Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN KASUS

Oleh : dr. Jennifer Uriah

Cutaneous larva migrans


Identitas pasien

• Nama : An. NA
• No. RM : 513012
• Umur : 13 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Tanggal kasus : 11 Desember 2017
Anamnesis

• Seorang anak perempuan, usia 13 tahun, dibawa Ibunya datang ke Poli


Anak Puskesmas Air Saga dengan keluhan utama gatal dan panas pada
bagian paha kiri yang dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Pada anamnesis
didapatkan bahwa seminggu sebelumnya pasien bermain ke pantai bersama
dengan temannya tanpa memakai alas kaki. Keesokan harinya, di paha kiri
bagian atas keluar lepuh kecil kemerahan yang terasa gatal dan panas, lama
kelamaan lepuh tersebut meluas berkelok-kelok, membentuk terowongan
yang berisi cairan. Setelah beberapa hari, telah terbentuk beberapa
terowongan yang terasa sangat gatal dan panas. Pada saat pasien datang,
terlihat beberapa lesi berupa papul serpiginosa, sewarna kulit pada bagian
paha kiri. Pasien mengaku sering keluar bermain ke pantai bersama teman-
temannya tanpa memakai alas kaki.
• Riwayat Pengobatan : Pasien belum pernah berobat untuk
mengurangi keluhan sekarang, riwayat mengkonsumsi obat-
obatan rutin disangkal
• Riwayat Kesehatan/Penyakit : Pasien belum pernah
mengalami hal yang sama sebelumnya. Riwayat alergi
terhadap makanan disangkal. Riwayat alergi dan diare
berulang disangkal.
• Riwayat Keluarga : Tidak ada yang mengalami keluhan yang
sama dalam keluarga
• Riwayat Pekerjaan : Pasien merupakan seorang pelajar.
• Riwayat Kebiasaan: Pasien adalah seorang pelajar dengan
aktivitas fisik sehari-hari ringan dan sering bermain keluar
tanpa memakai alas kaki
Pemeriksaan fisik

Status Present
•Keadaan Umum : baik
•Kesadaran : compos mentis (E4M6V5)
•Tanda-Tanda Vital :
• TekananDarah : 110/70 mmHg
• HR : 88x/menit
• RR : 18x/menit
• Suhu : 38,2oC
•BeratBadan : 60 kg
•TinggiBadan : 145 cm
•BMI : 28,5 kg/m2 (obese)
Status Generalis
•Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, mata cowong -/-
•Mulut : faring hiperemis -/-, tonsil T1/T1, mukosa basah
•Leher : pembesaran KGB (-)
•Paru :
• Inspeksi : tampak simetris
• Palpasi : teraba simetris
• Perkusi : sonor di kedua lapang paru
• Auskultasi : vesikuler -/-, rhonki -/-, wheezing -/-
• Jantung : normal, murmur (-), gallop (-)
• Abdomen :
• Inspeksi : tampak simetris
• Auskultasi : BU (+) normal
• Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
• Perkusi : timpani
• Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-)
diagnosis

Cutaneous Larva Migrans


tatalaksana

• Albendazole 5 x 400 mg
• Kontrol kembali 3 hari kedepan/jika gejala bertambah parah
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi CLM
Cutaneous larva migrans / creeping
eruption : Erupsi di kulit berbentuk
penjalaran yang berkelok kelok,
menimbul dan progresif, sebagai reaksi
hipersensitivitas kulit terhadap invasi
larva cacing tambang yang berasal dari
feses anjing dan kucing
Sinonim
 Dermatosis linearis
migrans
 Sandworm disease
Epidemiologi
• Distribusi Geografik Di Jakarta :
kucing = 72% A.braziliense
anjing = 18% A.braziliense,68% A.caninum
• Sering daerah iklim hangat dan lembab
( Sub tropis & Tropis)
• Larvanya banyak ditemukan di pantai
berpasir
Epidemiologi
• Di berbagai daerah di Indonesia, prevalensi infeksi
cacing tambang berkisar 30-50%
• Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah
perkebunan
• Tingginya prevalensi juga dipengaruhi oleh jenis
pekerjaan. Sebagai contoh kelompok karyawan yang
mengolah tanah di perkebunan teh , karet akan terus
menerus terpapar sumber kontaminasi
Etiologi
• Penyebab utama adalah larva yang berasal dari cacing
tambang yang hidup di usus anjing dan kucing, yaitu
Ancylostoma branziliense dan Ancylostoma caninum
• Ancylostoma branziliense dan Ancylostoma caninum
dapat ditemukan di daerah tropis dan subtropik; juga
ditemukan di Indonesia
Morfologi Ancylostoma
branziliense
• Mempunyai 2 pasang
gigi yang tidak sama
besarnya
• Panjang cacing
jantan 4,7- 6,3 mm
• Panjang cacing
betina 6,1- 8,4 mm
Morfologi Ancylostoma caninum

• Memiliki 3 pasang gigi


• Panjang cacing jantan 10 mm
• Panjang cacing betina 14 mm
Siklus Hidup
Life Cycle
• Siklus hidup parasit dimulai, saat telur
dari feses hewan yang terdapat di
pasir yang lembap dan hangat
menetas dan mengeluarkan larva.

• Larva memakan bakteri pasir, dan


akan berubah menjadi larva
rhabditiform, lalu filariform yang
adalah bentuk infektif.
Penetrasi
• Fase infektif menembus kulit hospes, dan
masuk ke epidermis

• Parasit mengeluarkan enzim protease –


penetrasi folikel, dan kulit intak maupun
luka. Didalam epidermis, larva melepas
lapisan kutikula, dan mulai migrasi
dalam 2-3 hari.
Infeksi manusia
• Manusia adalah hospes reservoar, dan
larva tidak memiliki enzim kolagenase
untuk menembus membrana basalis dan
menginvasi dermis manusia, larva
terisolir di epidermis.
Faktor Resiko

Kebiasaan tidak Pengobatan anjing dan


menggunakan kucing
alas kaki secara teratur

Berlibur ke daerah tropis Cuaca atau iklim


atau pesisir pantai lingkungan
Faktor Resiko

Tinggal di daerah dengan


keadaan pasir atau tanah Usi
yang lembab a

Pekerjaa
n
Patogenesis

LARVA LARVA
LARVA
FILARIFORM BERJALAN
BERADA DI
PENETRASI KE JALAN
DALAM
DALAM KULIT SEPANJANG
KULIT
DERMO-
EPIDERMAL

RASA TIMBUL GEJALA


TERBENTU
GATAL PADA
K PAPUL
DAN KULIT
ERITEM
PANAS

PAPUL MENJALAR MEMBENTU


BERKELOK KELOK,
POLISIKLIK,
K BURROW
SERPIGINOSA, DAN (TEROWONG
MENIMBUL AN)
Manifestasi Klinis
• Waktu dari exposure-onset1-6 hari
• Perubahan pada kulit adalah gejala klinis yg
paling khas pada CLM tersebut
Effloresensi Kulit
• Karakter pada lesi CLM adalah eritem,papul yg
berbentuk linear dan berkelok-kelok
serpiginosa,dan biasanya membentuk burrow
creeping eruption,yg berlangsung 2-8
minggu
• Kadang ada juga ditemukan vesikel
• Lesi biasanya 3mm lebar dan 15-20cm panjang
• Gatal dan nyeri
• Larva dapat bergerak dan berpindah biasanya
beberapa mm- cm/hari
Diagnosis
 Pemeriksaan Fisik
 TTV
 Lesi khas :
• Erimatosa
• Meninggi
• Membentuk terowongan berkelok-kelok seperti ular
di lokasi khas
 Predileksi : punggung tangan/kaki,anus,bokong,paha
dan telapak kaki
Diagnosis
 Pemeriksaan
Penunjang

Normal dlm tubuh : 1-3% (absolut 50-


300 sel/mm3)
ELISA (Enzyme-linked
Meningkat hingga 3000 mm3 Immunosorbent Assay)
Diagnosis Banding
• Adanya terowongan bedakan dengan
skabies, pada skabies terowongan yang
terbentuk tidak panjang
• Bila melihat bentuk yang polisiklik mirip
dengan dermatofitosis.
• Pada permulaan lesi berupa papul, sering
diduga insect bite.
• Invasi larva yang multipel timbul
serentak,papul-papul lesi dini sering
menyerupai herpes zoster pada
stad.permulaan
Skabies
• Gatal pada kulit
• Tungau atau kutu kecil yang bernama
Sarcoptes scabiei.
• Ukuran kutu (tungau) betina 0,3-0,4 mm
• Sarcoptes scabei jantan setengah dari
ukuran betina.
Skabies
• Kutu betina yang sudah dibuahi akan tinggal
di kulit dengan membuat liang terowongan
pada kulit, dan akan bertelur 40-50 butir
telur, dan akan menetas dalam waktu 3-5
hari.
Faktor Risiko Skabies
Sanitasi buruk Kurang
Gizi

kondisi ruangan terlalu lembab dan


kurang bahkan tidak mendapat sinar
matahari secara langsung.

X
Gejala Skabies
• Gejala utama adalah rasa gatal, yang terjadi
karena reaksi alergi terhadap tungau,
terutama pada malam hari.
• Lokasi gatal:
– Di sela-sela jari dan pergelangan tangan
– Pada permukaan luar siku dan lipat ketiak
– Di sekitar perut dan pusar
– Pada bagian bokong dan selangkangan
– Pada daerah areola mamae
Penyakit ini mudah menular melalui kontak langsung
(berjabat tangan, tidur bersama, hubungan seksual) dan
tidak langsung (pakaian, handuk, sprei, bantal).
Dermatofitosis
• Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan
yang mengandung zat tanduk, misalnya
stratum korneum pada epidermis, rambut,
dan kuku, yang disebabkan golongan jamur
dermatofita. Disebut juga sebagai tinea,
ringworm, kurap, teigne, herpes sirsinata.
Dermatofitosis
• Jamur ini dapat menginfeksi jaringan
keratin manusia maupun binatang.

• Gejala Dermatofitosis
1.Gatal-gatal
2.Munculnya pertumbuhan jamur kulit
• lesi bulat/ lonjong
• tepi yang aktif
• polisiklik, arsinar, dan
sirsinar
• Pada bagian pinggir
ditemukan lesi yang aktif
yang ditandai dengan
eritema, adanya papul atau
vesikel, sedangkan pada
bagian tengah lesi relatif
lebih tenang.
Diagnosis Banding
Granuloma Tinea Pedis Insect bites Herpes
Anulare Zooster
• Lesi • Pemeriksaan Ada gatal spt Ada terbentuk
berbentuk
cincin kalium creeping papul
•Lesi tidak hidroksida eruption
memberi hasil
memperlihatka positif Tidak Lesi
n membentuk membentuk
skuama dan terowongan linier pada
vesikel serta Lesi berupa persarafan
tidak papul
gatal dermatom
Timbul
serentak
Tidak gatal
Penatalaksanaan

Steroid topikal superpoten


kelas 1 (mis.krim
klobetasol) untuk gatal

50
mg/kg/hari
dalam 2
400 mg/ dosis
hari selama 2-5
Selama 3 hari
Penatalaksanaan

Mengurangi gejala dgn Nitrogen cair : ke


memperlambat aktivitas larva ujung lesi yang
cacing pada suhu rendah aktif
Edukasi dan Pencegahan
• Mencegah bagian tubuh untuk berkontak langsung dengan
tanah atau pasir
yang terkontaminasi
• Melakukan pengobatan secara teratur terhadap anjing dan
kucing dengan antihelmintik
• Menutup lubang-lubang pasir dengan plastik dan mencegah
binatanguntuk
defekasi di lubang tersebut
• Wisatawan disarankan untuk menggunakan alas kaki saat
berjalan dipantai dan menggunakan kursi saat berjemur
• Mencuci tangan
Komplikasi

Ekskori
asi

Pruritus pada creeping eruption dapat


menimbulkan ekskoriasi pada
lokasi lesi.
Infeksi Sekunder
• Pruritus  Luka pada lesi creeping eruption
 invasi oleh bakteri Streptococcus ß
hemoliticus  infeksi kulit sekunder
(Erisepelas dan selulitis).
PROGNOSIS

• Dubia et bonam. Terapi yang tepat dengan


terapi antihelmintes (albendazole atau
tiabendazole).
• Creeping eruption termasuk ke dalam
golongan penyakit
self limiting.
• Lesi tanpa komplikasi yang tidak diobati
dapat sembuh dalam waktu 4 -8 minggu.

Anda mungkin juga menyukai