Anda di halaman 1dari 20

1

REFERAT
SLIPPED CAPITAL FEMORAL EPIPHYSIS (SCFE)
Oleh :
RUSTHAVIA AFRILIANTI
NIM: FAA 110 001
Pembimbing :
dr. DJUNIFER HASUDUNGAN SAGALA, Sp.OT
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN/SMF ILMU BEDAH ORTHOPAEDI
RSUDdr. DORIS SYLVANUS/PSPD-UNPAR
PALANGKARAYA
MEI
2014
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I. PENDAHULUAN 1
BAB II. TINJ AUAN PUSTAKA... 2
2.1. ANATOMI DAN NUTRISI EPIFISIS FEMUR.. 2
2.2. DEFINISI SCFE ... 3
2.3. EPIDEMIOLOGI SCFE... 3
2.4. ETIOLOGI SCFE ............................. 3
2.5. PATOLOGI SCFE. 4
2.6. KLASIFIKASI DIAGNOSTIK SCFE...................................................... 4
2.7. MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS SCFE 5
2.8. DIAGNOSIS BANDING SCFE ... 10
2.9. PENATALAKSANAAN SCFE ... 10
2.10 KOMPLIKASI SCFE... 14
2.11 PROGNOSIS SCFE............................. 14
BAB III. PENUTUP 15
DAFTAR PUSTAKA
3
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi SCFE berdasarkan stabilitas. 5
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambaran tingkat pergeseran epifisis... . 5
Gambar 2.2 Pergeseran epifisis gambaran klinik 7
Gambar 2.3 Pergeseran epifisis sinar-X...... 8
Gambar 2.4 Foto radiografi posisi frog-leg.... 8
Gambar 2.5 Kleins line.. 9
Gambar 2.6 Garis klein padakeadaan normal 9
Gambar 2.7 Pergeseran epifisis terapi. 11
Gambar 2.8 Pergeseran epifisis terapi. Epifiseodesis Heyman dan Herndon. 11
Gambar 2.9 Pergeseran epifisis terapi. 11
Gambar 2.10 Pergeseran epifisis terapi Operasi Dunn.. 13
Gambar 2.11 Pergeseran epifisis terapi. Osteotomi... 13
5
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan muskuloskeletal pada anak dan remaja adalah lazim. Diagnosis banding
gangguan muskuloskeletal pediatrik luas dan melibatkan semua kategori diagnostik: kongenital,
perkembangan, didapat, infeksi, neuromuskuler, neoplastik juga psikogenik. Setiap komponen
sistem skeletal individu tumbuh melalui berbagai mekanisme. Tulang panjang tungkai (humerus,
radius-ulna, femur, dan tibia-fibula) mempunyai lempeng pertumbuhan atau fisea pada setiap
ujungnya. Masing-masing sedikit banyak akan turut mempengaruhi pertumbuhan longitudinal
tulang indivdu, juga tungkai, melalui proses osifikasi endokondral.
1
Ujung-ujung setiap tulang panjang tersusun dari epifisis. Ujung-ujung ini ditutup oleh
kartilago artikuler dan membentuk sendi yang sesuai. Epifisis awal mulanya hampir seluruhnya
kartilaginosa dan kemudian secara progresif semakin tua menjadi lebih bertulang. Kartilago
artikuler juga mempunyai potensi pertumbuhan, yang turut menyebabkan pertumbuhan epifisis.
Cincin perikondria, yang mengelilingi lempeng efisea, juga perikondrium sekeliling epifisis dan
periosteum, yang mengelilingi metafisis dan daerah diafisis tulang, turut menyebabkan
pertumbuhan aposisional atau melingkar.
1
Sendi panggul merupakan sendi yang paling mengalami tekanan fisik dibanding sendi
anggota gerak lainnya. Letak epifisis femur-atas adalah oblik terhadap sumbu tulang femur,
maka tidaklah mengejutkan bila lempeng epifisis merupakan suatu titik lemah. Epifisis femur-
atas condong bergeser melalui titik lemah lempeng. Pergeseran dapat terjadi perlahan maupun
seketika, dan umumnya epifisis femur-atas bergeser kearah bawah dan belakang terhadap collum
femoris.
2
Slipped Capital Femoral Epiphysis (SCFE) dikenal juga sebagai epifisiolisis atau coxa
vara adolesen adalah gangguan panggul yang paling lazim pada remaja. Paling umum pada
hampir kebanyakan adolesen (paling sering pada anak-anak gemuk) dan memberikan gangguan
inervasi saraf panggul sehingga menyebabkan manifestasi nyeri kiriman (reffered pain).
Pergeseran mulai dari satu panggul tetapi 30% akan mengenai panggul yang satunya pula. Dapat
terjadi pada anak normal tetapi lebih cenderung mengenai anak yang mengalami ketidak
seimbangan endokrin. SCFE juga dapat terjadi sebagai komplikasi gangguan endokrin seperti
hipotiroidisme, gangguan pituitaria, pseudohipoparatiroidisme, dan lain-lain.
1,2,3
Dengan demikian diagnosis sering membingungkan dan sayangnya, hal tersebut awalnya
tidak terjawab yang menunda pengobatan dan memperburuk prognosis. Diagnosis SCFE harus
selalu dipertimbangkan ketika dokter menilai penyebab lemas pada panggul, paha, dan nyeri
lutut pada anak-anak. Sebagian besar kasus SCFE bersifat stabil dan memiliki prognosis yang
baik jika di diagnosis dini. Kondisi SCFE tidak stabil memiliki prognosis yang jauh lebih buruk
karena resiko tinggi nekrosis avaskular.
3
6
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI DAN NUTRISI EPIFISIS FEMUR
Tulang paha atau femur adalah bagian tubuh terbesar dan terkuat pada tubuh manusia.
Tulang femur menghubungkan tubuh bagian panggul dan lutut. Kata femur merupakan bahasa
latin untuk paha. Os femur terdiri dari bagian caput dan collum pada bagian proksimal dan dua
condylus pada bagian distal. Caput femoris akan membentuk sendi pada pinggul berhubungan
dengan acetabulum. Bagian lateral dari collum femoris terdapat trochanter mayor dan bagian
media trochanter minor sebagai tempat perlekatan otot. Pada bagian proksimal posterior terdapat
tuberositas glutea yaitu permukaan kasar tempat melekatnya m. gluteus maksimus. Didekatnya
terdapat linea aspera, tempat melekatnya m. biceps femoris. Pada ujung distal os femur terdapat
condylus yang akan membuat sendi condylar bersama lutut. Terdapat dua condylus yaitu
condylus medialis dan condylus lateralis. Diantara keduanya terdapat jeda yang disebut
intercondylaris.
4
Struktur os femur memiliki bagian penting yaitu epifisis, metafisis, dan diafisis. Epifisis
dan metafisis adalah tulang yang tumbuh. Perkembangan pada femur proksimal sangat kompleks
diantara region pertumbuhan skeletal apendikular. Selama masa remaja mungkin terjadi
kelemahan dari lempeng epifisis dan terjadi stress bearing sehingga terjadi pelepasan caput
femur dari leher femur.
4
Lempeng epifisis adalah tulang rawan yang berbentuk diskus yang terletak antara epifisis
dan metafisis. Lempeng epifisis merupakan bagian tulang yang bertanggung jawab dalam
perkembangan dan pertumbuhan memanjang pada tulangtidak matur. Terdapat beberapa tempat
osifikasi dalam tubuh yaitu pusat osifikasi primer yang bertanggung jawab untuk pertumbuhan
tulang-tulang kecil seperti lunatum, navikulare, dan talus. Pada bagian panjang dikenal adanya
osifikasi sekunder yaitu epifisis tekanan misalnya caput femur dan sendi lutut.
4
Pada masa adolesen, caput femoral memiliki vaskularisasi yang unik dari pasokan yang
tidak konsisten dari arteri ligamentum teres dan cincin arteri dari daerah leher. Arteri ligamentum
teres merupakan cabang dari arteri obturator atau terkadang dari medial femoral circumflex
artery (MFCA). Arteri ligamentum teres membentuk arteri epifisis medial. Hanya sebagian kecil
dari caput femur yang diperdarahi oleh arteri ligamentum teres. Suplai darah epifisis terutama
diperdarahi oleh pembuluh epifisis lateral yang muncul dari cincin subsinovial. Arteri epifisis
media dan arteri epifisis lateral akan beranastomosis dengan arteri metafiseal, yang muncul dari
cincin arteri ekstrakapsular. Vaskularisasi lempeng epifisis berasal dari arteri metafisis dan arteri
epifisis.
1,4
7
2.2 DEFINISI SCFE
Slipped Capital Femoral Epiphysis (SCFE) atau pergeseran epifisis femur proksimal atau
coxa vara adolesen atau Slipped Upper Femoral Epiphysis (SUFE) adalah pergeseran dari caput
femur (bagian epifisis) terhadap collum femur (bagian metafisis), terjadi selama fiseal
(pertumbuhan plat) masa awal adolesen baik kearah medial maupun posterior yang disebabkan
oleh stress bearing.
3,5,6,7
2.3 EPIDEMIOLOGI SCFE
Pergeseran epifisis femur proksimal yang dikenal juga sebagai epifisiolisis jarang dan
sebenarnya terbatas pada anak-anak yang sedang menginjak masa pubertas. SCFE secara umum
terjadi antara usia 10-16 tahun. Anak laki-laki (biasanya antara umur 14-16 tahun) lebih sering
terkena daripada anak perempuan (yang rata-rata lebih muda 2-3 tahun). Panggul kiri lebih
sering terkena daripada yang kanan dan kalau satu sisi bergeser, resiko sisi yang lain juga
bergeser lebih banyak(30%).
3,5
Insidensi diperkirakan 10,8 kasus per 100.000 anak. Sekitar 20% dari pasien memiliki
keterlibatan bilateral pada saat presentasi dan 20-40% akan berkembang menjadi pergeseran
bilateral.
3
2.4 ETIOLOGI SCFE
Meskipun SCFE sering dihubungkan dengan gangguan endokrin (misalnya:
hipotiroidisme atau gangguan hormon pertumbuhan), serta osteodistrofi ginjal dan terapi radiasi,
tetapi pada sebagian besar kasus merupakan kondisi idiopatik.
3
Kondisi idiopatik dapat disebabkan oleh banyak faktor, termasuk obesitas, orientasi
fiseal, kelainan dalam arsitektur fiseal, dan perubahan hormon selama masa adolesen yang
mempengaruhi kekuatan fiseal. Orientasi fiseal terutama disebabkan oleh perubahan
vaskularisasi caput femur yang semula berasal dari arteri epifisis dan arteri metafisis pada masa
adolesen menjadi arteri femoralis yang merupakan cabang arteri iliaka komunis pada masa
dewasa sehingga vaskularisasi yang bersifat pancaroba ini rentan terhadap keadaan patologis.
Kondisi obesitas akan meningkatkan tekanan pada plat fiseal, dengan tekanan secara vertikal dan
posterior (retroversi). Tekanan ini dengan kombinasi lemahnya fiseal akan memberikan
manifestasi penyimpangan arsitektur SCFE.
3
Cedera yang biasanya di sebabkan aktivitas fisik atau olahraga yang tinggi memainkan
peranan, terutama 30% kasus pergeseran akut. Pada 70% sisanya terjadi pergeseran progresif
secara lambat atau serangkaian pergeseran kecil, kadang-kadang menyebabkan pergeseran besar
setelah terkena tekanan mekanis yang relatif ringan (pergeseran akut pada yang kronis).
4,5,7,8
8
2.5 PATOLOGI SCFE
Pada epifisis yang bergeser, batang femur berputar pada rotasi eksternal dan leher femur
berpindah ke depan sementara epifisis tetap berada pada acetabulum. Gangguan terjadi melalui
daerah hipertrofik pada fisis tersebut dan secara relatif epifisis bergeser ke posterior pada leher
femur. Kalau pergeseran itu hebat, pembuluh retinakuler anterior akan robek. Dibagian dorsal
leher femur, periosteum terangkat dari tulang dengan pembuluh yang utuh; ini merupakan
sumber utama atau satu-satunya sumber suplai darah caput femoris, dan kerusakan terhadap
pembuluh ini akibat manipulasi atau operasi dapat menyebabkan nekrosis avaskular.
5
Epifisis femoralis biasanya akan bergeser secara perlahan dan akan menyebabkan
terjadinya deformitas coxa vara yang progresif dengan diikuti remodeling sekunder dari leher
femur, perlekatan periosteal tetap dalam kondisi intak. Pergeseran yang terjadi secara kronik ini
merupakan kondisi yang stabil. Biasanya pergeseran leher femur terjadi ke atas dan ke depan
terhadap epifisis dan pada epifisis terjadi pergeseran ke posterior dan bawah. Kadang-kadang
dapat terjadi pergeseran caput femur ke atas. Cedera akut yang terjadi pada kondisi pergeseran
caput femur ini akan menyebabkan pergeseran lebih lanjut yang tiba-tiba atau pergeseran akut
pada pergeseran kronik. Secara jelas dipahami bahwa pergeseran akut pada pergeseran kronik ini
merupakan kondisi yang tidak stabil. Ketika plat epifiseal (daerah fisis) tertutup pleh
penyambungan tulang maka tidak akan terjadi pergeseran kembali.
7
2.6 KLASIFIKASI DIAGNOSTIK SCFE
SCFE dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat pergeseran caput femur dan stabilitas.
Ada beberapa tingkatan pergeseran dari caput femur, yaitu:
a. Pre-slipped: belum terjadi perindahan yang sebenarnya dari epifisis
b. Minimal slipped: terjadi pergeseran caput femur <1 cm
c. Moderate slipped: terjadi migrasi dari caput femur >1 cm tapi <2/3 leher femur
d. Severe slipped: terjadi perpindahan >2/3 dari leher femur
9
Gambar 2.1 Gambaran tingkat pergeseran epifisis.
Tabel 2.1Klasifikasi SCFE berdasarkan stabilitas.
3
Klasifikasi Klinis
Stabil Pasien mengalami penurunan rotasi hip internal dan abduksi, serta terjadi
peningkatan fleksi hip, otomatisasi rotasi eksternal dari tungkai bawah
dengan fleksi pinggul.
Gaya berjalan gait lebih terlihat.
Tidak stabil Pergerakan pasien terbatas, berjalan dengan bantuan kurk, adanya
abnormalitas gaya berjalan.
Pasien kadang berperilaku jauh lebih berat seperti fraktur akut, nyeri dalam
melakukan pergerakan, dan memiliki prognosis yang lebih buruk karena
membawa peningkatan risiko nekrosis avaskular.
2.7 MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS SCFE
1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Pergeseran biasanya terjadi sedikit-sedikit, bukannya peristiwa akut yang mendadak, atau
mungkin ada riwayat berlarut-larut yang menyebabkan suatu klimaks yang hebat (pergeseran
akut ke kronis). Pada lebih dari 50%kasus terdapat riwayat cedera.
6
Meskipun SCFE biasanya dikaitkan dengan obesitas, tapi juga bisa terjadi pada anak
yang tidak obesitas. Pasien biasanya anak pubertas, khususnya yang kelebihan berat atau sangat
tinggi atau kurus. SCFE terjadi selama fase pertumbuhan anak dan hampir tidak pernah terjadi
pada anak perempuan setelah mulai menstruasi.
3,6
10
a. SCFE stabil
Pada anamnesis, SCFE stabil terdapat riwayat adanya kelemahan dan nyeri alih
(reffered pain) beberapa minggu atau bulan. Nyeri pada panggul dilaporkan sangat
jarang. Seringkali, riwayat trauma memberikan manifestasi kelemahan dan nyeri
menyamarkan diagnosis. Dengan adanya SCFE, anak mengalami penurunan gerakan
panggul, termasuk internal, fleksi rotasi, dan abduksi. Oleh karena penurunan atau
kehilangan gerak ini, anak dan orangtua sering menggambarkan rotasi eksternal
progresif dan pemendekan ekstremitas bawah. Keluhan sering disertai kesulitan
dalam olahraga atau dalam pelaksanaan tugas sehari-hari tertentu, seperti mengikat
sepatu.
3
Pada anak dengan SCFE stabil minimal hanya mengalami sedikit rotasi panggul
internal dan nyeri hanya pada gerak ekstrem. Gaya gait tipe trendelenburg (badan
pasien akan lebih menjorok kearah atau sisi tempat pergeseran epifisis femur terjadi,
karena berat badan akan tertumpu pada sisi ini) mungkin didapatkan, perbedaan
panjang ekstremitas tidak jelas, dan atrofi otot minimal. Sedangkan pada SCFE stabil
berat, gaya gait anak menjadi lebih terlihat, dengan panggul mengalami rotasi
eksternal secara jelas. Perbedaan panjang tungkai dan atrofi paha menjadi mudah
terlihat. Seiring waktu, terjadi rotasi panggul internal dan abduksi, serta terjadi
peningkatan fleksi panggul, otomatisasi rotasi eksternal dari tungkai bawah dengan
fleksi panggul. Pemeriksaan lutut selalu normal (tidak ada kestabilan,
pembengkakan, nyeri sendi garis, eritema atau kehangatan), seperti pemeriksaan
neurovaskular distal.
3,4,6
b. SCFE tidak stabil
Anak dengan SCFE tidak stabil biasanya datang dengan keluhan nyeri yang hebat,
seringkali setelah trauma yang berhubungan dengan olahraga atau jatuh dengan
cedera memutar, seperti dari tepi jalan. Selama pemeriksaan anak biasanya bersandar
pada latar meja pemeriksaan, tidak bisa bergerak, dan menolak setiap gerak pasif
pada ekstremitas oleh dokter. Panggul biasanya didapatkan pada posisi fleksi, rotasi
eksternal dan abduksi, mirip dengan yang terlihat pada pasien tua dengan displaced
hip fracture. Pada pemeriksaan neurovascular bagian distal biasanya normal.
3
Diagnosis dapat dibuat berdasarkan gejala dan tanda yang diperoleh dari pasien, namun
harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan radiologis terhadap ujung atas femur dari dua proyeksi
foto. Pergeseran minimal biasanya lebih nampak secara jelas pada foto proyeksi lateral
dibandingkan dengan proyeksi foto anterposterior. J ika epifisis femoral mengalami pergeseran
lebih lanjut, maka akan terlihat secara jelas remodeling dari leher femur. Gambaran radiologis
dari pelepasan penuh epifisis terlihat sangat jelas.
6
Gambar 2.2 Pergeseran epifisis
ini mengeluh nyeri hanya pada lutut; (c) kaki pada posisi rotasi eksternal. Pasien lain
menunjukkan (d) berkurangnya abduksi pada pinggul kanan; (e) berkurangnya rotasi internal dan
(f) meningkatnya rotasi eksternal.
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Foto X-ray
Radiografi anteroposterior dan Lauenstein (katak) lateral pelvis (
untuk penilaian SCFE. Kedua panggul harus diperiksa dan dibandingkan.
pengeseran epifisis ini, biasanya
perubahan yang muncul mungkin hanya minimal. Pada foto anteriorposterior lempeng epifisis
tampak terlalu lebar dan renggang. Gari
tetap berada lebih atas terhadap caput, dimana seharusnya garis khayal
(Tanda Trethowan). Pada foto lateral epifisis femur akan terang
ini merupakan penanda x-ray yang le
dengan mengukur sudut dasar epifisis terhadap collum femur, biasanya sudut yang kurang dan
87% derajat menandakan bahwa epifis
juga didapatkan garis lurus melalui dari leher kepala proksima
peningkatan densitas tulang dan kolaps secara segmental pada caput femur merupakan penanda
penting dari nekrosis avaskular.
3,
11
Pergeseran epifisis gambaran klinik (a) bentuk tubuh jelas; (b) anak laki
ini mengeluh nyeri hanya pada lutut; (c) kaki pada posisi rotasi eksternal. Pasien lain
menunjukkan (d) berkurangnya abduksi pada pinggul kanan; (e) berkurangnya rotasi internal dan
nal.
6
anteroposterior dan Lauenstein (katak) lateral pelvis (frog-lateral
untuk penilaian SCFE. Kedua panggul harus diperiksa dan dibandingkan. Pada fase awal dan
i, biasanya gambaran foto x-ray akan menunjukkan gambaran yang normal;
yang muncul mungkin hanya minimal. Pada foto anteriorposterior lempeng epifisis
terlalu lebar dan renggang. Garis yang ditarik sepanjang permukaan superior collum
h atas terhadap caput, dimana seharusnya garis khayal ini melewati c
(Tanda Trethowan). Pada foto lateral epifisis femur akan terangkat ke arah belakang; gambaran
ray yang lebih dipercaya dan abnormalitasnya kecil dapat di
dengan mengukur sudut dasar epifisis terhadap collum femur, biasanya sudut yang kurang dan
87% derajat menandakan bahwa epifisis terangkat ke arah posterior. Pada radiologi
didapatkan garis lurus melalui dari leher kepala proksimal pada pusat epifisis. Adanya
peningkatan densitas tulang dan kolaps secara segmental pada caput femur merupakan penanda
3,4
(a) bentuk tubuh jelas; (b) anak laki-laki
ini mengeluh nyeri hanya pada lutut; (c) kaki pada posisi rotasi eksternal. Pasien lain
menunjukkan (d) berkurangnya abduksi pada pinggul kanan; (e) berkurangnya rotasi internal dan
lateral) digunakan
Pada fase awal dan
ray akan menunjukkan gambaran yang normal;
yang muncul mungkin hanya minimal. Pada foto anteriorposterior lempeng epifisis
s yang ditarik sepanjang permukaan superior collum
ini melewati caput femur
kat ke arah belakang; gambaran
ya kecil dapat dideteksi
dengan mengukur sudut dasar epifisis terhadap collum femur, biasanya sudut yang kurang dan
is terangkat ke arah posterior. Pada radiologi frog-lateral
l pada pusat epifisis. Adanya
peningkatan densitas tulang dan kolaps secara segmental pada caput femur merupakan penanda
Gambar 2.3 Pergeseran epifisis
pergeseran epifisis dini pada pinggul kanan. Diagram diatas memperlihatkan
yang melintas tepat diatas caput pada sisi yang terkena, tetapi memotong melalui caput pada sisi
yang normal. Foto lateral secara diagnostik lebih handal; bahkan tingkat pergeseran yang sedikit
dapat diperlihatkan dengan menarik garis dari dasar epifisis dan naik ke pertengahan leher femur
kalau sudut yang ditunjukkan kurang dari 90
Gambar 2.4 Foto radiografi posisi
secara jelas, posisi foto ini diindikasikan ketika pasien dicurigai mengalami pergeseran epifisis
caput femur.
9
12
Pergeseran epifisis sinar-X (a) foto anteroposterior dan (b) lateral pada
pergeseran epifisis dini pada pinggul kanan. Diagram diatas memperlihatkan
yang melintas tepat diatas caput pada sisi yang terkena, tetapi memotong melalui caput pada sisi
eral secara diagnostik lebih handal; bahkan tingkat pergeseran yang sedikit
dapat diperlihatkan dengan menarik garis dari dasar epifisis dan naik ke pertengahan leher femur
kalau sudut yang ditunjukkan kurang dari 90
o
, epifisis telah bergeser ke posterior.
Foto radiografi posisi frog-leg. Menunjukkan adanya pergeseran dari epifisis
secara jelas, posisi foto ini diindikasikan ketika pasien dicurigai mengalami pergeseran epifisis
(a) foto anteroposterior dan (b) lateral pada
garis Trethowan
yang melintas tepat diatas caput pada sisi yang terkena, tetapi memotong melalui caput pada sisi
eral secara diagnostik lebih handal; bahkan tingkat pergeseran yang sedikit
dapat diperlihatkan dengan menarik garis dari dasar epifisis dan naik ke pertengahan leher femur
posterior.
6
Menunjukkan adanya pergeseran dari epifisis
secara jelas, posisi foto ini diindikasikan ketika pasien dicurigai mengalami pergeseran epifisis
13
Radiologi anteroposterior dengan garis klein (kleins line) menggambarkan peningkatan
aspek superior leher femur.
3
Gambar 2.5 Gambaran garis klein pada sepanjang batas superior leher femur.
Gambar 2.6 Pada keadaan normal, garis klein melewati sebagian dari caput femoral, pada
pasien dengan SCFE, garis mungkin berpotongan lebih kecil atau tidak ada bagian caput
femoral.
14
b. Angiografi dan ultrasonografi vaskular
Pemeriksaan angiografi dan ultrasonografi vaskular dapat dilakukan untuk mengetahui
apabila terdapat kelainan pada pembuluh darah yang memperdarahi femur (terutama pada bagian
caput) sehingga dapat menjadi predisposisi terjadinya keadaan patologis. Angiografi berupa
arteriografi femoral adalah pemeriksaan arteri untuk ekstremitas bawah dengan menggunakan zat
kontras. Ada 2 teknik dasar untuk pemeriksaan arteriografi yaitu pungsi jarum perkutan
(percutaneous needle punctie) dan kateterisasi arteri perkutan (percutaneous arterial
catherization). Ultrasonografi vaskular memungkinkan untuk mengukur kaliber, sekaligus
pulsasi, cabang-cabang dan isi arteri sebagai pemeriksaan penunjang lanjutan dari arteriografi
yang sudah dilakukan.
10
2.8 DIAGNOSIS BANDING SCFE
a. Femoral Head Avascular Necrosis.
b. Femoral Neck Fracture.
c. Femoral Neck Stress Fracture.
d. Femur Injuries and Fractures.
e. Groin Injury.
f. Osteitis Pubis.
3
2.9PENATALAKSANAAN SCFE
Tujuan terapi adalah (1) memelihara persediaandarah epififsis, (2) menstabilkan fisis, (3)
mengoreksi setiap deformitas yang tersisa. Karena aliran darah pada pergeseran epifisis dapat
terancamuntuk mengalami kerusakan jika adanya pergeseran lanjutan lempeng epifisis (fisis),
manipulasi yang kuat terhadap pergeseran epifisis ini harus dihindari karena membawa resiko
tinggi berupa nekrosis avaskuler. Pemilihan terapi tergantung pada tingkat pergeseran.
4,6
a. Pergeseran Ringan
Pergeseran ringan apabila kurang dari 1/3 lebar epifisis pada sinar X
anteriorposterior dan kurang dari 20 derajat kemiringan dalam foto lateral.
Deformitas akan minimal dan tidak perlu tindakan koreksi. Posisi ini diterima dan
fisis distabilkan dengan memasang dua atau tiga pen berulir atau suatu pen berkait,
sepanjang collum femur dan kedalam epifisis. Pilihan lain menempatkan cangkokan
tulang pada fisis, melalui suatu jendela pada leher femur anterior.
4,6
Gambar 2.7 Pergeseran epifisis
diusahakan, tetapi pergeseran yang lebih jauh dicegah dengan memasukkan pen pada epifisis.
Gambar 2.8 Pergeseran epifisis
Gambar 2.9 Pergeseran epifisis
internal; pen berulir atau sekrup perlu dimasukkan secara anterior kedalam femur agar tidak
berisiko merusak pembuluh retinakuler pada bagian belakang leher femur.
15
Pergeseran epifisis terapi. Pergeseran akan minimal sehingga reduksi tidak
ergeseran yang lebih jauh dicegah dengan memasukkan pen pada epifisis.
Pergeseran epifisis terapi. Epifiseodesis Heyman dan Herndon.
Pergeseran epifisis terapi. Pergeseran sedang dapat diterima dan difiksasi secara
internal; pen berulir atau sekrup perlu dimasukkan secara anterior kedalam femur agar tidak
pembuluh retinakuler pada bagian belakang leher femur.
6
. Pergeseran akan minimal sehingga reduksi tidak
ergeseran yang lebih jauh dicegah dengan memasukkan pen pada epifisis.
6
Epifiseodesis Heyman dan Herndon.
6
. Pergeseran sedang dapat diterima dan difiksasi secara
internal; pen berulir atau sekrup perlu dimasukkan secara anterior kedalam femur agar tidak
16
b. Pergeseran Sedang
Pergeseran sedang apabila antara 1/3 2/3 lebar epifisis pada sinar x
anteriorposterior dan 20-40 derajat kemiringan pada foto lateral. Deformitas akibat
tingkat pergeseran ini meskipun nyata sering dikaburkan oleh pembentukan model
tulang secara berangsur-angsur dan akhimya mungkin menyebabkan sedikit
ketidakmampuan, karena itu kita dapat menerima posisi mengikat epifisis insitu dan
kemudian tunggu kalau setelah 1-2 tahun terdapat deformitas yang nyata dilakukan
osteotomi korektif di bawah collum femur. Pendekatan ini aman tetapi pengikatan
epifisis lebih mudah dikatakan daripada dikerjakan, karena caput miring ke belakang,
pen yang dimasukkan ke atas ke collum femur juga memasuki segmen paling
anterior epifisis (dan sangat tidak aman) atau akan menembus korteks posterior
collum femur dan merusak pembuluh retinakular, karena itu pen berulir yang pendek
dimasukkan pada collum femur anterior dan diarahkan posteriormedial ke dalam
pusat epifisis. Pilihan lainnya dan mungkin dengan resiko komplikasi yang lebih
sedikit, fusi dapat dicapai dengan epifisiodesis pencangkokan tulang.
Pada saat yang sama setiap benjolan yang menonjol pada metafisis anteriosuperior
dapat dipangkasuntuk mencegahtergencetnya bibir asetabulum.
4,6
c. Pergeseran Berat
Pergeseran berat apabila lebih dari 2/3 lebar epifisis pada sinar X anteriorposterior
dan 40 derajat kemiringan foto lateral. Pergeseran yang berat menyebabkan
defomiitas nyata yang bila tidak diterapi akan memudahkan terjadinya osteoartritis
sekunder.
4,6
Reduksi tertutup dengan manipulasi adalah berbahaya. Reduksi terbuka dengan
metode Dunn memberikan hasil yang baik tetapi harus diserahkan kepada spesialis.
Trochanter mayor dielevasi dan leher femur dibuka. Dengan diseksi perlahan-lahan
subperiosteum, pembuluh retinakular posterior dipertahankan sambil menggerakkan
epifisis (yang biasanya tergencet oleh kalus muda). Suatu segmen kecil leher femur
kemudian dibuang, sehingga epifisis dapat direposisi tanpa terjadinya ketegangan
pada struktur posterior, sekali direduksi diperkuat dengan dua atau tiga pen. Pada
hampir semua kasus kecuali yang ditangani orang yang paling berpengalaman,
prosedur ini membawa 5-10% resiko nekrosis avaskuler atau kondrolisis. Pilihan
lainnya dan metode yang direkomendasikan bagi ahli bedah yang kurang
berpengalaman adalah mengikat epifisis kalau pergeseran sedang dan kemudian
segera setalah dilakukan fusi selesai, melakukan osteotomi intertrokhanterik
kompensatorik yang termudah adalah osteotomi tiga bidang dengan reposisi femur
proksimal secara serentak ke dalam, fleksi dan rotasi medial; yang lebih anatomis
adalah osteotomi flexi geometris yang diuraikan oleh Griffith, tetapi pasien harus
diberitahu bahwa hal ini dapat mengakibatkan perpendekan 2-3 cm.
4,6
Follow up pasien setelah proses tatalaksana haru
setidaknya hingga lempeng epifisis (fisis) m
epifisis pada femur yang berlawanan harus dinilai pada i
karena terdapat resiko sekitar 30% untuk terjadi pergeseran kembali se
lempeng epifiseal menutup.
Gambar 2.10 Pergeseran epifisis
pada leher femur dibuang sehingga epifisis dapat direduksi dan dipen tanpa menyebabkan
ketegangan pada pembuluh posterior.
Gambar 2.11 Pergeseran epifisis
dengan memfiksasi epifisis dan kemudian melakukan osteotomi kompensasi. Baji dipotong
dengan dasar lateral dan anterior agar memungkinkan posisi kedalam (valgus), fleksi dan rotasi
pada osteotomi. (d,e) Posisi setelah osteotomi dan fiksasi internal.
17
n setelah proses tatalaksana harus dilakukan secara kontiyu
setidaknya hingga lempeng epifisis (fisis) menutup; pada periode follow up in
epifisis pada femur yang berlawanan harus dinilai pada interval waktu yang tetap,
karena terdapat resiko sekitar 30% untuk terjadi pergeseran kembali se
al menutup.
4,6
ergeseran epifisis terapi. Operasi Dunn untuk pergeseran berat. Segmen kecil
pada leher femur dibuang sehingga epifisis dapat direduksi dan dipen tanpa menyebabkan
ketegangan pada pembuluh posterior.
6
Pergeseran epifisis terapi. (a,b,c) Pergeseran yang berat dapat diberi terapi
dengan memfiksasi epifisis dan kemudian melakukan osteotomi kompensasi. Baji dipotong
dengan dasar lateral dan anterior agar memungkinkan posisi kedalam (valgus), fleksi dan rotasi
sisi setelah osteotomi dan fiksasi internal.
6
s dilakukan secara kontiyu
enutup; pada periode follow up ini,
nterval waktu yang tetap,
karena terdapat resiko sekitar 30% untuk terjadi pergeseran kembali sebelum
Operasi Dunn untuk pergeseran berat. Segmen kecil
pada leher femur dibuang sehingga epifisis dapat direduksi dan dipen tanpa menyebabkan
(a,b,c) Pergeseran yang berat dapat diberi terapi
dengan memfiksasi epifisis dan kemudian melakukan osteotomi kompensasi. Baji dipotong
dengan dasar lateral dan anterior agar memungkinkan posisi kedalam (valgus), fleksi dan rotasi
18
2.10 KOMPLIKASI SCFE
Beberapa komplikasi yang mungkin timbul akibat pergeseran epifisis femur.
a. Pergeseran pada panggul yang lain
Pada sekurang-kurangnya 20% kasus terjadi pergeseran pada panggul lain,
terkadang ketika pasien berada di tempat tidur. Perlu kewaspadaan: panggul
asimptomatik harus dicek dengan sinar X dan bila ada tanda abnormalitas epifisis
yang terkecil pun harus diwaspadai.
b. Nekrosis avaskuler
Kematian epifisis dulu sering terjadi. Saat ini komplikasi ini hampir tidak pemah
terjadi bahkan pada kondisi tidak dilakukan terapi. Komplikasi iatrogenik ini
diperkecil kemungkinan terjadinya dengan menghindari manipulasi kuat dan operasi
yang mungkin merusak pembuluh retinakuler posterior.
c. Kondrolisis artikuler
Nekrosis kartilago kemungkinan terjadi akibat kerusakan pembuluh darah
(biasanya iatrogenik), tetapi dalarn kondisi ini perubahan tulang yang terjadi adalah
minimal. Terjadi penyempitan rongga sendi yang progresif dan panggul akan
menjadi kaku.
d. Coxa Vara
Pergeseran epifisis yang berlangsung tanpa diketahui atau tanpa terapi yang
adekuat dapat mengakibatkan coxa vara. Kecuali pada kasus yang paling parahcoxa
vara lebih bersifat semu; caput femur bergeser ke belakang bukannya kebawah dan
deformitas pada dasarnya adalah retroversi leher femur. Efek sekunder adalah
deformitas rotasi ekternal pada panggul, kemungkinan dapat terjadi pemendekan
femur dan osteoartritis sekunder.
4
2.11 PROGNOSIS SCFE
Prognosis biasanya baik dengan pengobatan.
1
19
BAB III
PENUTUP
Tulang paha atau femur adalah bagian tubuh terbesar dan terkuat pada tubuh manusia.
Tulang femur menghubungkan tubuh bagian panggul dan lutut. Struktur os femur memiliki
bagian penting yaitu epifisis, metafisis, dan diafisis. Epifisis dan metafisis adalah tulang yang
tumbuh. Lempeng epifisis adalah tulang rawan yang berbentuk diskus yang terletak antara
epifisis dan metafisis. Lempeng epifisis merupakan bagian tulang yang bertanggung jawab dalam
perkembangan dan pertumbuhan memanjang pada tulang matur. Selama masa remaja mungkin
terjadi kelemahan dari lempeng epifisis dan terjadi stress bearing sehingga terjadi pelepasan
caput femur dari leher femur.
Slipped Capital Femoral Epiphysis (SCFE) adalah gangguan panggul yang paling lazim
pada remaja. SCFE merupakan pergeseran dari caput femur (bagian epifisis) terhadap collum
femur (bagian metafisis). Anak laki-laki lebih sering terkena daripada anak perempuan. Insidensi
diperkirakan 10,8 kasus per 100.000 anak. Meskipun SCFE sering dihubungkan dengan
gangguan endokrin, tetapi pada sebagian besar kasus merupakan kondisi idiopatik. SCFE dapat
diklasifikasikan berdasarkan tingkat pergeseran, dan stabilitas.
Diagnosis dapat dibuat berdasarkan gejala dan tanda yang diperoleh dari pasien, namun
harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan radiologis terhadap ujung atas femur dari dua proyeksi
foto yaitu anteroposterior dan frog-lateral. Foto lateral secara diagnostik lebih handal, bahkan
dengan tingkat pergeseran yang sedikit. Angiografi dan ultrasonografi vaskular juga dapat
dilakukan sebagai pemeriksaan penunjang untuk mengetahui apabila terdapat kelainan pada
vaskularisasi femur. Penatalaksanaan bergantung padatingkat pergeseran epifisis, yang terbagi
menjadi pergeseran ringan, sedang dan berat. Adapun tujuan terapi adalah (1) memelihara
persediaandarah epififsis, (2) menstabilkan fisis, (3) mengoreksi setiap deformitas yang tersisa.
Komplikasi yang terjadi dapat berupa pergeseran pada pinggul yang lain, nekrosis avaskular,
kondrolisis artikular dan coxa vara. Prognosis biasanya baik dengan pengobatan.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Thompson GH, Scoles PV. Gangguan tulang dan sendi: epifisis kaput femoris tergelincir.
Dalam: Wahab AS, editor. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15. Volume 3. J akarta:
EGC; 2000. p: 2358-9.
2. Rasjad C. Reksoprodjo S, Hadi SA, Yurianto H, Roeshadi D, Ferdiansyah, dkk. Sistem
muskuloskeletal: slipped upper femoral epiphysis. Dalam: Sjamsuhidajat S, editor. Buku
ajar ilmu bedah de jong. Edisi 3. J akarta: EGC; 2010. p: 985-6.
3. Helmi ZN. Selip epifisis kepala femur (slipped capital femoral epifisis). Buku ajar gangguan
muskuloskletal. J akarta: Salemba Medika: 2012. p: 133-7.
4. Murray, J , Holmes EJ , Misra RR. AZ of Musculoskeletal and Trauma. New York-USA:
CambrigdeUniversity Press; 2008. p. 687-90.
5. Chaeruddin R. Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar: Bintang Lamumpatue; 2010. p. 154-9.
6. Apley AG, Solomon L. Pergeseran epifisis. Dalam: Kartini A, editor. Buku ajar ortopedi dan
fraktur sistem apley. Edisi 7. J akarta: Widya Medika; 1995. p: 135-9.
7. Salter, Bruce, Robert. Text Book Of Disorder and Injuries Of The Musculoskeletal System.
Edisi 3. Baltimore: Williams and Wilkins; 2008. p. 1021-9.
8. Skinner B, Fitzpatrick M. Current Essential Orthopedics. USA: Mc GrawHill Company;
2008. p. 556-60.
9. Thompson. Netter's Concise Atlas of Orthopaedic Anatomy. Edisi 1. Philadelphia: Elvesier
inc; 2001. p. 1126-30.
10. Rachman MD. Angiografi, angiografi substraksi digital dan limfografi. Dalam: Ekayuda I,
editor. Radiologi Diagnostik. J akarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. p. 201-2; 505.

Anda mungkin juga menyukai