Anda di halaman 1dari 45

Laporan Kasus

Anomali Duktus Mullerian


Pembimbing:
dr. Danny Wiguna, Sp.OG
Disusun oleh:
Amelia Puspita (201806010031)
Novita Permatasari Wiharjo (201806010048)
Sally Marshella (201806010037)
Evelyn Devina (201806010151)
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R

Usia : 30 tahun

Tanggal Lahir : 28 September 1989

Alamat : Sidoarum Godean

Pendidikan : D3

Status Pernikahan : Menikah

Pekerjaan : Pegawai swasta

Agama : Islam

Tanggal Masuk : 26 November 2019


ANAMNESIS
Keluhan Utama : Keputihan warna kekuningan
Keluhan Tambahan :-
Riwayat Penyakit Sekarang :
Ny. R, 30 tahun, G3P1A1 dengan usia gestasi 11-12 minggu menurut HPHT,
datang ke Poliklinik RS Panti Rapih dengan keluhan keputihan warna kekuningan
yang gatal dan tidak berbau. Pasien didiagnosis memiliki 2 uterus sejak kehamilan
yang pertama yaitu pada tahun 2014.
● Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat hipertensi : disangkal ● Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat diabetes melitus : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat diabetes melitus : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat trauma : disangkal Riwayat keganasan : disangkal

Riwayat operasi : 2 kali sectio caesaria Riwayat asma : disangkal


pada tahun 2014 dan 2017
Riwayat penyakit ginjal : disangkal ● Riwayat Konsumsi Obat-obatan
Riwayat penyakit lain : disangkal Tidak ada
● Riwayat Pernikahan:
Menikah 1 kali dengan suami yang sekarang.
Riwayat Ante Natal Care:
8 Oktober 2019 : tidak ada keluhan
2 November 2019 : keluar flek cokelat
3 November 2019 : keluar flek merah, tidak ada mules
12 November 2019 : keluar flek cokelat
19 November 2019 : tidak ada keluhan
26 November 2019 : tidak ada keluhan
● Riwayat Obstetrik
G3P1A1
Hari pertama haid terakhir : 30 Agustus 2019
Tanggal Perkiraan Persalinan : 6 Juni 2019 menurut HPHT

No Suami Tahun Usia Jenis Komplikasi Jenis Usia BBL ASI/P


ke Gravid Persalinan Kelamin Sekarang (gram) ASI

1. 1 2014 Sectio IUFD Laki-laki Meninggal 2700 -


caesaria

2. 1 2017 Sectio - Perempuan 2 tahun 2500 ASI


caesaria
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 122/80 mmHg
Laju nadi : 100x/menit
Laju napas : 22x/menit
Suhu : 36.5o C
Status nutrisi
Berat badan : 48 kg
Berat badan sebelum hamil : pasien tidak mengingat BB sebelum lahir
Tinggi badan : 150 cm
IMT : 21.33 kg/m2
Pemeriksaan umum

Kepala : normosefali, deformitas (-)

Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

Hidung : sekret -/-, deformitas -/-

Telinga : sekret -/-, deformitas -/-

Mulut : mukosa oral basah, sianosis (-)

Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), bendungan vena (-), trakea

ditengah (+)

Thoraks

Jantung : bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)

Paru-paru : vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-

Mammae : hiperpigmentasi areola +/+, retraksi puting -/-


Abdomen

Inspeksi : tampak cembung, striae gravidarum (+), linea nigra (+)

Auskultasi : bising usus (+) 8x/menit

Palpasi : nyeri tekan (-)

Ekstremitas :akral teraba hangat, CRT <2 detik, refleks fisiologis ++/++/++/++, refleks patologis -/-/-/-,

edema -/-/-/-

Pemeriksaan obstetrik

Leopold : belum dapat dilakukan

Denyut jantung janin : -

Pemeriksaan genitalia eksterna : tidak dilakukan

Vaginal toucher : tidak dilakukan

Inspekulo : tidak dilakukan


PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG (28 Februari 2017): Gambaran uterus duplex kanan dan kiri. Uterus kiri kosong, uterus
kanan tampak gambaran gestational sac utuh intra uterin ukuran 2.3 cm sesuai untuk kehamilan
7 minggu. Adnexa kanan dan kiri tidak ada kelainan, kavum pelvis tidak tampak gambaran
cairan bebas/asites.
RESUME
Ny. R, 30 tahun, G3P1A1 dengan usia gestasi 11-12 minggu menurut HPHT, datang ke Poliklinik
RS Panti Rapih dengan keluhan keputihan warna kekuningan yang gatal dan tidak berbau. Pasien
didiagnosis memiliki 2 uterus sejak kehamilan yang pertama yaitu pada tahun 2014.
Riwayat operasi: 2 kali sectio caesaria pada tahun 2014 dan 2017
Riwayat Ante Natal Care : 6 kali (pernah ada keluhan keluar flek cokelat dan merah)
Riwayat Obstetrik
G3P1A1 (anak pertama IUFD)
Hari pertama haid terakhir : 30 Agustus 2019
Tanggal Perkiraan Persalinan : 6 Juni 2019 menurut HPHT
Pemeriksaan Fisik:

Keadaan umum : tampak sakit ringan

Kesadaran : compos mentis

TTV : TD 122/80 mmHg, laju napas 22 kali/ menit, nadi 100 kali/menit, suhu 36.5 oC

Pemeriksaan Penunjang

USG (28 Februari 2017): Gambaran uterus duplex kanan dan kiri. Uterus kiri kosong, uterus kanan

tampak gambaran gestational sac utuh intra uterin ukuran 2.3 cm sesuai untuk kehamilan 7 minggu.

Adnexa kanan dan kiri tidak ada kelainan, kavum pelvis tidak tampak gambaran cairan bebas/asites.
DIAGNOSIS KERJA

Ny. R, 30 tahun, G3P1A1, gravid 11-12

minggu menurut HPHT dengan uterus

didelphys dan ISK, janin tunggal hidup

intrauterine.
TATALAKSANA

Azitromisin 3x500 mg

Edukasi pasien untuk cukup istirahat, makan

dengan gizi seimbang, memperhatikan tanda

bahaya kehamilan, dan menjaga kebersihan

alat genitalia
Tinjauan
Pustaka
Anomali Duktus Mullerian
● Duktus mullerian adalah bentuk primordial saluran reproduksi wanita
● Pasien dengan anomali duktus mullerian diketahui memiliki insiden :
- infertilitas yang lebih tinggi
- aborsi spontan berulang pada trimester pertama
- gangguan pertumbuhan janin intrauterin
- malposisi janin
- persalinan prematur
- retensi plasenta.
Embriologi
Duktus mullerian → tuba falopii, uterus, serviks dan dua pertiga bagian atas vagina

Perkembangan normal duktus mullerian bergantung pada tiga fase yaitu :


● Organogenesis → pembentukan sepasang duktus mullerian
kelainan organogenesis dapat menyebabkan agenesis atau hipoplasia uterus atau uterus
unikornu
● Fusi ditandai dengan duktus yang berfusi menjadi uterus
Kegagalan fusi menghasilkan uterus bikornu atau uterus didelphys
● Resorpsi septal melibatkan resporpsi septum sentral setelah duktus berfusi
Kelainan pada tahap resorpsi septal menyebabkan septa uterus atau uterus arkuata.
Klasifikasi
Kelas I - Hipoplasia/Agenesis
● Bentuk dari aplasia, hipoplasia atau agenesis mullerian dapat
mengenai 1 dari 4000-10.000 wanita
● Merupakan penyebab tersering amenorrhea primer
● Kegagalan perkembangan awal dari duktus mullerian, pada usia
kehamilan sekitar 5 minggu dapat menghasilkan berbagai derajat
agenesis atau hipoplasia uterus, serviks dan dua pertiga bagian atas
vagina.
● Bentuk yang paling umum adalah Mayer-Rokitansky-Kuster-
Hauser syndrome
Kelas II - Unikornu
● Insiden kelainan uterus unikornu dapat terjadi 14% dari
seluruh kelainan uterus
● Pada uterus unikornu, uterus fungsional, serviks normal,
ligamen rotundum normal dan tuba fallopi dapat
ditemukan pada satu sisi. Pada sisi kontralateral struktur
mullerian berkembang secara abnormal.
● Wanita dengan uterus unikornu memiliki insiden infertil,
endometriosis dan dysmenorrhea yang lebih tinggi
Kelas III - Uterus Didelphys
● Kelainan ini dikarakteristikkan dengan dua tanduk uterus
yang terpisah, masing masing dengan kavum endometrial,
uterus dan serviks.
● Uterus didelphys memiliki prognosis baik pada bidang
reproduksi.
● Kehamilan dapat berkembang pada salah satu dari dua
bagian uterus
Kelas IV - Uterus Bikornu
● Identasi fundus eksternal pada uterus
≥ 1 cm
● Fusi tidak lengkap dari kedua duktus
mullerian
● Subklasifikasi: total, parsial
● Radiologis
○ HSG: sudut intercornu > 105°
○ MRI
Kelas IV - Uterus Bikornu
● Tidak menyebabkan berkurangnya kesuburan
● luaran kehamilan yang merugikan, Inkompetensi serviks
>>
● dinding uterus yang tipis, tidak mampu ekspansi seperti
uterus normal → ruptur uterus
Kelas V - Uterus Bersepta
● adanya jaringan fundus uteri dengan
kedalaman dari garis interstitial
(fundus endometrium) ke puncak
lekukan >1,5 cm dan sudut lekukan
<90 derajat.
Kelas IV - Uterus Bikornu
● Setelah fusi dari duktus
● hasil dari implantasi parsial atau
mullerian, kegagalan dari lengkap pada septum yang sebagian

regresi segmen medial → besar avaskular, distorsi dari rongga


rahim, dan abnormalitas dari serviks
septum permanen di dalam
dan endometrial.
kavitas uterus.
● histologi: septa bervariasi
dari fibrous hingga
Kelas VI - Uterus Arkuata

● kedalaman dari garis interstitial ke


puncak indentasi < 1 cm dan sudut
indentasi > 90 derajat.
● terjadi ketika terdapat resorpsi
sempurna di dekat septum
uterovagina
Kelas VI - Uterus Arkuata
● Ciri-ciri : septum garis tengah yang tipis di dalam
fundus, terkadang dengan indentasi rongga fundus
minimal.
● deviasi ringan dari perkembangan uterus normal.
● Implikasi klinis yang minimal terkait dengan anomali ini,
sering dianggap sebagai varian anatomi.
Kelas VII - Abnormalitas Traktus
Reproduksi yang terinduksi DES
● Diethylstilbesterol merupakan sebuah estrogen sintetis non
steroid.
● DES sering diresepkan pada wanita hamil untuk mencegah
keguguran, kelahiran prematur, dan morning sickness.
(1945 -1971)
Kelas VII - Abnormalitas Traktus
Reproduksi yang terinduksi DES
● Paparan prenatal terhadap DES → uterus
berbentuk T.
● normal: vagina awalnya dibatasi oleh epitel
kelenjar yang berasal dari saluran mullerian.
● akhir trimester 2: lapisan ini digantikan oleh
epitel skuamosa yang memanjang hingga
sinus urogenital. Kegagalan epitel skuamosa
untuk melapisi vagina disebut sebagai
adenosis.
Kelas VII - Abnormalitas Traktus
Reproduksi yang terinduksi DES
● Gejala : iritasi vagina, keputihan dan metrorrhagia - khususnya,
perdarahan post coitus.
● wanita dengan abnormalitas uterus ini berisiko >> terhadap
infertilitas, abortus spontaneus, kehamilan ektopik, preeklampsia,
lahir mati, kelahiran prematur, menopause dini, kanker payudara
di atas usia 40 tahun.
Apakah kelainan bentuk uterus berpengaruh
terhadap peluang hamil??
Pada penelitian oleh Takami et al didapatkan bahwa wanita dengan
kelainan bentuk uterus masih dapat hamil dengan frekuensi tersering pada
bentuk septa inkomplit. Secara umum wanita dengan kelainan bentuk memiliki
komplikasi dan dampak yang buruk seperti kelahiran prematur, kelahiran secara
caesar, malpresentasi, dan abrupsio plasenta. Wanita multipara juga lebih
sedikit dibandingkan dengan wanita dengan uterus normal. Frekuensi SC
terbanyak yakni pada uterus didelphys sedangkan malpresentasi terbanyak
pada uterus bersepta komplit.
Meningkatnya risiko pada kehamilan juga banyak ditemukan pada
wanita dengan kelainan uterus. Kelahiran prematur sebelum 37 minggu
paling banyak pada bentuk uterus unicornuate.
Berat bayi lahir rendah juga merupakan risiko kehamilan pada kelainan
uterus, terutama banyak ditemukan pada bentuk didelphys.
Bayi tabung / in vitro
fertilization (IVF)

Kehamilan yang terjadi diawali dengan sel telur


dibuahi oleh sperma di luar tubuh yaitu di
dalam sebuah tabung.
Biasanya prosedur bayi tabung dilakukan
setelah konsumsi obat-obatan, tindakan bedah
atau inseminasi buatan tidak mampu mengatasi
masalah ketidaksuburan.
Penilaian Ovarian Reserve
untuk menilai kapasitas ovarium untuk memproduksi sel
telur.
Wanita yang berespon dengan pengobatan fertilitas dapat
dikatakan memiliki ovarian reserve yang normal sedangkan
mereka yang tidak berespon dapat dikatakan mengalami
ovarian reserve yang buruk.
Anti Mullerian Hormon / AMH

Glikoprotein yang berasal dari growth factor dihasilkan oleh sel granulosa
folikel preantral dan antral, hormon ini berfungsi untuk mencegah rekrutmen
folikel berlebih di ovarium

Nilai normal AMH : 1,26 - 4,5 ng/ml


1. Induksi Ovulasi
Proses IVF 2. Memetik Ovum
3. Pengumpulan Sperma
4. Pembuahan
5. Embryo Freezing
6. Transfer Embrio
Diagnosis kehamilan pasca embryo transfer

Secara kimia : dengan mengukur kadar bhCG (+) pada hari ke 12 pasca transfer
embrio

Pemeriksaan USG ditemukan kantung gestasi.


Beberapa kondisi yang kemungkinan menyebabkan sulit hamil dan disarankan
menggunakan prosedur bayi tabung, seperti:

● Gangguan pada tuba falopi atau rahim berupa kerusakan


atau sumbatan jalur sel telur.
● Gangguan ovulasi yang membuat produksi sel telur
minimal.
● Endometriosis.
● Produksi sperma dengan kuantitas yang rendah.
● Masalah sistem kekebalan tubuh yang mengganggu sel
telur atau sperma.
● Sperma yang tidak mampu melewati cairan leher rahim.
● Alasan dari masalah ketidaksuburan yang tidak diketahui.
● Memiliki risiko penyakit keturunan.
Beberapa risiko dari prosedur bayi tabung, yaitu:
● Risiko keguguran.
● Kehamilan kembar, jika embrio yang
ditanamkan ke dalam rahim lebih dari satu.
● Kelahiran prematur dan bayi berat lahir
rendah.
● Kehamilan ektopik atau di luar rahim.
● Bayi lahir dengan cacat fisik.
● Stres karena prosedur bayi tabung dapat
menguras tenaga, emosi dan keuangan.
DAFTAR PUSTAKA

Hoffman, Barbara L, John O. Schorge, Karen D. Bradshaw, Lisa M. Halvorson, Joseph I. Schaffer, and Marlene M. Corton.
Williams Gynecology. , 2016.
Dalal A. D C Dutta’s Textbook of Gynaecology and Textbook of Obstetrics. J Obstet Gynaecol India. 2016;66(4):303–304.
doi:10.1007/s13224-016-0848-4
Chandler TM, Machan LS, Cooperberg PL, Harris AC, Chang SD. Mullerian duct anomalies: from diagnosis to intervention.
Br J Radiol. 2009;82(984):1034–1042. doi:10.1259/bjr/99354802
Houshmand G, Hosseinzadeh K. Müllerian Uterine Anomalies. In: Gynecologic Imaging: Expert Radiology Series [Internet].
Philadelphia, PA; 2011. p. 274–88. Available from: https://www.clinicalkey.com/#!/content/book/3-s2.0-
B9781437715750100180?scrollTo=%23hl0000354
Borgohain D, Srivastava S. Pregnancy in bicornuate uterus. Int J Reprod Contracept Obstet Gynecol. 2017 Dec 25;7(1):346–8.
Takami M, Aoki S, Kurasawa K, Okuda M, Takahashi T, Hirahara F. A classification of congenital uterine anomalies predicting
pregnancy outcomes. Acta obstetricia et gynecologica Scandinavica. 2014 Jul;93(7):691-7.
Fox NS, Roman AS, Stern EM, Gerber RS, Saltzman DH, Rebarber A. Type of congenital uterine anomaly and adverse
pregnancy outcomes. The Journal of Maternal-Fetal & Neonatal Medicine. 2014 Jun 1;27(9):949-53.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai