Anda di halaman 1dari 8

REFERAT SKILL

NEUROMUSKULOSKELETAL II

LOOK, FEEL, MOVE PATOLOGIS

OLEH:

Dafa Azmi Syauqi Shihab


201810330311054

SKILL 2

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

2020
LOOK, FEEL, MOVE PATOLOGIS

Pemeriksaan terdiri dari Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,


membaut diagnosis kerja / diagnosis banding, rencana terapi, prognosis atau
prakiraan perjalanan penyakit.

Setelah pasien sampai di UGD yang pertama kali harus dilakukan adalah
mengamankan dan mengaplikasikan prinsip ABCDE (Airway, Breathing,
Circulation, Disability Limitation, Exposure)12 .

1. A : Airway, dengan kontrol servikal. Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran
jalan nafas. Ini meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas oleh adanya benda
asing atau fraktus di bagian wajah. Usaha untuk membebaskan jalan nafas 6 harus
memproteksi tulang cervikal, karena itu teknik Jaw Thrust dapat digunakan. Pasien
dengan gangguan kesadaran atau GCS kurang dari 8 biasanya memerlukan
pemasangan airway definitive.

2. B : Breathing. Setelah mengamankan airway maka selanjutnya kita harus


menjamin ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik meliputi fungsi dari paru paru yang
baik, dinding dada dan diafragma. Beberapa sumber mengatakan pasien dengan
fraktur ektrimitas bawah yang signifikan sebaiknya diberi high flow oxygen 15 l/m
lewat non-rebreathing mask dengan reservoir bag.

3. C : Circulation. Ketika mengevaluasi sirkulasi maka yang harus diperhatikan di


sini adalah volume darah, pendarahan, dan cardiac output. Pendarahan sering menjadi
permasalahan utama pada kasus patah tulang, terutama patah tulang terbuka. Patah
tulang femur dapat menyebabkan kehilangan darah dalam paha 3 – 4 unit darah dan
membuat syok kelas III. Menghentikan pendarahan yang terbaik adalah
menggunakan penekanan langsung dan meninggikan lokasi atau ekstrimitas yang
mengalami pendarahan di atas level tubuh. Pemasangan bidai yang baik dapat
menurunkan pendarahan secara nyata dengan mengurangi gerakan dan meningkatkan
pengaruh tamponade otot sekitar patahan. Pada patah tulang terbuka, penggunaan
balut tekan steril umumnya dapat menghentikan pendarahan. Penggantian cairan yang
agresif merupakan hal penting disamping usaha menghentikan pendarahan.

4. D : Disability. menjelang akhir survey primer maka dilakukan evaluasi singkat


terhadap keadaan neurologis. yang dinilai disini adalah tingkat kesadaran, ukuran dan
reaksi pupil, tanda-tanda lateralisasi dan tingkat cedera spinal.
5. E : Exposure. pasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya, seiring dengan cara
menggunting, guna memeriksa dan evaluasi pasien. setelah pakaian dibuka, penting
bahwa pasien diselimuti agar pasien tidak hipotermia .

Pada pemeriksaan lokalis ortopedi/musculoskeletal yang penting adalah

1. Look ( inspeksi)
2. Feel (Palpasi)
3. Move ( Pergerakan, terutama mengenai lingkup gerak)

Disamping gerak perlu dilakukan pengukuran bagian yang penting untuk membuat
kesimpulan kelainan, apakah ada suatu pembengkakak atau atrofi, serta melihat
adanya selisih panjang.

1. Look (Inspeksi)
Perhatikan apa yang dilihat, antara lain :
 Sikatrik (Jaringan parut, baik yang alamiah maupun yang buatan yaitu
bekas pembedahan)
 Birth mark ( Bekas melahirkan)
 Fistula
 Warna ( Kemerahan, kebiruan/livide, hiperpigmentasi )
 Benjolan/ pembengkakan/ cekukan dengan hal hal yang tidak biasa.
Misalkan ada rambut.
 Posisi serta bentuk dari ekstremitas (deformitas)
 Cara jalan pasien, normalnya yaitu :
- Meletakkan tumit
- Fase menapak
- Ujung jari bertumpu
- Mengayun langkah

Sedangkan untuk kelainan cara berjalan meliputi :

a. Antalgic gait, nyeri waktu menapak sehingga langkah


memendek
b. Tredelenberg gait (Paralise n. Ischiadicus)
c. Stepage gait (langkah pendek-pendek)

2. Feel (Palpasi)
Ketika palpasi, posisi penderita diperbaiki terlebih dahulu dimulai dari posisi
netral/ posisi anatomi. Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang
memberikan informasi dua arah, baik bagi pemeriksa maupun pasien. Perlu
diperhatikan wajah penderita atau perasaan penderita.
Palpasi yang perlu diperhatikan adalah :
 Suhu serta kelembababn kulit dibandingkan kanan dan kiri
 Nadi/ pulsasi  terutama pada tumor
 Nadi distal (trauma pada fraktur)
 Nyeri  nyeri tekan & nyeri sumbu ( terutama pada fraktur)
3. Move
Setelah memeriksa feel, diteruskan dengan menggerakan anggota gerak dan
dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan. Pada pemeriksaan ini
periksalah anggota tubuh yang normal terlebih dahulu, hal ini bertujuan untuk
mengetahui gerakan normal penderita serta mendapatkan kerjasama.
 Apabila terdapat fraktur tentu akan terdapat gerakan abnormal di
daerah fraktur (kecuali fraktur incomplete).
 Gerakan sendi dicatat mulai dari titik 0 dengan ukuran derajat gerakan
dari tiap arah pergerakan.
 Kekakuan sendi disebut ankylosis dan hal ini dapat disebabkan oleh
faktor intraartikuler atau ekstraartikuler.
 Pergerakan yang perlu dilihat adalah pergerakan aktif ( pasien
menggerakan sendiri) dan gerak pasif ( pemeriksa yang menggerakan).

Pada pemeriksaan selain pasien duduk/ berbaring juga perlu dilihat ketika
berjalan atau berdiri. Pada pemeriksaan jalan perlu dinilai untuk
mengetahui adanya pincang atau tidak. Pincang dapat disebabkan oleh
instability, nyeri, discrepancy, atau fixed deformity.

 Pemeriksaan umum
- Keadaan umum tampak sehat, sakit, atau sakit berat.
- Tanda tanda vital seperti tekanan darah, frekuensi nadi, nafas, dan
temperatur.
 Deskripsi Nyeri (PQRST)
- Position  dapat menentukan posisi dan lokasi nyeri.
- Quality  adalah derajat kualitas nyeri seperti rasa menusuk, panas, dan
lain lain.
- Radiation  penjalaran nyeri
- Severity  Tingkat beratnya nyeri
- Timing  Kapan timbulnya nyeri.
 Perubahan bentuk
- Bengkak  biasanya karena radang, tumor, pasca trauma, dan lain lain
- Pendek Dibandingkan dengan kontralateral yang normal
- Bengkok  misalnya :
a. Varus  bengkok keluar
b. Valgus  Bengkok ke dalam seperti kaki X
c. Genu varum  Kaki seperti O
d. Angulasi/rotasi
 Gangguan Fungsi (Penurunan fungsi/hilangnya fungsi)
- Afungsi / Tidak bisa digerakan sama sekali
- Kaku /Stiffness
- Cacat/ disability
- Gerakan tak stabil/ Instability

 Pemeriksaan sendi
- Bandingkan kiri dan kanan tentang bentuk, ukuran, tanda radang, dan lain
lain
- Adanya nyeri tekan, nyeri gerak, nyeri sumbu, dan lain lain
- Adanya bunyi klik, krepitasi
- Adanya kontraktur sendi
- Nilai Range of Motion secara aktif atau pasif
 Pemeriksaan Range of Motion (ROM)
Pemeriksaan ini dengan melakukan luas gerakan sendi yang terjadi dari
kontraksi dan pergerakan otot. Pemeriksaan dilakukan dengan meminta pasien
menggerakan masig masing persendian sesuai gerakan normalnya secara aktif
atau pasif.
Tujuan pemeriksaan ROM adalah :
- Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot.
- Mencegah kontraktur dan kekakuan pada sendi
Jenis ROM :
a. ROM pasif, pemeriksa melakukan gerakan persendian pasien sesuai
dengan rentang gerak normal pasif. Kekuatan otot 50%
b. ROM aktif, pemeriksa memberikan motivasi dan membimbing pasien
dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan
rentang gerak sendi normal. Kekuatan otot 75%

Pemeriksaan ROM menggunakan goniometri. Goniometri digunaakan untuk


mengukur dan mendata kemampuan gerakan sendi aktif dan pasif. Goniometri juga
digunakan untuk menggambarkan secara akurat posisi gerakan abnormal sendi. Cara
penggunaannya yaitu :

1. Meletakkan goniometer :
a. Aksis goniometer pada aksis gerak sendi.
b. Tangkai statik goniometer sejajar dengan aksis longitudinal segmen tubuh
yang statik.
c. Tangkai dinamik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal.
2. Membaca besaran lingkup gerak sendi (LGS) pada posisi awal pengukuran
dan mendokumentasikannya
3. Menggerakan sendi yang diukur secara pasif, sampai LGS maksimal yang ada
4. Membaca besaran LGS
Jenis gerakan meliputi :

a. Fleksi
b. Ekstensi
c. Hiperekstensi
d. Rotasi
e. Sirkumduksi
f. Supinasi
g. Pronasi
h. Abduksi
i. Adduksi
j. Oposisi

Sendi yang digerakan :

a. ROM Aktif
Seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh pasien sendiri secara
aktif
b. ROM Pasif
Seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan
klien tidak mampu melaksanakannya secara mandiri.
- Leher (Fleksi/Ekstensi, fleksi lateral)
- Bahu tangan kanan dan kiri (fleksi/ekstensi, abduksi/adduksi, Rotasi
bahu)
- Siku tangan kanan dan kiri (fleksi/ekstensi, pronasi/supinasi)
- Pergelangan tangan (fleksi/ekstensi/hiperekstensi, abduksi/adduksi)
- Jari-jari tangan (fleksi/ekstensi/hiperekstensi, abduksi/adduksi)
- Pinggul dan lutut (fleksi/ekstensi, abduksi/adduksi, rotasi
internal/eksternal)
- Pergelangan kaki (fleksi/esktensi, rotasi)
- Jari kaki (fleksi/ekstensi)

Indikasi :

a. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran


b. Kelemahan otot
c. Fase rehabilitasi fisik
d. Klien dengan tirah baring lama

Kontra Indikasi :

a. Trombus/emboli pada pembuluh darah


b. Kelainan sendi atau tulang
c. Pasien pada faase imobilisasi karena penyakit misalnya jantung.

Anda mungkin juga menyukai