Anda di halaman 1dari 12

PEMERIKSAAN VISUS

Ketajaman penglihatan sentral diukur dengan memperthatikan objek dalam berbagai ukuran
yang diletakkan pada jarak standar dari mata. Objek yang digunakan terdiri atas deretan huruf
acak yang tersusun dengan ukuran semakin mengecil untuk menguji penglihatan jauh
(digunakan jarak 6 meter). Setiap baris deretan huruf diberi nilai yang sesuai dengan jarak
yang memungkinkan semua huruf dalam baris itu terbaca oleh mata normal. Nilai tersebut
ditetapkan dalam meter, feet, decimal.
Pemeriksaan visus dapat menggunakan beberapa chart :
1. Snellen chart : kartu bertuliskan beberapa huruf dengan ukuran yang berbeda,
digunakan untuk pasien yang bisa membaca.
2. E-Chart : kartu bertuliskan huruf E semua dengan arah kaki yang berbeda-beda,
digunakan untuk pasien yang buta huruf dan anak-anak.
3. Cincin ladolt : kartu bertuliskan huruf C dengan arah lubang yang berbeda-beda,
digunakan pasien yang buta huruf dan anak-anak.

Visus dikatakan normal bila pasien bisa melihat tanpa alat bantuan, objek dari jarak 6 meter
yang mana seharusnya dapat dilihat dari jarak 6 meter. Pencatatab visus sebagai 6/6.
Jarak pemeriksa
Jarak huruf seharusnya yang dapat dilihat mata normal

Penurunan tajam penglihatan dapat disebabakan oleh kelainan refraksi atau kelainan
oftamologi non reflaksi (misalnya kelainan korne, uvea, katarak dll). Tes atau uji pinhole
dapat digunakan untuk membedakan jenis penyebab penurunan visus. Bila pasien diminta
melihat objek melalui lubang kecil dan objek itu bertambah jelas, atau tajam penglihatan
membaik, maka penurunan visus dapat diakibatkan kelainan refraksi. Bila dengan uji pinhole
visus tidak membaik atau memburuk maka kemungkinan penurunan visus bukan akibat
kelainan refraksi. Pemeriksaan visus dilakukan pada kedua mata bergantian, umumnya mata
kanan diperiksa terlebih dahulu kemudian mata kiri, atau mata yang bermasalah dites terlebih
dahulu kemudian mata sebelahnya yang lebih sehat. Hasil pemeriksaannya berupa VOD:
visus okuli dekstra dan VOS: visus okuli sinistra.

Langkah-langkah pemeriksaan visus yatitu:


1. Pemeriksaan visus dengan snellen chart yang diletakkan didinding dengan jarak 6
meter dari pasien. Pasien menghadap snellen chart periksa mata pasien berantian
dengan menyebutkan huruf berurutan dari deretan atas kebawah. Ditentukan visus
pasien yaitu sesuia beris terakhir diminta huruf-huruf dapat dibaca pasien. Interpretasi
hasil 6/6, 6/9, 6/12..... 6/60.
2. Bila pasien tidak dapat melihat huruf terbesar disnellen chart (6/60, penentuan visus
dapat dilakukan dengan menghitung jari pemeriksan dengan cara berurutan dari jarak
5 meter, 4 meter, 3 meter, 2 meter, 1 meter). Hitung cara ini dilakukan sebaliknya,
yaitu mulai dari jarak 1 meter. Bila pasien bisa menghitung jari pemeriksa dari jarak 1
meter, maka pemeriksaan mundur 1meter. Setiap kali pasien dapat menghitung jari
pemeriksa, maka pemeriksa mundur 1 meter sampai pasien tidak dapat menghitung.
Interpretasi hasil 5/60, 4/60, 3/60, 2/60, 1/60.
3. Bila dari jarak 1 meter pasien tidak bisa menghitung jari, maka penetuan visus dapat
dilakukan dengan menetukan adanya cahaya (interpretasi hasil : light perception +
atau LP +, atau no light perception atau NLP) dan mengenali arah datangnya cahaya
(interpretasi hasil : proyeksi cahaya baik atau buruk).

Menguji lapangan pandang


Bila kita memfiksasi pandangan kita kesuatu benda maka benda tersebut terlihat
nyata, sedangkan benda-benda disekitarnya tampak kurang tajam. Seluruh lapangan yang
terlihat, bila kita memfiksasi mata ke satu benda, disebut lapang pandang. Lapang
pandang dapat dinilai dengan uji konfrontasi, kapimeter atau perimeter. Salah satu metode
yang sering digunakan adalah uji konfrontasi, yaitu dengan membandingkan lapang
pandang pemeriksa denga pasien. Tujuan pemeriksaan lapang pandang yaitu menentukan
batas perifer dari penglihatan. Lapang pandang yang normal mempunyai bentuk tertentu
dan luasnya tidak sama kesemua jurusan.
1.
2.
3.
4.

Lapang pandang kelateral (temporal) mencapai : 90-100 derajat


Lapang pandang kemedial (nasal) mencapai : 60 derajat
Lapang pandang kesuperior (atas) mencapai : 50-60 derajat
Lapang pandang ke inferior (bawah) mencapai 60-75 derajat

Beberapa kelainan yang sering didapat dari uji komfrontasi yaitu lapang pandang yang
menyempit atau skotoma akibat glaukoma atau gangguan retina (ritnitis pigmentosa). Selain
itu kelainan lapang pandang dapat disebabkan oleh gangguan pada jarak nervus II atau dari
belakang bola mata sampai kelobus oksipitalis serebri, misalnya monocular anopsia,
bitemporal hemianoksia, dinasal hemianoksia, eteronym hemianoksia, atau ononym
hemianoksia.
Cara memeriksa lapang pandang :
Pada uji komfrontasi, pemeriksa duduk didepan pasien dari jarak 60 cm. Untuk memeriksa
mata kanan pasien maka mata kiri ditutup, sedangkan pemeriksa menutup mata kanan. Pasien
diminta menatap mata kiri pemeriksa, kemudian pasien diminta menyebut jumlah jari yang
ditampilkan pemeriksa di empat quadran penglihatan.
PEMERIKSAAN VISUS SENTRAL
No
1
2
3
4
5

Mengucapkan slam dan mencuci tangan dengan cairan antiseptik


Memperkenalkan diri dan mendapatkan informed consent
Baca doa
Mempersilahkan pasien duduk menghadap optotipe snellen dengan jarak 6 meter
1. pemeriksa mata kanan : pasien diminta untuk menutup mata kiri dengan
menggunakan telapak tangan kirinya (tanpa menekan), kemudian pasien diminta
membaca tulisan pada opticus snellen mulai baris atas kebawah dan ditentukan baris
terakhir yang dapat dibaca.
2. pemeriksaan mata kiri : pasien diminta untuk menutup mata kanan dengan
mengguankan telapak tangan kanannya (tanpa menekan), kemudian pasien diminta
membaca tulisan pada opticus snellen mulai baris atas kebawah dan ditentukan baris
terakhir yang dapat dibaca.
3. bila pasien dapat menjawab minimal setengah pada satu baris, maka pada garis
itulah visusnya. Bila pasien tidak dapat menjawab setengah dan setengah dari baris
tersebut, maka visusnya adalah pada baris diatasnya

4. interpretasi hasil : visus 6/6, 6/9, 6/12, ....6/60.


Bila pasien tidak dapat membaca huruf terbesar pada optikus snellen (6/60),
pemeriksa dilanjutkan denngan hitung jari, pada jarak 5 m, 4 m, 3 m, 2 m, 1 m.

Interpretasi hasil : visus 5/60, 4/60, 3/60, 2/60, 1/60.


Bila pasien tidak dapat menghitung jari dari jarak 1 meter (1/60), pemeriksa
dilanjutkan dengan melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter.

Lakukan lambaian tangan kekiri-kanan atau atas kebawah, minta pasien


mengidentifikasikan kearah mana lambaian tangan.
8

Interpretasi hasil visus 1/300


Bila pasien tidak dapat melihat lambaian tangan dari jarak 1meter, maka
pemeriksaan dilanjutkan dengan sinar senter atau penlight pada jarak 1 meter. Bila
pasien meliha adanya cahaya (LP +), lakukan penyinaran dari arah superior inferior
maupun nasal temporal.
Interpretasi hasil : LP positif dengan proyeksi baik : bila dapat mengenali semua arah
datangnya cahaya, LP + dengan proyeksi buruk : bila hanya dapat mengenali salah

satu arah datangnya cahaya.


Bila pasien tidak dapat melihat adanya cahaya dicatat dengann interpretasi hasil

10
11

adalah no light perception atau NLP


Menyampaikan hasil pemeriksaan pada pasien
Terimaksih

PEMERIKSAAN VISUS PERIFER ATAU LAPANG PANDAN (UJI KOMFRONTASI)


No
1

Mengucapkan slam dan mencuci tangan dengan cairan antiseptik

2
3
4

Memperkenalkan diri dan mendapatkan informed consent


Baca doa
Mempersilahkan pasien duduk menghadap pemeriksa yangjuga duduk dengan jarak

kurang lebih 1 meter


1. Pemeriksaan mata kanan : pasien diminta untuk menutup mata kiri dengan
mengguankan telapak tangan kirinya (tanpa menekan), dan pemeriksa
menutup mata kanannya. Meminta kepada pasien agar mataya menapa lurus
mata pemeriksa dan tidak menolah saat dilakukan pemeriksaan
2. Pemeriksa meletakkan tanganya 30-60 cm didepan pasien dan
menunjukkan beberapa angka dijari, kemudian digeser perlahan-lahan dari
perifer lapang pandang ketengah. Minta pasien untuk memberitahu jika
melihat jari pemeriksa dan menyebutkan angka berapa yang ditunjukkan.
Lakukan pada semua kuadran, bergantian mata kanan dan kiri
Interpretasi hasil : jarak jari yang terlihat pasien sama dengan jarak jari yang
terlihat pemeriksa. Apabila tidak sama maka lapang pandang pasien menyempit.

Syarat lapang pandang pemeriksa normal.


1. Pemeriksaan mata kiri : pasien diminta menutup mata kanan dengan
menggunakan telapak tangan kanannya (tanpa menekan), dan pemeriksa

menutup mata kirinya. Meminta kepada pasien agar matanya menatap lurus
mata pemeriksa dan tidak menoleh saat dilakukan pemeriksaan.
2. Pemeriksa meletakkan tanganya 30-60 cm didepan pasien dan menunjukkan
beberapa angka dijari, kemudian digeser perlahan-lahan dari perifer lapang
pandang ketengah. Minta pasien untuk memberitahu jika melihat jari
pemeriksa dan menyebutkan angka berapa yang ditunjukkan. Lakukan pada
semua kuadran, bergantian mata kanan dan kiri.
Interpretasi hasil : jarak jari yang terlihat pasien sama dengan jarak jari yang
terlihat pemeriksa. Apabila tidak sama maka lapang pandang pasien menyempit.
Syarat lapang pandang pemeriksa normal.
7
8

Menyampaikan hasil pemeriksaan


Mengucapkan trimakasih.

PEMERIKSAAN TEKANAN INTRA OKULER (TIO) PALPASI DAN TONOMETRI


SCHIOTZ
Alat dan Bahan
1.
2.
3.
4.

Pantocain 5%
Tonomnetri Schiotz
Alkohol
Tisu/ kapas
TONOMETRI
Bola mata dapat digambarkan sebagai suatu kompartemen tertutup dengan sikulasi aquos
hummor yang konstan. Cairan ini mempertahakan bentuk dan tekanan yang cukup
merata didalam bola mata atau intra okuler. Tonometri adalah cara pengukuran tekanan
cairan intra okuler dengan memakai alat yang terkalibrasi, sedangkan tonometer adalah
alat yang digunakan untuk mengukur tekanan tersebut. Tekanan yang normal berkisardari
10-21 mmHg.
PEMERIKSAAN TEKANAN INTRAOKULER DENGAN PALPASI
Salah satu teknik pemeriksaan tekanan intraokuler adalah dengan menggunakan kedua
jari tangan pemeriksa. Teknik ini sangat subyektif sehingga tidak dapat dijadikan
patokann dasar sebagai penilaian tekanan intraokuler. Dasar pemeriksaannya adalah
dengan merasakan rekasi lenturan bola mata (balotement), dilakukan penekanan secara
bergantian dengan kedua jari tangan. Tekanan bola mata dengan cara palpasi dinyatakan
dengan tanda N-1 : rendah, N-2: lebih rendah, N: normal, N+1 : tinggi, N+2: lebih tinggi.

TONOMETRI SCHIOTZ
Tonometri schiotz adalah merupakan salah satu alat untuk mengukur tekanan intraokuler
dengan mengunakan alat yang diberikan beban pada kornea. Keuntuungan menggunakan
cara ini adalah kesederhanaannya yaitu hanya memerlukan isntrument portable genggam
yang relatif tidak mahal. Alat ini dipakai disemua klinik atau bagian gawat darurat,
diruangan rawat rumah sakit, di kamar operasi, tetapi memerlukan keahlian yang handal.
Pasien tidur terlentang dan diberikan anestesi topikal pada kedua mata. Ketika pasien
menatap lurus kedepan, dengan satu tangan pemeriksa membuka kelopak mata dengan
menarik kulit palpebra secara hati-hati ppada tepian tulang orbita. Tonometer diturukan
oleh tangan lainnya sampai ujuang cekung laras menyentuh kornea dengann tekanan
yang ditetapkan oleh beban yang terpasang, tonjolan plunger nerujung tumptl sedikit
melekukan pusat kornea. Semakin tinggi tekanan intraokuler, semakin besar tahanan
kornea terhadap indentasi, dan plunger akan terdesak ke atas. Semakin besar plunger
terdesak, semakin jauh jarum penunjuk bergesar di sepanjang skala yang telah
terkalibrasi. Digunkan sebuah kartu konversi untuk menterjemahkan nilai pada skala
kedalam millimeter air raksa.

PEMERIKSAAN TEKANAN INTRAOKULER (TIO) SECARA PALPASI


No.
1

Mengucapkan salam dan mencuci tangan dengan cairan antiseptik

2
3
4
5
6

Memperkenalkan diri dan mendapatkan informed consent


Membaca doa
Mempersilakan pasien untuk duduk rileks dan pemeriksaan didepan pasien
Meminta pasien untuk melirik kebawah tanpa memejamkan mata
Kedua jari telunjuk pemeriksaan ditempatkan dikelopak atas mata pasien kanan

atau kiri (bergantian)


Lakukan penekanan secara lembut pada salah satu jaari telunjuk dengan jari
telunjuk yang lain mengimbangi tekanan. Lakukan bergantian pada jari telunjuk

9
10

kanan kiri.
Rasakan adanya flutuasi pada mata pasien
Interpretasi hasil : N-2: Lebih rendah, N-1 : rendah, N: normal, N+1: tinggi,
N+2 : lebih tinggi
Menyampaikan hasil pemeriksaan
Mengucapkan trimakasih

PEMERIKSAAN TEKANAN INTRAOKULER (TIO) DENGAN TONOMETRI


SCHIOTTZ
No.
1
2
3
4

Mengucapkan salam dan mencuci tangan dengan cairan antiseptik


Memperkenalkan diri dan mendapatkan informed consent
Membaca doa
Mempersilakan pasien untuk berbaring di meja pemeriksaan dan pemeriksa

beridiri disebelah atas meja pemeriksa.


Meneteskan pantokain 5% (anestesi lokal) pada kedua mata dan tunggu 5 menit

6
7

atau sampai mata tidak merasa perih


Disenfeksi ujung tonometri schiotz dengan kapas alkohol
Meminta kepada pasien agar tenang dan memfiksasi matanya dengan meminta

pasien melihat satu titik di plafon


Tangan kiri pemeriksa memegang dan menahan kelopak atas mata pasien

dengann perlahan tanpa menekan


Letakkan ujung tonometri schiotz dengan beban terkecil 5,5 gr di salah satu
kornea mata pasien dengan perlahan (tanpa penekanan) bergantian pada mata
kanan dan kiri
Bila jarum skala menunjukkan angka diatas 3, cocokan hasil dengann tabel
konversi. Tekanan 22- 24,5 mmHg suspect glaukoma, tekanan >24,6 mmHg

10

definitive galaukoma.
Bila jarum skala menunjukan angka dibawah 3 pada bebann 5,5 gr, ganti beban

11

dengann 7,5 gr. Lakukan hal yang sama seperti n0.10


Bila jarum skala menunjukan angka dibawah 3 pada bebann 5,5 gr, ganti beban

12
13

dengann 10 gr. Lakukan hal yang sama seperti n0.10


Menyampaikan hasil pemeriksaan
Mengucapkan trimakasih

PEMERIKSAAN FUNDUSKOPI
Oftalmoskop direct memperlihatkan gambaran monokuler dari fundus dengan
pembesaran 15x. Karena oftalmoskop direct mudah dibawa daan menghasilkan gambaran
diskus dan strurktur vaskuler retina yang detail, oftalmoskop direct merupakan bagian dari
standart pemeriksaan medis umum dann pemeriksaan oftalmologi. Intensitas, warna,, dan
ukuran titik sumber cahaya dapat disesuaikan, demikian pula titik fokus oftalmoskopnya.
Titik fikus diubah dengan memakai roda lensa yang kekuatannya berkisar dari rendah dan
semakin bertambah besar. Kekuatan tersebut dapat ditentukan terlebih dahulu oleh pemeriksa.
Lensa-lensa ini disusun berurutan dan diberi nomor sesuai kekuatannya dalam satuan
dioptri. Biasnya, lensa konvergen (+) ditandai dengan angka hitam dan lensa divergen (+)
dengan angka merah.
PEMERIKSAANN FUNDUS REFKLEK (REFLEK MERAH)
Jika cahaya pemeriksaan tetap sejajar dengan sumbu visual, lubang pupil normalnya
dipenuhi oleh warna jingga kemerahan yang terang dan homogen. Fundus reflek ini, setara
dengan efek mata merah akibat lampu kilaf fotografi, dihasil dari pantulan sumber cahaya
oleh fundus yang melalui media mata yang jernih-vitreous, lensa,aques, dan kornea. Fundus
reflek paling jelas diamti dengan memegang oftalmoskop pada jarak selengan dari pasien
yang melihat kearah cahaya pemeriksa, kemudian roda lensa diputar untuk memfokuskan
oftalmoskop kepada bidang pupil.
Setiap kekeruhan disepanjang jaras optik pusat akan menghalangi seluruh atau
sebagian fundus reflek ini dan tampak sebagian bintik atau bayangan gelap. Jika terlihat
kekeruhan fokal, minta pasien melihat ketempat lain sejenak dan kemudian kembali melihat
cahaya. Jika kekeruhan tetap bergerak atau melayang,letaknya didalam vitreous (perdarahan
kecil). Jika ia menetap, terletak pada lensa (misalnya katarak fokal) atau pada kornea
(jaringan parut).
PEMERIKSAA FUNDUS

Kegunaan utama oftalmoskop direk adalah untuk memeriksa fundus. Gambaran yang
diperlihatkan oftalmoskop mungkin kabur akibat media mata yang keruh, seperti katarak,
atau akibat pupil yang mengecil. Menggelapkan ruang periksa biasanya cukup untuk
menyebabkan dilatasi pupil alami yang mengevaluasi fundus sentral, termasuk diskus,
makula, dan struktur pembuluh darah retina proximal. Pelebaran pupil secara farmakologis
sangat meperluas pandangan dan memungkikan pemeriksaan yang lebih luas ke retina perifer.
Pemeriksaan fundus juga lebih optimal dengan memegang oftalmoskop sedekat
mmungkin ke pupil pasien (kira-kira 1-2 inci), seperti halnya seseorang dapat melihat lebih
banyak melalui lubang kunci sedekat mungkin. Untuk itu mata dan tangan kanan pemeriksa
harus memeriksa mata kanan pasien, tangan dan mata kiri pemeriksa memeriksa mata kiri
pasien.
Ukuran dan titik warna cahaya yang dipakai dapat disesuaikan. Jika pupil cukup
melebar, ukuran titik cahaya yang besar memberikan daerah penyinaran yang paling luas.
Sebaliknya, dengann pupil yang lebih kecil, sebagian besar cahaya ini akan dipantulkan iris
pasin kembali kemata pemeriksa, mengganggu pandangan, dan menyebabkan pengecilan
pupil, iilah sebabnya, ukuran titik cahaya yang kecil dipakai umtuk pupill yang tidak melebar.
Kelainan refraksi pasien dan pemeriksaan akan menentukan kekuatan llensa yang
diperlukan untuk membawa fundus dalam fokus optimal. Jika pemeriksa memakai kaca mata,
kaca mata dapat dipakai atau pun di lepas. Kaca mata pasien biasanya di lepas, tetapi dapat
membantu pada kelainan refraksi yang cukup tinggi.
Saat pasien menatapa obyek yang jauah dengan mata sebelah, pemeriksa mula-mula
membawa detail retina kedalam fokus. Karena selurh pembuluh retina muncul dari diskus,
diskus dicari dengan mengikuti salah satu cabang utama pembulluh ketempat berbagai
cabang tersebut berasal. Dari sini, berkas sinar oftalmoskop diarahkan sedikit ke nasal dari
garis pandang pasien atau sumbu visual. Kemudian diteliti bentuk, ukuran, dan warna diskus,
ketajaman tepinya, dan ukuran bagian sentralnya yang lebih pucat (cawan fisiologik). Rasio
ukuran cawan terhadap ukuran diskus penting untuk diagnostik galaukoma.

No.
1
2
3
4
5

Mengucapkan salam dan mencuci tangan dengan cairan antiseptik


Memperkenalkan diri dan mendapatkan informed consent
Membaca doa
Mempersilkan pasien duduk rileks dan pemeriksa berdiri di depan pasien
Pasien di minta untuk melihta jauh kedepan
1. Untuk pemeriksaan mata kanan pasien, pemeriksa memegang optalmoskop
dan melihat dengan mata kanan.
2. Untuk pemeriksaan mata kiri pasien, pemeriksaan memegang optalmoskop

dann melihat dengan mata kiri.


Nyalakan optalmoskop, kemudian roda lensa di putar sesuaikan dengan refraksi

pemeriksa (0=normal, - =miopia, + =hipermetropia)


Letakkan optalmoskop pada jarak 30 cm dari kornea mata pasien kemudia cari
fundus refklek

Inpretasi hasil : fundus reflek berwarna orange pada retina


Dekatkann optalmoskop ke mata pasien sehinnga terlihat papil saraf optik dann
periksa bagian-bagian lain dari fundus okuli.
Interpretasi hasil : nilai warna, batas, ukuran dan cup disc ratio; nilai pembuluh

9
10
11

darah rretina; nilai makula retina dengan adanya foveal reflek; nilai retina
Lakukan pada kedua mata
Menyampaikan hasil pemeriksaan
Mengucapkan trima kasih

KERATOSKOP PLACIDO
Alat dan bahan:
1. Papan keratoskop placido
Tujuan : untuk mengetahui permukaan dan kelengkungan kornea
Cara pemeriksaan :
1. Sumber cahaya dari belakang penderita dan keratoskop placido dihadapkan pada
penderita.

2. Pemeriksa mengintip dari lubang yang ada di tengah keratoskop placido dengan jarak
kira-kira 10 cm dan terlihat jelas refleks sumber cahaya keratoskop placido pada kornea
3. Akan tampak gambaran placido di permukaan kornea
4. Mata kanan pemeriksa harus melihat mata kanan yang di periksa
Kriteria
1.
2.
3.
4.
5.

Normal kornea : licin, mengkilat, konsentris, continue


Edema kornea : ada bagian yang tidak mengkilat, bergerigi
Defec epitel kornea : lingkaran tidak continue
Sikatrik : berkelok-kelok
Astigmatisma : oval dan tidak konsentris

No
1
2
3
4
5

Mengucapkan salam dan mencuci tangan dengan cairan antiseptik


Memperkenalkan diri dan mendapatkan informed consent
Membaca doa
Mempersilakan pasien duduk membelakangi cahaya
Mata diperiksa satu persatu. Mata kanan pemeriksa harus melihat mata kanan

yang diperiksa
Pemeriksaan mengintip dari lubang yang ada di tengah keratoskop placido
dengan jarak kira-kira 10 cm dan terlihat jalan reflek sumber cahaya keratoskop

7
8
9

palcido pada kornea


Laihat gambaran palcido di permukaan kornea
Menyampaikan hasil ke pemeriksaan kepada pasien
Membaca doa dan mengucapkan trima kasih

PEMERIKSAAN DEFEK KORNEA


No
1
2
3
4
5
6
7
8

Mengucapkan salam dan mencuci tangan dengan cairan antiseptik


Memperkenalkan diri dan mendapatkan informed consent
Membaca doa
Menetes mata yang akan di periksa denga fluoreseein 2%
Membilas denga aquadest
Mengamati ada tidaknya perubahan warna kuning kehijuan pada kornea
Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada pasien
Membaca doa dan mengucapkan trima kasih kepada pasien

Anda mungkin juga menyukai