor pada pasien tua dengan degenerasi
Trauma berat atau terjatuh
Mengangkat atau menarik benda berat
1)Riwayat trauma
2)Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban beban berat, duduk,
mengemudidalam waktu lama.
3)Sering membungkuk.
4) Posisi tubuh saat berjalan

14

5) Proses degeneratif (usia 30-50 tahun).


6) Struktur tulang belakang.
7)Kelemahan otot-otot perut, tulang belakang.Jika beban pada discus bertambah,
annulus fibrosus tidak kuat menahan nucleus pulposus (gel) akan keluar, akan
timbul rasa nyeri oleh karena gel yang berada dicanalis vertebralis menekan
radiks.
VI. Faktor Resiko
Faktor risiko yang tidak dapat dirubah :
1
2
3

Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi


Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita
Riawayat cedera punggung atau HNP sebelumnya

Faktor risiko yang dapat dirubah


1. Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau
menarik barang-barang berta, sering membungkuk atau gerakan memutar
pada punggung, latihan fisik yang berat, paparan pada vibrasi yang
konstan seperti supir.
2. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih,
latihan
yang berat dalam jangka waktu yang lama.
3. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan
diskus untuk menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.
4. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat
menyebabkan strain pada punggung bawah.
5. Batuk lama dan berulang
VII. Gejala Klinis
Manifestasi klinis yang timbul tergantung lokasi lumbal yang terkena.
HNP dapat terjadi kesegala arah, tetapi kenyataannya lebih sering hanya pada 2
arah, yang pertama ke arah postero-lateral yang menyebabkan nyeri pinggang,
sciatica, dan gejala dan tanda-tanda sesuai dengan radiks dan saraf mana yang

15

terkena. Berikutnya ke arah postero-sentral menyebabkan nyeri pinggang dan


sindroma kauda equina.
Gejala klinis yang paling sering adalah iskhialgia (nyeri radikuler
sepanjang perjalanan nervus iskhiadikus).Nyeri biasanya bersifat tajam seperti
terbakar dan berdenyut menjalar sampai di bawah lutut. Bila saraf sensorik yang
besar (A beta) terkena akan timbul gejala kesemutan atau rasa tebal sesuai dengan
dermatomnya.Gejala yang sering ditimbulkan akibat ischialgia adalah
Nyeri punggung bawah.
Nyeri daerah bokong.
Rasa kaku atau tertarik pada punggung bawah.
Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum dan dapat disertai baal,
yangdirasakan dari bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai
kaki,tergantung bagian saraf mana yang terjepit.
Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang
berlebihan,terutama banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri dan
berjalan.
Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat,
batuk,bersin akibat bertambahnya tekanan intratekal.
Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan
anggotabadan bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan mengecilnya otot-otot
tungkaibawah dan hilangnya refleks tendon patella (KPR) dan achilles (APR).
Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi,
miksidan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis
yangmemerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi
permanen.
Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk pada
sisi yang sehat.

VIII. Diagnosis

16

-----

Diagnosis ditegakkan berdasarkan amanesis, pemeriksaan klinis umum,

pemeriksaan neurologik dan pemeriksaan penunjang.


1

Anamnesis
- Mula timbul nyeri: apakah didahului trauma atau aktivitas fisik,
-

ataukah spontan.
Sifat nyeri: nyeri tajam, menusuk dan berdenyut sering bersumber dari

sendi, tulang dan ligamen; sedangkan pegal, biasanya berasal dari otot.
Lokasi nyeri: nyeri yang disertai penjalaran ke arah tungkai

menunjukkan
keterlibatan radiks saraf.Hal-hal yang meringankan atau memprovokasi nyeri: bila berkurang
setelah melakukan tirah baring mungkin HNP tetapi bila bertambah,
mungkin disebabkan tumor; bila berkurang setelah berjalan jalan
mungkin tumor dalam kanalis vertebralis; nyeri dan kaku waktu
bangun pagi dan berkurang setelah melakukan gerakan tubuh mungkin
disebabkan spondilitis ankilopoetika; batuk, bersin dan mengejan akan

memprovokasi nyeri pada HNP.


Klaudikasio intermitens dibedakan atas jenis vaskuler dan neurogenik,
jenis neurogenik memperlihatkan pulsasi pembuluh darah perifer yang

normal dan nyeri berkembang menjadi parestesia dan kelumpuhan.


Adanya demam selama beberapa waktu terakhir menyokong adanya

infeksi, misalnya spondilitis.


Nyeri bersifat stasioner mungkin karena gangguan mekanik kronik;
bila progresif mungkin tumor.

Adakah gangguan fungsi miksi dan defekasi, fungsi genitalia.

Nyeri berpindah-pindah dan tidak wajar mungkin nyeri psikogenik.

- Riwayat keluarga dapat dijumpai pada artritis rematoid dan osteoartritis.

Pemeriksaan Fisik umum


Posisi berdiri:

17

Perhatikan cara penderita berdiri dan sikap berdirinya.

Perhatikan bagian belakang tubuh: adakah deformitas, gibus, skoliosis,


lordosis lumbal (normal, mendatar, atau hiperlordosis), pelvis yang
miring
tulang panggul kanan dan kiri tidak sama tinggi, atrofi otot.

Derajat gerakan (range of motion) dan spasmus otot.

Hipersensitif denervasi (piloereksi terhadap hawa dingin).

Palpasi untuk mencari trigger zone, nodus miofasial, nyeri pada sendi
sakroiliaka, dan lain-lain.

Perhatikan cara penderita berjalan/gaya jalannya.

Posisiduduk:

Perhatikan cara penderita duduk dan sikap duduknya.

Perhatikan bagian belakang tubuhnya.

Posisi berbaring :

Perhatikan cara penderita berbaring dan sikap berbaringnya.

Pengukuran panjang ekstremitas inferior.

Pemeriksaan abdomen, rektal, atau urogenital.

Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya


kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological
overlay).

18

Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri


dengan menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan
menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus spinosus sambil melihat

respons pasien.
Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan

(step-off) pada palpasi di tempat/level yang terkena.


Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk

mencari adanya fraktur pada vertebra.


Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.
Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu
berguna pada diagnosis LBP dan juga tidak dapat dipakai untuk
melokalisasi level kelainan, kecuali pada sindroma kauda ekuina atau

adanya neuropati yang bersamaan.


Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4

dan kurang dari L2 dan L3. Refleks tumit predominan dari S1.
Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada
hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor

neuron (UMN).
Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang
berupa UMN atau LMN.

Pemeriksaan neurologik,
a Pemeriksaan sensorik
b Pemeriksaan motorik dicari apakah ada kelemahan, atrofi atau
c
d

fasikulasi otot
Pemeriksaan tendon
Pemeriksaan yang sering dilakukan
- Tes untuk meregangkan saraf ischiadikus (tes laseque, tesbragard,
-

tes Sicard)
Tes untuk menaikkan tekanan intratekal (tes Nafzigger, tes
Valsava)
Tes Patrick dan Tes Contra Patrick
Tes Distraksi dan Tes Kompresi
Tanda-tanda perangsangan meningeal :

19

Tanda Laseque atau modifikasinya yang positif menunjukkan

adanya ketegangan pada saraf spinal khususnya L5 atau S1.


Secara klinis tanda Laseque dilakukan dengan fleksi pada lutut
terlebih dahulu, lalu di panggul sampai 900 lalu dengan perlahanlahan dan graduil dilakukan ekstensi lutut dan gerakan ini akan
menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes yang
positif) dan nyeri akan berkurang bila lutut dalam keadaan fleksi.
Terdapat modifikasi tes ini dengan mengangkat tungkai dengan
lutut dalam keadaan ekstensi (stright leg rising). Modifikasimodifikasi tanda laseque yang lain semua dianggap positif bila
menyebabkan suatu nyeri radikuler. Cara laseque yang
menimbulkan nyeri pada tungkai kontra lateral merupakan tanda

kemungkinan herniasi diskus.


Tanda laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan
nyeri makin besar kemungkinan kompresi radiks sebagai

penyebabnya. Demikian juga dengan tanda laseque kontralateral.


Tanda Laseque adalah tanda pre-operatif yang terbaik untuk suatu
HNP, yang terlihat pada 96,8% dari 2157 pasien yang secara
operatif terbukti menderita HNP dan pada hernia yang besar dan

lengkap tanda ini malahan positif pada 96,8% pasien.


Adanya tanda Laseque lebih menandakan adanya lesi pada L4-5
atau L5-S1 daripada herniasi lain yang lebih tinggi (L1-4), dimana

tes ini hanya positif pada 73,3% penderita.


Harus diketahui bahwa tanda Laseque berhubungan dengan usia
dan tidak begitu sering dijumpai pada penderita yang tua

dibandingkan dengan yang muda (<30 tahun).


Karena tanda Laseque tidak patognomonis untuk suatu HNP, maka
bila tidak dijumpai pada seseorang yang umurnya kurang dari 30

tahun dengan sangat mungkin akan menyingkirkan diagnosis HNP.


Tanda Laseque kontralateral (contralateral Laseque sign)
dilakukan dengan cara yang sama, namun bila tungkai yang tidak
nyeri diangkat akan menimbulkan suatu respons yang positif pada

20

tungkai kontralateral yang sakit dan menunjukkan adanya suatu


-

HNP.
Tanda Laseque terbalik (femoral nerve stretch test / reverse

Laseque sign) :
Tes ini dapat menimbukan nyeri akibat ketegangan saraf yang
mengalami iritasi ataupun kompresi, terutama pada lumbal bagian
tengah dan atas. Bila tes ini positif, maka dicurigai adanya
ketegangan pada radiks L2, L3 atau L4 dan tes ini dilakukan pada
pasien yang terlungkup dengan jalan meng-ekstensikan paha
dimana lutut dalam keadaan fleksi dan bisa juga dilakukan dengan
pasien tidur pada sisi yang sehat dan meluruskan paha yang terkena
dengan lutut dalam keadaan fleksi dan suatu tes yang positif akan

menghasilkan nyeri pada paha medial atau anterior.


Tanda Neri (Neris sign) : bisa ditimbulkan bila pasien
membungkuk ke depan dan dikatakan positif bila akan terjadi
fleksi lutut pada sisi yang terkena.

Pemeriksaan penunjang
a Pemeriksaan neurofisiologi. Terdiri dari: Elektromiografi (EMG)
Bisa mengetahui akar saraf mana yang terkena dan sejauh mana
b

gangguannya, masih dalam tahap iritasi atau tahap kompresi


Somato Sensoric Evoked Potential (SSEP)
Berguna untuk menilai pasien spinal stenosis atau mielopati

c. Myelogram
Berguna untuk menjelaskan ukuran dan lokasidari hernia. Bila
operasi
dipertimbangkan maka myelogram dilakukanuntuk menentukan tingkat
protrusi diskus. Juga digunakan untuk membedakan kompresi radiks dari
neuropati perifer.
d. MRI tulang belakang
Bermanfaat untuk diagnosis kompresi medulla spinalis atau kauda
equina. Alat ini sedikit kurang teliti daripada CT scandalam hal
mengevaluasi gangguan radiks saraf.MRI merupakan standar baku
emas untuk HNP.

21

e. Pemeriksaan Radiologi
-

Foto rontgen tulang belakang. Pada penyakit diskus, foto ini


normal atau memperlihatkan perubahan degeneratif dengan
penyempitan sela invertebrata dan pembentukan osteofit.

f. Myelo-CT untuk melihat lokasi HNP

g. pemeriksaan Laboratorium klinik


h. Pemeriksaan lain,misalnya; biopsi, termografi, zygapophyseal joint
block
(melakukan blok langsung pada sendi yang nyeri atau pada saraf yang
menuju ke sana).
IX. Terapi
Pada prinsipnya penanganan LBP dapat mencakup :
1. Medikamentosa
Pemberian obat anti inflamasi non steroid (OAINS) diperlukan untuk
jangka waktu pendek disertai dengan penjelasan kemungkinan efek

22

samping dan interaksi obat.Tidak dianjurkan penggunaan muscle relaxan


karena memiliki efek depresan.Pada tahap awal, apabila didapati pasien
dengan depresi premorbid atau timbul depresi akibat rasa nyeri,
pemberian anti depresan dianjurkan.Untuk pengobatan simptomatis
lainnya, kadang-kadang memerlukan campuran antara obat analgesik,
antiinflamasi, OAINS, dan penenang.
2. Penanganan operatif
Tindakan operatif pada HNP harus berdasarkan alasan yang kuat yaitu
berupa:
- Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih 4minggu: nyeri berat/
intractable/ menetap/progresif.
- Defisit neurologik memburuk
- Sindroma kauda ekuina. Stenosis kanal; setelah terapi
k o n s e r v a t i f t a k berhasil.
- Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan
neurofisiologik dan radiologi
3. Rehabilitasi Medik
a. High frequency current( HFC CFM)Arus kontinu elektromagnetik
(CEM) berfrekuensi 27MHz dan panjang gelombang 11,06 m, dapat
memberikan efek lokal antara lain :
-

Mempercepat resolusi inflamasi kronik


Mengurangi nyeri
Mengurangi spasme
Meningkatkan ekstensibilitas jaringan fibrous

b. Traksi Mekanik
Traksi merupakan proses mekanik menarik tulang sehingga sendi saling
menjauh.
Efek mekanis traksi pada tulang belakang adalah :
-

Mengulur otot-otot paravertebralis, ligamen dan kapsul sendi


Peregangan terhadap diskus intervertebralis
Peregangan dan penambahan gerakan sendi apofisial pada prosesus

23

artikularis.
Mengurangi nyeri sehingga efek relaksasi akan lebih mudah
diperoleh

c. Bugnet Exercises
Bugnet exercises (terapi tahanan sikap) adalah metode pengobatan
berdasarkan kesanggupan dan kecenderungan manusia untuk
mempertahankan sikap badan melawan kekuatan dari luar. Kemampuan
mempertahankan sikap tubuh melibatkan aktivitas sensomotorik dan
mekanisme refleks sikap.Aktivitas motorik terapi ini bersifat umum yang
diikuti oleh fungsi sensorik untuk bereaksi mempertahankan sikap tubuh.
Tujuan terapi ini:
-

Memelihara dan meningkatkan kualitas postur tubuh dan gerakan

tubuh
Mengoreksi sikap tubuh yang mengalami kelainan
Memelihara dan meningkatkan kekuatan dan kemampuan fisik dan
psikis sehingga tidak mudah lelah melalui perbaikan sirkulasi

darah dan pernafasan.


Mengurangi nyeri

Double knee-to-chest stretchPelvic tilt exercise

Pelvic tilt exercise

Curl-up exercise

24

Lower trunk rotation stretchCurl-up exercise

Alternate arm-leg extension exercise

Alternate leg extension

Trunk flexion stretchAlternate arm-leg extension exercise

Prone Lumbar ExtensionAlternate leg extension

25

Hamstring stretch while standing

3. Pembedahan ; merupakan tindakan yang paling jarang di lakukan. Pada


umumnya dilakukan bila nyeri karena tonjolan discus ( hernia nucleus
pulposus HNP). Bila nyeri tidak teratasi dan kelemahan tungkai
beranjak memburuk, karena tekanan pada saraf.
X. Pencegahan
Latihan Punggung Setiap Hari
1. Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras. Tekukan satu
lutut dan gerakkanlah menuju dada lalu tahan beberapa detik. Kemudian
lakukan lagi pada kaki yang lain. Lakukanlah beberapa kali.
2. Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu luruskanlah ke
lantai. Kencangkanlah perut dan bokong lalu tekanlah punggung ke lantai,
tahanlah beberapa detik kemudian relaks. Ulangi beberapa kali.

26

3. Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berada flat di
lantai. Lakukan sit up parsial,dengan melipatkan tangan di tangan dan
mengangkat bahu setinggi 6 -12 inci dari lantai. Lakukan beberapa kali.

Berhati-Hatilah Saat Mengangkat


1. Gerakanlah tubuh kepada barang yang akan diangkat sebelum
mengangkatnya.
2. Tekukan lutut , bukan punggung, untuk mengangkat benda yang lebih
rendah
3. Peganglah benda dekat perut dan dada
4. Tekukan lagi kaki saat menurunkan benda
5. Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda
Lindungi Punggung Saat Duduk dan Berdiri
1. Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama
2. Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja, pastikan
bahwa lutut sejajar dengan paha. Gunakan alat Bantu (seperti
ganjalan/bantalan kaki) jika memang diperlukan.
3. Jika memang harus berdiri terlalu lama,letakkanlah salah satu kaki pada
bantalan kaki secara bergantian. Berjalanlah sejenak dan mengubah posisi
secara periodic.
4. Tegakkanlah kursi mobil sehingga lutut daapt tertekuk dengan baik tidak
teregang.

27

5. Gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup menyangga pada saat


duduk dikursi
Tetaplah Aktif dan Hidup Sehat
1. Berjalanlah setiap hari dengan menggunakan pakaian yang nyaman dan
sepatu berhak rendah
2. Makanlah makanan seimbang, diit rendah lemak dan banyak
mengkonsumi sayur dan buah untuk mencegah konstipasi.
3. Tidurlah di kasur yang nyaman.
4. Hubungilah petugas kesehatan bila nyeri memburuk atau terjadi trauma.
XI. Prognosis
Dengan operasi 90% perbaikan fungsi secara baik dalam 1 tahun.
Sebagian besar pasien sembuh secara cepat dan tanpa gangguan fungsional.Ratarata 60-70% sembuh dalam 6 minggu, 80-90% dalam 12 minggu. Penyembuhan
setelah 12 minggu berjalan sangat lambat dan tak pasti.
.Dari penelitian Weber, tahun pertama terdapat perbaikan secara signifikan
pada kelompok yangdioperasi dibanding tanpa operasi, namun kedua kelompok
baik dioperasi maupun tidak, padaobservasi tahun ke 4-10 terlihat perbaikan yang
ada tidak berbeda secara signifikan.

28

BAB III
KESIMPULAN
Hernia Nukleus Pulposus merupakan salah satu dari sekian banyak Low
Back Pain akibat proses degeneratif. Penderita penyakit ini sering mengeluh
sakit pinggang yang menjalar ke tungkai bawah terutama pada saat aktifitas
membungkuk (sholat, mencangkul). Penderita mayoritas melakukan suatu
aktifitas mengangkat beban yang berat dan sering membungkuk.
HNP lumbalis paling sering (90%) mengenai diskus intervertebralis L5-S1
dan L4-L5. Biasanya HNP lumbalis akan membaik dalam waktu kira-kira 6
minggu..Terapinya meliputi medikamentosa dan rehabilitasi medik. Terapi
medikamentosa seperti obat AINS untuk pemberian jangka pendek.Prognosisnya
pada sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi
konservatif.

29

DAFTAR PUSTAKA
1. Purwanto ET.Hernia Nukleus Pulposus Lumbalis. Jakarta: Perdossi
2. Putrialthafunnisa, 2010. Rehabilitasi Medik Pada Penderita Hernia Nukleus
Pulposus. In http://putrialthafunnisa.wordpress.com/2010/07/04/rehabilitasimedikpada-penderita-hernia-nukleus-pulposus/
3. Sidharta Priguna, 2004. Beberapa Segi Klinik dan Penatalaksanaan Nyeri
Pinggang Bawah. In :http://www.kalbe.co.id
4. Sidharta Priguna, 2005. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi. Jakarta : PT
Dian Rakyat.

Anda mungkin juga menyukai