Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

“ DE QUERVAIN TENOSYNOVITIS ”

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Penyakit Saraf
RS. Aisiyah Kudus

Disusun Oleh :
Syaema Maulida
H2A019036

Pembimbing:
dr. Ivana Dwi, Sp. S

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
RS AISIYAH KUDUS
2019
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Sindrom De Quervain atau yang disebut dengan de Quervain’s
tenosynovitis adalah suatu bentuk peradangan disertai nyeri dari selaput tendon
yang berada di sarung sinovial, yang menyelubungi otot extensor pollicis brevis
dan otot abductor pollicis longus.1 Sindrom De Quervain pertama kali
dikemukakan oleh dokter ahli bedah dari Swiss, yakni Fritz de Quervain pada
tahun 1895. Tendon dan otot extensor pollicis brevis dan abductor pollicis longus
berfungsi mengontrol posisi, orientasi, pertahanan beban, dan menjaga stabilitas
sendi ibu jari. Pada sindrom De Quervain terjadi penebalan retinakulum ektensor
pada kompartemen dorsal (ektensor) pertama pergelangan tangan, menjadi tiga
hingga empat kali lebih tebal dibandingkan normal.1
Lokasi de Quervain’s syndrome ini adalah pada kompartemen dorsal
pertama pada pergelangan tangan. Kompartemen dorsal pertama pada
pergelangan tangan termasuk di dalamnya adalah tendon otot abduktor pollicis
longus (APL) dan tendon otot ekstensor pollicis brevis (EPB).2 Pasien dengan
kondisi yang seperti ini biasanya datang dengan nyeri pada aspek dorsolateral
dari pergelangan tangannya dengan nyeri yang berasal dari arah ibu jari dan /
atau lengan bawah bagian lateral. Kondisi seperti ini mempunyai respon yang
baik terhadap penanganan non bedah. 3
BAB II
STATUS PENDERITA

A. Identitas Penderita
Nama : Ny. S
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Nganguk Pengakon, Kudus
Agama : Islam
Suku : Jawa
Tanggal Periksa : 16 Agustus 2019

B. Anamnesa
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 16 Agustus
2019 di Ruang Poli Saraf RS. Aisiyah Kudus.
1. Keluhan Utama
Nyeri pada pergelangan tangan kanan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Ny. S usia 55 tahun datang ke Poli Saraf RS. Aisiyah Kudus pada tanggal
16 Agustus 2019 dengan keluhan nyeri pada pergelangan tangan kanan di
daerah dekat ibu jari. Nyeri dirasakan tiba-tiba sejak 2 minggu yang lalu.
Sebelumya pasien mengaku tidak pernah terjatuh atau terbentur pada tangan
kanannya. Pasien hanya mengaku sering menggunakan tangan kanannya
untuk melakukan pekerjaan rumah (menyapu) dan dahulu pekerjaan pasien
adalah seorang penjahit. Pasien belum memeriksakan diri ke dokter
sebelumnya dan tidak meminum obat penghilang nyeri, hanya dipijat-pijat
sendiri, tetapi rasa nyeri tidak berkurang, nyeri dirasakan terus-menerus,
makin lama makin nyeri dengan skala nyeri 4. Rasa sakit bertambah berat
saat pasien menggerakan pergelangan tangan kanan. Pasien merasa
kesakitan jika melakukan aktifitas dengan tangan kanan (menyapu,
mencuci), keluhan dirasakan berkurang jika pergelangan tangannya tidak
digerakkan. Pasien tidak merasakan nyerinya menjalar sampai ke lengan,
tidak mengeluhkan kesemutan dan mati rasa pada jari-jari tangannya, tetapi
terasa kaku dan tebal.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan yang sama : disangkal
Riwayat trauma : disangkal
Riwayat radang sendi : disangkal
Riwayat darah tinggi : disangkal
Riwayat kencing manis : disangkal
Riwayat alergi obat : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan yang sama : disangkal
Riwayat radang sendi : disangkal
Riwayat darah tinggi : disangkal
Riwayat kencing manis : disangkal
5. Riwayat Sosial, Ekonomi, dan Pribadi
Kegiatan sehari-hari pasien mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Biaya
perawatan menggunakan BPJS dengan kesan ekonomi cukup.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : tampak sakit sedang
2. Kesadaran : compos mentis, E4M6V5
3. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah : 130/80 mmHg
b. Frekuensi Nadi : 84 x/menit
c. Frekuensi Nafas : 20 x/menit
d. Suhu : 36°C
4. Status Generalisata
a. Kepala: mesocephal, jejas (-), nyeri tekan (-).
b. Mata: konjungtiva anemis (-/-), pupil bulat isokor, diameter pupil miosis
± 3mm/3mm, refleks pupil direk & indirek (+/+).
c. Hidung: nafas cuping hidung (-/-), sekret (-), bleeding (-/-).
d. Telinga: deformitas (-/-), sekret (-/-), bleeding (-/-), jejas (-/-).
e. Mulut: sianosis (-/-), sekret (-/-), bleeding (-/-), jejas (-/-).
f. Leher: simetris, pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening (-).
a. Thorax
1) Pulmo
Pemeriksaan Depan Belakang
Inspeksi Kanan Gerakan dada simetris kanan dan kiri,
Kiri tidak ada pernafasan tertinggal
Palpasi Kanan Vokal fremitus simetris kanan dan kiri
Kiri ICS : tidak melebar / menyempit
Perkusi Kanan Sonor Sonor
Kiri Sonor Sonor
Auskultasi Kanan Suara dasar vesikuler
Kiri Ronki (-/-), wheezing (-/-)
2) Jantung
(a) Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
(b) Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS V linea midclavicularis
sinistra
(c) Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
(d) Auskultasi : suara jantung I dan II regular, suara tambahan (-)
b. Abdomen
1) Inspeksi : perut tampak datar, ikterik (-)
2) Auskultasi : peristaltik (+) normal
3) Perkusi : Timpani pada region abdomen, pekak hepar (+)
4) Palpasi : nyeri tekan (-), organomegali (-)
c. Ekstremitas
(1) Ekstremitas superior
Kanan Kiri
Deformitas - -
Gerakan Bebas Bebas
Kekuatan 5-5-5 5-5-5
Edema - -
Nyeri - -
Capillary Refill Time < 2 detik < 2 detik
Akral dingin - -
(2) Ekstremitas inferior
Kanan Kiri
Deformitas - -
Gerakan Bebas Bebas
Kekuatan 5-5-5 5-5-5
Edema - -
Nyeri - -
Capillary Refill Time < 2 detik < 2 detik
Akral dingin - -

5. Status Neurologis
a. Kesadaran
1) Kualitatif : compos mentis
2) Kuantitatif : E4M6V5
b. Pemeriksaan Motorik
1) Gerakan : bebas ke segala arah
2) Kekuatan
5,5,5 5,5,5
5,5,5 5,5,5
3) Tonus Otot
Normotoni Normotoni
Normotoni Normotoni

4) Reflek fisiologis
Dextra Sinistra
Biceps (+) (+)
Triceps (+) (+)
Radius (+) (+)
Ulna (+) (+)
Patella (+) (+)
Achiles (+) (+)
5) Reflek patologis
Dextra Sinistra
Babinski (-) (-)
Chaddock (-) (-)
Gordon (-) (-)
Openheim (-) (-)
Schaeffer (-) (-)
Hoffman tromer (-) (-)
a. Pemeriksaan sensorik
1) Eksteroseptif : (+) normal
2) Proprioseptif : (+) normal
3) Diskriminatif : (+) normal
b. Pemeriksaan Nervus Cranialis
1) N. I [Olfactorius]
Dextra Sinistra
Daya pembau Normal Normal
2) N. II [Opticus]
Dextra Sinistra
Tajam penglihatan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lapang pandang Normal Normal
Melihat warna Normal Normal
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
3) N. III [Ocumlomotorius], N. IV [Trochlearis], dan N. VI [Abducens]
Dextra Sinistra
Pergerakan bulbus Normal Normal
Sikap bulbus Sentral Sentral
Strabismus (-) (-)
Nistagmus (-) (-)
Eksoftalmus (-) (-)
Ptosis (-) (-)
Ukuran pupil Diameter ± 3mm Diameter ± 3 mm
Bentuk pupil Bulat, isokor Bulat isokor
Refleks direk (+) (+)
Refleks indirek (+) (+)
Diploplia (-) (-)
4) N. V [Trigeminus]
Dextra Sinistra
Membuka mulut Pasien dapat membuka mulut
Mengunyah Pasien dapat mengunyah
Menggigit Pasien dapat mengigit
Reflek kornea Tidak dilakukan
Sensibilitas muka Normal Normal
5) N. VII [Facialis]
Dextra Sinistra
Mengerutkan dahi Simetris
Mengangkat alis Simetris
Menutup mata + +
Menyeringai Simetris
Mencucu Simetris
Pengecapan lidah 2/3 anterior Tidak dilakukan
Sensibilitas Normal
6) N. VIII [Vestibulocochlearis]
Dextra Sinistra
Detik arloji Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Suara berbisik + +
Tes Webber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Swabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan
7) N. IX [Glossoparyngeus]
HASIL
Pengecapan lidah 1/3 posterior Tidak dilakukan
Refleks muntah Tidak dilakukan
8) N. X [Vagus]
HASIL
Arcus faring Simetris, uvula ditengah
Menelan Normal
Refleks muntah Tidak dilakukan

9) N. XI [Accesorius]
Dextra Sinistra
Mengangkat bahu (+) (+)
Memalingkan kepala (+) (+)
10) N. XII [Hypoglossus]
HASIL
Tremor lidah (-)
Lidah menjulur Simetris
Artikulasi Normal
6. Status Lokalisata
Regio Radialis Dextra
a. Look
Nodul (-), defotmitas (-), luka (-), posisi jari-jari yang tidak normal (-)

b. Feel
Pulsasi arteri radialis teraba (+), nyeri tekan setempat (+), nodul (-),
krepitasi (-), nyeri menjalar (-), penonjolan tulang (-), Sensibilitas (+)
nervus radialis, ulnaris dan medianus dalam batas normal.
c. Move
Gerakan aktif dan pasif digiti I terhambat (+), kelumpuhan daerah
brachioradialis (-), ekstensor wrist dan digitorum (+), fleksi wrist dan
digitorum (+), finkelstein test (+), tinnel sign (-).

D. Resume
Ny. S usia 55 tahun datang ke Poli Saraf RS. Aisiyah Kudus pada
tanggal 16 Agustus 2019 dengan keluhan nyeri pada pergelangan tangan
kanan dekat ibu jari. Nyeri dirasakan tiba-tiba sejak 2 minggu yang lalu.
Sebelumya pasien mengaku tidak pernah terjatuh atau terbentur pada tangan
kanannya. Pasien hanya mengaku sering menggunakan tangan kanannya
untuk melakukan pekerjaan rumah (menyapu) dan dahulu pekerjaan pasien
adalah seorang penjahit. Nyeri dirasakan terus-menerus dengan skala nyeri 4,
bertambah nyeri jika digerakkan. Selain nyeri, ibu jari terasa kaku dan tebal
Dari pemeriksaan fisik status lokalis region radialis dextra didapatkan
nyeri tekan setempat (+), gerakan aktif dan pasif digiti I terhambat (+),
finkelstein test (+).

E. Diagnosis
1. Diagnosis Banding
a. Carpal Tunnel Syndrome: pada carpal tunnel syndrome, nyeri meluas
ke pergelangan tangan.
b. Trigger Tumb: ibu jari tangan terfiksasi dalam keadaan fleksi, teraba
nodul. Tendon yang berfungsi menggerakkan jari mengalami benjolan
(nodul) karena jaringan menyerupai cincin (annulus) yang mengikat
tendon ke tulang mengalami peradangan.
c. Intersection syndrome: tenosynovitis tendon kompartemen dorsal
pertama (tendon otot abductor pollicis longus dan otot extensor
pollicis brevis) sampai ke tendon kompartemen dorsal keduanya (otot
extensor carpi radialis longus dan otot extensor carpi radialis brevis)
dengan gejala nyeri dan inflamasi bagian distal daerah dorsolateral
lengan bawah. Nyeri pada sindrom ini lebih ke arah lateral
2. Diagnosis Kerja
a. Diagnosis Klinis : nyeri pergelangan daerah ibu jari kanan
b. Diagnosis Topis : tendon m.abductor pollicis longus dan tendon
m.extensor pollicis brevis manus dextra
c. Diagnosis Etiologis : Tenosinovitis de Quairvain manus dextra

F. Rencana Awal
a. Masalah : Nyeri pergelangan tangan didaerah ibu jari kanan
b. Assesment : Tenosynovitis de Queirvain
c. Rencana Terapi :
1) Medikamentosa
(a) OAINS : Na diclofenac PO 2x50mg
(b) Neurotropik : Vit B1, B6, B12 PO 1x1 tab
(c) Muscle relaxan: diazepam PO 2x2mg, Eperisone PO 2x1 tab
(d) Antagonis H2: Ranitidine PO 2x150mg
2) Non Medikamentosa
Istirahat, pembatasan aktivitas yang menggunakan pergelangan
tangan, gunakan splint, rujuk spesialis saraf

G. Prognosis
Ad vitam : Ad bonam
Ad fungsionam : Ad bonam
Ad Sanationam : Ad bonam
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi

Tendon adalah penghubung antara tulang dan otot. Tendon ada yang
dibungkus dengan pembungkus tendon (tendon sheath), ada pula yang tidak dan
langsung melekat pada tulang. 4,5

Gambar 1. Tendon dari otot abduktor polisis longus dan otot ekstensor polisis
brevis6

Pergelangan tangan bagian dorsal yang terdiri dari otot-otot ekstensor


dibungkus oleh sebuah retinakulum ekstensor yang berjalan melalui tulang-tulang
karpal. Retinakulum ini terdiri dari jaringan fibrosa. Bagian medial dari
retinakulum ini melekat pada os pisiform dan os hamate sementara bagian
lateralnya melekat pada bagian distal dari os radius. Ada enam kompartemen
jaringan fibrosa yang melalui otot-otot ekstensor ini. Kompartemen ini dipisahkan
satu sama lain oleh jaringan fibrosa. Setiap kompartemen dibungkus oleh tendon
sheath yang berisi cairan sinovial dan semuanya dibungkus oleh retinakulum tadi.
4,5,7

Gambar 2. Retinakulum otot-otot ekstensor, tendon sheath, dan potongan


transversal tendon sheath8

Struktur kompartemen dari radial ke ulnar adalah kompartemen pertama yang


terdiri dari tendon otot ekstensor polisis brevis dan tendon otot abduktor polisis
longus, kompartemen kedua yang terdiri dari tendon otot ekstensor karpi radialis
brevis dan tendon otot ekstensor karpi radialis longus, kompartemen ketiga yaitu
tendon otot ekstensor polisis longus, kompartemen keempat yaitu tendon otot
ekstensor digitorum dan otot ekstensor indicis, kompartemen kelima adalah tendon
otot ekstensor digiti minimi, dan kompartemen keenam adalah tendon otot
4,5,6,7
ekstensor karpi ulnaris.
Gambar 3. Kompartemen pertama sampai kompartemen keenam.6

De Quervain’s syndrome adalah stenosis pada tendon sheath kompartemen


dorsal pertama pergelangan tangan. Kompartemen ini terdiri dari tendon otot
abduktor polisis longus dan otot ekstensor polisis brevis. 7,8,9

Gambar 4. Kompartemen dorsal pertama9


Tendon pada otot ekstensor polisis brevis berfungsi pada pergerakan ekstensi
polluks, sedangkan tendon pada otot abduktor polisis longus berfungsi sebagai
pergerakan abduksi pada polluks. 4,5,7
Di antara kedua tendon ini berjalan cabang dari nervus radialis sebagai
sensoriknya sehingga jika terjadi stenosis pada kompartemen ini akan merangsang
terjadinya nyeri oleh iritasi pada nervus radialis. 4,5

B. Epidemiologi
Angka kejadian di USA untuk penyakit ini relatif, terutama di antara orang-
orang yang menunjukkan aktivitas yang menggunakan tangan berulang-ulang,
seperti pekerja pemasangan bagian-bagian mesin tertentu dan sekretaris.8
Mortalitas tidak berhubungan dengan kondisi penyakit ini. Beberapa
morbiditas yang dilaporkan mungkin terjadi pada pasien dengan riwayat nyeri
progresif di mana berhubungan dengan aktivitas yang memerlukan penggunaan
tangan yang terkena. De Quervain’s syndrome lebih banyak diderita oleh orang
dewasa dibanding pada anak-anak. 8
Hingga saat ini belum ditemukan adanya korelasi yang nyata antara insiden
de Quervain’s syndrome dengan sejumlah ras tertentu. Meskipun penyakit seperti
ini sering dijumpai pada pria dan wanita, tetapi de Quervain’s syndrome
menunjukkan jumlah yang signifikan di mana lebih banyak terjadi pada wanita
dibandingkan pada pria. Beberapa sumber bahkan memperlihatkan rasio yang
sangat tinggi pada wanita dibandingkan pada pria, yaitu 8 : 1. Menariknya, banyak
wanita yang menderita de Quervain’s syndrome selama kehamilannya atau selama
periode postpartum.8

C. Etiologi
Trauma minor yang berulang-ulang umumnya memberikan kontribusi
terhadap perkembangan penyakit de Quervain’s syndrome. Aktivitas-aktivitas
yang mungkin menyebabkan trauma ulangan pada pergelangan tangan termasuk
faktor pekerjaan, tugas-tugas sekretaris, olahraga golf, atau permainan olahraga
yang menggunakan raket. 8
Gambar 5. Tugas-tugas dari seorang sekretaris yang dapat menyebabkan trauma
ulangan pada pergelangan tangan9

Faktor-faktor lain yang mungkin dapat memberikan kontribusi terjadinya de


Quervain’s syndrome antara lain : 8,10,11
1) Trauma akut pada tangan terutama ibu jari.
2) Berhubungan dengan rheumatoid arthritis.
Penyebab yang pasti tidak diketahui, tetapi inflamasi tendon yang terjadi
berhubungan dengan gesekan yang berlebihan / berkepanjangan antara tendon dan
pembungkusnya, terjadi misalnya pada wanita yang pekerjaannya memeras kain. 10

D. Patofisiologi
Kompartemen dorsal pertama pada pergelangan tangan termasuk pembungkus
tendon yang menutupi tendon otot abduktor polisis longus dan tendon otot
ekstensor polisis brevis pada tepi lateral. Inflamasi pada daerah ini umumnya
terlihat pada pasien yang menggunakan tangan dan ibu jarinya untuk kegiatan-
kegiatan yang repetitif. Karena itu, de Quervain’s syndrome dapat terjadi sebagai
hasil dari mikrotrauma kumulatif (repetitif). 8,11
Pada trauma minor yang bersifat repetitif atau penggunaan berlebih pada jari-
jari tangan (overuse) menyebabkan malfungsi dari tendon sheath. Tendon sheath
yang memproduksi cairan sinovial mulai menurun produksi dan kualitas
cairannya. Akibatnya, pada penggunaan jari-jari selanjutnya terjadi pergesekan
otot dengan tendon sheath karena cairan sinovial yang berkurang tadi berfungsi
sebagai lubrikasi. Sehingga terjadi proliferasi jaringan ikat fibrosa yang tampak
sebagai inflamasi dari tendon sheath. Proliferasi ini menyebabkan pergerakan
tendon menjadi terbatas karena jaringan ikat ini memenuhi hampir seluruh tendon
sheath. Terjadilah stenosis atau penyempitan pada tendon sheath tersebut dan hal
ini akan mempengaruhi pergerakan dari kedua otot tadi. Pada kasus-kasus lanjut
akan terjadi perlengketan tendon dengan tendon sheath. Pergesekan otot-otot ini
merangsang nervus yang ada pada kedua otot tadi sehingga terjadi perangsangan
nyeri pada ibu jari bila digerakkan yang sering merupakan keluhan utama pada
8,9
penderita penyakit ini. Pembungkus fibrosa dari tendon abduktor polisis longus
dan ekstensor polisis brevis menebal dan melewati puncak dari prosesus stiloideus
radius. 49,10,11

E. Diagnosis
Kelainan ini sering ditemukan pada wanita umur pertengahan. Gejala yang
timbul berupa nyeri bila menggunakan tangan dan menggerakkan kedua otot
tersebut yaitu bila menggerakkan ibu jari, khususnya tendon otot abduktor polisis
longus dan otot ekstensor polisis brevis. Perlu ditanyakan juga kepada pasien
riwayat terjadinya nyeri. Sebagian pasien akan mengungkapkan riwayat terjadinya
nyeri dengan trauma akut pada ibu jari mereka dan sebagian lainnya tidak
menyadari keluhan ini sampai terjadi nyeri yang lambat laun makin menghebat.
Untuk itu perlu ditanyakan kepada pasien apa pekerjaan mereka karena hal
tersebut akan memberikan kontribusi sebagai onset dari gejala tersebut khususnya
pada pekerjaan yang menggunakan jari-jari tangan. Riwayat penyakit lain seperti
pada rheumatoid arthritis dapat menyebabkan pula deformitas dan kesulitan
menggerakkan ibu jari. Pada kasus-kasus dini, nyeri ini belum disertai edema yang
tampak secara nyata (inspeksi), tapi pada kasus-kasus lanjut tampak edema
terutama pada sisi radial dari polluks. 6,7,8
Gambar 6. Tampak kompartemen dorsal pertama pada daerah stiloid radius
menonjol.8
Pada pemeriksaan fisik, terdapat nyeri tekan pada daerah prosesus stiloideus
radius, kadang-kadang dapat dilihat atau dapat teraba nodul akibat penebalan
pembungkus fibrosa pada sedikit proksimal prosesus stiloideus radius, serta rasa
nyeri pada adduksi pasif dari pergelangan tangan dan ibu jari. Bila tangan dan
seluruh jari-jari dilakukan deviasi ulnar, penderita merasa nyeri oleh karena jepitan
kedua tendo di atas dan disebut uji Finkelstein positif. 8,9,10,11

Gambar 7. Tampak inflamasi pada tendon sheath dari kompartemen dorsal


pertama6

Tanda-tanda klasik yang ditemukan pada de Quervain’s syndrome adalah tes


Finkelstein positif. Cara melakukannya adalah dengan menyuruh pasien untuk
mengepalkan tanganya di mana ibu jari diletakkan di bagian dalam dari jari-jari
lainnya. Si pemeriksa kemudian melakukan deviasi ulnar pasif pada pergelangan
tangan si pasien yang dicurigai di mana dapat menimbulkan keluhan utama berupa
nyeri pergelangan tangan daerah dorsolateral. 8
Gambar 8. Daerah yang nyeri pada de Quervain’s syndrome18

Lakukan tes Finskelstein secara bilateral untuk membandingkan dengan


bagian yang tidak terkena. Hati-hati memeriksa ”the first carpometacarpal (CMC)
6
joint” sebab bagian ini dapat menyebabkan tes Finskelstein positif palsu. Selain
dengan tes Finkelstein harus diperhatikan pula sensorik dari ibu jari, refleks otot-
otot, dan epikondilitis lateral pada tennis elbow untuk melihat sensasi nyeri apakah
primer atau merupakan referred pain. 8,9

Gambar 9. Tes Finkelstein, si pemeriksa melakukan deviasi ulnar pasif pada


pergelangan tangan pasien8

Gambar 10. Tes Finkelstein9


Pemeriksaan laboratorium tidak ada yang spesifik untuk menunjang diagnosis
penyakit ini. Kadang dilakukan pemeriksaan serum untuk melihat adanya faktor
rheumatoid untuk mengetahui penyebab penyakit ini, tetapi hal ini juga tidak
spesifik karena beberapa penyakit lain juga menghasilkan faktor rheumatoid di
dalam darahnya. 7,8
Pemeriksaan radiologik secara umum juga tidak ada yang secara spesifik
menunjang untuk mendiagnosis penyakit ini. Akan tetapi, penemuan terbaru dalam
delapan orang pasien yang dilakukan ultrasonografi dengan transduser 13 MHz
resolusi tinggi diambil potongan aksial dan koronal didapatkan adanya penebalan
dan edema pada tendon sheath. Pada pemeriksaan dengan MRI terlihat adanya
penebalan pada tendon sheath tendon otot ekstensor polisis brevis dan otot
abduktor polisis longus. Pemeriksaan radiologis lainnya hanya dipakai untuk
kasus-kasus trauma akut atau diduga nyeri oleh karena fraktur atau osteonekrosis.
8,9

F. Diagnosis Banding
Yang merupakan diagnosis banding de Quervain’s syndrome adalah sebagai
berikut :7,8,10
1.      Carpal Tunnel Syndrome, di mana pada penyakit ini dirasakan nyeri pada ibu
jari tangan. Nyeri ini tidak hanya dirasakan pada ibu jari tangan, akan tetapi
dapat ke seluruh pergelangan tangan bahkan dapat sampai ke lengan. Carpal
Tunnel Syndrome adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh kompresi
pada nervus medianus akibat inflamasi pada pergelangan tangan. Penyebab
inflamasi dapat karena suatu infeksi, trauma, atau penggunaan berlebihan
pada pergelangan tangan (overuse). Gejala lain pada penyakit ini adalah
adanya rasa panas dan kelemahan pada otot-otot pergelangan tangan.
2.      Osteoarthritis pada persendian di pergelangan tangan.
3. Kienbock disease yaitu osteonekrosis pada os lunate.
4. Intersection syndrome di mana tenosynovitis terjadi pada tendon dari
kompartemen dorsal pertama (tendon otot ekstensor polisis brevis dan otot
abduktor polisis longus) sampai ke tendon dari kompartemen dorsal kedua
(otot ekstensor karpi radialis longus dan otot ekstensor karpi radialis brevis)
dengan gejala nyeri dan inflamasi pada bagian distal pada daerah dorsolateral
dari lengan bawah. Nyeri pada penyakit ini lebih kurang di daerah lateral
dibandingkan pada de Quervain’s syndrome.

Gambar 11. Kompartemen dorsal pertama pergelangan tangan pada daerah


tepi lateral dari snuffbox.3

G. Penatalaksanaan
Pengobatan yang dilakukan adalah dengan terapi konservatif dan intervensi
bedah. Pada terapi konservatif kasus-kasus dini, sebaiknya penderita menghindari
pekerjaan yang menggunakan jari-jari mereka. Hal ini dapat membantu penderita
dengan mengistirahatkan (immobilisasi) kompartemen dorsal pertama pada ibu jari
(polluks) agar edema lebih lanjut dapat dicegah. Idealnya, immobilisasi ini
dilakukan sekitar 4-6 minggu. Kompres dingin pada daerah edema dapat
membantu menurunkan edema (cryotherapy). Jika gejala terus berlanjut dapat
diberikan obat-obat anti inflamasi baik oral maupun injeksi. Beberapa obat oral
dan injeksi yang diberikan sebagai berikut :7,8
1. Nonsteroid anti-inflammatory drug misalnya ibuprofen yang merupakan drug
of choice untuk pasien dengan nyeri sedang. Bekerja sebagai penghambat reaksi
inflamasi dan nyeri dengan jalan menghambat sintesa prostaglandin. Dosis
dewasa 200-800 mg, sedang dosis untuk anak-anak usia 6-12 tahun 4-10
mg/kgBB/hari. Untuk anak > 12 tahun sama dengan dewasa. Adapun kontra
indikasi pemberian obat ini adalah adanya riwayat hipersensitif, ulkus
peptikum, perdarahan gastrointestinal atau perforasi, insufisiensi ginjal, atau
resiko tinggi terjadinya perdarahan. Interaksi obat dengan aspirindapat
meningkatkan efek samping dari obat ini, kombinasi dengan probenesiddapat
meningkatkan konsentrasi obat di dalam darah. Pada pasien-pasien dengan
hipertensi, dapat diberikan kombinasi antara obat ini dengan obat anti hipertensi
seperti captopril, beta blocker, furosemid,dan thiazid. Obat ini tidak aman
diberikan untuk wanita hamil terutama kehamilan pada trimester ketiga
(berpotensi untuk menyebabkan menutupnya duktus arteriosus).
2. Kortikosteroid dapat digunakan sebagai anti inflamasi karena dapat mensupresi
migrasi dari sel-sel polimorfonuklear dan mencegah peningkatan permeabilitas
kapiler. Pada orang dewasa dapat diberikan dosis 20-40 mg metilprednisolon
atau dapat juga diberikan hidrokortison yang dicampur dengan sedikit obat
anestesi lokal misalnya lidokain. Campuran obat ini disuntikkan pada tendon
sheath dari kompartemen dorsal pertama yang terkena. Harus diperhatikan agar
jangan sampai menyuntikkan campuran obat ini langsung pada tendonnya
karena dapat menyebabkan kelemahan pada tendon dan potensial untuk
terjadinya ruptur. Penyuntikan campuran obat ini juga hendaknya dicegah
jangan sampai terlalu superfisial dari jaringan subkutan karena dapat
menyebabkan depigmentasi pada kulit. Untuk pasien-pasien yang menderita
diabetes melitus sebaiknya dilakukan pengontrolan glukosa darah karena
pemberian kortikosteroid lokal dapat menyebabkan peningkatan glukosa darah
sementara.
Pada tahap awal diberikan analgetik atau injeksi lokal kortikosteroid serta
mengistirahatkan pergelangan tangan, tetapi kadang-kadang penyembuhan hanya
bersifat sementara. Operasi dilakukan pada penderita yang resisten atau untuk
meredakan nyeri secara permanen dengan membuka bagian sarung tendon yang
sempit. 6,7
Intervensi bedah diperlukan jika terapi konservatif tidak efektif lagi terutama
pada kasus-kasus lanjut di mana telah terjadi perlengketan pada tendon sheath.
Prosedur operasi yang dilakukan adalah sebagai berikut : 7,8,9
Digunakan anestesi lokal dan turniket. Setelah kulit disterilkan, gunakan
turniket dan infiltrasi kulit pada daerah kompartemen dorsal pertama dengan
menggunakan anestesi lokal secukupnya. Lalu dibuat insisi pada kulit yang mulai
dari dorsal ke volar dalam arah transversal-oblik, sejajar dengan lipatan-lipatan
kulit melewati daerah yang lunak dari kompartemen dorsal pertama. Insisi
longitudinal dianjurkan untuk membuat area yang lebih panjang di mana skar kulit
mungkin saja melekat pada nervus kutaneus dan tendon. Tindakan diseksi tajam
hanya sampai pada lapisan dermis dan tidak sampai ke lapisan lemak subkutaneus,
menjauhi cabang-cabang nervus radialis superfisialis. Setelah menarik tepi kulit,
gunakan diseksi tumpul pada lemak subkutaneus. Kemudian cari dan lindungi
cabang-cabang sensoris dari nervus radialis superfisialis, biasanya terletak di
bagian dalam dari vena-vena superfisialis. Kenali tendon proksimal sampai
penyempitan ligamen dorsal dan tendon sheath, kemudian buka kompartemen
dorsal pertama pada sisi dorsoulnar. Dengan ibu jari yang abduksi dan pergelangan
tangan yang fleksi, angkat tendon otot abduktor polisis longus dan otot ekstensor
polisis brevis dari tempatnya. Jika tendon otot-otot tersebut sulit untuk dibebaskan,
carilah additional “aberrant” tendons dan kompartemen-kompartemen yang
terpisah. Kemudian tutup insisi kulit dan menggunakan balutan dengan tekanan
yang rendah.
Gambar 12. Teknik operasi pada de Quervain’s Syndrome9

H. Prognosis
Prognosis penyakit ini umumnya baik. Pada kasus-kasus dini, biasanya
berespon dengan baik pada terapi konservatif. Sedangkan pada kasus-kasus lanjut
dan tidak memberikan respon yang baik dengan terapi konservatif, dilakukan
tindakan bedah untuk dekompresi pada kompartemen dorsal pertama dari
pergelangan tangan. Umumnya berlangsung dengan baik, morbiditas dapat terjadi
jika terjadi komplikasi pasca operasi misalnya adhesi tendo atau subluksasi volar
tendon. 7,8,9
Pasien dengan de Quervain’s syndrome perlu untuk menghindari aktivitas-
aktivitas repetitif tertentu dari pergelangan tangan atau dari ibu jari hingga
pengobatan yang adekuat tercapai. 8
BAB IV
SIMPULAN

Ny. S usia 55 tahun datang ke Poli Saraf RS. Aisiyah Kudus pada tanggal 16
Agustus 2019 dengan keluhan nyeri pada pergelangan tangan kanan dekat ibu jari.
Nyeri dirasakan tiba-tiba sejak 2 minggu yang lalu. Sebelumya pasien mengaku tidak
pernah terjatuh atau terbentur pada tangan kanannya. Pasien hanya mengaku sering
menggunakan tangan kanannya untuk melakukan pekerjaan rumah (menyapu) dan
dahulu pekerjaan pasien adalah seorang penjahit. Nyeri dirasakan terus-menerus
dengan skala nyeri 4, bertambah nyeri jika digerakkan. Selain nyeri, ibu jari terasa
kaku dan tebal. Dari pemeriksaan fisik status lokalis region radialis dextra didapatkan
nyeri tekan setempat (+), gerakan aktif dan pasif digiti I terhambat (+), finkelstein test
(+).
Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik dapat disimpulkan pasien mengalami de
Quervain’s Syndrome manus dextra.
DAFTAR PUSTAKA

1. Papa JA. Conservative management of de Quervain’s stenosing tenosynovitis: A


case report. JCCA. 2012;56:112-20
2. NN, Biography of Fritz de Quervain, available at
http://www.whonamedit.com/doctor.cfm, 1994-2001.
3. Foye, PM, de Quervain’s Tenosynovitis, available at
http://www.emedicine.com/pmr/topic36.htm, last updated October 13, 2005.
4. Chase, RA, Anatomy in Atlas of Hand Surgery, Stanford University School of
Medicine, W.B. Saunders Company, California, 1973. page : 3-20.
5. Weinsten, SL et all, The Wrist and Hand in Turek’s Orthopaedics, Fifth Edition,
JB Lippincott Company, Philadelphia, 1992. page : 428-30.
6. Wright, PE, Carpal Tunnel, Ulnar Tunnel, and Stenosing Tenosynovitis in
Campbell-Operative Orthopaedics, 10th Edition, 2004. Part XVIII, chapter 73.
7. Gulf, MD, de Quervain’s Disease, available at
http://www.gulfmd.com/deQuervain’sdisease.grd.drt.
8. Polsdorfer, R, de Quervain’s Tenosynovitis, available at
http://healthlibrary.epnet.com, last reviewed November 2011.
9. Pictures of de Quervain’s syndrome available at http://www.google.com.
10. Duckworth, T. , De Quervain’s Teno-Vaginitis in Lectura Notes On
Orthopaedics And Fractures, Second Edition, P G Publishing Pte Ltd, Singapore,
1985. page : 249.
11. Bunnel, S. , Stenosing Tenosynovitis at Radiostyloid Process (de Quervain’s
Disease) in Surgery of The Hand, Third Edition, Pitman Medical Publishing Co.,
LTD, London, 1992. page 774-5.

Anda mungkin juga menyukai