Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TUTORIAL

BLOK KELUHAN SISTEM DIGESTIF


SKENARIO 1
“OH PUNGGUNGKU.....”

Disusun Oleh : Kelompok 9


Dosen Tutor :
Dr. Farida Heriyani, MPH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN

September, 2019

1
1
DAFTAR NAMA ANGGOTA KELOMPOK

1. Muhammad Zaini 1710911310036


2. Meilina Nur Hafizah 1710911320030
3. Reny Riyanti 1710911120033
4. Nadya Salsabila 1710911320038
5. Jun Rahmawati S.M 1710911220028
6. Alifah Nadia 1710911220005
7. Zenita Hendra Savitri 1710911220061
8. Nazma Laita 1710911120024
9. Muhammad Kholish Abiyyu 1710911110019
10. Nadya Fajrina Rahmah 1710911120022
11. Martinus Anggriawan Salim 1710911310028

2
2
SKENARIO 1

Oh Punggungku.....

LANGKAH 1. IDENTIFIKASI DAN KLARIFIKASI ISTILAH

LANGKAH 2. MEMBUAT DAFTAR MASALAH

LANGKAH 3. ANALISIS MASALAH

LANGKAH 4. POHON MASALAH

Anamnesis

PemeriksaanFisik

Pemeriksaan Penunjang

A C

Definisi Epidemiologi Etiologi Klasifikasi Faktor Resiko Patofisiologis Manifestasi

Diagnosis Tatalaksana Komplikasi Pencegahan Prognosis

LANGKAH 5. SASARAN BELAJAR

1. Problem Tree

LANGKAH 6. BELAJAR MANDIRI

3
3
LANGKAH 7. SINTESIS HASIL BELAJAR

1. Definisi
Osteoporosis atau keropos tulang merupakan suatu penyakit metabolik tulang
yang ditandai dengan penurunan kepadatan dan kualitas struktur tulang yang besifat
progresif. Osteoporosis sering dijuluki dengan Silent Thief, dimana terjadi pencurian
masa tulang secara diam diam dan juga Silent Disease yang menimbulkan gejala bila
penurunan densitas tulang lebih dari 30% dan biasa gejala yang ditimbulkan berupa
fraktur. Seseorang dikatakan osteoporosis jika T-score hasil pemeriksaan gold
standardnya yaitu DXA <-2,5.

2. Epidemiologi
Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif. penelitian terbaru
dari International Osteoporosis Foundation (IOF) mengungkapkan bahwa 1 dai 4
perempuan di indonesia dengan rentang usia 50-80 tahun memiliki resiko terkena
osteoporosis. Dan juga resiko osteopororsis perempan di Indonesia 4 kali lebih tinggi
diandingkan laki-laki. Osteoporosis sendiri dapat dijumpai di seluruh dunia dan
merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Di
Amerika Serikat, osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita
post-menopause dan lebih dari 50% penduduk diatas umur 75-80 tahun. Menurut data
dari WHO menunjukan bahwa di seluruh dunia ada sekitar 20 juta orang yang
menderita osteoporosis pada tahun 2050, diperkirakan angka patah tulang pinggul
akan meningkat 2 kali lipat pada wanita dan 3 kali lipat pada pria. WHO juga
menunjukan bahwa 50% patah tulang adalah patah tulang paha atas yang dapat
mengakibatkan kecacatan seumur hidup maupun kematian. Dibandingkan dengan
masyarakat di negara-negara Afrika, densitas tulang masyarakat eropa dan asia lebih
rendah, sehingga mudah sekali mengalami osteoporosis. Hasil penelitian dari white
paper bersama dengan Perhimpunan Osteoporosis Indonesia tahun 2007, melaporkan
bahwa proporsi penderita osteoporosis pada penduduk yang berusia di atas 50 tahun
adala 32,3% ada wanita dan 28,8% pada pria. Sdangkan data sistem informasi rumah
sakit atau SIRS pada taun 2010 menunjukan angka insiden patah tulang paha atas
akibat osteoporosis adalah sekitar 200 dari 100.000 kasus pada usia 40 tahun. Untuk
insiden patah tulang panggul karena osteoporosis sendiri menurut bagan WHO, pada
perempuan umur 95-99 tahun memiliki angka kasus tertinggi sebesar 1.680 kasus,
sedangkan terendah pada umur 40-44 tahun dengan 8 kasus. Sedangkan untuk laki-
laki umur 95-99 tahun memiliki jumlah kasus sebanyak 718 kasus dan yang terendah
pada umur 40-44 tahun dengan 10 kasus.

3. Etiologi
Secara primer terjadi karena defisiensi estrogen sedangkan secara sekunder
memiliki kaitan dengan riwayat keluarga, adanya gangguan endokrin seperti
hiperparatiroid, gangguan nutrisi seperti defisiensi kalsium atau vitamin D, dan
konsumsi obat-obatan yang menyebabkan kehilangan matrix tulang contohnya

4
4
kortikosteroid dengan dosis lebih dari 5mg/hari. Jika dihubungkan dengan skenario
maka etiologi yang paling tepat adalah defisiensi estrogen.

4. Klasifikasi
Osteoporosis dapatdi bagi menjadi 2 kelompok yaitu osteoporosis primer dan
osteoporosis sekunder. Osteoporosis primer dibagi lagi menjadi 2 yaitu Osteoporosis
tipe 1 yang terjadi pada wanita post menopause dan osteoporosis tipe 2 atau
osteoporosis senil yang dapat terjadi pada pria maupun wanita diatas 75 tahun yang
disebut osteoporosis tipe 2. Osteoporosis tipe 1 ini erat kaitannya dengan hormon
estrogen dan biasa terjadi pada usia 51 -75 tahun. Osteoporosis tipe 2 banyak terjadi
pada pria maupun wanita di atas 70 tahun.

1. Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer berhubungan denganberkurangnya massa tulang dan juga
terhentinya produksi hormon estrogen (khusus perempuan) disamping dengan
bertambahnya usia. Osteoporosis primer terdiri dari :
a) Osteoporosis Primer Tipe I
Osteoporosis primer berhubungan dengan hilangnya massa tulang karena
proses penuaan, yaitu akibat kekurangan estrogen, yakni umumnya pada wanita yang
telah mengalami menopouse dan akibat kekurangan testoteron pada pria. Biasanya
wanita berusia 50-65 tahun, fraktur biasanya terjadi pada vertebra (ruas tulang
belakang), iga atau tulang radius.
b) Osteoporosis Primer Tipe II
Sering disebut dengan istilah osteoporosis senil, yang terjadi pada usia lanjut.
Pasien biasanya berusia ≥70 tahun, pria dan wanita mempunyai kemungkinan yang
sama terserang, fraktur biasanya pada tulang paha. Selain fraktur maka Gejala yang
perlu diwaspadai adalah kifosis dorsalis bertambah, makin pendek dan nyeri tulang
berkepanjangan.

2. Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis sekunder, adalah osteoporosis yang disebabkan oleh berbagai
penyakit tulang (chronic rheumatoid, artritis, tbc spondilitis, osteomalacia, dll),
pengobatan steroid untukjangkawaktu yang lama, astronot tanpa gaya berat, paralise
otot, tidak bergerak untuk periode lama, hipertiroid, dan lain-lain.

5. Faktor Resiko

5
5
Faktor risiko Osteoporosis pada umumnya terbagi menjadi dua, yaitu faktor
risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor risko yang tidak dapat dimodifikasi.

 Faktor Risiko yang tidak dapat Dimodifikasi


1. Usia
Usia adalah salah satu dari faktor risiko osteoporosis yang tidak dapat
direkayasa. Pada lansia daya serap kalsium akan menurun seiring dengan
bertambahnya usia. Menurut Indonesia White Paper yang dikeluarkan
Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi) pada tahun 2007 yaitu
osteoporosis pada wanita yang berusia di atas 50 tahun mencapai 32,3% dan
pada pria usia diatas 50 tahun mencapai 28,8 %. Secara keseluruhan
percepatan proses penyakit osteoporosis pada wanita Indonesia sebesar 80%
dan pria 20%. Prevalensi osteoporosis pada usia kurang dari55 tahun lebih
tinggi pada laki-laki, tetapi setelah usia diatas 55 tahun ternyata prevalensi
osteoporosis lebih tinggi pada perempuan.

2. Jenis Kelamin
Diperkirakan selama hidup, wanita akan kehilangan massa tulang
30%-50%, sedangkan pria hanya 20%-30%, namun tidak berarti semua wanita
yang telah mengalami menopause akan mengalami osteoporosis. Jenis kelamin
juga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya osteoporosis. Wanita
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya osteoporosis dari pada laki-
laki. Pada osteoporosis primer, perbandingan antara wanita dan pria adalah 5 :
1. Pria memiliki prevalensi yang lebih tinggi untuk terjadinya osteoporosis
sekunder, yaitu sekitar 40-60% karena akibat dari hipogonadisme, konsumsi
alkohol atau pemakaian kortikosteroid yang berlebihan. Secara keseluruhan
perbandingan wanita dan pria adalah 4 : 1.

3. Genetik
Diperkirakan 80% kepadatan tulang diwariskan secara genetik
sehingga dapat diartikan bahwa osteoporosis dapat diturunkan.Besarnya
puncak massa tulang sangat ditentukan oleh faktor genetik, terutama
diturunkan dari pihak ibu kepada anak wanitanya. Wanita yang dalam sejarah

6
6
kesehatan keluarga, nenek atau ibunya, pernah mengalami patah tulang
belakang lebih berisiko mengalami pengurangan massa tulang.[2]
Osteoporosis juga berhubungan dengan adanya riwayat keturunan. Jika
memiliki riwayat keluarga yang menderita osteoporosis diperkirakan 60-80%
salah satu anggota keluarganya akan mudah mengalami patah tulang belakang
maka anak wanita akan lebih muda untuk mengalami penurunan masa tulang
lebih cepat dan lebih berisiko mengalami osteoporosis.

4. Ras
Ras atau suku menjadi salah satu faktor risiko terjadinya
osteoporosis.Biasanya ras atau suku yang rentan terkena osteoporosis yaitu
dari kewarganegaraan Eropa Utara, Jepang dan Cina (Asia dan Kaukasia)
dibandingkan dengan kewarganegaraan Afrika-Amerika.Hal ini dapat terjadi
karena ras dari Afrika-Amerika memiliki masa tulang lebih besar. Dengan
besarnya masa tulang dan otot maka tulang akan semakin besar dan tekanan
akan meningkat dan akan memperlambat turunnya masa tulang. Hal ini
disebabkan karena di Asia lebih banyak mendapatkan sinar matahari.

5. Menopause
Menopause merupakan akhir dari masa reproduktif karena telah
berhentinya masa haid, biasanya terjadi usia 50-51 tahun. Seorang yang
mengalami menopause akan mengalami fase klimaksterium, yaitu terjadi
peralihan dari reproduktif akhir ke masa menopause. Fase klimaksterium
memiliki 3 masa yaitu, premenopause yang terjadi sekitar 4-5 tahun sebelum
menopause, masa menopause dan pascamenopause yang terjadi sekitar 3-5
tahun setelah menopause. Menurunnya hormon estrogen saat menopause
berkontribusi pada peningkatan absorpsi kalsium dan metabolisme tulang yang
berperandalam percepatan hilangnya otot-otot tulang rangka wanita
menopause.Osteoporosis jarang terjadi pada laki-laki daripada perempuan
karena sejumlah alasan. Laki-laki memiliki puncak massa tulang (Preak bone
mass) lebih besar dan tidak mengalami percepatan hilangnya tulang pada
wanitasaat menopause. Umumnya lanjut usia laki-laki kurang berisiko
mengalami jatuh dibandingkan perempuan. Wanita juga memilki massa otot
lebih rendah daripada pria.
7
7
 Faktor Risiko yang dapat Dimodifikasi
 Imobilitas
Imobilitas dalam waktu yang lama memiliki risiko yang lebih tinggi
untuk terkena osteoporosis dibandingkan menopause. Imobilitas akan
berakibat pada pengecilan tulang dan pengeluaran kalsium dari tubuh
(hiperkalsiuria). Imobilitas umumnya dialami orang yang berada dalam masa
penyembuhan yang perlu mengistirahatkan tubuhnya untuk waktu lama.

 Indeks Massa Tubuh (IMT) Rendah


Berdasarkan penelitian yang adaindeks massa tubuh yang optimal
untuk terhindar dari risiko fraktur atau osteoporosis adalah antara 21-24 kg/m2.
Indeks massa tubuh yang rendah/kurus (<19 kg/m2) menjadi salah satu faktor
risiko akan terjadinya osteoporosis. Beberapa penelitian telah menyatakan
adanya hubungan antara ukuran tubuh dan berat tubuh dengan osteoporosis
serta kemungkinan fraktur.Berat badan yang rendah dapat menyebabkan risiko
fraktur pinggul pada wanita. Pengurangan massa tubuh dapat menyebabkan
pengurangan massa tulang. Massa tubuh berpengaruh terhadap kerapuhan
dandensitas tulang, sehingga massa tubuh merupakan faktor risiko penting
pada fraktur tulang. Efek massa tubuh ini diberikan oleh massa lemaktubuh
dan massa otot. Massa lemak yang tinggi merupakan salah satu prediktor
massa tulang sebab meningkatkan massa lemak menstimulasi osteo blastuntuk
meningkatkan rangsangan osteogenesis.Semakin banyak jaringan lemak
semakin banyak hormon estrogen yang diproduksi sehingga mengurangi risiko
osteoporosis.

 Merokok
Kebiasaan merokok juga bisa merusak tulang.Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa merokok bisa menurunkan estrogen dan mempercepat
menopause. Suatu penelitian terhadap 300 wanita muda usia 20-29 tahun yang
sehat tapi perokok ternyata BMD tulang relatif lebih rendah. Penyerapan
kalsium di usus orang yang biasa merokok menjadi terganggupadahal kalsium
dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang.Dengan berhenti merokok secara total,
membuat estrogen dalam tubuh seseorang beraktifitas dan juga dapat

8
8
mengeliminasi risiko kehilangan sel pembentuk tulang selama hidup yang
mencakup 20%-30% pada pria dan 40%-50% pada wanita.
Tembakau dapat meracuni tulang dan juga menurunkan kadar estrogen
sehingga kadar estrogen pada orang yang merokok akan cenderung lebih
rendah daripada yang tidak merokok. Wanita pasca menopause yang merokok
dan mendapatkan tambahan estrogen masih akan kehilangan massa tulang.
Berat badan perokok juga lebih ringan dan dapat mengalami menopause dini
(kira-kira 5 tahun lebih awal) daripada non-perokok.

 Konsumsi Alkohol
Kebiasaan mengkonsumsi alkohol jangka panjang bisa menurunkan
massa tulang. Bila minum alkohol pada masa kanak dan remaja pertumbuhan
tulang akan terhambat sehingga mengakibatkan tulang keropos di kemudian
hari. Minuman yang mengandung alkohol, kafein dan soda berpotensi
mengurangi penyerapan kalsium ke dalam tubuh. Konsumsi alkohol yang
berlebihan selama bertahun-tahun mengakibatkan berkurangnya massa tulang.
Kebiasaan meminum alkohol lebih dari 750 mL per minggu mempunyai
peranan penting dalam penurunan densitas tulang.
Alkohol dapat secara langsung meracuni jaringan tulang atau mengurangi
massa tulang karena adanya nutrisi yang buruk. Hal ini disebabkan karena
pada orang yang selalu mengkonsumsi alkohol biasanya mendapatkan hampir
seluruh kalori dari alkohol. Disamping akibat defisiensi nutrisi, kekurangan
vitamin D juga disebabkan oleh terganggunya metabolism di hepar karena
konsumsi alkohol berlebih akan mengganggu fungsi hepar.

 Aktivitas Fisik
Kurangnya olahraga dan latihan teratur, dapat menimbulkan efek
negatif yang menghambat proses pemadatan massa tulang dan kekuatan
tulang. Namun, olahraga yang sangat berlebih (maraton, atlit) pada usia muda,
terutama pada anak perempuan yang telah haid akan menyebabkan haidnya
terhenti karena kekurangan estrogen sehingga penyerapan kalsium berkurang
dengan segala akibatnya. Pada usia lanjut, kurang gerak badan menyebabkan
lemahnya otot dan meningkatkan risiko jatuh dan patah tulang. Hasil

9
9
penelitian menyebutkan bahwa aktivitas fisik di masa lalu dapat mengurangi
risiko terjadinya patah tulang pinggul sebesar 1/3-nya.

 Konsusmsi Kafein
Konsumsi kopi atau teh lebih dari satu gelasper hari secara rutin dapat
menjadi faktor risikoosteoporosis.Hal ini disebabkan kafein yangterkandung
dalam kopi atau teh dapat menghambatpenyerapan kalsium. Terhambatnya
penyerapankalsium dapat mengganggu proses remodelingtulang. Konsumsi
kafein sebanyak 300–400 mg(milligram) per hari dapat menyebabkan
terjadinyagangguan keseimbangan kalsium pada tulang.Bahwa 100 mg kafein
dapat mengurangi kalsiumsebanyak 6 mg. Hal ini disebabkan sifat asamdari
kafein yang dapat menyebabkan terjadinyapeningkatan reabsorpsi tulang
sehingga lebih banyakkalsium yang dikeluarkan melalui urine dan
feses.Konsumsi kafein yang tidak berlebih masih amandalam hubungannya
dengan tulang. Kafein terdapat pada minuman seperti kopi danteh yang mana
minuman ini sering dikonsumsi olehsemua lapisan masyarakat bahkan sudah
menjadikebiasaan masyarakat berkumpul maupun sendiriuntuk menikmati
kopi di tempat tinggal sendiri, kafemaupun di tempat lain. Sehingga kafein
sulit untukdipisahkan dari kehidupan masyarakat.Padahal jikamengonsumsi
kopi dan teh secara berlebih dapatmenyebabkan terjadinya osteoporosis.

 Kurang Terkena Sinar Matahari


Orang jarang terkena sinar matahari, terutama sinar pada pagi dan sore
hari, karena pada saat tersebut sinar dibutuhkan untuk memicu kulit
membentuk vitamin D3, dimana vitamin D (D3 + D2/berasal dari makanan) di
ubah oleh hepar dan ginjal menjadi kalsitriol.

6. Patofisiologi
Secara singkat, hasil interaksi kompleks yang menahun antara factor genetik-
faktor lingkungan atau faktor internal (usia, jenis kelamin, ras, keluarga bentuk tubuh,
riwayat melahirkan) dan factor eksternal (merokok, alkohol, kopi, defisiensi vitamin
& gizi, immobilitas, anoreksia nervosa dan penggunaan obat-obatan) akan mengubah
homeostasis remodelling tulang. Osteoporosis terjadi apabila reabsorpsi tulang lebih
banyak dari pada formasi tulang yang menyebabkan penurunan densitas dan kekuatan
tulang, sehingga tulang menjadi rapuh dan rentan untuk mengalami fraktur.
Berdasarkan kasus, penderita osteoporosis merupakan wanita berusia 67 tahun yang
10
10
telah menopause sejak 10 tahun yang lalu. Bisa ditarik kesimpulan bahwa etiologi
utama dari kasus adalah penurunan estrogen secara signifikan. Estrogen (terbagi atas
estron, estriol dan estradiol) merupakan hormon yang berperan dalam regulasi
pertumbuhan dan homeostasis tulang. Peran estrogen dalam homeostasis tulang
adalah sebagai berikut:
A. Indirek
- Meregulasi reabsorpsi kalsium dalam usus
- Modulasi 1,25 (OH)2 D
- Meregulasi reabsorpsi kalsium di ginjal
- Sekresi hormone PTH
B. Direk
- Meningkatkan proliferasi osteoblast
- Meningkatkan sintesis dari IGF-1, TGF-B, TNF-A, dll
- Menekan proses apoptosis osteoblast
- Menekan proses apoptosis osteosit
- Meningkatkan kepekaan Era (reseptor estrogen alfa) untuk maturasi osteoblast
- Meningkatkan proses apoptosis osteoclast
- Menekan jumlah formasi osteoclast
Pada wanita pasca-menopause, terjadi defisiensi kadar estogen yang memicu proses
osteo klasto genesis serta menekan pertumbuhan osteoblast &osteosit. Proses ini
terbagi menjadi 2 fase yaitu :

A. Fase 1 (pasca menopause)


Terjadi penurunan estrogen secara drastis yang menyebabkan destruksi tulang
trabecular.
B. Fase 2 (memuncakpada 4 – 8 tahun)
Bersifat menetap, pengeroposan tulang kortikal dan trabecular secara progresif.
Pria hanya mengalami pengeroposan tulang secara perlahan (fase lambat). Hal ini
diakibatkan penurunan kadar testosterone dan estrogen bio available sebagai
konsekuensi peningkatan sex-hormone-binding-globulin (SHBG).

Penurunan testosterone = penurunanformasitulang

Penurunanestrogen = peningkatanreabsorpsitulang

Padalansia, tulang akan menjadi getas atau kehilangan elastisitasnya akibat


mineralisasi sekunder yang lebih baik serta penurunan kualitas kolagen. Densitas
trabecular pun berkurang sekitar 25% per 15 – 20 tahun, yang mengakibatkan
penurunan kekuatan tulang sekitar 44%. Perubahan mikro arsitektur trabecular
(penurunan jumlah dan ketebalan, pelebaran jarak antar trabekula hingga terputus)
juga mengurangi kekuatan tulang. Pekerjaan yang berat atau beban yang repetitive
dapat meningkatkan jumlah micro damage atau retakan tulang. Adapun penggunaan
obat-obatan seperti glukokortikoid member efek supresi terhadap osteoblast di
sumsum tulang (peningkatan apoptosis osteoblast &osteositsekitar 3 kali lipat pada

11
11
vertebra dan 28% di metafisis kortikal tulang) yang berujung pada penurunan
Densitas Massa Tulang (DMT).

7. Manifestasi Klinis
Gejala pada usia lanjut bervariasi, beberapa tidak menunjukkan gejala, yang
lain seringkali menunjukkan gejala klasik, berupa:
1. Nyeri pada bagian punggung yang terjadi secara perlahan-lahan selama beberapa
tahun atau yang terjadi secara tiba-tiba (misalnya setelah membungkuk)
2. Pada kolaps vertebra, nyeri punggung dan nyeri yang menyebar di sekitar batang
tubuh yang diperburuk oleh setiap gerakan
3. Dapat terjadi fraktur traumatik pada vertebra dan menyebabkan kifosis anguler
yang dapat menyebabkan medula spinalis tertekan sehingga dapat terjadi paraparesis
4. Punuk Dowager (tanda klinis osteoporosis), disebabkan oleh peningkatan
kelengkungan tulang belakang akibat fraktur vertebra yang berulang
5. Bertambah pendek
6. Spasme otot, khususnya pada bagian lumbal
7. Penurunan gerakan tulang belakang (fleksi lebih terbatas daripada ekstensi)

8. Diagnosis
1. Anamnesis
Tanyakan keluhan utama pasien karena pada umumnya keluhan utama pasien
langsung mengarah pada diagnosis. Contohnya seperti: fraktur kolum femoris,
bowing leg, kesemutan dll.
Pada anamnesis perhatikan juga beberapa factor lain:
1. Apakah ada frakturtulang?
2. Imobilisasi yang lama?
3. Penurunan tinggi badan pada orang tua?
4. Kurang terpapar matahari?
5. Asupan vit-d, fosfor, dankalsium?
6. Riwayat konsumsi obat (kortikosteroid, heparin,dll)
7. Pada pasien wanita tanyakan juga kapan usia menarke dan menopause bagi
yang berusia 40 tahun keatas
2. Pemeriksaan fisik
Pada penderita osteoporosis tinggi badan dan berat badan wajib untuk diukur,
kemudian gaya berjalan, leg-length inequality, kemudian perhatikan apakah ada
kiposisdll
Pada pemeriksaan fisik di orthopedic ada pula 3 langkahyaitu:
- Look
Perhatikan bentuk tulang pasien apakah lurus atau tidak, apakah tubuh pasien
obesitas atau kekurangan gizi, apakah ada bengkak, kemudian warna, konsistensi
kulit juga diperhatikan.
- Feel
Raba apakah kulit terasa panas, dingin, lembab, atau kering, raba juga apakah ada
benjolan dan nyeritekan.

12
12
- Move
active move atau dilakukan oleh pasien sendiri dan passive move atau yang
dibantu oleh pemeriksa, kemudian nilai range of movementnya.
3. Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan darah rutin (biasanya normal pada osteoporosis), pemeriksaan fosfat,
kalsium, dan jika perlu hormone tiroid.
4. Pemeriksaan bone mass densitometry (BMD)
Untuk pemeriksaan bone mass densitometry sebenarnya memiliki banyak metode
tetapi yang berhubungan dengan bagian lumbal adalah dual-photon absorptiometry
(DPA), dan dual-energy x-ray absorptiometry (DPX).
 Dikatakan normal jika ( BMD diatas -1 SD reratanilai BMD)
 Dikatakan BMD rendahjika (BMD antara -1 SD sampai -2,5 SD)
 Dikatakan osteoporosis jika (BMD lebihkecilsamadengan -2,5 +
fraktur)

9. Tatalaksana
Pasien yang memerlukan pengobatan umumnya telah mengalami kehilangan
massa tulang yang cukup berat, sehingga pada umumnya telah mengalami satu atau
beberapa kali fraktur tulang. Dengan demikian tujuan utama pengobatan osteoporosis
simptomatis adalah mengurangi rasa nyeri dan berusaha untuk menghambat proses
resorpsi tulang dan meningkatkan proses formasi tulang untuk meningkatkan
kekuatan tulang serta meningkatkan sampai di atas ambang fraktur.
Beberapa hormon dan obat yang memiliki efek pada tulang dan digunakan
dalam pengobatan osteoporosis diklasifikasikan sebagai berikut:
 Obat-obatan yang terutama bekerja dalam mengurangi atau mencegah
 terjadinya resorpsi tulang
 Obat-obatan yang merangsang terjadinya formasi tulang.
 Beberapa jenis hormon dan obat yang dapat diberikan:
a). Hormonal
- Estrogen (Pemberian estrogen saat ini masih pro dan kontra, sehingga
pemberiannya perlu berhati-hati dan harus diberikan oleh ahlinya.)
- Kombinasi estrogen dan progesteron
- Testosteron
- Steroid anabolik
b). Non-hormonal
- Kalsitonin
- Bifosfonat
- Kalsium
- Vitamin D dan metabolismenya
- Tiasid
- fitoestrogen (berasal dari tumbuhan:semangi, kedelai, kacang tunggak)
Secara umu penatalaksanaan Osteoporosis dapat dilihat pada bagan berikut
dibawah ini (bagan 1) :

13
13
10. Pencegahan
Kekuatan tulang dan tingkat potensi risiko terhadap osteoporosis ditentukan oleh gen
Anda. Namun faktor gaya hidup seperti pola makan dan olahraga juga dapat
berdampak kepada seberapa sehat kualitas tulang Anda. Pencegahan osteoporosis
akan memberikan Anda infomasi tentang olahraga-olahraga sederhana yang dapat
Anda lakukan.
 Olahraga 2–3 jam tiap pekan
Penderita osteoporosis sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau
ahli kesehatan sebelum melakukan olahraga untuk memastikan apakah aktivitas
14
14
tersebut tepat untuk dilakukan. Setiap pekan, orang dewasa harus melakukan
setidaknya sekitar 2- 3 jam olah raga dengan intensitas menengah, seperti
bersepeda atau jalan cepat. Peregangan otot hendaknya dilakukan paling tidak 2-3
hari dalam seminggu, termasuk pada bahu, lengan, pinggang, tungkai, punggung,
perut, dan dada.
 Melatih kaki dan lutut
Latihan menggunakan beban dalam berat yang tidak berlebihan sangat penting
untuk meningkatkan kepadatan tulang dan membantu mencegah osteoporosis.
Aktivitas menyangga beban adalah olahraga yang melatih kaki dan lutut Anda
untuk menopang massa tubuh. Olahraga seperti lari, melompat, menari, dan
aerobik bermanfaat menguatkan otot, ligamen, dan sendi. Orang yang berusia di
atas 60 tahun juga dapat memperkuat tulang mereka dengan olahraga, seperti
jalan cepat atau bermain badminton berdurasi pendek. Saat berolahraga, gunakan
sepatu yang mampu meminimalkan risiko cedera pada pergelangan kaki.
 Latihan kekuatan tulang
Latihan ketahanan meliputi gerakan-gerakan seperti push-up, angkat berat, atau
latihan angkat beban menggunakan peralatan di pusat kebugaran. Tarikan yang
dilakukan otot tendon terhadap tulang dapat meningkatkan kekuatan tulang.
Tanyakan carap enggunaan alat-alat tersebut kepada instruktur untuk menghin
dari cedera.
 Menerapkan pola makan sehat
Jika gaya hidup atau pola makan membuat Anda kekurangan vitamin D, Anda
dapat mengonsumsi suplemen vitamin D. Vitamin D penting untuk penyerapan
kalsium yang diperlukan untuk memperkuat tulang dan gigi. Vitamin D dapat
ditemukan dalam kuning telur, susu kedelai, dan hati sapi. Untuk orang dewasa,
direkomendasikan untuk mengonsumsi 15 mikrogram vitamin D tiap hari.
Kalsium juga penting untuk menjaga kekuatan tulang. Kadar konsumsi minimal
kalsium yang direkomendasikan tiap hari adalah 1000 miligram. Kalsium juga
dapat ditemukan pada beberapa makanan, seperti tahu, tempe, kacang merah, dan
ikan sardin.Menjaga pola makan yang seimbang dapat menjauhkan Anda, tidak
hanya dari risiko osteoporosis, namun juga penyakit jantung, diabetes, hingga
berbagai jenis kanker.
 Bersahabatdengan sinar matahari pagi
Paparan sinar matahari yang cukup dapat membantu tubuh memproduksi vitamin
D secara alami. Usahakan agar kulit terkena sinar matahari selama paling tidak 10
menit sebelum menggunakan tabir surya. Lakukan ini di pagi harisebelum jam 9.
Vitamin D diperlukan untuk penyerapan kalsium di dalam tubuh. Proses tersebut
membantu memperkuat gigi dan tulang yang pada akhirnya dapat mencegah
osteoporosis.
 Menghentikan kebiasaan buruk
Berhenti merokok dan membatasi konsumsi minuman beralkohol juga dapat
melindungi Anda dari osteoporosis. Rekomendasi maksimal mengenai konsumsi
alkohol oleh wanita adalah 2 kaleng bir dan oleh pria sebanyak 2,5 kaleng bir
dengan kadar alkohol 4,7 persen.

11. Komplikasi

12. Prognosis

15
15
Prognosis osteoporosis ditentukan oleh penegakan diagnosis dan terapi yang
tepat, serta kepatuhan berobat pasien. Ketiga aspek ini akan menurunkan risiko
komplikasi osteoporosis yaitu, fraktur vertebra, fraktur nonvertebra dan fraktur
pinggul.

KESIMPULAN

Pasien dalam skenario tersebut terkena penyakit hepatitis B. Dimana penyakit


hepatitis B sendiri adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B, suatu
anggota famili hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut maupun kronis
yang dapat erlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati yang masuk melalui darah ataupun
cairan tubuh dari seseorang yang terinfeksi. kegawat daruratan karena pasien memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut, namun harus tetap segera ditangani untuk mencegah adanya
komplikasi. Prognosis untuk pasien diatas ialah dubia ed bonam.

REFERENSI

1. Helmi, Noor Zairin. Buku ajar gangguan musculoskeletal.Jakarta :


Salemba medika. 2013.
2. Kemenkes R.I. Pedoman Pengendalian Osteoporosis. Jakarta. 2008.
3. Purwanti. Kenali Faktor Risiko Oseteoporosis. 2008..
4. Mangoenprasodjo, Setiono. Osteoporosis dan Bahaya Tulang Rapuh. Yogyakarta.
2005.
5. Lane, NE. Epidemiology, etiology, and diagnosis of osteoporosis. Amer J Obstetric
Gynecol. 2006.
6. Fatmah. Osteoporosis dan Faktor Risikonya pada Lanjut Usia Etnis Jawa. Media
Medika Indonesia. 2008.
7. Limbong, E.A., dan Syahrul, F.. Rasio Risiko Osteoporosis menurut Indeks Massa
Tubuh, Parietas, dan Konsumsi Kafein. Jurnal Berkala Epidemiologi. Surabaya:
Universitas Airlangga. 2015.
8. Noor, Zairin. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika, 2016

16
16

Anda mungkin juga menyukai