Utami, SpS PEMERIKSAAN BATANG OTAK & SEREBELUM BATANG OTAK Batang Otak di bentuk oleh : 1. Mesencephalon 2. Pons 3. Medula Oblongata
Mesencephalon terdiri dari : pedenculus cerebri tectum Pons terdiri dari : tegmentum basis pontis Medula Oblongata terdiri dari : anterior piramid posterior fasikulus grasilis dan fasikulus kuneatus Jaras batang otak Pemeriksaan Mesencephalon Pemeriksaan Pupil Reflek Cahaya Langsung penderita disuruh memandang jauh, lantas sinar lampu kita jatuhkan pada retina mata yg hendak diperiksa Intepretasi - Pupil cepat mengecil positf - Pupil mengecil lambat lambat - Pupil tdk mengecil sm sekali negatif Reflek cahaya konsensual penderita disuruh melihat jauh, sinar lampu senter kita jatuhkan pada retina mata yg tdk diperiksa Kita perhatikan kontraksi pupil dr bola mata yg tidak disinari lampu
Midposition (3-5 mm) dan refleks cahaya negatif kerusakan mesensefalon (pusat refleks pupil di mesensefalon)
2. Pola pernapasan central neurologic hyperventilation pernapasan dalam dan cepat. Menunjukkan disfungsi tegmentum batang otak bagian atas
Cheyne-Stokes Central Neurologic Hyperventilation Apneusis Cluster & Ataxic Apnea 3. Reflek sefalik dan rangsangan terhadap nyeri a. Refleks Pupil (Mesensefalon) b. Dolls Eye Maneuver c. Refleks okulo-auditorik rangsang suara keras kedipan mata d. Refleks okulo-vestibular meatus akustikus eksternus dirangsang dengan air es Kedua mata melirik ke arah telinga yang diirigasi air dingin batang otak masih utuh Kedua mata tidak bergerak / tidak simetris kerusakan struktural mesensefalon - pons
Posner et al. (2007) Rangsangan Nyeri Rangsangan Nyeri Gerakan abduksi, seakan-akan penderita menghalau rangsangan masih terdapat fungsi hemisfer (high level function). Gerakan adduksi, seakan-akan penderita menjauhi rangsangan (withdrawl) masih terdapat fungsi tingkat bawah Gerakan fleksi lengan dan tungkai terdapat gangguan hemisfer Kedua lengan dan kedua tungkai mengambil posisi ekstensi (rigiditas deserebrasi) gangguan di batang otak.
5. Sindrom di mesencephalon Sindrom Weber (hemiplegia alternans okulomotorii) - hemiplegia di sisi kontralateral - paralisis N.III di sisi homolateral Sindrom Benedict - Paralisis N.III di sisi homolateral - Sisi kontralateral: - hemikhorea - hemiatetosis
Sindrom Claude - Paralisis N.III di sisi homolateral - Hemiataksia d sisi kontralateral - Kadang hemihipestesia di sisi kontralateral
Pemeriksaan di pons 1. Pemeriksaan pupil kedua bola mata berada di tengah - kepala penderita digerakkan ke samping gerakan bola mata ke arah berlawanan (-) dolls eye manouver (-) - pupil sangat kecil bila dilihat dengan kaca pembesar reaksi cahaya (+)
2. Pola pernapasan Apneistik (apneustic) pons disfungsi pons tengah dan bawah dorsolateral
Posner et al. (2007) 5. Sindrom di pons Sindrom Foville - Hemiplegia sisi kontralateral - Deviation Conjugae pontin - Kadang hemihipestesi di sisi kontralateral
Sindrom Raymond-Cestan - Ataksik serebellar homolateral - Hemihipestesi di sisi kontralateral - Proprioseptif kontralateral terganggu
Sindrom Millard-Gubler - Paralisis N.VI & N.VII di sisi homolateral - Hemiplegia di sisi kontralateral
Pemeriksaan di Medula Oblongata 1. Pola pernapasan Ataksik Disfungsi dr pusat pernapasan yaitu formatio retikularis bag medio dorsal medulla oblongata 2. Reaksi sefalik dan rangsangan terhadap nyeri
Posner et al. (2007) Sindrom di medula oblongata Sindrom Pra-Olivar - Hemiplegi di sisi kontralateral - Paralisis N.XII di sisi homolateral - Hemihipestesi di sisi kontralateral
Sindrom Wallenberg (Lateralis) - Hemihipalgesi & hemitermestesia alternans - Lesi N.IX & X di sisi homolateral - Gangguan vestibular - Ataksia di sisi homolateral - Horner yang tidak lengkap di sisi homolateral
Kriteria Mati Batang Otak( kriteria Harvard ) Unresponsive coma Apnea Absence of cephalic reflexes Absence of spinal reflexes Isoelectric electroencephalogram Persistence of conditions for at least 24 hours Absence of drug intoxication or hypothermia SEREBELLUM Anatomi Serebellum Ditinjau dari sudut evolusi, embriologi dan fungsional, maka serebelum dapat dibagi menjadi tiga bagian yang jelas sebagai berikut : 1. Archeoserebelum (archiserebelum). 2. Paleoserebelum. 3. Neoserebelum.
Fungsi Serebellum 1. Feedback ke otak. 2. Koordinasi. 3. Keseimbangan. 4. Tonus
PEMERIKSAAN SEREBELLUM 1. Pemeriksaan Gerak Involunter Tremor Tremor bersifat intensional yaitu tremor yang tampak lebih jelas waktu suatu gerakan berlangsung, atau tremor dapat bersifat terminal yaitu tremor tampak lebih jelas saat gerakan volunteer berakhir.
2. Pemeriksaan tonus otot Tonus otot menurun secara menyeluruh pada gangguan serebelar. Otot-otot menjadi kendor, sehingga sikap tubuh dan anggota gerak dapat difleksikan secara berlebihan diberbagai persendian Sikap tersebut dikenal sebagai sikap hipotonik (istilah lama dikenal dengan asthenia).
Uji menggoyangkan bahu - Pemeriksa meletakkan tangan pada bahu pasien goyangkan bahu ke depan dan belakang ayunan lengan >normal Uji tungkai bergoyang - Pasien duduk di tepi kursi atau tempat tidur dengan tungkai tergantung bebas - Ayunkan kaki dengan arah horizontal - Normal: ayunan tungkai berhenti setelah 6-8 ayunan - Hipotoni: ayunan tungkai >normal
2. Pemeriksaan Koordinasi
Ataxia adalah keadaan dimana seorang penderita yang tidak menunjukkan tanda- tanda kelumpuhan tidak dapat melakukan gerakan-gerakan tertentu dengan tangkas dan tepat
a. Uji telunjuk-hidung b. Uji hidung-jari-hidung c. Uji telunjuk-telunjuk
d. Uji ibu jari kaki-telunjuk Pasien disuruh menyentuh telunjuk pemeriksa dengan ibu jari kakinya scr berulang-ulang.
e. Uji tumit-lutut Penderita menempatkan tumit di atas lutut, tumit bergerak mengikuti krista anterior tibia sampai ibu jari
f. Uji Diadokokinesis Penderita melakukan gerakan pronasi supinasi dgn cepat
g. Asinergi serebelar Penderita tidur terlentang dgn tangan tersilang. Kmd ditugaskan untuk duduk tanpa bantuan lengannya. Bila kedua kaki bergerak ke atas gangguan serebelar
h. Tandem Gait Penderita disuruh berjalan lurus dengan tumit kaki kiri atau kanan diletakkan pada ujung jari kaki kanan atau kiri bergantian penderita akan cenderung jatuh.
3. Fenomena rebound Disebabkan oleh ketidak mampuan untuk mengatur segera dalam mengubah tonus otot.
4. Pemeriksaan Keseimbangan Tes Romberg Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup. Interpretasi : tdk tampak penderita jatuh kesatu sisi
Nystagmus - Mintalah pasien untuk mengikuti gerakan jari pemeriksa dengan kedua matanya. - Gerakan jari keatas, bawah, kanan dan kiri, lalu hentikan gerakan jari pada pada posisi yang dapat dilihat dengan mudah oleh kedua mata pasien
Nistagmus Gaze-evoked nystagmus jelas ketika mata bergerak ke arah sisi lesi dan menghilang jk pandangan di pertahankan ke sisi tersebut. kmdn diarahkan kembali ke garis tengah, dpt terlihat nistagmus dgn arah yg berlawanan ( rebound nystagmus) Nistagmus komplek (opsoklonus) gerakan konjugat mata dg cepat ke berbagai bidang. 4. Disartria Disatria labial : b, p, m Disatria palatal : ch, g Disatria lingual : t, d, l, r Bilamana koordinasi antara gerakan otot-otot pernafasan, otot-otot pita suara dan lidah hilang, maka pengucapan kata-kata dan kalimat terganggu. Artikulasi kata-kata menjadi kurang terang, nada dan irama pembicaraan menunjukkan sifat stakato dan monoton.
5. Gangguan postural dan gait Lesi unilateral di serebelum sikap kepala & badan menyimpang ke arah lesi Pada waktu berdiri tubuh cenderung untuk jatuh ke arah lesi atau bersandar pada sisi lesi Ketika individu berjalan, ia bergerak berputar dengan tiba-tiba dan terhuyung-huyung kearah sisi yang terkena Referensi DeJongs, An Overview of Brainstem and Cranial Nerve Anatomy, The Neurologic Examination, sixth edition, pp. 97- 108
Duus, P. (1996), Serebelum, Diagnosis Topik Neurologi, edisi ke-4 (terjemahan). EGC, pp. 224-227 Lindsay, Kenneth W. Ian Bone, Nistagmus, Neurology and Neurosurgery Illustrated Ngoerah, I.G.N.G. (1991), Lesi di Batang Otak , In DASAR-DASAR ILMU PENYAKIT SARAF, Airlangga University Press, Surabaya, pp. 131-133
Posner, J., B. Saper, C., B., Schiff, N., D,. And Plum, F. 2007. Plum and Posners Diagnosis of Stupor and Coma. Fourth Edition. Oxford University Press. New York.
TERIMA KASIH
Posner et al. (2007) Posner et al. (2007) Posner et al. (2007) Caloric Responses Tes kalori (refleks okulovestibular) Kedua mata melirik ke arah telinga yang diirigasi air dingin batang otak masih utuh Kedua mata tidak bergerak / tidak simetris kerusakan struktural mesensefalon - pons
Posner et al. (2007) Posner et al. (2007) Posner et al. (2007)
PEMERIKSAAN BATANG OTAK Sindrom Pada Batang Otak 1. Sindrom pada mesensefalon Sindrom Weber (hemiplegia alternans okulomotorii) - hemiplegia di sisi kontralateral - paralisis N.III di sisi homolateral Sindrom Benedict - Paralisis N.III di sisi homolateral - Sisi kontralateral: - hemikhorea - hemiatetosis
Sindrom Claude - Paralisis N.III di sisi homolateral - Hemiataksia d sisi kontralateral - Kadang hemihipestesia di sisi kontralateral
2. Sindrom pada pons Sindrom Foville - Hemiplegia sisi kontralateral - Deviation Conjugae pontin - Kadang hemihipestesi di sisi kontralateral Sindrom Raymond-Cestan - Ataksik serebellar homolateral - Hemihipestesi di sisi kontralateral - Proprioseptif kontralateral terganggu
Sindrom Millard-Gubler - Paralisis N.VI & N.VII di sisi homolateral - Hemiplegia di sisi kontralateral
3. Sindrom pada medula oblongata Sindrom Pra-Olivar - Hemiplegi di sisi kontralateral - Paralisis N.XII di sisi homolateral - Hemihipestesi di sisi kontralateral
Sindrom Retro-olivar - Lesi nuklei N.IX, N.X, N.XI, N.XII Sindrom Wallenberg (Lateralis) - Hemihipalgesi & hemitermestesia alternans - Lesi N.IX & X di sisi homolateral - Gangguan vestibular - Ataksia di sisi homolateral - Horner yang tidak lengkap di sisi homolateral Pemeriksaan untuk Menetapkan Letak Proses di Batang Otak
1. Observasi umum 2. Pengamatan pola pernafasan 3. Kelainan pupil 4. Kelainan gerakan dan/atau kedudukan bola mata 5. Reflek Sefalik 6. Reaksi terhadap nyeri
1. Observasi Umum Gerakan otomatik (menelan, membasahi bibir atau menguap) fungsi nukleus yang terletak di batang otak masih baik prognosa relatif baik Terdapat kejat mioklonik multifokal dan berulang kali. Gejala ini biasanya disebabkan oleh gangguan metabolisme sel hemisfer otak Letak lengan dan tungkai - Posisi fleksi gangguan terletak di hemisfer otak. - Posisi ekstensi (rigiditas deserebrasi) gangguan di batang otak dan keadaan sangat serius
2. Pola Pernafasan a) Cheyne-Stokes hemisfer, ganglia basalis b) Central neurogenic hyperventilation tegmentum (batas antara mesensefalon dan pons) c) Apneistik (apneustic) pons d) Ataksik medula oblongata
Cheyne-Stokes Central Neurologic Hyperventilation Apneusis Cluster & Ataxic Apnea 3. Kelainan Pupil Midposition (3-5 mm) dan refleks cahaya negatif kerusakan mesensefalon (pusat refleks pupil di mesensefalon) Refleks pupil normal, refleks kornea dan gerakan bola mata (-) koma metabolik dan obat-obatan seperti barbiturat Dilatasi pupil unilateral dan refleks cahaya negatif menandakan penekanan hernia unkus lobus temporalis serebri, anoksia, keracunan atropin, dan glutetimid Pin point pupil dan refleks cahaya ( + ) disebabkan kerusakan pons seperti infark atau perdarahan, intoksikasi golongan opiat dan pilokarpin
4. Kelainan Gerak/Kedudukan Bola Mata a. Deviasi konjugat kedua mata melirik ke samping, ke arah hemisfer yang terganggu (penderita melihat ke fokus penyakitnya). Besar dan bentuk pupil (N), refleks cahaya (+) kerusakan area 8 lobus frontalis b. Proses di thalamus kedua mata melihat ke hidung. Bila pada penderita diminta untuk melihat ke atas, maka ini tidak dapat dilakukan. Pupil kecil dan tidak menunjukkan refleks terhadap cahaya. Kadang-kadang ada postur tonik atau hemianestesi
c. Proses di pons - kedua bola mata berada di tengah - kepala penderita digerakkan ke samping gerakan bola mata ke arah berlawanan (-) dolls eye manouver (-) - pupil sangat kecil bila dilihat dengan kaca pembesar reaksi cahaya (+) - Ocular bobbing d. Proses di serebelum - penderita mengalami kesulitan untuk melihat ke samping - perdarahan di serebelum peningkatan tekanan intrakranial gangguan N.VI - umumnya pupil normal, baik bentuknya maupun reaksi terhadap cahaya
5. Refleks Sefalik Batang Otak
a. Refleks Pupil (Mesensefalon) b. Dolls Eye Maneuver c. Refleks okulo-auditorik rangsang suara keras kedipan mata d. Refleks okulo-vestibular meatus akustikus eksternus dirangsang dengan air es Kedua mata melirik ke arah telinga yang diirigasi air dingin batang otak masih utuh Kedua mata tidak bergerak / tidak simetris kerusakan struktural mesensefalon - pons
e. Refleks kornea Merangsang kornea dengan kapas halus, akan menyebabkan penutupan kelopak mata
f. Refleks muntah (medula oblongata) Merangsang dinding pharing dengan spatel, akan menyebabkan refleks muntah. Refleks ini akan menghilang pada suatu proses di medula oblongata
6. Reaksi terhadap nyeri Gerakan abduksi, seakan-akan penderita menghalau rangsangan masih terdapat fungsi hemisfer (high level function). Gerakan adduksi, seakan-akan penderita menjauhi rangsangan (withdrawl) masih terdapat fungsi tingkat bawah Gerakan fleksi lengan dan tungkai terdapat gangguan hemisfer Kedua lengan dan kedua tungkai mengambil posisi ekstensi (rigiditas deserebrasi) gangguan di batang otak.
2. Pemeriksaan tonus otot Tonus otot menurun secara menyeluruh pada gangguan serebelar. Otot-otot menjadi kendor, sehingga sikap tubuh dan anggota gerak dapat difleksikan secara berlebihan diberbagai persendian Sikap tersebut dikenal sebagai sikap hipotonik (istilah lama dikenal dengan asthenia).
Uji menggoyangkan bahu - Pemeriksa meletakkan tangan pada bahu pasien goyangkan bahu ke depan dan belakang ayunan lengan >normal Uji tungkai bergoyang - Pasien duduk di tepi kursi atau tempat tidur dengan tungkai tergantung bebas - Ayunkan kaki dengan arah horizontal - Normal: ayunan tungkai berhenti setelah 6-8 ayunan - Hipotoni: ayunan tungkai >normal
Uji reflex tendon pendular - Pasien duduk di tepi kursi atau tempat tidur dengan tungkai tergantung bebas - Ketuk tendon patella refleks tendon menunjukkan sifat pendular
2. Pemeriksaan Koordinasi
Ataxia adalah keadaan dimana seorang penderita yang tidak menunjukkan tanda- tanda kelumpuhan tidak dapat melakukan gerakan-gerakan tertentu dengan tangkas dan tepat
a. Uji telunjuk-hidung b. Uji hidung-jari-hidung c. Uji telunjuk-telunjuk
d. Uji ibu jari kaki-telunjuk Pasien disuruh menyentuh telunjuk pemeriksa dengan ibu jari kakinya scr berulang-ulang.
e. Uji tumit-lutut Penderita menempatkan tumit di atas lutut, tumit bergerak mengikuti krista anterior tibia sampai ibu jari
f. Uji Diadokokinesis Penderita melakukan gerakan pronasi supinasi dgn cepat
g. Asinergi serebelar Penderita tidur dgn tangan tersilang. Kmd ditugaskan untuk duduk tanpa bantuan lengannya. Bila kedua kaki bergerak ke atas gangguan serebelar
h. Tandem Gait Penderita disuruh berjalan lurus dengan tumit kaki kiri atau kanan diletakkan pada ujung jari kaki kanan atau kiri bergantian penderita akan cenderung jatuh.
3. Fenomena rebound Disebabkan oleh ketidak mampuan untuk mengatur segera dalam mengubah tonus otot.
4. Pemeriksaan Keseimbangan Tes Romberg Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup.
4. Disartria Bilamana koordinasi antara gerakan otot-otot pernafasan, otot-otot pita suara dan lidah hilang, maka pengucapan kata-kata dan kalimat terganggu. Artikulasi kata-kata menjadi kurang terang, nada dan irama pembicaraan menunjukkan sifat stakato dan monoton.
5. Gangguan postural dan gait Lesi unilateral di serebelum sikap kepala & badan menyimpang ke arah lesi Pada waktu berdiri tubuh cenderung untuk jatuh ke arah lesi atau bersandar pada sisi lesi Ketika individu berjalan, ia bergerak berputar dengan tiba-tiba dan terhuyung-huyung kearah sisi yang terkena Serebelar (ataksik) / wide base gait