Abstrak
Tujuan: Untuk memberikan pedoman/guideline praktik terbaru untuk tatalaksana
pada pasien dengan polip endometrium.
Bahan dan Metode: Sebuah komite yang terdiri dari enam peneliti ahli membuat
rekomendasi sesuai dengan Pedoman Pelaporan AGREE II. Pencarian elektronik
dilakukan pada database berikut MEDLINE (diakses melalui PubMed), Scopus,
PROSPERO, EMBASE, CINAHL, Cochrane Library (termasuk Cochrane
Database of Systematic Review), Scielo.br, Google Scholar, dari awal hingga Mei
2020. Pencarian dilakukan menggunakan sebuah kombinasi teks-kata dan
Medical Subject Headings (MeSH) tentang polip endometrium, diagnosis,
manajemen dan pengobatan. Percobaan dinilai untuk kekakuan metodologis dan
dinilai menggunakan sistem klasifikasi dari the United States Preventive Services
Task Force.
Rekomendasi: Ultrasonografi transvaginal (Transvaginal Ultrasonography/
TVUS) harus menjadi modalitas pencitraan untuk mendeteksi polip endometrium
pada wanita usia subur (level B). Akurasinya meningkat ketika pencitraan
dilakukan dengan menggunakan doppler warna, investigasi 3D, dan kontras (level
B). Dilation dan Curretage (D&C) harus dihindari untuk diagnosis dan
manajemen polip (level A). Office hysteroscopy menunjukkan akurasi diagnostik
tertinggi pada pasien infertil yang diduga memiliki polip endometrium (level B)
(level B). Polip mungkin mempengaruhi reseptivitas endometrium, dan implantasi
embrio, hal ini mengurangi tingkat kehamilan (level C). Polipektomi histeroskopi
layak dilakukan dan aman dengan risiko pembentukan adhesi intrauterin yang
minimal (level B). Polipektomi tidak membahayakan hasil reproduksi dari
prosedur IVF berikutnya, tetapi pengangkatan polip sebagai praktik rutin pada
wanita sub-fertil saat ini tidak didukung oleh bukti (level B). Analisis cost-
efectiveness menyarankan untuk melakukan office polypectomy pada wanita yang
ingin hamil (tingkat B). Saline infused sonohysterography sangat akurat dalam
mendeteksi polip yang asimtomatik pada wanita postmenopause (level B). Wanita
postmenopause dengan perdarahan vagina dan dicurigai polip endometrium harus
ditawarkan untuk histeroskopi diagnostik dengan polipektomi histeroskopi jika
terdapat polip endometrium (tingkat B). Office hysteroscopy memiliki akurasi
diagnostik tertinggi dengan rasio cost-benefit tinggi untuk patologi prakanker dan
kanker dari rongga uterus (tingkat B). Sehubungan dengan risiko keganasan,
analisis histopatologi polip adalah wajib (tingkat B). Blind D&C harus dihindari
karena ketidakakuratan diagnosis patologis fokal endometrium (level A).
Manajemen ekspektatif tidak dianjurkan pada pasien simtomatik terutama pada
wanita postmenopause (level B). Dalam kasus hiperplasia atipikal atau karsinoma
pada polip, histerektomi dianjurkan pada semua pasien postmenopause dan pada
pramenopause tanpa keinginan untuk kesuburan di masa depan (tingkat B). Polip
endometrium asimtomatik pada wanita postmenopause harus diangkat dalam
kasus dengan besar diameter (> 2 cm) atau pada pasien dengan faktor risiko untuk
karsinoma endometrium (level B). Eksisi polip berukuran lebih kecil dari 2 cm
pada pasien postmenopause tanpa gejala tidak berdampak pada efektivitas biaya
atau survival rate (tingkat B). Pengangkatan polip asimtomatik pada wanita
premenopause harus dipertimbangkan pada pasien dengan faktor risiko kanker
endometrium (level B).
Pendahuluan
Polip endometrium adalah neoplasma endometrium intrauterin fokal yang
mungkin tunggal atau multipel. Ukurannya bervariasi dari beberapa milimeter
hingga beberapa sentimeter, dan morfologinya mungkin sessile dengan dasar
implantasi besar atau kecil atau bertangkai [1]. Polip endometrium terdiri dari tiga
elemen: kelenjar endometrium, stroma, dan pembuluh darah [2]. Faktor risiko
yang diketahui untuk perkembangan polip endometrium adalah usia lanjut,
hipertensi, obesitas, dan penggunaan tamoxifen antara lain [3–5]. endometrium
polip mungkin asimtomatik [6], dan ketika menyebabkan gejala, Manifestasi
klinis yang paling umum termasuk abnormal (termasuk pascamenopause)
perdarahan uterus [7] dan infertilitas yang lebih jarang [8,9]. Transformasi ganas
jarang terjadi, dan terjadi pada 0%-12,9% kasus, berdasarkan analisis kohort besar
[10,11].
Namun, ada beberapa kondisi terkait dengan keberadaan polip
endometrium di mana kurangnya kesepakatan dalam literatur adalah jelas. Lebih
khusus lagi, adanya polip endometrium di wanita tidak subur, pengelolaan polip
endometrium sebelumnya teknik reproduksi berbantuan serta dampak klinis dari
adanya polip endometrium asimtomatik membutuhkan a konsensus. Selain itu,
peran histeroskopi dalam diagnosis polip endometrium pramaligna dan ganas, dan
mengidentifikasi teknik histeroskopi pilihan untuk polipektomi tetap sedang
dalam investigasi.
Tujuan dari laporan ini adalah untuk memberikan informasi yang praktis
dan terkini pedoman untuk diagnosis dan manajemen endometrium polip, dengan
fokus pada dampak pada kesuburan dan risiko keganasan pada pasien
premenopause dan pascamenopause.
Kesimpulan
Polip endometrium adalah patologi ginekologi umum yang ditemui dalam
praktik klinis. Diagnosis dan manajemen berbasis bukti adalah wajib untuk
memastikan perawatan pasien yang memadai.