Obyek presentasi :
Tinjauan
Keilmuan Keterampilan Penyegaran pustaka
Deskripsi:
Seorang anak perempuan, usia 7 tahun, dibawa Ibunya datang ke Poli Anak
Puskesmas Air Saga dengan keluhan utama sering bengong secara tiba-tiba. Hal ini
telah terjadi berulang kali sejak 2 tahun ini. Pasien sering merasa bengong secara
tiba-tiba saat melakukan sesuatu hal, yaitu jalan, makan bahkan saat bermain
dengan teman-temannya. Pada tahun pertama terjadi beberapa bulan sekali lalu
semakin lama semakin sering. Pada tahun kedua, pasien mengalaminya hampir
setiap minggu, sehingga orang tua pasien memutuskan untuk membawa pasien
untuk berobat ke Puskesmas. Pasien merupakan anak pertama, dan keluarga pasien
tidak ada yang mengeluhkan hal yang sama. Pasien belum pernah berobat ke tempat
lain dan belum pernah diobati sendiri.
Riwayat Pengobatan
-
Riwayat Kebiasaan
Pasien adalah seorang pelajar dengan aktivitas fisik sehari-hari ringan
Status Generalisata
a) Kepala:
Normocephali, bentuk bulat, deformitas (-),
b) Wajah:
Ekspresi normal, pucat (-), kemerahan (-), sianosis (-), wajah
simetris.
c) Mata:
Pupil bulat reguler isokor (+/+), Konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), gerak bola mata normal
d) Teling/ Hidung/ Mulut:
Dalam batas normal
e) Leher :
KGB & kelenjar thyroid normal
f) Thoraks
Paru
Inspeksi: Simetris fusiformis
Palpasi : Vokal fremitus kanan dan kiri simetris saat inspirasi dan
expirasi,
Perkusi : Sonor. Batas paru dengan hepar, jantung kanan, lambung,
jantung kiri normal.
Auskultasi: Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi: Ictus cordis tidak terlihat
Perkusi :
g) Abdomen
Inspeksi: Perut simetris, tipe pernapasan abdominotorakal
Palpasi: Supel, hepar, lien, teraba normal, ginjal ballotement (-)
h) Ekstremitas
Atas
Bawah
2. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
3. Diagnosis Kerja
Absence Seizure
4. Tatalaksana
Rujuk ke Poli Syaraf RSUD Marsidi Judono
5. Prognosis
Quo ad vitam: ad bonam
Quo ad sanationam: ad bonam
Quo ad fungsionam: ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Kejang absans merupakan salah satu bentuk dari epilepsi umum (generalized
seizure). Ditandai dengan hilangnya kesadaran selama beberapa saat, dan kemudian
kembali seperti biasa. Kejang absans terjadi pada epilepsi general idiopatik atau
(1)
simptomatik . Epilepsi sendiri berarti sekelompok gangguan kronis yang ditandai
dengan kejang yang berulang dan tak terduga. Sedangkan kejang (seizure) merupakan
manifestasi dari disfungsi sementara pada otak yang disebabkan oleh
hipersinkronisasi yang abnormal pada pelepasan arus listrik di neuron kortikal yang
bisa melakukan limitasi dengan sendirinya (self limited) (2) (3).
2.2. Epidemiologi
EEG pada typical absence memiliki aktifitas latar belakang yang normal. Pada
typical absence seizure dapat ditemukan gelombang paku 3Hz. Frekuensinya sering
lebih cepat pada saat onset dengan sedikit perlambatan pada fase akhirnya. Onset dan
fase akhir dari kejang ini bersifat mendadak, dan tidak ditemukan perlambatan pada
EEG postictal. Hiperventilasi juga sering memicu kejang absans dan harus menjadi
bagian rutin dalam pelaksanaan EEG pada anak.
Atypical absence seizure ditandai dengan gelombang paku paroksimal lambat,
biasanya 2,5Hz. Onsetnya sangat sulit untuk dipahami, dan perlambatan EEG
postictal dapat dijumpai.
EEG pada atypical absence seizure dapat dijumpai ketidaknormalan pada
aktifitas latar belakangnya. Korelasi klinis antara kompleks gelombang paku yang
tergeneralisasi dengan klinis kejang tidak jelas seperti yang ada pada typical absence
seizure. Gelombang paku yang lambat dapat muncul sebagai pola interictal seperti
pada sindroma Lennox-Gastout
Aliran gelombang paku lambat (2,5 HZ). Ini merupakan pola interictal pada anak
dengan kejang dan keterlambatan pertumbuhan.
2.8. Diagnosis Banding
Absence seizure memiliki beberapa diagnosis banding:
1. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
2. Complex Partial Seizures
3. Confusional States and Acute Memory Disorders
4. Febrile Seizures
5. First Pediatric Seizure
6. Migraine
7. Psychogenic Nonepileptic Seizures
8. Reflex Epilepsy
9. Shuddering Attacks
10. Status Epileptikus
Kejang absans dapat rancu dengan kejang parsial kompleks, terutama pada kasus
kejang memanjang dengan automatism, tabel di bawah ini dapat membantu untuk
membedakan kejang absans dengan parsial kompleks, serta membantu membedakan
antara typical absence dan atypical absence (1).
Perbedaan antara typical absence seizure dengan complex partial seizure
DAFTAR PUSTAKA
1. Segan, Scott. Absence Seizure. Medscape Reference. [Online] April 27, 2011.
[Cited: June 12, 2011.] http://emedicine.medscape.com/article/1183858-overview.
2. Longmore, Murray, et al. Oxford Handbook of Clinical Medicine 8th ed. Oxford :
Oxford University Press, 2010.
7. Mayo Clinic. Absence seizure (petit mal seizure). Mayo Clinic. [Online] June 23,
2009. [Cited: June 14, 2011.] http://www.mayoclinic.com/health/petit-mal-
seizure/DS00216.
8. Roth, Julie L. Status Epilepticus. Medscape Reference. [Online] May 26, 2011.
[Cited: June 13, 2011.] http://emedicine.medscape.com/article/1164462-
overview#showall.
11. The New Antiepileptic Drugs: Clinical Application. LaRoche, Suzette M and
Helmers, Sandra L. 5, s.l. : JAMA, 2004, Vol. 291.
12. Mazzoni, Pietro, Pearson, Toni Shih and Rowland, Lewis P. Epilepsy. [book
auth.] Pietro Mazzoni, Toni Shih Pearson and Lewis P. Rowland. Merritt's Neurology
Handbook, 2nd Edition. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins (LWW), 2006.