Pemeriksaan mulai dilakukan pada penderita diabetes berusia >12 tahun, minimal 1 tahun
sekali atau lebih baik jika dilakukan lebih sering jika sudah terdiagnosa adanya retinopati diabetika.
Waktu skrining dapat disesuaikan dengan keparahan penyakit, dan ketersediaan sarana prasarana.
(WHO)
Rekomendasi ADA (American Diabetes Association) untuk waktu pemeriksaan mata untuk
berbagai jenis diabetes :
• Diabetes tipe 1: dalam waktu 5 tahun setelah onset diabetes
• Diabetes tipe 2: pada saat terdiagnosis DM
• Wanita dengan diabetes yang sudah ada sebelumnya yang merencanakan kehamilan atau yang
telah hamil: sebelum kehamilan atau pada trimester pertama, dan kemudian dipantau setiap
trimester dan selama 1 tahun pascapersalinan
• Diabetes gestasional: tidak diperlukan
2. Tadi di faktor risiko RD ada wanita hamil, sekiranya bagaimana prognosis pada wanita hamil yg
terkena RD?
Kehamilan merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya retinopati dan pasti terkait
dengan peningkatan prevalensi dan keparahan retinopati dibandingkan dengan wanita diabetes
yang tidak hamil. Wanita dengan diabetes tipe I sangat rentan terhadap perubahan mata selama
kehamilan. Di masa lalu, prognosis kehamilan pada wanita diabetes dengan perubahan
mikrovaskular sangat buruk sehingga banyak dokter menyarankan untuk menghindari atau
menghentikan kehamilan, tetapi saat ini karena kontrol kadar gula darah yang cermat telah terjadi
penurunan insiden malformasi janin.
Kehamilan tidak menyebabkan efek merugikan jangka panjang pada retina. Perubahan
retinopati yang muncul selama kehamilan memiliki kecenderungan untuk regresi setelah
melahirkan. Bahkan perubahan proliferatif yang parah menunjukkan tanda-tanda regresi pada
periode pasca-melahirkan. Karena perkembangan retinopati diabetikum dikaitkan dengan
perubahan hormonal dan fisiologis normal selama kehamilan serta peningkatan kontrol glikemik
dan tingginya tingkat gangguan hipertensi, perubahan ini berkurang setelah kehamilan. Namun,
lamanya waktu yang dibutuhkan untuk regresi tidak diketahui secara pasti.
(yang penting kontrol gula darahnya! https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4170393/)
7. Pubertas
8. Operasi Katarak
8. Tadi ada banyak klasifikasi RH, yg mana yg paling sering digunakan di indonesia?
Berdasarkan https://snars.web.id/rs/dokumens/01-panduan-praktek-klinis/ppk-mata/ , Klasifikasi
Keith-Wagener masih banyak dipakai oleh para klinisi karena lebih praktis dalam menilai prognosis
hipertensinya
9. Dalam keadaan apa saja kita perlu melakukan skrining terhadap ROP?
Bayi harus diskrining untuk ROP berdasarkan berat lahir (≤1500 g), usia kehamilan (30 minggu
atau kurang), dan risiko ROP (misalnya, bayi dengan hipotensi atau mereka yang menerima
suplementasi oksigen selama beberapa hari dan/atau tanpa pemantauan saturasi oksigen; asidosis,
apnea, duktus arteriosus persistent, septikemia, transfusi darah, dan perdarahan intraventrikel.).
Beberapa bayi berisiko dengan berat lahir dari 1500 g hingga 2000 g juga harus diskrining.
(Guidelines on the screening of preterm infants for ROP were released on November 26, 2018, by
the American Academy of Pediatrics (AAP)
10. Jika kita sedang di puskesmas apa yang perlu kita lakukan pada bayi curiga dg ROP?
Rujuk ke dokter spesialis mata untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut.
11. Apakah tatalaksana tiap stadium ROP itu sama? Bagaimana tatalaksananya?
ROP tipe 1 mendapat terapi laser fotokoagulasi (dalam 48-72 jam) untuk ablasi retina avaskuler
untuk menurunkan faktor pertumbuhan angiogenik, sedangkan pada tipe 2 dilakukan pemantauan
dua kali seminggu.
Terapi harus dimulai pada ROP Tipe 1:
· Zona I ROP: stadium apapun dengan penyakit plus;
· Zona I ROP: stadium 3, tidak ada penyakit plus; dan
· Zona II: stadium 2 atau 3 dengan penyakit plus
14. Bagaimana membedakan Adult Macular Degeneration (AMD) tipe kering dan basah?
ARMD WET Perdarahan sub makula, Ablasi retina eksudatif, Perdarahan Vitreous