Anda di halaman 1dari 17

SKENARIO 2

Sesosok Mayat Bayi Menggemparkan Warga

Pada suatu hari seseorang petugas sampah menemukan bayi laki – laki di
dalam kardus, kondisi mayat bayi terbungkus kain putih dalam keadaan kotor,
penemuan ini menggemparkan warga. Kemudian ketua RT setempat melaporkan
kepada pihak berwajib dan setelah itu dibawa ke puskesmas terdeka tuntuk
diperiksa. Dari pemeriksaan didapatkan kondisi mayat bayi sudah meninggal
kurang lebih 3 jam yang lalu, PB 50 cm dan BB 2,6 kg, LK 36 cm. terdapat luka
memar disekitar hidung dan mulut serta terdapat cetakan gusi pada selaput lender
mulut, ujung jari di bawah kuku pada anggota gerak atas dan bawah bewarna
kebiruan. Tanda viable komplit, tali pusat sudah terpotong dan terikat benang, dari
hasil penyelidikan akhirnya ditemukan ibu kandung bayi sebagai pelaku
pembunuhan. Pembunuhan dilakukan dengan alasan malu karena belum
melakukan pernikahan yang resmi.

STEP 1 : IDENTIFIKASI ISTILAH

1. Tanda Viabel : Keadaan janin atau bayi yang dapat hidup diluar kandungan
ibunya tanpa bantuan alat yang canggih.1

2. Memar : Suatu jenis cidera pada jaringan tubuh yang menyebabkan aliran
darah dari system kardiovaskuler mengendap pada jaringan.1

STEP 2 : IDENTIFIKASI MASALAH

1. Apa kemungkinan penyebab kematian pada bayi?


2. Bagaimana kemungkinan cara bayi dibunuh?
3. Bagaimana membedakan memar dan lebam pada jenazah?
4. Apa saja tanda-tanda viabel?
5. Bagaimana menentukan bayi hidup atau mati?
STEP 3 : PERUMUSAN MASALAH

1. Kemungkinan terbesar penyebab kematian adalah bayi mengalami asfiksia


mekanik. Asfiksia mekanik yaitu mati lemas yang terjadi bila udara
pernapasan terhalang memasuki saluran pernapasan oleh berbagai
kekerasan. Pada seseorang yang mengalami kematian akibat asfiksia,
makan akan ditemukan tanda-tanda tampak luar :1
a. Sianosis pada bibir, ujung jari dan kuku
b. Warna lebam mayat merah kebiruan gelap dan terbentuk lebih
cepat
c. Terdapat busa halus pada hidung dan mulut
d. Pelebaran pembuluh darah konjungtiva bulbi dan palpebra
e. Tardieu’s spot
Pada pemeriksaan bedah jenazah akan didapatkan :1

a. Darah berwarna lebih gelap dan encer


b. Busa halus pada saluran pernapasan
c. Petekie pada mukosa usus halus, subpleura visceral paru, kulit
kepala sebelah dalam, mukosa epiglottis dan subepiglotis
d. Edema paru
e. Kelainan-kelainan yang berhubungan dengan kekerasan, seperti
fraktur laring dan perdarahan laring
Kekerasan yang dapat dikategorikan sebagai penyebab asfiksia mekanik
yaitu :1

a. Pembekapan (smothering)
b. Penyumbatan (gangging dan chocking)
c. Penjeratan (strangulation)
d. Pencekikan (manual strangulation, throttling)
e. Gantung (hanging)
2. Kemungkinan cara bayi dibunuh adalah dengan cara pembekapan.
Pembekapan adalah penutupan lubang hidung dan mulut yang membuat
pemasukan udara ke paru-paru terhambat sehinngga menimbulkan
kematian akibat asfiksia. Pembunuhan dengan cara pembekapan biasanya
terjadi pada kasus pembunuhan anak sendiri. Pada orang dewasa hanya
terjadi pada orang yang tidak berdaya seperti orang tua, orang sakit berat,
orang dalam pengaruh obat atau minuman keras. Tanda kekerasan yang
mungkin dapat terjadi adalah luka lecet jenis tekan atau geser, goresan
kuku dan luka memar pada ujung hidung, bibir, pipi dan dagu yang
mungkin terjadi akibat korban melawan. Luka memar atau lecet pada
bagian atau permukaan dalam bibir akibat bibir terdorong dan menekan
gigi, gusi dan lidah. Pada bayi hematom cenderung lebih mudah terjadi
karena sifat kulit yang longgar dan masih tipisnya jaringan lemak
subkutan.1

3. Cara membedakan memar dengan lebam jenazah yaitu:1


Memar Lebam
Lokasi Dimana saja Terendah dari jenazah
Pembengkakan + -
Ditekan Tetap Dapat memucat,
menetap pada 8-12 jam
post mortem
Mikroskopik Reaksi jaringan positif Reaksi jaringan negatif
Insisi Bila bekas insisi dialiri Bila bekas insisi dialiri
air, makan penampang air, makan penampang
insisi maka akan tetep insisi akan tampak
berwarna merah bersih
kehitaman.
Tanda Intravital + -
4. Tanda viable yaitu tanda pada bayi yang dapat hidup diluar kandungan ibu
tanpa perawatan khusus. Tanda viabel komplit yaitu:2

a. Telah di kandung ibunya selama paling tidak 28 minggu, dengan


tanda:

- Panjang badan 35 cm atau lebih  pada kasus 50 cm

- Berat badan 1,5 kg atau lebih  pada kasus 2,6 kg

- Jenis kelamin sudah dapat dibedakan meskipun testi pada


bayi laki-laki belum tentu turun kedalam skrotum

- Bulu alis, bulu mata, maupun bulu yang di badan sudah


tumbuh

- Kuku sudah melewati ujung jari  pemeriksaan dengan


cara menggesekkan ujung kuku pada kulit pemeriksa

b. Tidak mempunyai cacat berat, seperti anechepalus


5. Tanda bayi lahir hidup dan lahir mati2

Bayi lahir hidup Bayi lahir mati

- dada sudah mengembang - tidak bernafas ataupun menangis

- tulang iga terlihat lebih datar - tidak ada denyut jantung dan tali
pusat
- sela iga melebar
- tidak ada gerakan otot
- paru memenuhi rongga dada (tepi
permukaan tumpul, tes apung +) - kulit ari terkelupas

- tes histopatologi: alveoli - badan membengkak


mengembang dan di selaputi
- maserasi: pembusukan steril
membrane hialin yang terbentuk
didalam kandungan
karena kontak dengan oksigen
STEP 4 : SKEMA

INFANTICIDE

Definisi dan Pemeriksaan AIK


Aspek medico forensik
Legal

Viabilitas Sebab Kematian Tanda perawatan Px.Lab.Forensik


dan kekerasan

STEP 5: BELAJAR MANDIRI

1. Asfiksia
2. Infanticide
3. Aspek medikolegal
4. Pemeriksaan tersangka
5. AIK

STEP 6 : BELAJAR MANDIRI


STEP 7 : HASIL DIKUSI
1. Asfiksia:
A. Pengertian

• Berhentinya respirasi yang efektif

• Gangguan pertukaran CO2denganO2 (udara pernafasan)


yang mengakibatkan kadar O2darah menurun (hipoksia)
dan disertai peningkatan CO2 (hiperkapnea).

• Kematian terjadi apabila oksigenasi dibawah kebutuhan


minimum3

B. Tipe Asfiksia
• Anoksia anoksik (hipoksia  asfiksia mekanik ) : O2 tdk
dpt mencapai darah sbg akibat < O2 yg msk paru2 hal ini
karena pada saat udara masuk pd sal pernafasan akan
terhalang oleh suatu kekerasan yg bersifat mekanik.
• Anoksia Anemik : darah tidak dapat menyerap O2 krn
hemoglobin dlm darah ↓ / kondisi hemoglobin tidak
normal, ex keracunan CO.
• Anoksia Stagnan : Darah tidak mampu membawa oksigen
ke jaringan. ex embolism, heart failure.
• Anoksia Histotoksik : Jaringan tidak mampu menyerap
oksigen. ex keracunan cyanida.
• Strangulasi :saluran nafas tertutup karena penekanan dari
luar. ex Penjeratan (strangulation by ligature), Gantung
(hanging),Cekik (manual strangulation).
• Sufokasi :Turunnya tekanan oksigen dilingkungan.
• Pembekapan (smoothering) :Lubang hideng dan mulut
tertutup scr bersamaan.
• Penyumpalan (gaging, choking) :saluran nafas tertutup dari
dalam.
• Crush Asphyxia :gerakan nafas terhalang3
C. Gejala atau fase asfiksia
• Dispneu :kekurangan O2 Penumpukan CO2
• Konvulsi :Klonik-Tonik-spasme Epistotonik
• Apneu : Depresi pusat pernafasan –melemah -
Hentinafaskesadaran me↓,relaksasi sfingterkeluar
cairan urin,feses
• Stadium AkhirParalisa pusatpernafasanpernafasan
berhenti.3
D. Tanda-tanda asfiksia
• Sianosispadabibirdanujungjari
• Busa/BuihHalus :Hidung,mulut, sal.nafas
• Kongesti vena : paru, mukosa,
• Edema organ : otak, paru
• Bintik-bintik perdarahan
• Lebam mayat : luas, gelap3

2. Infanticide
a. Definisi
Infanticide atau pembunuhan anak adalah pembunuhan yang
dilakukan oleh seorang ibu dengan atau tanpa bantuan orang lain terhadap
bayinya pada saat dilahirkan atau beberapa saat sesudah dilahirkan, oleh
karena takut diketahui orang lain bahwa ia telah melahirkan anak. Dengan
demikian, pada kasus pembunuhan anak terdapat tiga unsur yang penting,
yaitu:
1) Pelaku haruslah ibu kandung korban.
2) Motif atau alasan pembunuhan adalah karena takut ketahuan telah
melahirkan anak.
3) Pembunuhan dilakukan segera setelah anak dilahirkan atau tidak
beberapa lama kemudian, yang dapat diketahui dari ada tidaknya
tanda-tanda perawatan.4
b. Hal – hal yang harus diperhatikan
Dalam kasus infanticide, hal-hal yang harus ditentukan atau yang perlu
dijelaskan dokter dalam pemeriksaannya adalah:
1) Berapa umur bayi dalam kandungan, apakah sudah cukup bulan
untuk dilahirkan.
2) Apakah bayi lahir hidup atau sudah mati saat dilahirkan.
3) Bila bayi lahir hidup, berapa umur bayi sesudah lahir.
4) Apakah bayi sudah pernah dirawat.
5) Apakah penyebab kematian bayi.
Untuk menjawab kelima hal di atas, diperlukan pemeriksaan yang
lengkap, yaitu pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam (autopsi) pada
tubuh bayi serta bila perlu melakukan pemeriksaan tambahan seperti
pemeriksaan mikroskopis pada jaringan paru (patologi anatomi) dan
pemeriksaan test apung paru.4
c. Pemeriksaan bayi hidup atau mati.
Penentuan apakah seorang anak itu dilahirkan dalam keadaan hidup
atau mati, dapat dilakukan dengan pemeriksaan luar dan pemeriksaan
dalam.
1) Pemeriksaan luar
Pada bayi yang lahir hidup, pada pemeriksaan luar tampak
dada bulat seperti tong. biasanya tali pusat masih melengket ke
perut, berkilat dan licin. Kadang-kadang placenta juga masih
bersatu dengan tali pusat. Warna kulit bayi kemerahan.
2) Pemeriksaan dalam
Insisi pada autopsi sedikit berbeda dengan orang dewasa.
Insisi pada bayi dimulai dari perut agar terlihat letak sekat
rongga dada (diaphragma). Penentuan apakah seorang anak itu
dilahirkan dalam keadaan hidup atau mati, pada dasarnya
adalah sebagai berikut:
o Adanya udara di dalam paru-paru.
o Adanya udara di dalam lambung dan usus,
o Adanya udara di dalam liang telinga bagian tengah, dan
o Adanya makanan di dalam lambung.
Paru-paru yang sudah mengembang karena terisi udara
pernafasan dapat diketahui dari ciri-ciri seperti tersebut di
bawah ini yaitu:
o memenuhi rongga dada sehingga menutupi sebagian
kandung jantung
o berwarna merah unggu atau merah muda, dan tidak
homogen
o memberikan gambaran mozaik atau seperti marmer
karena adanya berbagai tingkatan aerasi atau pengisian
udara dan darah
o tepi paru-paru tumpul
o pada perabaan teraba derik udara (krepitasi), yang bila
perabaan ini dilakukan atas sepotong kecil jaringan paru
yang dibenamkan dalam air akan tampak gelembung-
gelembung udara
o pada pemotongan jaringan paru, bila dipencet terlihat
keluar darah bercampur buih
o pemeriksaan mikroskopik (patologi anatomi) yang hanya
dilakukan pada keadaan tertentu saja (meragukan), akan
memperlihatkan adanya pengelembungan dari alveoli
yang cukup jelas (seperti sarang tawon)
o Untuk menentukan apakah bayi pernah bernafas dapat
dilakukan test hydrostatik atau test apung paru
(docimacia pulmonum hydrostatica), akan memberikan
hasil yang positif. Pemeriksaan ini berdasarkan fakta
bahwa berat jenis paru-paru yang belum bernafas berkisar
antara 1.040 – 1.056, sedangkan paru-paru yang sudah
bernafas 0,940 akibat udara pernafasan telah memasuki
alveoli. Oleh karena itu paru-paru yang belum bernafas
akan tenggelam sedangkan yang sudah bernafas akan
mengapung.
o Pada bayi yang telah mengalami pembusukan lanjut,
pemeriksaan ini tidak berguna lagi. Bila masih baru
mengalami pembusukan, test apung paru ini masih bisa
dipakai, karena udara pembusukan akan keluar bila
jaringan paru-paru ditekan, sedangkan udara pernafasan
dalam alveoli tetap disana, atu hanya sedikit yang keluar.5
d. Tanda-tanda perawatan
Penentuan ada tidaknya tanda-tanda perawatan sangat penting
artinya dalam kasus pembunuhan anak, oleh karena dari sini dapat diduga
apakah kasus yang dihadapi memang benar kasus pembunuhan anak
seperti apa yang dimaksud oleh undang-undang, atau memang kasus lain
yang mengancam hukuman yang berbeda.
Adanya tanda-tanda perawatan menunjukkan telah ada kasih
sayang dari si-ibu dan bila dibunuhnya tidak lagi termasuk kasus
infanticide, tetapi termasuk kasus pembunuhan biasa.
Adapun anak yang baru dilahirkan dan belum mengalami
perawatan dapat diketahui dari tanda-tanda sebagai berikut:
1) Tubuh masih berlumuran darah,
2) Ari-ari (placenta), masih melekat dengan tali pusat dan masih
berhubungan dengan pusar (umbilicus),
3) Bila ari-ari tidak ada, maka ujung tali pusat tampak tidak beraturan,
hal ini dapat diketahui dengan meletakkan ujung tali pusat tersebut
ke permukaan air,
4) Adanya lemak bayi (vernix caseosa), pada daerah dahi serta di
daerah yang mengandung lipatan-lipatan kulit, seperti daerah lipat
ketiak, lipat paha dan bagian belakang bokong.
Pada seorang anak yang telah mendapat perawatan tentunya akan
memberikan gambaran yang jelas, dimana tubuhnya sudah dibersihkan,
tali pusat telah dipotong dan diikat, daerah-daerah lipatan kulit telah
dibersihkan dari lemak bayi dan tidak jarang si-anak telah diberi
pakaian atau pembungkus agar tubuhnya menjadi hangat.5
e. Penyebab kematian bayi
Penyebab kematian bayi dapat diketahui bila dilakukan autopsi,
dari autopsi tersebut dapat ditentukan apakah bayi tersebut lahir mati, mati
secara almiah, akibat kecelakaan atau akibat pembunuhan.
Penyebab kematian alamiah antara lain:
1) Prematuritas.
2) Kelainan kongenital, misalnya: sifilis, jantung.
3) Perdarahan / trauma lahir.
4) Kelainan bentuk / anatomi, misalnya: anecephalus.
5) Kelainan plasenta, misalnya: plasenta previa.
6) Erythroblastosis foetalis dan lain-lain.
Penyebab kematian akibat kecelakaan dapat terjadi di waktu lahir
atau sesudah lahir. Pada waktu proses kelahiran, kematian dapat terjadi
karena partus yang lama, prolaps tali pusat, terlilitnya tali pusat. Beberapa
saat sebelum dilahirkan, misalnya: trauma pada perut ibu hamil akibat
tersepak, jatuh dari tempat yang tinggi, dan lain-lain.
Kematian yang diakibatkan oleh tindakan kriminal atau
pembunuhan, dilakukan dengan mempergunakan kekerasan atau memberi
racun terhadap bayi tersebut. Cara yang digunakan untuk membunuh anak
antara lain:
1) Pembekapan, menutup hidung dan mulut dengan telapak tangan,
menekan dengan bantal, selimut dan lain-lain.
2) Penekanan dada, sehingga mengganggu pergerakan pernafasan.
3) Dengan menjerat leher bayi (strangulasi). Kadang-kadang dengan
memakai tali pusat.
4) Dengan menenggelamkan bayi.
5) Menusuk fontanella, epicanthus mata, ubun-ubun besar, ubun-ubun
kecil, jantung, sumsum tulang dengan menggunakan jarum atau
peniti.
6) Memukul kepala bayi atau melintir kepala bayi.
7) Memberi obat-obatan, seperti: opium, arsen dan lain-lain misalnya
dengan mengoleskan opium di sekitar putting susu, lalu diisap oleh
bayi tersebut.
8) Begitu bayi lahir, dibungkus dan dimasukkan ke dalam kotak
kemudian dibuang.
Cara atau metode yang banyak dijumpai untuk melakukan tindakan
pembunuhan anak adalah cara atau metode yang menimbulkan mati lemas
(asfiksia) seperti: penjeratan, pencekikan dan pembekapan serta
pembenaman ke dalam air. Adapun cara atau metode yang lain seperti
menusuk atau memotong serta melakukan kekerasan dengan benda tumpul
relatif lebih jarang dijumpai.5

3. Dasar Hukum Infanticide


a. KUHP pasal 341 : Seorang ibu yang sengaja menghilangkan jiwa
anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak berapa lama sesudah
dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia sudah melahirkan anak,
dihukum karena bakat mati terhadap anak, dengan hukuman penjara
selama-lamanya 7 tahun.
b. KUHP pasal 342 : Seorang ibu yang dengan sengaja akan
menjalankan keputusan yang diambilnya sebab takut ketahuan bahwa
ia tidak lama lagi akan melahirkan anak, menghilangkan jiwa anaknya
itu pada ketika dilahirkan atau tidak lama kemudian daripada itu,
dihukum karena pembunuhan anak yang direncanakan dengan
hukuman penjara selama-lamanya 9 tahun.
c. KUHP pasal 343 : Bagi orang lain yang turut campur dalam kejahatan
yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 diancam kejahatan itu
sebagai makar mati atau pembunuhan.6

Menelantarkan Bayi diatur dalam :

a. KUHP pasal 305 : Barang siapa menelantarkan anak yang umurnya


belum 7 tahun untuk ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan
maksud untuk melepaskan diri daripadanya, diancam dengan pidana
penjara paling lama 5 tahun 6 bulan.
b. KUHP pasal 306 : (1) jika salah satu perbuatan pasal 304 dan 305 itu
mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama 7 tahun 6 bulan. (2) Jika mengakibatkan kematian,
pidana penjara paling lama 9 tahun.
c. KUHP pasal 308 : Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang
tentang kelahiran anaknya, tidak lama sesudah melahirkan,
menempatkan anaknya untuk ditemukan atau meninggalkannya
dengan maksud untuk melepaskan diri daripadanya, maka maksimal
pidana tersebut dalam pasal 305 dan 306 dikurangi separuhnya.6

Menyembunyikan kelahiran dan kematian anak diatur dalam :

a. KUHP pasal 181 : Barang siapa mengubur, menyembunyikan,


membawa lari atau menghilangkan mayat dengan maksud
menyembunyikan kematian atau kelahirannya, diancam dengan pidana
penjara selama 9 bulan atau pidana denda paling banyak Rp.4.500,00.6

4. Pemeriksaan terhadap Pelaku Pembunuhan Anak Sendiri


Pemeriksaan terhadap wanita yang disangka sebagai ibu dari bayi bersangkutan
bertujuan untuk menentukan apakah wanita tersebut baru melahirkan. Pada
pemeriksaan juga perlu dicatat keadaan jalan lahir untuk menjawab pertanyaan
“Apakah mungkin wanita tersebut mengalami partus presipitatus?”

1. Tanda telah melahirkan anak

a. Robekan baru pada alat kelamin

b. ostium uteri dapat dilewati ujung jari

c. keluar darah dari rahim

d. ukuran rahim = saat post partum setinggi pusat, 6-7 hari post partum
setinggi
tulang kemaluan

e. payudara mengeluarkan air susu

f. hiperpigmentasi aerola mamma


g. striae gravidarum dari warna merah menjadi putih

2. Berapa lama telah melahirkan

a. ukuran rahim kembali ke ukuran semula 2-3 minggu

b. getah nifas : 1-3 hari post partum berwarna merah

4-9 hari post partum berwarna putih

10-14 hari post partum getah nifas habis

c. robekan alat kelamin sembuh dalam 8-10 hari

3. Mencari tanda-tanda partus precipitatus

a. robekan pada alat kelamin

b. inversio uteri (rahim terbalik) yaitu bagian dalam rahim menjadi keluar,
lebih-lebih
bila tali pusat pendek

c. robekan tali pusat anak yang biasanya terdapat pada anak atau pada tempat
lekat tali
pusat. Robekan ini harus tumpul dibuktikan dengan pemeriksaan
histopatologis
d. luka pada kepala bayi menyebabkan perdarahan di bawah kulit kepala,
perdarahan
di dalam tengkorak

Pemeriksaan histopatologi yaitu sisa plasenta dalam darah yang berasal dari
rahim. Upaya membuktikan seorang tersangka ibu sebagai ibu dari anak yang
diperiksa adalah suatu hal yang paling sukar. Beberapa cara dapat digunakan,
yaitu:

1. Mencocokkan waktu partus ibu dengan waktu lahir anak


Si ibu diperiksa, apakah memang baru melahirkan (tinggi fundus uteri, lochia,
kolostrum dan sebagainya). Sedangkan saat lahir si anak dilihat dari usia pasca
lahir ditambah lama kematian.

2. Memeriksa golongan darah ibu dan anak

Hal ini juga sulit karena tidak adanya golongan darah ayah. Ekslusi hanya
dapat ditegakkan bila 2 faktor dominan terdapat bersama-sama pada satu
individu sedang individu lain tidak mempunyai sama sekali. Contohnya adalah
bila golongan AB sedangkan si anak golongan O atau sebaliknya. Penggunaan
banyak jenis golongan darah akan lebih memungkinkan mencapai tujuan, tetapi
oleh karena kendala biaya maka cara ini tidak merupakan prosedur rutin.

3. Pemeriksaan DNA

Cara ini merupakan cara yang canggih dan membutuhkan dana yang besar.4,5

5. AIK
Islam telah mengatur hak-hak anak, salha satu hak mendasar seorang anak adalah
hak untuk hidup. Islam mengharamkan kepada orang tua yang membunuh
anaknya demi melindungi dan menjaga hak-hak tersebut. Ayah dan ibu tidak
boleh merenggut hidupnya sianak baik dengan membunuh ataupun dengan
menanam hidup-hidup. Sesuai dengan firman Allah SWT Surat Al Isra’ ayat 31 :

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah


yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu
sungguh suatu dosa yang besar”.7
DAFTAR PUSTAKA

1. Budiyanto Arif, Sampurna Budi, Sudiono Siswandi, Sidhi, Mun’im Abdul,


et al. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik edisi 1. Jakarta: Bagian Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

2. Dahlan, Sofwan. Ilmu Kedokteran Forensik. Semarang: Badan Penerbit


Fakultas Universitas Diponegoro. 2007.

3. Amir A. Infanticide. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran Forensik. Fakultas


Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan. 1995: 143 – 55.

4. Idries A.M. Infanticide. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi


Pertama. Penerbit Binarupa Aksara. 1997: 256 – 69.

5. Pardjaman. Infanticide. Dalam: Catatan Kuliah Ilmu Kedokteran Forensik.


Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati. Bandar Lampung. 2001: 153-
62

6. KUHP dan KUHAP. Yustiti Publisher : Yogyakarta. 2009.

7. Ali, Zainuddin. Hukum Pidana Islam. Jakarta : Sinar Grafika. 2007.

Anda mungkin juga menyukai