Oleh:
Rachilla Arandita Saraswati
Jambi, Oktober
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Nama suami : Tn .A
Umur : 22 tahun
Suku bangsa : Melayu
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Swasta
Alamat : RT 24 Payo Lebar
2.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama
Keluar darah dari jalan lahir sejak ± 1 jam SMRS.
b. Riwayat perkawinan
Status perkawinan : Kawin
Jumlah : 1 kali
Usia : 23 tahun
e. Riwayat KB
Pernah mendengar tentang KB : Belum pernah
Pernah menjadi akseptor KB : Belum pernah
Alat kontrasepsi yang pernah di pakai :-
PEMERIKSAAN OBSTETRI
Inspeksi
Muka : cloasma gravidarum (-)
Leher : pembesaran vena jugularis (-)
Dada : pembesaran mammae simetris, puting susu menonjol,
hiperpigmentasi areola mammae (+), colostrum (-)
Abdomen : pembesaran perut simetris, striae gravidarum (+), linea
nigra (-), sikatrik (-), bekas luka operasi (-)
Vulva : labia mayor edema, pembengkakan kelenjar bartholini (-)
Palpasi
Pemeriksaan Leopold
Leopold 1 : bulat, keras, melenting (kepala)
Leopold 2 : punggung janin di sebelah kanan teraba keras
seperti papan. Sedangkan di sebelah kiri yaitu ekstremitas tangan dan
kaki teraba bagian yang kecil-kecil
Leopold 3 : bulat, lunak, tidak melenting (bokong)
Leopold 4 : konvergen (belum masuk PAP)
Auskultasi
DJJ : 142 x/i teratur
BU (+) normal
2.7 DIAGNOSA
Diagnosa Pre Op : G1P0A0 Hamil 35-36 minggu belum inpartu dengan
perdarahan antepartum e.c susp. Plasenta Previa Totalis,
JTH Intrauterine Presbo
Diagnosa Post Op : P1A0 Post Sectio Caesarea a/i Plasenta Previa Totalis
2.8 PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
IVFD RL + 2 amp proterin 20 tpm
Inj. Asam Tranexamat 3 x 500 mg
Inj. Dexamethasone 2 x 2 amp
PO : Fe 2 x 1
PO : Nifedipin 3 x 10 mg
Pasang tampon vagina
Pro/ Sectio Caesarea Elektif
Inj. Ceftriaxone 1 x 2 gr
Kaltrofen supp 3 x II
Rencana transfusi PRC 1 Kolf
Non-medikamentosa
Menjelaskan keadaan ibu
Observasi KU, TTV, DJJ
LAPORAN OPERASI
Nama Pasien : Ny. M
Umur : 24 th
Operator : dr. Essy Octavia, Sp.OG
Diagnosa Pre Op : G1P0A0 Hamil 35-36 minggu belum inpartu + perdarahan
antepartum e.c susp. Plasenta Previa Totalis, JTH
Intrauterine Presbo
Diagnosa Post Op : P1A0 Post SC a/i Plasenta Previa Totalis
Nama Operasi : SC Transperitoneal
Tanggal Operasi : 12/09/2020
Jam Operasi : 21.30 – 22.30 WIB
Tindakan :
1) Pasien supine dengan anestesi spinal
2) Dilakukan tindakan asepsis antisepsis pada lapangan operasi
3) Insisi pfanennstiel, insisi segmen bawah rahim, bayi dilahirkan dengan
meluksir kepala
4) Air ketuban jernih dan tak berbau
5) Plasenta tampak menutupi OUI plasenta previa totalis
6) Plasenta dilahirkan secara manual utuh
7) Cavum uteri dibersihkan dengan kassa betadin
8) Uterus dijahit lapis demi lapis
9) Operasi selesai
VII. Prognosis
Ouo ad vitam : dubia ad bonam
Qou ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
15-9-2020 S Tidak ada keluhan. Lemas (-), pusing (-), mual (-), muntah (-)
O TD: 110/80 mmHg; HR: 80 x/i; RR: 20 x/i; T: 36oc
A P3A0 Post SC a/i Plasenta Previa Totalis H.III
P • PO Ciprofloxacin 2 x 500 mg
• PO Asam Mefenamat 3 x 500 mg
• PO Metronidazole 3 x 500 mg
16-9-2020 Pasien Pulang
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.2.2 Etiologi
Etiologi plasenta previa sampai saat ini belum diketahui secara pasti,
namun ada beberapa teori dan faktor risiko yang berhubungan dengan plasenta
previa hipoplasia endometrium, korpus luteum bereaksi lambat, tumor-tumor,
seperti mioma uteri, polip endometrium, endometrium cacat, seksio cesarea,
kuretase, kehamilan kembar, riwayat plasenta previa sebelumnya.5
Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belumlah
diketahui dengan pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa
desidua di daerah segmen bawah rahim. Teori lain mengemukakan sebagai salah
satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, mungkin
sebagai akibat dari proses radang atau atrofi. Paritas tinggi, usia lanjut, cacat
rahim misalnya bekas bedah sesar, kerokan, miomektomi, dan sebagainya
berperan dalam proses peradangan dan kejadian atrofi di endometrium yang
semuanya dapat dipandang sebagai faktor resiko terjadinya plasenta previa.
Plasenta yang terlalu besar seperti pada kehamilan ganda dan eritroblastosis fetalis
bisa menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar ke SBR sehingga menutupi
sebagian atau seluruh OUI.4
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan
endometrium yang kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang
baiknya vaskularisasi desidua. Keadaan ini bisa ditemukan pada:6
1. Multipara, terutama jika jarak kehamilannya pendek
2. Mioma uteri
3. Kuretasi yang berulang
4. Umur lanjut (diatas 35 tahun)
5. Bekas seksio sesaria
6. Riwayat abortus
7. Defek vaskularisasi pada desidua
8. Plasenta yang besar dan luas : pada kehamilan kembar, eriblastosis fetalis.
9. Wanita yang mempunyai riwayat plasenta previa pada kehamilan
sebelumnya
10. Perubahan inflamasi atau atrofi misalnya pada wanita perokok atau
pemakai kokain. Hipoksemia yang terjadi akibat CO akan dikompensasi
dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terutama terjadi pada perokok berat
(>20 batang/hari). Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan
plasenta harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin.
Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati atau menutupi ostoum uteri
internum. Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot
mencari tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat yang lebih
rendah dekat ostium uteri internum.6
Plasenta previa dapat dibagi menjadi empat derajat berdasarkan scan pada
ultrasound yaitu :9
- Derajat I : Plasenta sudah melampaui segmen terendah rahim.
- Derajat II : Plasenta sudah mencapai ostium uteri internum.
- Derajat III : Plasenta telah terletak pada sebagian ostium uteri
internum.
- Derajat IV : Plasenta telah berada tepat pada segmen bawah rahim.
3.2.6 Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan
mungkin juga lebih awal oleh karena mulai terbentuknya segmen bawah rahim,
tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta
terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh
menjadi bagian dari uteri. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen
bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak akan
mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua pada tapak plasenta. Demikian
pula pada waktu serviks mendatar (effacement) dan membuka (dilatation) ada
bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi akan terjadi perdarahan
yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruang intervillus dari plasenta. Oleh
karena fenomena pembentukan segmen bawah rahim itu perdarahan pada plasenta
previa betapa pun pasti kan terjadi (unavoidable bleeding).4
Perdarahan di tempat itu relatif dipermudah dan diperbanyak oleh karena
segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat karena
elemen otot yang dimilikinya minimal, dengan akibat pembuluh darah pada
tempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan berhenti karena
terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi mengenai sinus yang besar dari
plasenta dimana perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lebih lama. Oleh
karena pembentukan segmen bawah rahim itu akan berlangsung progresif dan
bertahap, maka laserasi baru akan mengulang kejadian perdarahan. Demikian
perdarahan akan berulang tanpa sesuatu sebab lain (causeless). Darah yang keluar
berwarna merah segar tanpa rasa nyeri (pain-less).4
Pada plasenta yang menutupi seluruh uteri internum perdarahan terjadi
lebih awal dalam kehamilan karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu
pada bagian terbawah yaitu ostium uteri internum. Sebaliknya pada plasenta
previa parsialis atau letak rendah perdarahan baru akan terjadi pada waktu
mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi
cenderung lebih banyak pada perdarahan berikutnya. Perdarahan yang pertama
sudah bisa terjadi pada kehamilan dibawah 30 minggu, tetapi lebih separuh
kejadiannya pada kehamilan 34 minggu ke atas. Berhubung tempat perdarahan
terletak pada dekat dengan ostium uteri internum, maka perdarahan lebih mudah
mengalir keluar rahim dan tidak membentuk hematom retroplasenta yang mampu
merusak jaringan lebih luas dan melepaskan tromboplastin ke dalam sirkulasi
maternal. Dengan demikian sangat jarang terjadi koagulopati pada plasenta
previa.4
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang
tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta
melekat lebih kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan
inkreta bahkan plasenta perkreta yang pertumbuhan vilinya bisa sampai
menembus buli-buli dan ke rectum bersama plasenta previa. Plasenta akreta dan
inkreta lebih sering terjadi pada uterus yang sebelumnya pernah bedah sesar.
Segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh mudah robek oleh sebab kurangnya
elemen otot yang terdapat disana. Kedua kondisi ini berpotensi meningkatkan
kejadian perdarahan pasca persalinan pada plasenta previa, misalnya dalam kala
tiga karena plasenta sukar melepas dengan sempurna (retensio plasenta) atau
setelah uri lepas karena segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi dengan
baik.4
Patofisiologi Plasenta Previa
3.2.7 Gambaran Klinis
Ciri yang menonjol pada plasenta previa adalah perdarahan uterus keluar
melalui vagina berwarna merah segar tanpa rasa nyeri. Darah yang berwarna
merah segar, sumber perdarahan dari plasenta previa ini ialah sinus uterus yang
robek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus
marginalis dari plasenta. Perdarahannnya tak dapat dihindarkan karena ketidak
mampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan
perdarahan tersebut, tidak sama dengan serabut otot uterus menghentikan
perdarahan pada kala III pada plasenta yang letaknya normal. Semakin rendah
letak plasenta, maka semakin dini perdarahan yang terjadi. Oleh karena itu,
perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta
letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai.10
Perdarahan biasanya baru terjadi pada akhir trimester kedua ke atas.
Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan berhenti sendiri. Perdarahan
kembali terjadi tanpa sebab yang jelas setelah beberapa waktu kemudian, jadi
berulang. Pada setiap pengulangan terjadi perdarahan yang lebih banyak seperti
mengalir. Pada plasenta letak rendah perdarahan baru terjadi pada waktu mulai
persalinan; perdarahan bisa sedikit sampai banyak mirip pada solusio plasenta.
Perdarahan diperhebat berhubung SBR tidak mampu berkontraksi sekuat segmen
atas rahim. Dengan demikian, perdarahan bisa berlangsung sampai pasca
persalinan. Perdarahan bisa juga bertambah disebabkan serviks dan SBR pada
plasenta previa lebih rapuh dan mudah mengalami robekan. Robekan lebih mudah
terjadi pada upaya pengeluaran plasenta dengan tangan misalnya pada retensio
plasenta sebagai komplikasi plasenta akreta.4
Berhubung plasenta terletak pada bagian bawah, maka pada palpasi
abdomen sering ditemui bagian terbawah janin masih tinggi di atas simfisis
dengan letak janin tidak dalam letak memanjang. Palpasi abdomen tidak membuat
ibu hamil merasa nyeri dan perut tidak tegang.4
3.2.8 Diagnosis
Perempuan hamil yang mengalami perdarahan dalam kehamilan lanjut
biasanya menderita plasenta previa atau solusio plasenta. Dahulu untuk kepastian
diagnosis pada kasus dengan perdarahan banyak, pasien dipersiapkan di dalam
kamar bedah demikian rupa segala sesuatunya termasuk staf dan perlengkapan
anesthesia semua siap untuk tindakan bedah sesar. Dengan pasien dalam posisi
litotomi di atas meja operasi dilakukan periksa dalam (vaginal toucher) dalam
lingkungan disinfeksi tingkat tinggi (DTT) secara hati-hati dengan dua jari
telunjuk dan jari tengah meraba forniks posterior untuk mendapat kesan ada atau
tidak ada bantalan antara jari dengan bagian terbawah janin. Kemudian jari-jari
digerakkan mengikuti seluruh perbukaan untuk mengetahui derajat atas klasifikasi
plasenta.4
Jika plasenta lateralis atau marginalis dilanjutkan dengan amniotomi dan
diberi oksitosin drip untuk mempercepat persalinan jika tidak terjadi perdarahan
banyak untuk kemudian pasien dikembalikan ke kamar bersalin. Jika terjadi
perdarahan banyak atau ternyata plasenta previa totalis, langsung dilanjutkan
dengan seksio sesarea. Persiapan yang demikian dilakukan bila ada indikasi
penyelesaian persalinan. Persiapan yang demikian disebut dengan double set up
examination. Perlu diketahui tindakan periksa dalam tidak boleh/kontraindikasi
dilakukan di luar persiapan double set up examination. Periksa dalam sekalipun
yang dilakukan dengan sangat lembut dan hati-hati tidak menjamin tidak akan
menyebabkan perdarahan yang banyak. Jika terjadi perdarahan banyak di luar
persiapan akan berdampak pada prognosis yang lebih buruk bahkan bisa fatal.4
Dewasa ini double set up examination pada banyak rumah sakit sudah jarang
dilakukan berhubung telah tersedia alat ultrasonografi (USG). USG
Transabdominal dalam keadaan kandung kemih yang dikosongkan akan memberi
kepastian diagnosis plasenta previa dengan ketepatan tinggi sampai 96% -98%.
Walaupun lebih superior jarang diperlukan transvaginal USG untuk mendeteksi
keadaan OUI. Diagnosa plasenta previa ditegakkan dengan adanya gejala-gejala
klinis dan pemeriksaaan ultrasonografi. Dengan USG dapat ditentukan implantasi
plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium. Bila jarak tepi kurang dari 5 cm
disebut plasenta letak rendah.11
3.2.8.1 Anamnesis
Gejala utama berupa perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau
pada kehamilan trimester III yang bersifat tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri
(painless), dan berulang (recurrent).6
3.2.8.2 Pemeriksaan Yang Dilakukan
Adapun pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan untuk menegakkan
diagnosa placenta previa meliputi: keadaan umum dan tanda vital, inspeksi
genitalia eksterna, pemeriksaan inspekulo dan leopold.10
1) Palpasi abdomen
Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah dan bagian
terbawah janin belum turun, biasanya kepala masih floating.6
2) Pemeriksaan inspekulo
Tujuannya adalah untuk mengetahui asal perdarahan, apakah perdarahan
berasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan cervix dan vagina.6
3) Penentuan letak plasenta tidak langsung
Dapat dilakukan dengan radiografi, radioisotop dan ultrasonografi. Akan
tetapi pada pemeriksaan radiografi clan radioisotop, ibu dan janin
dihadapkan pada bahaya radiasi sehingga cara ini ditinggalkan. Sedangkan
USG tidak menimbulkan bahaya radiasi dan rasa nyeri dan cara ini
dianggap sangat tepat untuk menentukan letak plasenta. Pemeriksaan
ultrasonografi berfungsi untuk menilai apakah terdapat keadaan patologis
intrauterine seperti berkurang/bertambahnya jumlah cairan amnion diatas
normal maupun letak implantasi plasenta yang abnormal.6,10
4) Penentuan letak plasenta secara langsung
Pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan
banyak. Pemeriksaan harus dilakukan di meja operasi. Perabaan
forniks.Mulai dari forniks posterior, apa ada teraba tahanan lunak
(bantalan) antara bagian terdepan janin dan jari kita. Pemeriksaan melalui
kanalis servikalis. Jari di masukkan hati-hati kedalam OUI untuk meraba
adanya jaringan plasenta.6
3.2.9 Komplikasi
Kemungkinan infeksi nifas besar karena luka plasenta lebih dekat pada
ostium dan merupakan porte d’entrée yang mudah tercapai. Lagi pula, pasien
biasanya anemis karena perdarahan sehingga daya tahannya lemah. Bahaya
plasenta previa adalah :6
1. Anemia dan syok hipovolemik karena pembentukan segmen rahim terjadi
secara ritmik, maka pelepasan plasenta dari tempat melekatnya di uterus
dapat berulang dan semakin banyak dan perdarahan yang terjadi itu tidak
dapat dicegah.6
2. Akibat plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat
segmen ini yang tipis mudahlah jaringan trofoblas dengan kemampuan
invasinya menorobos ke dalam miometrium bahkan sampai ke
perimetrium dan menjadi sebab dari kejadian plasenta inkreta bahkan
plasenta perkreta.6
3. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah
sangat potensial untuk robek disertai dengan perdarahan yang banyak.
Oleh karena itu harus sangat berhati-hati pada semua tindakan manual
ditempat ini misalnya pada waktu mengeluarkan anak melalui insisi pada
segmen bawah rahim ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan
tangan pada retensio plasenta. Apabila oleh salah satu sebab terjadi
perdarahan banyak yang tidak terkendali dengan cara-cara yang lebih
sederhana seperti penjahitan segmen bawah rahim, ligasi a.uterina, ligasi
a.ovarika, pemasangan tampon atau ligasi a.hipogastrika maka pada
keadaan yang sangat gawat seperti ini jalan
keluarnya adalah melakukan histerektomi total. Morbiditas dari semua
tindakan ini tentu merupakan komplikasi tidak langsung dari plasenta
previa.6
4. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini
memaksa lebih sering diambil tindakan operasi dengan segala
konsekuensinya.6
5. Kehamilan prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan karena
tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan
belum aterm. Pada kehamilan <37 minggu dapat dilakukan amniosintesis
untuk mengetahui kematangan paru-paru janin dan pemberian
kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru janin sebagai upaya
antisipasi.6
6. Solusio plasenta6
7. Kematian maternal akibat perdarahan6
8. Disseminated intravascular coagulation (DIC)6
9. Infeksi sepsis6
3.2.10 Penanganan
Setiap perempuan hamil yang mengalami perdarahan dalam trimester
kedua atau ketiga harus dirawat di dalam rumah sakit. Pasien diminta istirahat
baring dan dilakukan pemeriksaan darah lengkap termasuk golongan darah dan
faktor Rh. Jika Rh negative, RhoGam perlu diberikan pada pasien yang berlum
pernah mengalami sensitisasi. Jika kemudian ternyata perdarahan tidak banyak
dan berhenti serta janin dalam keadaan sehat dan masih prematur dibolehkan
pulang dilanjutkan dengan rawat rumah atau rawat jalan dengan syarat telah
mendapat konsultasi yang cukup dengan pihak keluarga agar dengan segera
kembali ke rumah sakit bila terjadi perdarahan ulang, walaupun kelihatannya tidak
mencemaskan. Pada kehamilan antara 24 minggu - 34 minggu diberikan steroid
dalam perawatan antenatal untuk pematangan paru janin. Jika ada gejala
hipovolemia seperti hipotensi dan takikardia, pasien tersebut mungkin telah
mengalami perdarahan yang cukup berat, lebih berat daripada penampakannya
secara klinis. Transfusi darah yang banyak perlu segera diberikan.4
Pada keadaan yang kelihatan stabil dalam rawatan di luar rumah sakit
hubungan suami istri dan kerja rumah tangga dihindari kecuali jika setelah
pemeriksaan USG ulangan, dianjurkan minimal setelah 4 minggu,
memperlihatkan ada migrasi plasenta menjauhi OUI. Bila USG tidak demikian,
pasien tetap dinasihati untuk mengurangi kegiatan fisiknya dan melawat ke tempat
jauh tidak dibenarkan sebagai antisipasi terhadap perdarahan ulang sewaktu-
waktu. Perdarahan pada plasenta previa berasal dari ibu karenanya keadaan janin
tidak sampai membahayakan. Jika pada waktu masuk terjadi perdarahan yang
banyak perlu segera dilakukan terminasi bila keadaan janin sudah viabel. Bila
perdarahannya tidak sampai demikian banyak, pasien diistirahatkan sampai
kehamilan 36 minggu dan bila pada amniosintesis menunjukkan paru janin telah
matang, terminasi dapat dilakukan dan jika perlu melalui seksio sesarea.4
Penatalaksanaan pada plasenta previa dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu:12
1. Ekspektatif
Ekspektatif dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan
hidup di dunia masih kecil baginya. Sikap ekspektasi tertentu hanya dapat
dibenarkan jika keadaan ibu baik dan perdarahannya sudah berhenti atau
sedikit sekali. Dahulu ada anggapan bahwa kehamilan dengan plasenta
previa harus segera diakhiri untuk menghindari perdarahan yang fatal.
Menurut Scearce pada tahun 2007, syarat terapi ekspektatif yaitu:
Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.12
Belum ada tanda-tanda inpartu.
Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas
normal).
Janin masih hidup.
2. Terapi aktif
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif
dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang
maturitas janin.12
Cara persalinan dengan plasenta previa :12
a. Seksio sesarea
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak
punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.
b. Melahirkan pervaginam Perdarahan akan berhenti jika ada
penekanan pada plasenta. Seperti amniotomi, akselerasi, traksi
dengan Cunam Willet, versi braxton hicks.
Plasenta previa dengan perdarahan merupakan keadaan darurat kebidanan
yang memerlukan penanganan yang baik. Bentuk pertolongan pada plasenta
previa adalah:1
1) Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan
anak untuk mengurangi kesakitan dan kematian.1
2) Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk
dapat melakukan pertolongan lebih lanjut.1
3.3.2 Etiologi
Menjelang kehamilan aterm, kavum uteri telah mempersiapkan janin pada
letak longitudinal dengan presentasi puncak kepala. Ada beberapa penyebab yang
memegang peranan penting dalam terjadinya letak sungsang, diantaranya adalah:
1. Relaksasi uterus yang disebabkan oleh multiparitas, janin multipel
2. Hidroamnion, oligohidroamnion karena anak mudah bergerak
3. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas
panggul.
4. Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang
sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.
5. Riwayat presentasi bokong, anomali uterus, berbagai tumor dalam panggul.14
3.3.3 Penyulit
Pada presentasi bokong, peningkatan frekuensi penyulit berikut ini dapat
diperkirakan:
1. Morbiditas dan mortalitas perinatal akibat pelahiran yang sulit.
2. Berat lahir rendah pada pelahiran preterm, pertumbuhan terhambat atau
keduanya.
3. Prolaps tali pusat.
4. Plasenta previa.
5. Anomali janin, neonatus dan bayi.
6. Anomali dan tumor uterus.
7. Janin multipel.
8. Intervensi operatif, terutama seksio cesaria
3.3.4 Klasifikasi
Presentasi bokong (3,6%) dengan penunjuk sakrum. Klasifikasi presentasi
bokong (letak sungsang) dibuat untuk kepentingan seleksi pasien yang akan
dicoba persalinan secara vaginal. Letak sungsang dibagi menjadi:
a. Letak bokong murni/presentasi bokong murni/frank breech (50-70%).Pada
presentasi bokong ini terjadi akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki
terangkat keatas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin.
Dengan demikian pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong.
3.3.5 Patogenesis
Presentasi bokong merupakan malpresentasi yang paling sering dijumpai.
Sebelum umur kehamilan 2 minggu, kejadian presentasi bokong berkisar antara
25-30% dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi kepala setelah umur
kehamilan 34 minggu. Jika presentasi masih tetap sungsang pada minggu ke 36
maka sulit bagi janin untuk mengubah posisi.
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu jumlah air
ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak leluasa.
Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak
sungsang, atau letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh
dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan
kedua tingkai terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk
menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada pada
ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus.
Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum
cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi sedangkan pada kehamilan
cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala. Tetapi
beberapa fetus dapat berada dalam posisi sungsang.13,14
3.3.6 Diagnosis
Hubungan yang bervariasi antara ekstremitas bawah dan bokong pada bayi
dengan presentasi bokong membentuk kategori presentasi bokong murni,
sempurna dan tidak sempurna. Pada presentasi bokong murni, tampak ekstremitas
bawah mengalami fleksi pada sendi panggul dan ekstensi pada sendi lutut
sehingga kaki terletak berdekatan dengan kepala. Presentasi bokong sempurna
dibedakan dari presentasi bokong murni satu atau kedua lutut dalam keadaan
fleksi.
Pada presentasi bokong tak sempurna, satu atau kedua sendi panggul tidak
berada dalam keadaan fleksi dan satu atau kedua kaki atau lutut terletak di bawah
bokong sehingga kaki atau lutut bayi terletak paling bawah pada jalan lahir.
Presentasi bokong murni paling banyak dijumpai ketika diagnosis ditegakkan
melalui pemeriksaan radiologis pada saat menjelang aterm.13,14,15
1. Pemeriksaan abdominal
Pada pemeriksaan leopold I, kepala janin yang keras, bulat dan dapat
diraba dengan balotement sudah menempati bagian fundus uteri. Pada leopold
II, menunjukkan punggung sudah berada pada satu sisi abdomen dan bagian-
bagian kecil berada pada sisi yang lain. Pada leopold III, bila engagement
belum terjadi diameter intertrokanterika panggul janin belum melewati pintu
atas panggul, bokong janin masih dapat digerakkan di pintu atas panggul.
Leopold IV menunjukkan posisi bokong yang mapan dibawah simfisis. Suara
jantung janin biasanya terdengar paling keras pada daerah sedikit di atas
umbilikus, sedangkan bila telah terjadi engagement kepala janin, suara jantung
terdengar paling keras di bawah umbilikus.
2. Pemeriksaan dalam
Pada presentasi bokong murni, kedua tuberositas iskiadika, sakrum
maupun anus biasanya teraba, dan setelah terjadi penurunan lebih lanjut,
genitalia eksterna dapat dikenali. Pada partus lama, bokong dapat sangat
membengkak sehingga menyebabkan kesulitan untuk membedakan muka
dengan bokong, anus bisa dikira mulut dan tuberositas iskhiadika dapat
disangka tulang pipi. Namun dengan pemeriksaan yang cermat, kesalahan
tersebut dapat dihindari karena jari tangan pemeriksa akan mengahdapi tahanan
otot pada anus, sedangkan rahang yang lebih keras dan kurang kenyal ketika
diraba akan terasa pada mulut.
Selanjutnya ketika jari tangan dikeluarkan dari anus, kadang-kadang jari
tersebut berlumuran mekonium. Mulut dan kedua tonjolan tulang pipi akan
membentuk bangunan segitiga. Sedangkan tuberositass ishkiadika dan anus
akan membentuk satu garis lurus. Pada presentasi bokong sempurna, kaki dapat
diraba sebelah bokong sedangkan pada presentasi kaki letak salah satu atau
kedua kaki lebih rendah daripada bokong. Pada presentasi kaki, kaki kanan
atau kiri dapat ditentukan berdasarkan hubungannya dengan ibu jari kaki.
Ketika bokong turun lebih jauh ke rongga panggul, genitalia dapat diraba.
3. Teknik pencitraan
USG idealnya digunakan untuk memastikan perkiraan klinis presentasi
bokong dan bila mungkin untuk mengidentifikasi adanya anomali janin.
Prognosis
• Prognosis lebih buruk dibandingkan persalinan pada presentasi belakang
kepala.
• Prognosis lebih buruk oleh karena:
- Perkiraan besar anak sulit ditentukan sehingga sulit diantisipasi terjadinya
peristiwa “after coming head”.
- Kemungkinan ruptura perinei totalis lebih sering terjadi.
Tehnik :
Gambar 9. Sambil dilakukan traksi curam bawah, tubuh janin diputar 180° kearah
yang berlawanan sehingga bahu depan menjadi bahu depan dibawah arcus pubis
dan dapat dilahirkan13
Gambar 10. Tubuh janin diputar kembali 180° kearah yang berlawanan sehingga
bahu belakang kembali menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat
dilahirkan13
Keuntungan persalinan bahu dengan cara Lovset :
1. Tehnik sederhana.
2. Hampir selalu dapat dikerjakan tanpa melihat posisi lengan janin.
3. Kemungkinan infeksi intrauterin minimal.21
Prinsip :
Melahirkan lengan belakang lebih dulu (oleh karena ruangan
panggul sebelah belakang/sacrum relatif lebih luas didepan ruang panggul
sebelah depan) dan kemudian melahirkan lengan depan dibawah arcus
pubis.
Gambar 11. Melahirkan lengan belakang pada tehnik melahirkan bahu cara klasik 14
Gambar 12. Melahirkan lengan depan pada tehnik melahirkan bahu cara klasik 14
1. Kedua pergelangan kaki dipegang dengan ujung jari tangan kanan
penolong berada diantara kedua pergelangan kaki anak , kemudian di
elevasi sejauh mungkin dengan gerakan mendekatkan perut anak pada
perut ibu.
2. Tangan kiri penolong dimasukkan kedalam jalan lahir, jari tengan dan
telunjuk tangan kiri menyelusuri bahu sampai menemukan fosa cubiti
dan kemudian dengan gerakan “mengusap muka janin ”, lengan
posterior bawah bagian anak dilahirkan.
3. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki
janin diubah.
Dengan tangan kanan penolong, pergelangan kaki janin dipegang
dan sambil dilakukan traksi curam bawah melakukan gerakan seolah
“mendekatkan punggung janin pada punggung ibu” dan kemudian lengan
depan dilahirkan dengan cara yang sama.
Bila dengan cara tersebut pada no 3 diatas lengan depan sulit untuk
dilahirkan, maka lengan tersebut diubah menjadi lengan belakang dengan
cara:
- Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir dicekap dengan kedua
tangan penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong
terletak dipunggung anak dan sejajar dengan sumbu badan janin,
sedangkan jari-jari lain didepan dada.
- Dilakukan pemutaran tubuh anak kearah perut dan dada anak
sehingga lengan depan menjadi terletak dibelakang dan dilahirkan
dengan cara yang sudah dijelaskan pada no2.
Gambar 13. Melahirkan bahu depan dengan ekstraksi pada bokong dan bila
perlu dibantu dengan telunjuk jari tangan kanan untuk mengeluarkan lengan
depan13
Gambar 14. Melahirkan lengan belakang (inset : mengait lengan atas dengan
telunjuk jari tangan kiri penolong)14
Gambar 17. Tubuh anak diputar searah dengan menunjuknya lengan (kekanan)15
PERSALINAN KEPALA
A. After Coming Head
Pertolongan untuk melahirkan kepala pada presentasi sungsang dapat
dilakukan dengan berbagai cara :
1. Cara mouriceau (Viet – Smellie)
Gambar 20. Tehnik Mouriceau17
Dengan tangan penolong yang sesuai dengan arah menghadapnya
muka janin, jari tengah dimasukkan kedalam mulut janin dan jari telunjuk
serta jari manis diletakkan pada fosa canina.
a. Tubuh anak diletakkan diatas lengan penolong, seolah anak
“menunggang kuda”.
b. Belakang leher anak dicekap diantara jari telunjuk dan jari tengah
tangan yang lain.
c. Assisten membantu dengan melakukan tekanan pada daerah
suprasimfisis untuk mempertahankan posisi fleksi kepala janin.
d. Traksi curam bawah terutama dilakukan oleh tangan yang dileher.17
2. Cara prague terbalik
Dilakukan bila occiput dibelakang (dekat dengan sacrum) dan muka
janin menghadap simfisis. Satu tangan mencekap leher dari sebelah
belakang dan punggung anak diletakkan diatas telapak tangan tersebut.
Tangan penolong lain memegang pergelangan kaki dan kemudian di
elevasi keatas sambil melakukan traksi pada bahu janin sedemikian rupa
sehingga perut anak mendekati perut ibu. Dengan larynx sebagai
hypomochlion kepala anak dilahirkan.
Gambar 22. Kaitan pada lipat paha depan untuk melahirkan trochanter depan 17
Gambar 23. Untuk memperkuat traksi bokong, dilakukan traksi dengan
menggunakan kedua tangan seperti terlihat pada gambar. 17
2. EKSTRAKSI KAKI
1. Setelah persiapan selesai, tangan penolong yang sesuai dengan bagian
kecil anak dimasukkan secara obstetris kedalam jalan lahir, sedangkan
tangan lain membuka labia.
2. Tangan yang didalam mencari kaki dengan menyelusuri bokong –
pangkal paha sampai belakang lutut (fosa poplitea) dan kemudian
melakukan fleksi dan abduksi paha janin sehingga sendi lutut menjadi
fleksi.(gambar 25)
3. Tangan yang diluar (dekat dibagian fundus uteri) mendekatkan kaki
janin untuk mempermudah tindakan mencari kaki janin tersebut
diatas. (gambar 26)
4. Setelah lutut fleksi, pergelangan kaki anak dipegang diantara jari ke II
dan III dan dituntun keluar dari vagina. (gambar 27)
Gambar 25. Tangan dalam mencari kaki dengan menyelusuri bokong sampai fosa
poplitea13
Gambar 26. Bantuan tangan luar dibagian fundus uteri dalam usaha mencari kaki
janin13
Gambar 27. c, d , e Rangkaian langkah mencari dan menurunkan kaki pada persalinan
sungsang (maneuver Pinard)13
1. Kedua tangan penolong memegang betis anak dengan meletakkan
kedua ibu jari dibelakang betis sejajar dengan sumbu panjangnya dan
jari-jari lain didepan tulang kering. Dengan pegangan ini dilakukan
traksi curam bawah pada kaki sampai pangkal paha lahir
2. Pegangan kini dipindahkan keatas setinggi mungkin dengan kedua ibu
jari dibelakang paha pada sejajar sumbu panjangnya dan jari lain
didepan paha. Dengan pegangan ini pangkal paha ditarik curam bawah
sampai trochanter depan lahir. (gambar 28)
Gambar 31. Pegangan selanjutnya adalah dengan memegang bokong dan panggul janin
(jangan diatas panggul anak). Jangan lakukan gerakan rotasi sebelum skapula terlihat. 17
Gambar 32. Skapula sudah terlihat, rotasi tubuh sudah boleh dikerjakan 17
Gambar 33. Dilakukan traksi curam atas untuk melahirkan bahu belakang yang diikuti
dengan gerakan untuk membebaskan lengan belakang lebih lanjut. 17
.
Gambar 34. Persalinan bahu depan melalui traksi curam bahwa setelah bahu belakang
dilahirkan; Lengan depan dilahirkan dengan cara yang sama dengan melahirkan lengan
belakang.17
b. Persalinan perabdominam
Beberapa kriteria yang dipakai pegangan bahwa letak sungsang harus
perabdominam adalah :
1. Primigravida tua
2. Nilai sosial tinggi
3. Riwayat persalinan yang buruk
4. Janin besar, lebih dari 3,5-4 kg
5. Dicurigai kesempitan panggul
6. Prematuritas
Zatuchni dan Andros telah membuat suatu indeks prognosis untuk menilai
lebih tepat apakah persalinan dapat dilahirkan pervaginam atau
perabdominan, sebagai berikut :
Perdarahan yang terjadi pada umur kehamilan yang lebih tua setelah
melewati trimester III disebut dengan perdarahan antepartum. Salah satu
penyebab perdarahan antepartum yaitu plasenta previa dan solusio plasenta.
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri
internum. Penyebab pasti plasenta previa belum jelas, namun ada beberapa faktor
yang diduga sebagai etiologinya, yaitu: Umur dan paritas, Endometrium yang
cacat; Bekas persalinan berulang dengan jarak pendek, bekas operasi, bekas
kuretage atau plasenta manual, perubahan endomentrium pada mioma uteri atau
polip, pada keadaan malnutrisi.
Gejala klinis perdarahan tanpa nyeri, terjadi perdarahan pada usia gestasi >
22 minggu, darah segar atau kehitaman dengan bekuan, perdarahan dapat terjadi
setelah miksi atau defekasi, aktivitas fisik, kontraksi Braxton Hicks atau koitus.
Terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu. Sifat perdarahan:
o Tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba.
o Tanpa sebab yang jelas.
o Dapat berulang.
Penatalaksanaan plasenta previa tergantung pada faktor-faktor; perdarahan
banyak atau sedikit, keadaan ibu dan anak, besarnya pembukaan, tingkat placenta
previa, paritas.
Presentasi bokong adalah letak memanjang dengan bagian terbawah bokong,
kaki atau kombinasi keduanya.
Presentasi bokong dibagi menjadi Letak bokong murni/presentasi bokong
murni/frank breech, Letak bokong kaki sempurna/ presentasi bokong kaki
sempurna/complete breech, Letak bokong kaki tidak sempurna/incomplete or
footling.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan abdominal, pemeriksaan
dalam, dan USG.
DAFTAR PUSTAKA