NEUROMUSKULOSKELETAL II
OLEH:
SKILL 2
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
LOOK, FEEL, MOVE PATOLOGIS
Setelah pasien sampai di UGD yang pertama kali harus dilakukan adalah
mengamankan dan mengaplikasikan prinsip ABCDE (Airway, Breathing,
Circulation, Disability Limitation, Exposure)12 .
1. A : Airway, dengan kontrol servikal. Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran
jalan nafas. Ini meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas oleh adanya benda
asing atau fraktus di bagian wajah. Usaha untuk membebaskan jalan nafas 6 harus
memproteksi tulang cervikal, karena itu teknik Jaw Thrust dapat digunakan. Pasien
dengan gangguan kesadaran atau GCS kurang dari 8 biasanya memerlukan
pemasangan airway definitive.
1. Look ( inspeksi)
2. Feel (Palpasi)
3. Move ( Pergerakan, terutama mengenai lingkup gerak)
Disamping gerak perlu dilakukan pengukuran bagian yang penting untuk membuat
kesimpulan kelainan, apakah ada suatu pembengkakak atau atrofi, serta melihat
adanya selisih panjang.
1. Look (Inspeksi)
Perhatikan apa yang dilihat, antara lain :
Sikatrik (Jaringan parut, baik yang alamiah maupun yang buatan yaitu
bekas pembedahan)
Birth mark ( Bekas melahirkan)
Fistula
Warna ( Kemerahan, kebiruan/livide, hiperpigmentasi )
Benjolan/ pembengkakan/ cekukan dengan hal hal yang tidak biasa.
Misalkan ada rambut.
Posisi serta bentuk dari ekstremitas (deformitas)
Cara jalan pasien, normalnya yaitu :
- Meletakkan tumit
- Fase menapak
- Ujung jari bertumpu
- Mengayun langkah
2. Feel (Palpasi)
Ketika palpasi, posisi penderita diperbaiki terlebih dahulu dimulai dari posisi
netral/ posisi anatomi. Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang
memberikan informasi dua arah, baik bagi pemeriksa maupun pasien. Perlu
diperhatikan wajah penderita atau perasaan penderita.
Palpasi yang perlu diperhatikan adalah :
Suhu serta kelembababn kulit dibandingkan kanan dan kiri
Nadi/ pulsasi terutama pada tumor
Nadi distal (trauma pada fraktur)
Nyeri nyeri tekan & nyeri sumbu ( terutama pada fraktur)
3. Move
Setelah memeriksa feel, diteruskan dengan menggerakan anggota gerak dan
dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan. Pada pemeriksaan ini
periksalah anggota tubuh yang normal terlebih dahulu, hal ini bertujuan untuk
mengetahui gerakan normal penderita serta mendapatkan kerjasama.
Apabila terdapat fraktur tentu akan terdapat gerakan abnormal di
daerah fraktur (kecuali fraktur incomplete).
Gerakan sendi dicatat mulai dari titik 0 dengan ukuran derajat gerakan
dari tiap arah pergerakan.
Kekakuan sendi disebut ankylosis dan hal ini dapat disebabkan oleh
faktor intraartikuler atau ekstraartikuler.
Pergerakan yang perlu dilihat adalah pergerakan aktif ( pasien
menggerakan sendiri) dan gerak pasif ( pemeriksa yang menggerakan).
Pada pemeriksaan selain pasien duduk/ berbaring juga perlu dilihat ketika
berjalan atau berdiri. Pada pemeriksaan jalan perlu dinilai untuk
mengetahui adanya pincang atau tidak. Pincang dapat disebabkan oleh
instability, nyeri, discrepancy, atau fixed deformity.
Pemeriksaan umum
- Keadaan umum tampak sehat, sakit, atau sakit berat.
- Tanda tanda vital seperti tekanan darah, frekuensi nadi, nafas, dan
temperatur.
Deskripsi Nyeri (PQRST)
- Position dapat menentukan posisi dan lokasi nyeri.
- Quality adalah derajat kualitas nyeri seperti rasa menusuk, panas, dan
lain lain.
- Radiation penjalaran nyeri
- Severity Tingkat beratnya nyeri
- Timing Kapan timbulnya nyeri.
Perubahan bentuk
- Bengkak biasanya karena radang, tumor, pasca trauma, dan lain lain
- Pendek Dibandingkan dengan kontralateral yang normal
- Bengkok misalnya :
a. Varus bengkok keluar
b. Valgus Bengkok ke dalam seperti kaki X
c. Genu varum Kaki seperti O
d. Angulasi/rotasi
Gangguan Fungsi (Penurunan fungsi/hilangnya fungsi)
- Afungsi / Tidak bisa digerakan sama sekali
- Kaku /Stiffness
- Cacat/ disability
- Gerakan tak stabil/ Instability
Pemeriksaan sendi
- Bandingkan kiri dan kanan tentang bentuk, ukuran, tanda radang, dan lain
lain
- Adanya nyeri tekan, nyeri gerak, nyeri sumbu, dan lain lain
- Adanya bunyi klik, krepitasi
- Adanya kontraktur sendi
- Nilai Range of Motion secara aktif atau pasif
Pemeriksaan Range of Motion (ROM)
Pemeriksaan ini dengan melakukan luas gerakan sendi yang terjadi dari
kontraksi dan pergerakan otot. Pemeriksaan dilakukan dengan meminta pasien
menggerakan masig masing persendian sesuai gerakan normalnya secara aktif
atau pasif.
Tujuan pemeriksaan ROM adalah :
- Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot.
- Mencegah kontraktur dan kekakuan pada sendi
Jenis ROM :
a. ROM pasif, pemeriksa melakukan gerakan persendian pasien sesuai
dengan rentang gerak normal pasif. Kekuatan otot 50%
b. ROM aktif, pemeriksa memberikan motivasi dan membimbing pasien
dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan
rentang gerak sendi normal. Kekuatan otot 75%
1. Meletakkan goniometer :
a. Aksis goniometer pada aksis gerak sendi.
b. Tangkai statik goniometer sejajar dengan aksis longitudinal segmen tubuh
yang statik.
c. Tangkai dinamik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal.
2. Membaca besaran lingkup gerak sendi (LGS) pada posisi awal pengukuran
dan mendokumentasikannya
3. Menggerakan sendi yang diukur secara pasif, sampai LGS maksimal yang ada
4. Membaca besaran LGS
Jenis gerakan meliputi :
a. Fleksi
b. Ekstensi
c. Hiperekstensi
d. Rotasi
e. Sirkumduksi
f. Supinasi
g. Pronasi
h. Abduksi
i. Adduksi
j. Oposisi
a. ROM Aktif
Seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh pasien sendiri secara
aktif
b. ROM Pasif
Seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan
klien tidak mampu melaksanakannya secara mandiri.
- Leher (Fleksi/Ekstensi, fleksi lateral)
- Bahu tangan kanan dan kiri (fleksi/ekstensi, abduksi/adduksi, Rotasi
bahu)
- Siku tangan kanan dan kiri (fleksi/ekstensi, pronasi/supinasi)
- Pergelangan tangan (fleksi/ekstensi/hiperekstensi, abduksi/adduksi)
- Jari-jari tangan (fleksi/ekstensi/hiperekstensi, abduksi/adduksi)
- Pinggul dan lutut (fleksi/ekstensi, abduksi/adduksi, rotasi
internal/eksternal)
- Pergelangan kaki (fleksi/esktensi, rotasi)
- Jari kaki (fleksi/ekstensi)
Indikasi :
Kontra Indikasi :