Anda di halaman 1dari 49

CASE REPORT SESSION (CRS)

*Kepaniteraan Klinik Senior/ G1A219055


** Pembimbing/ dr. Essy Octavia, Sp.OG

G3P1A1 Gravida 12-13 Minggu JTH Intrauterine +


Kista Ovarium Dextra Susp. Maligna

Ranti Rizki Armelia, S.Ked* dr. Essy Octavia, Sp.OG**

PROGRAM PROFESI DOKTER


BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUD RADEN MATTAHER JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022

1
LEMBAR PENGESAHAN

CASE REPORT SESSION (CRS)

G3P1A1 Gravida 12-13 Minggu JTH Intrauterine +


Kista Ovarium Dextra Susp. Maligna

Oleh:
Ranti Rizki Armelia, S.Ked
G1A219055

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUD RADEN MATTAHER JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022

Jambi, Februari 2022


Pembimbing

dr. Essy Octavia, Sp.OG

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Case Report Session yang berjudul “G3P1A1 Gravida 12-13 Minggu JTH
Intrauterine + Kista Ovarium Dextra Susp. Maligna” sebagai kelengkapan
persyaratan dalam mengikuti Program Profesi Dokter Bagian Obstetri dan
Ginekologi di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Essy Octavia, Sp.OG yang
telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis
selama menjalani Program Profesi Dokter Senior Bagian Obstetri dan Ginekologi
di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan guna kesempurnaan laporan CRS ini, sehingga dapat bermanfaat bagi
penulis dan para pembaca.

Jambi, Februari 2022

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

Kista berarti kantong berisi cairan. Kista ovarium adalah kantong


abnormal yang dilapisi epitel dan berisi cairan atau materi semipadat yang berada
di ovarium.1 Kista ovarium diklasifikasikan menjadi 2 jenis: non-neoplastik
(fungsional) dan neoplastik (patologis). Kista ovarium patologis dapat bersifat
jinak atau ganas. Sebanyak 70% kista fungsional ditemukan pada wanita usia
subur. Sedangkan 50% keganasan tumor ovarium ditemukan pada wanita
pascamenopause dan 80% kista yang berasal dari sel germinativum ditemukan
pada usia pra-pubertas.2
Kanker ovarium mengacu pada adanya pertumbuhan sel-sel asing yang
berbahaya pada beberapa bagian dari ovarium.3 Kanker ovarium diklasifikasikan
sebagai epithelial dan tumbuh dari permukaan ovarium. Jenis lain dari kanker
ovarium adalah non-epithelial yang tumbuh dari sel telur (tumor sel germinal)
atau sel-sel pendukung (tumor stroma).2,3 Kanker ovarium non-epthelial paling
banyak ditemui pada penderita usia muda.4,5
Kanker ovarium mendapat peringkat ke lima penyebab kematian akibat
kanker ginekologi di Amerika Serikat pada tahun 2016. Pada tahun 2016
diperkirakan terdapat 22.280 kasus kanker ovarium dengan stadium awal dan
terdapat 14.240 kematian akibat kanker ovarium, yang mencakup kira-kira 15%
dari semua kematian wanita karena kanker.6,7 Menurut Data Demografi Kesehatan
Indonesia angka kejadian kanker ovarium di Indonesia mencapai 37,2% dan
paling sering terdapat pada wanita berusia antara 20-50 tahun.8
Insidens massa adneksa ovarium pada kehamilan diperkirakan terjadi
sebesar 0,2-2% tergantung usia kehamilan, seringkali kecil dan tanpa gejala;
kebanyakan bersifat jinak, hanya 1-6% yang merupakan keganasan. Massa
adneksa sering ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan USG kehamilan
atau saat pemeriksaan fisik pada wanita yang bergejala, seperti nyeri
abdomen/nyeri pelvik atau terdapat massa pada perabaan.. Kista fungsional lebih
sering ditemui dan biasanya sembuh secara spontan sebelum trimester ke-3
kehamilan. Kista yang tetap muncul sampai akhir kehamilan mendukung sifat

4
organik kista. Oleh karena itu, massa adneksa berukuran lebih dari 5 cm, terutama
dengan komponen padat dalam pencitraan, kemungkinan besar termasuk non-
fungsional.9,10
Kista yang membesar dapat menekan rahim gravid, memperlambat
pertumbuhan janin dalam rahim, menyebabkan kelahiran prematur atau presentasi
janin yang tidak normal. Komplikasi lain seperti torsi atau terpuntir juga dapat
terjadi. Torsi ini sering terjadi ketika kista memiliki diameter antara 6 dan 8 cm,
dengan hampir 60% kasus terjadi selama 10-17 minggu kehamilan. Oleh karena
itu, diagnosis yang akurat penting untuk identifikasi pasien yang benar-benar
membutuhkan pembedahan dan menghindari komplikasi ini.9,10

5
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


 Nama : Ny. R  Nama Suami : Tn. R
 Umur : 28 tahun  Umur : 35 tahun
 Suku/Bangsa : Melayu  Suku Bangsa : Melayu
 Agama : Islam  Agama : Islam
 Pendidikan : SMA  Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : IRT  Pekerjaan : Swasta
 Alamat : Rt.19 Kota Baru  Alamat : RT. 19 Kota Baru
 MRS : 13/02/2022
Pukul 11.30 WIB

2.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
Perut semakin membesar sejak ± 1 bulan SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke Poli Kebidanan RSUD Raden Mattaher dengan
keluhan perut terasa semakin membesar hingga terasa menyesak sejak ± 1
bulan SMRS. Awalnya ± 6 bulan SMRS, pasien mengatakan perutnya
terasa semakin membesar. Nyeri perut (-), demam (-), nyeri saat
berhubungan (-), BAK dan BAB tidak ada keluhan. Kemudian pasien
periksa ke dokter Sp.OG dan dikatakan pasien memiliki kista di ovarium
kanan berukuran ± 9 cm. Saat itu pasien disarankan untuk operasi namun
pasien belum bersedia dioperasi.
± 1 bulan SMRS, pasien mengatakan perutnya semakin membesar
hingga terasa menyesak. Pasien mengatakan rasa menyesak memberat
setelah pasien makan. Pasien juga mengatakan setelah makan tidak bisa
langsung minum karena makan sedikit saja, pasien langsung merasa sesak.
Pasien juga mengeluhkan tidak haid selama 3 bulan. Nyeri perut (-), nyeri
ulu hati (-), demam (-), nyeri saat berhubungan (-), muntah (-), BAK dan

6
BAB tidak ada keluhan. Karna keluhan dirasa mengganggu, pasien periksa
ke bidan dan dikatakan terdapat benjolan di perut kanan pasien, lalu pasien
disarankan untuk USG. Kemudian pasien berobat ke dokter Sp.OG,
setelah dilakukan USG, diketahui terdapat kista dari ovarium kanan pasien
berukuran ± 15 cm dan pasien sedang hamil 8 minggu. Dokter
menyarankan os untuk operasi, karena ditakutkan kista tersebut akan
mengganggu pertumbuhan janin.
Pasien mengaku hamil 3 bulan, HPHT : 06/10/2021. Pasien
mengatakan selama ini siklus haid tidak teratur, siklus paling pendek 10
hari dan siklus terlama 40 hari. Pasien memiliki riwayat partus normal 1x
pada kehamilan pertama (± 5 tahun yang lalu), bayi meninggal saat lahir
dan pasien mengalami abortus 1x (± 3 tahun yang lalu). Selama kehamilan
ini, pasien melakukan pemerikaan ANC di bidan sebanyak 1x dan USG ke
dokter kandungan 2x.

2.3 Data Kebidanan


a. Haid
 Menarche umur : 13 tahun
 Haid : Tidak Teratur
 Lama haid : 5 hari
 Siklus : 10 – 40 hari
 Dismenorrhea : Ya
 Warna : Merah tua
 Bentuk perdarahan : Encer
 Bau Haid : Anyir
 Flour Albus : Sebelum haid
 Jumlah : Sedikit
 Lama : 2 hari
 Warna : Putih Jernih

b. Riwayat perkawinan

7
 Status perkawinan : Menikah
 Jumlah : 1 kali
 Lama : 7 tahun
 Umur : 21 tahun

c. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


No Tahun UK Jenis Penolong Penyulit Anak Ket
partus Persalinan JK BB

1 2017 38 minggu Normal Bidan - PR 2800gr Mati


2 2019 8 minggu - - - - - Abortus
3 Ini

d. Riwayat kehamilan sekarang


 GPA : G3P1A1
 HPHT : 06-10-2021
 TP : 13-07-2022
 ANC : 4x
 Imunisasi TT : Lengkap
 Keluhan umum : mual, muntah

e. Riwayat KB
 Pernah mendengar tentang KB : Pernah
 Pernah menjadi akseptor KB : Pernah
 Alat kontrasepsi yang pernah di pakai : -

2.4 Riwayat Kesehatan


 Riwayat penyakit yang pernah diderita :
Maag (-), Asma (-), DM (-),Hipertensi (-), PJK (-), TB (-),
 Riwayat operasi : (-)
 Riwayat penyakit dalam keluarga : tidak ada
o Keturunan kembar : Tidak ada

8
o Penyakit menular/keturunan :
DM (-), Hepatitis (-), Hipertensi (-), PJK (-), TB (-)
2.5 Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
 Keadaan Umum : tampak sakit sedang
 Kesadaran : compos mentis
 TD : 110/70 mmHg
 Nadi : 80 x/menit
 Temperatur : 36,5 ºC
 Pernapasan : 20x/menit
 BB : 51 kg
 BB sebelum hamil: 43 kg
 TB : 150 cm

Pemeriksaan Organ
 Kepala : normocephale, rambut hitam tidak mudah dicabut.
 Mata : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, reflek
cahaya +/+, pupil isokor.
 THT : dalam batas normal
 Leher : pembesaran KGB (-), struma (-)
 Thorak : pergerakan dinding dada simetris
 Pulmo : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
 Cor : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen : membesar, teraba massa di regio kanan, bising
usus (+), hepar dan lien tidak teraba.
 Ekstremitas : akral hangat, sianosis -/-, edema (-).

Status Obstetri
Inspeksi
Muka : cloasma gravidarum (-)
Leher : pembesaran vena jugularis (-)

9
Dada : pembesaran mammae simetris, puting susu menonjol,
hiperpigmentasi areola mammae (+), colostrum (-)
Abdomen : striae gravidarum (+), linea nigra (-), sikatrik (-), bekas
luka operasi (-)
Vulva : labia mayor edema, pembengkakan kelenjar bartholini (-)
Palpasi
 Tinggi fundus uteri tidak teraba
Pemeriksaan dalam vagina :
 Tidak dilakukan pemeriksaan

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI
HEMATOLOGI RUJUKAN
Darah Rutin (29 Januari 2022 Pukul 09.46 WIB)
Hemoglobin 13,0 g/dL 13.4 – 15.6
Hematokrit 37,3 % 34.5 – 54
Eritrosit 4,70 ribu/mL 4,0-5,0
MCV 79,3 fL 80-96
MCH 27,8 Pg 27-31
MCHC 35,0 g/dl 32-36
Trombosit 242. ribu/mL 150 – 450
Leukosit 11,2 ribu/mL 4 – 10
GDS 105 mg/dL < 200
Faal Hemostasis (29 Januari 2022 Pukul 09.46 WIB)
Bleeding Time (BT) 2 menit 1-3
Clotting Time (CT) 5 menit 2-6
LED 28 Mm/jam

PEMERIKSAAN HASIL NILAI


URINALISA RUJUKAN

10
Urin Rutin (29 Januari 2022 Pukul 09.55 WIB)
Warna Kuning tua Kuning Muda
Kejernihan Keruh Jernih
pH 5 4 – 8.5
Leukosit +3 Negative
Berat Jenis 1.025 1.005 – 1.030
Darah Negative Negative
Glukosa (reduksi) Negative Negative
Keton Negative Normal
Bilirubin Negative Negative
Eritrosit Negative Negative
Urobilinogen +1 Normal
Nitrit Negative Negative
Sedimen Urin (29 Januari 2022 Pukul 09.55 WIB)
Leukosit 4-5 0-3/LPB
Eritrosit 1-2 0-2/LPB
Epitel 10-15 0-5/LPK
Silinder Negative Negative
Kristal Negative Negative
Bakteri Positive Negative
Lain-lain Negative Negative

Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)


Tanggal 11 Januari 2022

11
Tanggal 20 Januari 2020

Kesan :
Susp malignancy pada kista ovarium dextra + gravida 11-12 minggu.

2.7 Diagnosis
G3P1A1 Gravida 12-13 minggu JTH Intrauterine + Kista Ovarium
Dextra susp. Maligna

2.8 Tatalaksana
 IVFD RL 20 tts/i
 Inj. Ceftriaxone 1 x 2gr
 Rencana Op Laparotomi Surgical Staging tanggal 14/2/2022
o Siapkan SIO
o Siapkan PRC 2 kolf

2.9 Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

12
2.10 Follow Up
Pelaksanaan Operasi
LAPORAN OPERASI
Nama dokter : dr. Rudy Gunawan, Sp.OG
Tindakan Operatif : Salpingooforektomi Dextra
Diagnosa pre operatif : G3P1A1 Gravida 12-13 JTH Intrauterine + Kista
Ovarii Dextra permagna Susp. Maligna
Diagnosa post operatif : G3P1A1 Gravida 12-13 JTH Intrauterine + Kista
Ovarii D extra permagna Susp. Maligna
Tanggal operasi : 14 Februari 2022 Pukul 11.00 wib.

1. Insisi dinding abdomen


2. Tampak massa kista keabu-abuan memenuhi cavum abdomen, uterus
(+) kehamilan 12 minggu
3. Dilakukan salpingooforektomi dextra secara hari-hari, tampak
terpuntir 3 x
4. Dilakukan jahit dengan chromic 2-0
5. Cavum abdomen dicuci
6. Dinding perut ditutup lapis demi lapis

Diagnosa Post Op
G3P1A1 Gravida 12-13 minggu JTH Intrauterine + Post.Op
Salipongooforektomi Dextra a/i Kista Ovarii Dextra permagna Susp.
Maligna

Terapi Post op
 Awasi tanda-tanda vital
 Pasien boleh makan minum bertahap
 IVFD RL + 2 amp Duvadilan 25 tts/i
 Inj. Ceftriaxone 3 x 1 gr selama 2 hari
 Inj. Ketorolac 3 x 30 mg

13
 PO. Asam Folat 3 x 1 tab

Follow-Up Post Op
Tgl Follow up

15/02/2022 S Lemas dan nyeri perut bekas op


O KU : Sedang; Kesadaran : CM
TD: 120/70 mmHg; HR: 88 x/i; RR: 20 x/i; T: 36,9oc
Laboratorium :
- Hb : 10,8 gr/dl
- Hct : 31,1 %
- RBC : 3.89 x 106/ml
- PLT : 200.000
- WBC : 14.100
A G3P1A1 Gravida 12-13 minggu JTH Intrauterine + Post.Op
Salipongooforektomi Dextra a/i Kista Ovarii Dextra permagna Susp.
P Maligna
 IVFD RL + 2 amp Duvadilan 25 tts/i
 Inj. Ceftriaxone 3 x 1 gr
 Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
 PO. Asam Folat 3 x 1 tab
16/02/2022 S Lemas dan nyeri perut bekas op
O KU : Sedang; Kesadaran : CM
TD: 110/80 mmHg; HR: 72 x/i; RR: 20 x/i; T: 36,5oc
A G3P1A1 Gravida 12-13 minggu JTH Intrauterine + Post.Op
Salipongooforektomi Dextra a/i Kista Ovarii Dextra permagna Susp.
P Maligna
 IVFD RL + 2 amp Duvadilan 25 tts/i
 Inj. Ceftriaxone 3 x 1 gr
 Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
 PO. Asam Folat 3 x 1 tab
17/02/2022 Pasien Pulang

14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi dan Histologi Ovarium


3.1.1 Anatomi Ovarium
Ovarium adalah sepasang organ berbentuk almond, dengan panjang
sekitar 2-3 cm, lebar 2 cm, dan 1-1,5 cm, ukuran dapat bervariasi selama siklus
menstruasi. Ovarium dilekatkan pada bagian belakang ligamentum yang luas oleh
mesovarium. Setiap ovarium dilekatkan ke lateral uterus oleh ligamen ovarium;
sebuah ligamen suspensorium yang menempel pada tepi lateral setiap ovarium
dan menonjol secara superolateral ke dinding panggul. Pembuluh darah ovarium
dan saraf ditempatkan di dalam setiap ligamen suspensorium, dan mereka
bergabung dengan ovarium pada hilusnya. Serabut otot polos di dalam
mesovarium dan ligamen suspensorium berkontraksi pada saat ovulasi untuk
mendekatkan ovarium dengan lubang tuba uterina.11,12
Ovarium menerima aliran darah dari arteri ovari yang berasal dari aorta
pada tingkat arteri renalis. Pada aliran darah balik, pada sisi kanan, menuju vena
cava inferior, sedangkan pada sisi kiri, menuju vena renalis kiri. Pembuluh limfe
ovarium melewati nodus aorticus pada tingkat yang sama dengan pembuluh darah
ginjal, mengikuti peraturan umum bahwa aliran pembuluhb limfe suatu organ
sama seperti aliran darah vena organ tersebut. Untuk persarafan, ovarium
menerima persarafan simpatis dari aortic plexus (setinggi T10), sedangkan
persarafan parasimpatis dari nervus cranialis X (nervus vagus).11,12

15
Gambar 1. Anatomi Ovarium11
3.1.2 Histologi Ovarium
Setiap ovarium mempunyai bagian-bagian histologi sebagai
berikut11:
1. Germinal Epithelium atau epitel germinativum adalah epitel selapis
gepeng atau selapis kuboid yang menutupi permukaan ovarium
2. Tunica albuginea atau tunika albuginea adalah selapis jaringan ikat
padat yang menyebabkan warna ovarium menjadi keputihan dan
terletak di bawah epitel germinativum
3. Ovarian Cortex atau daerah korteks terletak dibawah tunika albuginea,
merupakan daerah yang terutama ditempati folikel ovarium dan
oositnya. Folikel ini terbenam dalam jaringan ikat (stroma) di daerah
korteks. Stroma ini terdiri atas fibroblas berbentuk kumparan khas yang
berespon dengan berbagai cara terhadap rangsangan hormon dari
fibroblas organ lain
4. Ovarian Medulla atau daerah medula yang terletak dibawah daerah
korteks, merupakan bagian terdalam ovarium. Tidak ada batas tegas
antara daerah korteks dan medulla, tetapi daerah medulla tersusun dari
jaringan ikat longgar dan berisi pembuluh darah, pembuluh limfe, dan
saraf
5. Ovarian Follicles atau folikel ovarium terdapat di daerah korteks dan
terdiri atas oosit yang dikelilingi oleh satu atau lebih sel folikel, atau sel
granulosa. Ketika sel folikel membentuk selapis sel kuboid, folikel ini
sekarang disebut folikel primer unilaminar. Sel folikel terus
berproliferasi dan membentuk epitel folikel berlapis, atau lapisan
granulosa, dengan sel-sel yang saling berkomunikasi melalui taut rekah.
Folikel ini kini disebut folikel primer multilaminar atau preantrum.
Sewaktu folikel tumbuh, terutama karena sel granulosa bertambah besar
dan bertambah banyak, folikel ini berpindah ke daerah korteks yang
lebih dalam. Cairan (liquor folliculi) mulai mengumpul di antara sel-sel
folikel. Celah-celah kecil yang mengandung cairan ini menyatu, dan
sel-sel granulosa mengatur diri membentuk rongga yang lebih besar,

16
yaitu antrum. Folikel ini sekarang disebut folikel sekunder atau folikel
antrum
6. Mature (Graafian) Follicle atau folikel matang, pra-ovulasi, atau
folikel Graaf, sangat besar (berdiameter sekitar 2,5 cm) sehingga dapat
menonjol dari permukaan ovarium dan dapat dideteksi dengan
ultrasonografi. Folikel ini merupakan folikel dominan yang dapat
mengalami ovulasi dan biasanya hanya satu untuk setiap siklus
menstruasi. Sedangkan folikel lainnya mengalami atresia
7. Corpus Luteum atau korpus luteum (badan kuning) merupakan folikel
matang setelah ovulasi. Korpus luteum menghasilkan progesterone,
estrogen, relaxin, dan inhibin akibat rangsangan LH (Luteinizing
Horomone). Nasib korpus luteum ditentukan oleh ada tidaknya
kehamilan. Setelah dirangsang LH, korpus luteum terprogram untuk
bersekresi selama 10-12 hari. Jika tidak ada rangsangan hormon lain
dan tidak ada kehamilan, sel-sel korpus luteum akan berdegenerasi
melalui apoptosis. Fibroblas di dekatnya memasuki daerah ini dan
membentuk parut jaringan ikat padat yang disebut korpus albikans atau
badan putih (karena banyaknya kolagen)

Gambar 2. Struktur Ovarium12

17
3.2 Kista Ovarium
3.2.1 Definisi Kista Ovarium
Kista berarti kantong berisi cairan. Kista ovarium adalah kantong
abnormal yang dilapisi epitel dan berisi cairan atau materi semipadat yang berada
di ovarium.1 Kista ovarium diklasifikasikan menjadi 2 jenis: non-neoplastik
(fungsional) dan neoplastik (patologis). Kista ovarium patologis dapat bersifat
jinak atau ganas. Kista ovarium fungsional atau kista ovarium fisiologis yang
jinak sering ditemukan pada perempuan usia muda, sedangkan kista ovarium yang
bersifat ganas cenderung lebih sering ditemukan pada perempuan usia tua
(pascamenopause).2

3.2.2 Klasifikasi Kista Ovarium


Berdasarkan tingkat keganasannya, kista terbagi dua, yaitu non
neoplastik dan neoplastik. Kista non neoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan
mengempis sendiri setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista neoplastik umumnya
harus dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan sifatnya.2,13,14

A. Kista Ovarium Fungsional15,16


Massa di ovarium yang paling umum ditemukan adalah kista ovarium
fisiologis. Kista ini disebabkan oleh karena kegagalan folikel untuk pecah
atau regresi. Secara umum kista ovarium fisiologis ukurannya kurang dari 6
cm, permukaan rata, mobil dan konsistensi kistik. Keluhan yang dapat terjadi
selain adanya massadi daerah pelvik dapat juga terjadi ketidakteraturan haid.
Terdapat beberapa jenis kista fungsional yaitu :
1. Kista Folikuler
Kista folikuler merupakan jenis tumor ovarium jinak yang paling
banyak dijumpai. Ukuran bervariasi antara 3-8 cm. Kista ini disebabkan
oleh karena kegagalan ovulasi oleh karena gangguan pelepasan
gonadotropin hipofise.Bila dilihat secara histologi, kista folikuler dilapisi
oleh lapisan dalam berupa sel-sel granulosa dan dilapisan luar berupa sel-
sel teka interna.Cairan yang terdapat didalam folikel yang tidak seluruhnya

18
terbentuk tidak dapat diresorbsi sehingga menyebabkan pembesaran dari
kista folikuler.Biasanya jenis kista ini tidak menimbulkan gejala,
meskipun ketidakteraturan haid, perdarahan diluar haid bahkan torsi dapat
terjadi.Bila ukuran kista telah membesar maka dapat menyebabkan nyeri
panggul, dyspareunia.Ukuran kista <6 cm dilakukan observasi selama 3
siklus haid tanpa pengobatan untuk melihat regresi dari kista tersebut.Bila
setelah observasi tidak didapatinya adanya regresi kista atau ukuran kista
semakin membesar maka dilakukan terapi operatif.
2. Kista korpus luteum
Kista korpus luteum berbentuk unilokuler dengan ukuran
bervariasi antara 3-11 cm. Kista ini disebabkan karena terjadinya
penumpukan cairan hasil resopsi darah yang berasal dari perubahan korpus
hemoragikum menjadi korpus luteum.Pada ovulasi yang normal, sel-sel
granulosa yang melapisi folikel mengalami lutenisasi. Pada tahap
vaskularisasi, darah akan terkumpul di bagian sentral membentuk korpus
hemoragikum. Darah tersebut akan diresopsi dan terbentuk korpus luteum,
bila ukuran korpus luteum lebih dari 3 cm disebut dengan kista. Kista
korpus luteum yang dapat menimbulkan nyeri lokal dan amenorea
sehingga secara klinis kadang sulit dibedakan dengan kehamilan
ektopik.Kista korpus luteum dapat menimbulkan torsi maupun ruptur
sehingga menimbulkan rasa nyeri yang hebat.Seperti kista folikuler, kista
korpus luteum dapat regresi setelah 2 atau 3 bulan observasi.
3. Kista teka lutein
Kista teka lutein timbul karena adanya peningkatan gonadotropin
korionik. Kista ini terjadi pada pasien dengan penyakit mola hidatidosa,
koriokarsinoma maupun pada pasien yang mendapat terapi gonadotropin
korionik dan klomifen sitrat. Secara histologi, kista ini terdiri dari sel-sel
teka yang mengalami proses lutenisasi maupun yang tidak. Kista ini
biasanya bilateral dan berisi cairan berwarna jernih. Keluhan abdominal
tidak begitu nyata, meskipun terkadang dijumpai keluhan nyeri
panggul.Ruptur kista sering terjadi sehingga menyebabkan perdarahan
intraperitoneal.Kista ini dapat sembuh secara spontan setelah terapi

19
kehamilan mola ataupun setelah penghentian pengobatan yang
menyebabkan terjadinya kista ini.Prosedur pembedahan dilakukan pada
kista yang mengalami komplikasi seperti torsi maupun ruptur.
4. Ovarium Polikistik (Stein-Leventhal Syndrome)
Penyakit ovarium polikistik ditandai dengan pertumbuhan
polikistik pada kedua ovarium, amenorea sekunder atau oligomenorea, dan
infertilitas. Sekitar 50% pasien mengalami hirsutisme dan obesitas.
Gangguan ini terjadi pada perempuan berusia 15 – 30 tahun. Walaupun
mengalami pembesaran, overium juga mengalami proses sklerotika yang
menyebabkan permukaannya berwarna putih tanpa identasi seperti mutiara
sehingga disebut sebagai ovarium kerang. Ditemukan banyak folikel berisi
cairan di bawah dinding fibrosa korteks yang mengalami penebalan. Teka
interna terlihat kekuningan karena mengalami luteinisasi, sebagian stroma
juga mengalami hal yang sama. Diagnosis penyakit dibuat berdasarkan
anamnesis yang mengarah pada beberapa gejala dan pemeriksaan fisik
terarah. Riwayat menarke dan haid yang normal kemudian berubah
menjadi episode amenorea yang semakin lama.
5. Luteoma kehamilan
Tumor yang menyerupai nodul-nodul sel lutein ini terjadi pada saat
kehamilan. Ukuran nodul dapat mencapai 20 cm dan bersifat multifokal
ataupun bilateral. Secara makroskopis kista ini memiliki konsistensi yang
lunak, berwarna kecoklatan dengan perdarahan fokal. Secara mikroskopis
kista ini membentuk lembaran-lembaran besar sel-sel lutein dengan
sitoplasma yang banyak dengan nuklei yang seragam. Secara klinis kista
ini didapati pada saat hamil dan dapat mengalami regresi beberapa bulan
setelah melahirkan. Karena ukuran yang besar maka pada saat melakukan
salfingoooforektomi harus dilakukan frozen section untuk menyingkirkan
kemungkinan keganasan.

B. Kista Ovarium Neoplastik Jinak2,15,16


Neoplasma ovarium dapat berasal dari epitel permukaan ovarium,
komponen stroma, atau sel-sel germinativum. Neoplasma ovarium tunggal

20
yang tersering dijumpai adalah tumor dermoid yang berasal dari sel
germinativum, tetapi sebagai kelompok, tumor yang berasal dari epitel
permukaan lebih sering dijumpai.
1. Kista yang berasa dari sel epitel permukaan
Epitelial tumor mencakup 60% - 80% dari keseluruhan neoplasma
ovarium.
a. Kistadenoma ovarii serosum, dilapisi oleh epitel yang bersilia mirip
epitel tuba uterina. Sebagian besar tumor serosa bersifat jinak. Lesi
jinak biasanya licin dan unilokular serta mengandung cairan kuning
jernih. Tumor serosa sebagian besar asimtomatik. Gejala yang kadang
timbul adalah “rasa penuh dipanggul” atau distensi abdomen. Tumor
jenis ini sebaiknya diangkat melalui insisi abdomen di garis tengah
agar dapat dilakukan eksplorasi menyeluruh terhadap panggul dan
abdomen.
b. Kistadenoma ovarii musinosum, dilapisi epitel musinosa kolumnar
yang menyerupai epitel endoserviks dan dapat tumbuh menjadi sangat
besar. Tumor ini biasanya berbentuk multilokuler. Pada pemeriksaan
makroskopis tampak berwarna putih keabu-abuan berisi cairan lendir
khas, kental, berwarna kuning-coklat. Sebagian besar tumor ini bersifat
jinak. Namun bila terjadi sobekan pada dinding kista, maka sel-sel
epitel dapat tersebar pada peritoneum dan sekresinya dapat
menyebabkan pseudomiksoma peritonei. Terapi pembedahan yang
dianjurkan adalah histerektomi abdominal total, salpingo-ooforektomi
bilateral dan inspeksi abdomen secara cermat.
c. Tumor endometrioid, biasanya unilateral dengan permukaan licin,
pada dinding dalam terdapat lapisan sel yang menyerupai lapisan epitel
endometrium. Tumor ini memiliki kecenderungan besar menjadi
ganas.
d. Tumor Brenner, pada ovarium terdiri dari sarang-sarang epitel mirip-
transisional, biasanya disertai sel-sel musinosa di bagian tengah.
Secara makroskopis, tumor Brenner tampak sebagai tumor fibrosa
putih serupa dengan fibroma. Asites atau sindrom meigs dapat

21
disebabkan oleh tumor Brenner dan pasien mungkin mengeluh rasa
penuh di abdomen atau panggul.

2. Kista yang berasa dari sel stroma (Tumor Stroma Gonad)


a. Tumor Sel Granulosa, sering menimbulkan feminisasi dan dapat
menyebabkan pseudopubertas prekoks pada anak dan perdarahan
pascamenopause disertai hyperplasia endometrium atau karsinoma
pada wanita pascamenopause. Selnya memiliki gambaran morfologi
sel granulose dan membentuk badan Call-Exner yang khas, ditandai
oleh pseudorosetic yang mengelilingi daerah terhialinisasi. Tumor ini
dianggap memiliki potensi keganasan yang ringan dan dapat menetap
atau kambuh. Terapinya adalah pengangkatan secara bedah. Pada
pasien muda, dapat dilakukan salpingo-ooforektomi unilateral.
Histerektomi abdominal total dan salpingo-ooforektomi bilateral
dapat dilakukan pada wanita yang lebih tua.
b. Fibrotekoma, tumor ini memiliki gambaran padat, licin, putih,
bergulung, dan dapat menjadi cukup besar serta mengalami
degenerasi kistik sentral. Fibroma kadang dapat menjadi penyebab
asites dan sindrom Meigs. Tumor ini hampir selalu jinak dan jarang
menjadi ganas.
c. Tumor Sel Sertoli-Leydig, tumor ini berdiferensiasi ke arah turunan
sel testis dan sering menimbulkan efek virilisasi, misalnya
hirsustisme, kebotakan, klitoromegali dan pembentukan massa otot.

3. Kista yang berasal dari sel germinativum


a. Kista dermoid, ialah suatu teratoma matur yang jinak di mana
struktur-struktuur ektodermal berdeferensiasi sempurna. Muncul pada
perempuan berusia di bawah 30 tahun. Kista ini biasanya dapat
diangkat dengan sistektomi ovarium sederhana jika pasien masih
ingin memiliki anak, sehingga ovarium yang lain harus diperiksa
dengan cermat dan mungkin dibelah jka tampak membesar atau
mencurigakan.

22
C. Kista Ovarium Neoplastik Ganas
Kista neoplastik ganas diantaranya:
1. Kistadenokarsinoma Serosum
Merupakan jenis yang ganas dari kistadenoma serosum. Pada
pemeriksaan mikroskopis tampak gambaran seperti adenokarsinoma
traktus digestivus dengan sel-sel epitel dalam berbagai tingkat
differensiasi. Pembentukan kista- kista kecil dan pengeluaran musin
berjalan terus.
2. Karsinoma Mesonephroid
Berasal dari mesotelium ovarium, bentuknya solid atau kistik.
Warna sawo matang atau keabu-abuan dengan diameter 10-20 cm, disebut
juga clear carcinoma karena mengandung sel-sel pucat di tengah stroma.
3. Kistadenokarsinoma Musinosum.
Ini merupakan prototype keganasan dari kistadenoma musinosum.
Hanya kurang lebih 5% dari jenis kista ini yang menjadi ganas. Perubahan
ini dapat mengenai sebagian kista tetapi pada umumnya mengenai seluruh
jaringan ovarium.

3.3.2 Etiologi dan Faktor Resiko Kista Ovarium


Etiologi kista ovarium atau massa adneksa mulai dari fisiologis normal
(kista folikular atau luteal) hingga keganasan ovarium. Kista ovarium dapat terjadi
pada semua usia tetapi lebih sering terjadi pada usia reproduksi dan memiliki
peningkatan insidensi pada wanita menarchal karena produksi hormon endogen.
Kista simpel adalah yang paling mungkin terjadi pada semua kelompok umur, dan
lesi ovarium campuran kistik dan padat dan seluruhnnya padat memiliki tingkat
keganasan yang lebih tinggi daripada kista simple. Meskipun sebagian besar kista
ovarium jinak, usia adalah faktor risiko independen yang paling penting, dan
wanita pasca menopause dengan semua jenis kista harus menjalani follow-up dan
pengobatan yang tepat karena risiko keganasan yang lebih tinggi.16,17
Faktor resiko terjadinya kista ovarium adalah :16
 Pengobatan infertilitas

23
Pasien yang sedang menjalani terapi infertilitas dengan induksi ovulasi
menggunakan gonadotropin atau agen lainnya seperti klomifen sitart atau
letrozole dapat mengalami kista sebagai bagian dari sindrom hiperstimulasi
ovarium.
 Kehamilan
Pada perempuan hamil, kista ovarium dapat terbentuk di trimester kedua
ketika kadar hCG memuncak.
 Hipotiroidisme
Karena kesamaan di antara subunit alfa dari TSH dan hCG, hipotiroidisme
dapat menstimulasi ovarium dan pertumbuhan kista.
 Gonadotropin maternal
Efek transplasenta dari gonadotropin maternal dapat menyebabkan
berkembangnya kista ovarium pada janin dan neonatus
 Merokok
Risiko terjadinya kista ovarium fungsional meningkat dengan merokok
 Ligasi tuba
Kista ovarium fungsional terbukti berkiatan dengan sterilisasi dengan cara
ligasi tuba

3.4 Kanker Ovarium


3.4.1 Definisi Kanker Ovarium
Kanker ovarium mengacu pada adanya pertumbuhan sel-sel asing yang
berbahaya pada beberapa bagian dari ovarium.3 Kanker ovarium diklasifikasikan
sebagai epithelial dan tumbuh dari permukaan ovarium. Jenis lain dari kanker
ovarium adalah non-epithelial yang tumbuh dari sel telur (tumor sel germinal)
atau sel-sel pendukung (tumor stroma).2,3 Kanker ovarium non-epthelial paling
banyak ditemui pada penderita usia muda.4,5

3.4.2 Klasifikasi Kanker Ovarium2,4,7


Kanker ovarium diklasifikasikan sebagai epithelial dan tumbuh dari
permukaan ovarium. Jenis lain dari kanker ovarium tumbuh dari sel telur (tumor
sel germinal) atau sel-sel pendukung (tumor stroma).

24
1. Tumor Ovarium Epitel Permukaan
Lebih dari 80% kanker epital permukaan ovarium ditemukan pada wanita
pascamenopause dimana kanker ovarium epithelial paling sering ditemui pada
usia 62 tahun. Tumor ini tampaknya adalah kanker derajat-rendah dengan
potensinya adalah potensi invasi kecil. Oleh karena itu, tumor ini memiliki
prognosis lebih baik daripada tumor yang lebih ganas.
Jenis-jenis kanker epitel permukaan ovarium:
1. Serosa
Karsinoma ini merupakan keganasan epitel ovarium yang tersering
ditemukan.Mudah tersebar di kavum abdomen dan pelvis, irisan penampang
tumor sebagai kistik solid.Tumor jenis ini di bawah mikroskop menurut
diferensiasi sel kankerdibagi menjadi diferensiasi baik (benign) yang memiliki
percabangan papil rapat, terlihat mitosis, sel nampak anaplastik berat, terdapat
invasi intersisial jelas,badan psamoma relatif banyak. Pada kanker diferensiasi
sedang (borderline) danburuk (maligna) memiliki lebih banyak area padat,
papil sedikit atau tidak ada,dan badan psamoma tidak mudah ditemukan.
2. Musinosa
Karsinoma jenis ini lebih jarang ditemukan dibanding karsinoma serosa.
Sebagianbesar tumor multilokular, padat dan sebagian kistik, di dalam kista
berisi musingelatinosa, jarang sekali tumbuh papil eksofitik, area solid
berwarna putih susuatau merah jambu, struktur rapat dan konsistensi rapuh.3
3. Endometrioid
Mayoritas dari tumor endometrioid ovarium adalah carcinoma (75%),
meskipun terdapat bentuk jinak dan bentuk borderline.Tumor endometrioid
terdiri dari kelenjar endometrium dan stroma.Secara miskroskopis, tumor ini
dibedakan dengan adanya kelenjar tubular, serupa dengan yang ditemukan di
endometrium, lapisan rongga kistik.
4. Clear cell tumor
Tumor clear cell sering sebagai kista unilocular mengandung massa solid
dengan focus pada necrosis dan perdarahan. Tumor clear cell sering hadir
bersamaan dengan endometriosis.Tumor ini berbentuk solid, sebagian ada
juga berbentuk kistik, warna putih kekuning-kuningan. Secara mikroskopis

25
tumor clear cell terdiri dari sel epitel dengan glikogen yang kaya sitoplasma
dan sering dijumpai hopnail appearanceyaitu inti yang terletak di ujung sel
epitel kelenjar atau tubulus.
5. Transisional cell (Bernner)
Tumor ini berasal dar epitel permukaan ovarium atau mesothelium
pelvis melalui metaplasia sel transisional. Ukuran tumor biasanya 2-20 cm.
6. Undifferentiated
Tumor ini biasanya agresif, terdiri dari sel-sel atipikal yang tidak
menampilkan bukti diferensiasi sel kelenjar, skuamosa, dan urothelial.Secara
makroskopis tumor ini tampak besar, solid dengan adanya perdarahan dan
necrosis, bilateral dan paling sulit untuk mengklasifikasikan secara histologis.
Umumnya diidentifikasikan dengan pengambilan sampel luar lesi.

2. Tumor Ovarium Sel Germinal


Tumor germ sel berasal dari elemen germinal dari ovarium dan terdiri dari
sepertiga dari seluruh neoplasma ovarium. Subtipe yang paling sering adalah
mature cystic teratoma, juga sering disebut kista dermoid. 95 % dari tumor germ
sel terdiri dari kista dermoid dan biasanya jinak secara klinis. Sebaliknya tumor
ganas germ sel hanya merupakan 5 % dari kanker ovarium ganas di negara –
negara barat. Kanker non epitel permukaan ovarium lebih dominan terjadi pada
usia muda. Pada usia sekitar 20 tahun, hampir 70% tumor ovarium berasal dari
sel germinal dan sepertiganya adalah ganas. Pada usia sekitar 20 tahun ini tumor
ganas sel germinal ditemukan pada 2/3 kasus. Pada usia decade ketiga, tumor ini
masih dapat ditemukan, tetapi pada usia diatas tiga puluhan tumor ini sudah
sangat jarang.

3. Tumor Ovarium Sex-cord Stromal


Tumor sex cord – stromal terdiri dari berbagai kelompok neoplasma yang
jarang yang berasal dari matriks ovarium.Sel – sel dalam matriks ovarium
berpotensi memproduksi hormon dan hampir 90 % dari tumor ovarium yang

26
memproduksi hormon adalah tumor sex cord – stromal. Akibatnya, pasien
dengan jenis tumor ini mempunyai gejala dan tanda klinis dari kelebihan
estrogen atau androgen.

Stadium karsinoma ovarium menurut Asosiasi Obstetric Ginekologi


Internasional FIGO (Federation International Gynecology Obstetric) tahun 2014
sebagai berikut :
Tabel 1. Stadium Kanker Ovarium
Stadium I. Tumor terbatas pada Ovarium
IA Pertumbuhan tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul ovarium intak, tidak ada
tumor pada permukaan, pembasuhan peritoneal negative.
IB Pertumbuhan tumor terbatas pada kedua ovarium dan cirinya sama seperti IA
IC Tumor terbatas pada satu atau dua ovarium
IC 1 Tumpahan waktu pembedahan
IC 2 Kapsul ruptur sebelum pembedahan atau adanya tumor pada permukaan
IC 3 Asites dengan sel ganasnya atau sel ganasnya didapat dengan mencuci cavum
peritoneum (dicairan peritoneum sudah ada sel ganas tanpa adanya ruptur)
Stadium II. Tumor pada satu atau dua ovarium dengan ekstensi ke dalam pelvis atau
kanker peritoneal primer
II A Tumor meluas ke uterus dan atau ke tuba fallopi
II B Tumor meluas ke jaringan intraperitoneal pelvis
Stadium III. Tumor pada satu atau dua ovarium disertai dengan perluasan tumor
pada rongga peritoneum di luar pelvis dan / atau metastasis ke kelenjar getah bening
retroperitoneal
III A Positif kelenjar getah bening retroperitoneal dan / atau metastasis mikroskopis di
luar pelvis
III A1 Hanya kelenjar getah bening retroperitoneal
IIIA1(i) : Metastatis ≤ 10 mm
IIIA1(ii) : Metastasis > 10 mm
III A2 Keterlibatan peritoneal ± positif kelenjar getah bening retroperitoneal
III B Metastasis makroskopis di luar pelvis dengan besarnya lesi metastasis yang ≤2
cm dan termasuk untuk ekstensi hati atau limfa
III C Metastasis makroskopis di luar pelvis dan peritoneal dengan besar lesi
metastasis > 2 cm dan atau metastasis ke kelenjar getah bening retroperitoneal.
Termasuk ekstensi untuk kapsul hati atau limfa.
Stadium IV. Metastasis jauh tidak termasuk metastasis peritoneal
IV A Efusi pleura dengan sitologi positif
IV B Tumor bermetastasis pada hati atau parenkim limfa, dan bermetastasis ke organ
ekstraabdominal (termasuk kelenjar inguinal dan kelenjar diluar rongga perut).

27
3.4.3 Faktor Resiko Kanker Ovarium
Faktor resiko terjadinya kanker ovarium adalah :15
 Faktor Genetik
5 – 10% penyakit ini karena faktor herediter (ditemukan dalam
keluarga sekurang-kurangnya dua keturunan dengan kanker ovarium)
Ada 3 jenis kanker ovarium yang diturunkan :
a. Kanker ovarium site specific familial
b. Sindrom kanker payudara-ovarium, yang disebabkan oleh mutasi dari
gen BRCA 1 dan berisiko sepanjang hidup (lifetime) sampai 85%
timbul kanker payudara dan risiko lifetime 50% timbulnya kanker
ovarium pada kelompok tertentu.
c. Sindroma kanker Lynch tipe II, dimana beberapa anggota keluarga
dapat timbul berbagai jenis kanker, termasuk kanker kolorektal
nonpoliposis, endometrium, dan ovarium
 Faktor Reproduksi
Makin meningkat siklus haid berovulasi ada hubungannya dengan
meningkatnya risiko timbulnya kanker ovarium. Hal ini dikaitkan dengan
pertumbuhan aktif permukaan ovarium setelah ovulasi. Induksi siklus ovulasi
mempergunakan klomifen sitrat meningkatkan risiko 2 – 3 kali. Kondisi yang
menyebabkan turunnya siklus ovulasi menurunkan risiko kanker seperti pada
pemakaian pil KB menurunkan risiko sampai 50%, bila pil digunakan
>5tahun; Multiparitas, dan riwayat pemberian ASI termasuk menurunkan
risiko kanker ovarium.
 Faktor Lingkungan
Insidens kanker ovarium tinggi pada negara-negara industri. Penyakit
ini tidak ada hubungannya dengan obesitas, minum alkohol, merokok, maupun
konsumsi kopi. Juga tidak ada kaitannya dengan penggunaan bedak talk
ataupun intake lemak yang berlebihan.

3.5 Epidemiologi Neoplasma Ovarium


Kanker ovarium menduduki peringkat kelima sebagai kanker penyebab
kematian pada wanita. Kemungkinan seorang wanita terkena kanker ovarium

28
dalam hidupnya adalah 1:78, sedangkan kemungkinan meninggal akibat kanker
ovarium adalah 1:108. Sebagian besar massa ovarium adalah jinak, dan potensi
untuk berkembang menjadi keganasan hanya 2%. Usia merupakan faktor utama
sebagai faktor risiko terjadinya keganasan ovarium. Massa adneksa sering
terbentuk selama usia reproduksi. Pada usia ini, massa ini biasanya disebabkan
oleh kista ovarium fungsional, neoplasma ovarium jinak, atau perubahan akibat
infeksi pada saluran tuba.20
Menurut Globoccan pada tahun 2018, 295.414 wanita di seluruh dunia
didiagnosis menderita kanker ovarium dan 4,4% kematian di antaranya terkait
dengan kanker ovarium.20
Epidemiologi kista ovarium tidak jelas karena kurangnya pelaporan yang
konsisten dan kemungkinan resolusi spontan yang tinggi. Di Amerika Serikat,
wanita pascamenopause memiliki insiden kista ovarium sebesar 18% selama
periode 15 tahun. Di seluruh dunia, sekitar 7% wanita memiliki kista ovarium.19
Di Indonesia angka kejadian pada tahun 2018 dilaporkan sebanyak 13.310
wanita mengalami kista ovarium, dan dengan angka kematian mencapai 3,8%
(7.842 orang meninggal). Kista ovarium bisa berubah menjadi ganas atau bisa
disebut kanker; selain itu juga dapat mengalami puntiran atau puntiran sehingga
menimbulkan nyeri, perdarahan, infeksi dan kematian pada penderitanya.
Tingginya angka kematian akibat kista ovarium disebabkan tidak adanya gejala
atau keluhan pada penderita hingga terjadi metastasis, yaitu sebanyak 70% pasien
yang datang ke rumah sakit biasanya sudah stadium lanjut.20
Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia, angka kejadian kista
ovarium di Indonesia mencapai 37,2%. Sering terjadi pada wanita usia 20-80
tahun, pada masa pubertas atau jarang terjadi pada wanita usia di bawah 20 tahun.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kista ovarium, seperti
nulipara, kelahiran pertama pada usia di atas 35 tahun, wanita yang memiliki
riwayat keluarga kehamilan pertama terjadi pada usia di bawah 25 tahun.20
Insidens massa adneksa ovarium pada kehamilan diperkirakan terjadi
sebesar 0,2-2% tergantung usia kehamilan, seringkali kecil dan tanpa gejala;
kebanyakan bersifat jinak, hanya 1-6% yang merupakan keganasan.9,10

29
3.5 Manifestasi Klinis Neoplasma Ovarium
Kista ovarium sering kali tanpa gejala, terutama bila ukuran kistanya
masih kecil. Kista yang jinak baru memberikan rasa tidak nyaman apabila kista
semakin membesar, sedangkan pada kista yang ganas kadangkala memberikan
keluhan sebagai hasil infiltasi atau metastasis ke jaringan sekitar. Pemastian
penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip
dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di
luar rahim) atau kanker ovarium. Meski demikian, penting untuk memperhatikan
setiap gejala atau perubahan ditubuh untuk mengetahui gejala mana yang serius.
Gejala-gejala yang paling sering antara lain: pembesaran perut, kembung, mual,
gangguan nafsu makan, siklus menstruasi tidak teratur dan sering nyeri,
nyeri perut bagian bawah yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke
punggung bawah dan paha, nyeri senggama, luas permukaan dinding
endometrium menebal, dan pembengkakan tungkai bawah yang tidak disertai rasa
sakit. Kadang-kadang kista dapat memutar pada pangkalnya, mengalami infark
dan robek, sehingga menyebabkan nyeri tekan perut bagian bawah yang akut
sehingga memerlukan penanganan kesehatan segera.2,15

3.6 Diagnosis Neoplasma Ovarium


1. Anamnesis
Anamnesis dan pemeriksaan menyeluruh penting dalam penilaian
pasien dengan kista ovarium. Pasien harus ditanya secara spesifik tentang
gejala yang mengarah pada torsi akut, seperti nyeri intermiten atau parah atau
gejala endometriosis, seperti dismenorea, dispareunia, atau diskezia. Gejala
yang berhubungan dengan keganasan juga harus dipertimbangkan, termasuk
distensi abdomen, rasa cepat kenyang, urgensi atau frekuensi berkemih, dan
nyeri abdomen/panggul. Riwayat ginekologi dan pembedahan sebelumnya
harus diketahui, khususnya mengenai kista ovarium sebelumnya atau
keganasan payudara/usus. Riwayat keluarga penting, dan harus mencakup
pertanyaan tentang kanker payudara atau ovarium, kanker usus atau
endometrium. 17

30
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan harus mencakup pemeriksaan abdomen dan bimanual
untuk menilai massa adneksa yang teraba dan nodul endometriotik yang
teraba. Penting untuk mempertimbangkan penyebab nyeri non-ginekologis
dan distensi abdomen selama pemeriksaan.17
Penyakit keganasan dapat berlanjut dengan cachexia dan kehilangan
berat badan, limfadenopati, sesak nafas dan tanda-tanda efusi pleura. Kista
yang besar dapat diraba pada pemeriksaan perut. Asites yang tampak dapat
mengkaburkan palpasi massa di intra-abdominal. Meskipun ovarium normal
dapat diraba pada pemeriksaan panggul pada pasien premenopause yang
kurus, perabaan ovarium harus disadari abnormal pada wanita
pascamenopause. Jika pasien gemuk, palpasi kista dalam ukuran apapun juga
akan sulit dibuktikan. Kadang-kadang, gambaran kistik dari kista ovarium
mungkin terjadi, dan ini harus hati-hati di palpasi. Servik dan uterus mungkin
dapat terdorong ke satu arah. Massa lain dapat dipalpasi, termasuk fibroid
dan nodul pada ligament uterosakral mengarah pada keganasan atau
endometriosis.16,19
Penemuan klinis untuk dapat membedakan tumor adneksa jinak atau
ganas17
Tabel 3.1 Pemeriksaan Fisik Tumor Ovarium Jinak dan Ganas

Jinak Ganas
Unilateral Bilateral
Kistik Padat
Mobile Terfiksir
Permukaan rata Permukaan berbonjol-bonjol
Tidak ada asites Dijumpai asites
Pertumbuhan lambat Pertumbuhan cepat

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang utama adalah tes darah (termasuk CA125 pada
beberapa wanita premenopause, LDH, alpha-FP dan hCG pada wanita di
bawah usia 40 tahun dengan massa ovarium kompleks) dan USG. LDH,

31
alpha-FP dan hCG diukur untuk menilai kemungkinan risiko tumor sel
germinal. Ultrasonografi transvaginal dapat mendeteksi kista ovarium pada
28% pasien pascamenopause.15,17
Pencitraan9,21,22
a) Ultrasonografi (USG)
USG merupakan alat diagnostik utama untuk deteksi nyeri
pelvis/abdomen dalam kehamilan karena relatif aman. USG memiliki
sensitivitas dan spesifisitas tinggi untuk menilai morfologi massa pelvik,
sehingga dapat membedakan massa jinak dengan keganasan. Dengan
pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor
berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kemih, apakah tumor kistik
atau padat. USG lebih sensetif dari pada pemeriksaan panggul untuk
mendeteksi adanya tumor ovarium.9,17
IOTA (International Ovarian Tumor Analysis) membuat beberapa
peraturan untuk membagi beberapa gambaran USG, sehingga dapat
membedakan gambaran kista jinak dengan keganasan. “Peraturan
sederhana” dapat menggolongkan 75% dari keseluruhan massa ovarium.
Pemeriksaan USG menjadi pilihan utama untuk mendeteksi adanya kista
dan membantu untuk menentukan apakah kista tersebut jinak atau
ganas.9,17
Tabel 3.2 Perbedaan Massa Jinak dan Ganas pada USG17
Jinak Ganas
Kista Unilokular Tumor padat irregular
Terdiri atas komponen padat Asites (+)
dengan besar < 7mm
Terdapat acoustic shadow Terdapat minimal 4 papillary
structures
Tumor multilokular berbatas tegas Tumor padat multilokular irreguler
dengan diameter terbesar < 10 cm dengan diameter terbesar > 10cm
Tidak ada aliran darah Aliran darah (+)

32
b) Foto Thorax
Untuk menyingkirkan adanya metastasis ke paru-paru.
c) MRI
MRI bermanfaat dalam melihat gambaran tiga dimensi,
membedakan jaringan tulang dan otot, seperti leiomioma, endometrioma,
dan massa kompleks dengan bagian padat. MRI dapat digunakan secara
aman pada kehamilan trimester kedua dan ketiga, akan tetapi MRI dengan
kontras gadolinium harus dihindari karena belum terbukti aman pada
janin.
d) CT-Scan
Banyak lesi ovarium yang terdeteksi oleh computed tomography
(CT) merupakan temuan yang tidak disengaja pada pemeriksaan yang
dilakukan untuk gejala nonspesifik, seperti distensi abdomen, nyeri dan
gejala saluran kemih. CT memiliki peran yang terbatas dalam evaluasi
primer dan karakterisasi lesi kistik ovarium, kecuali untuk teratoma kistik
matur yang dapat dikarakterisasi dengan pasti karena adanya lemak
makroskopik dan kalsifikasi. Namun, CT adalah modalitas pencitraan
pilihan untuk mengevaluasi derajat penyakit dalam perencanaan pra-
perawatan, termasuk sitoreduksi dan untuk follow-up pasca pengobatan.

33
Sensitivitas dan spesifisitas CT dalam staging karsinoma ovarium telah
dijelaskan menjadi 50% dan 92% masing-masing dalam satu penelitian.

e) Tumor Marker9,15,17
Tes darah dilakukan dengan mendeteksi zat yang dinamakan CA-
125, kadar CA-125 pada seorang penderita kanker ovarium umumnya
tinggi. Namun tidak semua peningkatan CA-125 disebabkan oleh kanker
ovarium. Terdapat kemungkinan disebabkan oleh penyakit radang
panggul, endometriosis, atau fibroid rahim.
Peran tumor marker dalam diagnosis dan membedakan kista
ovarium pada kehamilan sering diperdebatkan. Saat hamil, peningkatan
tumor marker kebanyakan disebabkan perubahan fisiologi normal pada
kehamilan dan adanya komplikasi obstetri (abortus, pre-eklampsia,
sindroma HELLP). CA-125 dapat membantu membedakan massa jinak
dan ganas, dan dapat digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan terapi.
Akan tetapi, sel desidua dan amnion dapat juga menghasilkan CA-125
terutama pada trimester pertama dan ketiga, disebabkan oleh invasi
trofoblas dan pelepasan plasenta pada trimester ketiga. Tumor marker
berhubungan dengan tumor sel germinal (AFP dan ß-HCG) dan sel
granulosa (inhibin B dan AMH) juga dapat meningkat pada kehamilan
normal, sehingga hanya dapat digunakan untuk pemantauan.

f) Histopatologi15
Jenis epitel (65% dari kanker ovarium) terdiri dari serosum (20-
25%), musinosum (15% - 25%), yang dapat tumbuh sangat besar
(permagna), endometrioid (5% dan kira-kira 10% bersamaan dengan
endomteriosis), sel jernih/clear cell (5%, prognosis buruk) dan Brenner
(2%-3%, sebagian besar jinak). Kira-kira 15 % dari kanker jenis epitel
menunjukkan potensi keganasan rendah.
Tumor sel germinal (25% dari semua kanker ovarium) dan yang
tersering disgerminoma, diikuti tumor campuran sel germinal. Tipe

34
lainnya adalah teratoma imatur, koriokarsinoma, tumor sinus endodermal,
dan karsinoma embrional.
Tumor stroma sex cord (5% dari semua kanker ovarium). Yang
tersering adalah tumor sel granulosa. Tipe lainnya tumor sel Sertoli-
Leydig. Jenis lainnya: sarkoma, tumor metastasis

3.7 Tatalaksana Neoplasma


Pada intinya penatalaksanaan tergantung pada berat dari gejala,usia dari
pada pasien,dan adanya resiko keganasan dan keinginan untuk mendapatkan anak
berikutnya.
1. Konservatif
Tatalaksana konservatif dapat dilakukan pada perempuan dengan kista
ovarium berukuran kecil (<50mm, dinding tipis, cairan bening). Biasanya kista ini
akan menghilang setelah 3 kali siklus menstruasi. Sebuah pernyataan yang
dipublikasikan oleh Society of Radiologist in Ultrasound mengatakan bahwa kista
ovarium yang memiliki diameter 30 – 50 mm tidak memerlukan follow-up, kista
yang memiliki diameter 50-70 mm membutuhkan follow-up, dan kista berukuran
>70mm perlu dipertimbangkan untuk pemeriksaan lebih lanjut.19,23

2. Medikamentosa
Penggunaan kontrasepsi oral kombinasi telah diusulkan untuk pengobatan
kista ovarium fungsional.Sebuah penelitian menunjukkan bahwa penggunaan
kontrasepsi oral kombinasi dapat menurunkan resiko terjadinya kista.Oleh karena
itu, kontrasepsi oral kombinasi masih merupakan pilihan untuk pengobatan kista
fungsional.Pengobatan untuk endometriosis meliputi kontrasepsi oral,
progesterone, GnRH agonis atau antagonis.GnRH agonis atau danazol efektif
untuk menurunkan ukuran kista endometriosis dan mengkontrol nyeri pelvic serta
dismenorea.6,19,23

3. Operatif
Pembedahan dapat dilakukan ssecara laparoskopi atau laparotmoi.
Tindakan operatif pada tumor ovarium neoplastik jinak adalah pengangkatan

35
tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor.
Akan tetapi, jika tumornya besar atau ada komplikasi, perlu dilakukan
pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (salpingo-
ooforektomi). Jika terjadi keganasan, operasi yang tepat ialah histerektomi dan
salpingo-ooforektomi bilateral. Tetapi pada wanita muda yang masih ingin
mendapat keturunan dan dengan tingkat keganasan tumor yang rendah, dapat
dipertimbangkan untuk mengambil risiko yang tidak seberapa radikal.15

Pembedahan pada Kanker Ovarium6,19,20,23


Operasi untuk kanker ovarium memiliki dua tujuan utama. Tujuan pertama
adalah untuk melihat seberapa jauh kanker telah menyebar dari ovarium.
Tindakan pembedahan untuk penentuan stadium (surgical staging) pada kanker
ovarium terdiri dari :
1. Insisi mediana sampai melewati umbilikus.
2. Inspeksi dan palpasi seluruh organ intraperitoneal dan permukaan
peritoneum rongga pelvis dan rongga abdomen atas.
3. Pengambilan cairan asites bila ada sebanyak 20 – 50 cc untuk
pemeriksaan sitologi dan dilakukan segera sebelum terkontaminasi
dengan darah.
4. Bila tidak terdapat cairan asites lakukan bilasan rongga peritonium
(peritoneal washing) di lima lokasi yaitu: cul de sac, hemidiafragma
kiri dan kanan, rongga parakolik kiri dan kanan.
5. Explorasi sistemik (staging) semua permukaan dalam abdomen dan
viseral.
6. Pengambilan contoh tumor ovarium untuk pemeriksaan potongan beku
(frozen section).
7. Jika hasil frozen section ternyata ganas, lakukan total abdominal
histerektomi dan bilateral salpingo-ooforektomi serta pengangkatan
massa tumor.
8. Untuk mengetahui adanya mikrometastasis dilakukan :
a. Biopsi peritoneum: kavum douglas, paravesika urinaria, para
kolika kanan, dan subdiafragma.

36
b. Biopsi/reseksi beberapa daerah perlengketan organ
intraperitoneal.
c. Limfadenektomi sistematik kelenjar getah bening pelvis dan
para aorta.
d. Omentektomi

Tindakan pembedahan yang sempurna di atas (complete surgical staging)


terlihat bahwa memiliki prosedur pembedahan yang cukup luas dan akan
mengakibatkan wanita kehilangan fungsi reproduksinya. Tindakan pembedahan
ini disebut total abdominal hysterectomy dan bilateral salpingo-oophorectomy
atau disebut dengan tindakan pembedahan radikal.
Tindakan pembedahan ini tidak berlaku pada wanita usia muda yang
masih memerlukan fungsi reproduksinya, maka tindakan bedah radikal ini dapat
dihindari dengan syarat-syarat tertentu, sehingga tidak perlu dilakukan
pengangkatan uterus dan ovarium yang sehat. Tindakan pembedahan ini disebut
unilateral salpingo-oophorectomy atau disebut dengan pembedahan konservatif.
Pada pasca surgical staging, penderita kanker ovarium stadium dini yang
dimasukkan dalam kelompok resiko rendah yaitu stadium Iaatau Ib menunjukkan
tidak perlunya terapi adjuvan, hal ini dilihat dari hasil 5-years overall survival
rate sebagai berikut: Stadium Ia 93%, Stadium Ib 92% dan Stadium Ic 84%. 6Pada
kelompok stadium dini resiko tinggi yaitu stadium Ic, stadium II dan tumor jenis
clear cell menunjukkan terjadinya relaps adalah 40-50%, sehingga harus diberikan
terapi adjuvan seperti kemoterapi atau radiasi seluruh abdomen.

4. Kemoterapi24,25,26
Keganasan ovarium tidak dapat disembuhkan tuntas hanya dengan operasi,
kemoterapi anti kanker merupakan tindakan penting yang tidak boleh absen.
Kemoterapi dilakukan dalam 6 siklus , biasanya dengan menggunakan kombinasi
dua atau lebih obat secara IV setiap 3-4 minggu. Menurut ESMO pemberian
kemoterapi kombinasi carboplatin dan paclitaxel dalam tiga siklus pertama akan
menurunkan perluasan dari tumor setelah itu dilakukan pembedahan lalu
dilanjutkan tiga siklus dengan obat yang sama. Bila alergi paclitaxel bisa diganti

37
dengan docetaxel dengan kombinasi yang sama. Efek samping kemoterapi adalah
mual dan muntah, hilangnya nafsu makan, rambut rontok, bau mulut dan adanya
kemerahan pada tangan dan kaki.

5. Radiasi24,25,27
Terapi radiasi belum diterima secara luas sebagai modalitas pengobatan
rutin dalam terapi awal pasien dengan kanker ovarium, meskipun laporan dari
khasiat pada penyakit stadium I dan II resiko tinggi dan stadium III penyakit
dimana terdapat sisa penyakit dengan volume yang kecil setalah dilakukan
operasi. Dalam kasus tertentu, penyakit panggul mungkin memberi respon untuk
dosis rejimen paliatif dengan toksisitas minimal.

3.7.1 Tatalaksana Neoplasma Ovarium pada Kehamilan9,29


Pada kehamilan, kista ovarium dapat ditemukan seperti pada populasi
yang tidak hamil. Pada pasien hamil intrauteri dengan massa adneksa, sebaiknya
singkirkan dulu kemungkinan adanya kehamilan ektopik terganggu karena dapat
berakibat fatal. Massa ovarium lainnya adalah kista fungsional seperti korpus
luteum dan kista teka-lutein. Kebanyakan kista jenis ini hilang dengan sendirinya
pada kehamilan 14-16 minggu, kista lutein dapat bertahan sampai persalinan.
Kista yang bertahan hingga setelah usia kehamilan 16 minggu biasanya bersifat
patologis.

Pembedahan saat kehamilan (Laparotomi vs Laparoskopi)


Kista paraovarika biasanya jinak dan tidak membutuhkan intervensi dalam
kehamilan. Massa adneksa asimptomatik dan berupa kista simpleks berukuran
kurang dari 5 cm biasanya hilang spontan. Pasien dengan kista asimptomatik lebih
dari 5 cm, atau dengan gambaran meragukan harus dinilai ulang setelah usia
kehamilan 16 minggu. Bila kista tetap ada, selanjutnya dilakukan pembedahan
untuk mengangkat kista patologis tersebut. Ada risiko abortus dan kehilangan
fungsi luteal dalam kehamilan bila operasi dilakukan sebelum bulan keempat,
akan tetapi, bila terlambat dapat menimbulkan komplikasi seperti kista terpuntir,
ruptur, perdarahan, progresivitas keganasan, dan persalinan prematur. Penelitian

38
retrospektif menunjukkan tatalaksana konservatif memiliki angka morbiditas dan
mortalitas tinggi karena spill cairan kista akibat ruptur spontan.
Laparotomi dengan insisi mediana dengan manipulasi uterus minimal
merupakan metode pilihan. Laparoskopi aman untuk dilakukan pada usia
kehamilan 16-20 minggu, berdasarkan waktu optimal visualisasi massa dengan
uterus yang membesar pada kehamilan dan rendahnya kejadian persalinan
prematur pada usia kehamilan tersebut. Posisi pasien penting diperhatikan untuk
mencegah hipovolemia, hipotensi, dan hipoksemia, dengan perlahan-lahan diubah
menjadi posisi Trendelenburg, dan mulai usia 20 minggu, menggunakan posisi
miring kiri. Cara insersi trokar adalah dengan menempatkan port supraumbilikal
untuk mencegah perforasi uterus saat insersi jarum Veres. Penggunaan CO2 pada
proses pneumo-peritoneum, serta karbonmonoksida yang dihasilkan saat
elektrokoagulasi tidak memiliki pengaruh buruk pada janin jika tekanan
maksimum 10-13 mmHg, waktu operasi dibatasi, dan operasi dikerjakan oleh
operator berpengalaman. Pemantauan ibu dan janin, pencegahan infeksi,
trombosis, dan mengetahui efek samping obat anestesi merupakan hal-hal yang
harus diperhatikan dalam persiapan perioperatif pasien.
Tokolitik dapat bermanfaat pada operasi kista ovarium, Mathevet, dkk.
(2003) melaporkan 48 kasus laparoskopi pada trimester pertama (n=17), trimester
kedua (n=27), dan trimester ketiga (n=4), atas indikasi torsi ovarium, kista ruptur,
atau pengangkatan massa persisten. Hasilnya menunjukkan risiko minimal pada
ibu dan bayi dengan memperhatikan teknik operasi dan pengalaman ahli bedah
dan tim pendukungnya.

Kanker Ovarium Stadium Awal (Borderline dan Invasif)


Insidens keganasan massa adneksa pada kehamilan adalah 4 sampai 8
dalam 100.000 kehamilan. Kebanyakan berupa tumor nonepitelial (sel germinal
dan sex chord) diikuti oleh tumor borderline dan kanker epitelial. Diagnosis
biasanya melalui USG rutin selama kontrol kehamilan. Adanya asites, peritoneal
seeding, atau omental cake menunjukkan stadium lanjut. Sepuluh persen
keganasan ovarium bermetastasis ke organ lain, terutama ke saluran cerna atau
payudara. Tumor biasanya merupakan tumor padat dan bilateral. Pembedahan

39
merupakan indikasi jika ada risiko tinggi keganasan atau komplikasi (ruptur,
torsi).
Berdasarkan konsensus International Federation of Gynecology and
Obstetrics (FIGO), pada kanker ovarium stadium awal, stadium I, dan II, prosedur
pembedahan standar meliputi histerektomi, salfingo-ooforektomi bilateral,
omentektomi, sitologi, biopsi, dan limfadenektomi. Untuk stadium awal, fungsi
reproduksi dan kemungkinan kehamilan di masa depan harus menjadi
pertimbangan.
Operasi dapat meliputi pengangkatan adneksa dan surgical staging
(sitologi, biopsi peritoneal, omentektomi, dan apendektomi pada kista
musinosum). Pada tumor borderline unilateral, prosedur laparoskopi dengan risiko
minimum memecahkan isi tumor (spill) dapat dilakukan. Pada karsinoma epitelial
invasif stadium Ia, fungsi reproduksi dapat dipertahankan. Restaging dilakukan
setelah persalinan karena penyebaran tumor ekstra-ovarium yang tersamar pada
kondisi kehamilan. Tumor non-epitelial (germ cell dan tumor sex cord stromal)
yang sering dijumpai adalah berupa massa besar, lebih dari 90% didiagnosis pada
stadium Ia, dan ditatalaksana dengan reseksi dan surgical staging. Pada stadium I
dan II high grade, dapat diberikan kemoterapi adjuvan standar (carboplatin-
paclitaxel).

Kanker Ovarium Stadium Lanjut (Borderline dan Invasif)


Bila terdapat kemungkinan kanker ovarium stadium lanjut, diperlukan
pemeriksaan pencitraan tambahan selain USG. Penggunaan MRI setelah trimester
pertama dianggap aman dan memungkinkan untuk evaluasi penyebaran tumor
yang akurat. Pada kasus stadium lanjut tumor borderline dilakukan biopsi pada
kehamilan diikuti operasi definitif setelah persalinan. Kemoterapi tidak efektif
pada kasus tumor borderline. Operasi pembedahan sitoreduktif pada kanker
ovarium invasif stadium III tidak mungkin dilakukan pada kehamilan. Pada
banyak laporan kasus, pasien lebih memilih terminasi kehamilan bila diagnosis
telah ditegakkan pada trimester pertama. Jika pasien ingin melanjutkan kehamilan,
kemoterapi neoadjuvan (carboplatin-paclitaxel) diberikan setelah organogenesis
selesai, dan pembedahan sitoreduktif dilakukan pascapersalinan.

40
3.8 Komplikasi15
Komplikasi pada kista ovarium :
1. Torsio kista ovarium, dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter
5cm atau lebih akan tetapi yang belum amat besar sehingga terbatas
gerakannya. Gejala yang dapat timbul berupa nyeri hebat yang disertai dengan
mual dan muntah.Nyeri yang hebat disebabkan oleh infark pada pembuluh
darah ovarium.Kista ovarium fungsional yang paling sering berhubungan
dengan torsio adalah kista luteal sementara pada kista patologis adalah kista
dermoid.USG dan CT-Scan dapat membantu diagnosis. Opsi pengobatan
termasuk detorsio laparoskopik dan preservasi adneksa pada perempuan muda
usia reproduktif dan salpingo-ooforektomi pada perempuan pascamenopause.

41
2. Infeksi pada kista, terjadi jika kista berada dekat dengan sumber pathogen,
seperti appendicitis, diverkulitis, salpingitis. Kista dermoid cenderung
mengalami peradangan disusul dengan pernanahan.
3. Robekan pada dinding kista, dapat terjadi akibat torsio kista, tetapi dapat pula
terjadi akibat trauma seperti jatuh, atau pukulan pada perut. Robekan pada
kistadenoma musinosum dapat menyebabkan pseudomiksoma peritonei.

Komplikasi yang paling umum didapat oleh penderita kanker ovarium


adalah kelelahan atau kelemahan (75%), mual atau muntah (71%), sembelit
(49%), edema ekstremitas (44%), dan anemia (34%). Prevalensi komplikasi utama
adalah sebagai berikut: ascites 28%, obstruksi usus 12%, efusi pleura 10%, dan
obstruksi kandung kemih 3%. Pasien mungkin tidak selalu menerima intervensi
untuk komplikasi utama misalnya, efusi pleura tampaknya tidak diobati di hampir
setengah dari wanita dengan masalah ini. Setelah penyesuaian, wanita yang
meninggal di usia muda lebih mungkin untuk menerima intervensi, dibandingkan
dengan wanita yang lebih tua.28

42
BAB IV
ANALISA KASUS

Dari anamnesis didapatkan, pasien Ny. R usia 28 tahun datang dengan


keluhan Perut semakin membesar sejak ± 1 bulan SMRS. Awalnya ± 6 bulan
SMRS, pasien mengatakan perutnya terasa semakin membesar. Kemudian pasien
periksa ke dokter Sp.OG dan dikatakan pasien memiliki kista di ovarium kanan
berukuran ± 9 cm. Saat itu pasien disarankan untuk operasi namun pasien belum
bersedia dioperasi. ± 1 bulan SMRS, pasien mengatakan perutnya semakin
membesar hingga terasa menyesak. Pasien mengatakan rasa menyesak memberat
setelah pasien makan. Pasien juga mengatakan setelah makan tidak bisa langsung
minum karena makan sedikit saja, pasien langsung merasa sesak. Pasien juga
mengeluhkan tidak haid selama 3 bulan. Nyeri perut (-), demam (-), nyeri saat
berhubungan (-), BAK dan BAB tidak ada keluhan. Karna keluhan dirasa
mengganggu, pasien periksa ke bidan dan dikatakan terdapat benjolan di perut
kanan pasien, lalu pasien disarankan untuk USG. Kemudian pasien berobat ke
dokter Sp.OG, setelah dilakukan USG, diketahui terdapat kista dari ovarium
kanan pasien berukuran ± 15 cm dan pasien sedang hamil 8 minggu.
Pasien mengaku hamil 3 bulan, HPHT : 06/10/2021. Pasien mengatakan
selama ini siklus haid tidak teratur, siklus paling pendek 10 hari dan siklus terlama
40 hari.
Berdasarkan teori, kista ovarium adalah kantong abnormal yang dilapisi
epitel dan berisi cairan atau materi semi padat yang berada di ovarium. Kista
ovarium diklasifikasikan menjadi 2 jenis: non-neoplastik (fungsional) dan
neoplastik (patologis). Kista ovarium patologis dapat bersifat jinak atau ganas.
Kista ovarium sering kali tanpa gejala, terutama bila ukuran kistanya
masih kecil. Kista yang jinak baru memberikan rasa tidak nyaman apabila kista
semakin membesar, sedangkan pada kista yang ganas kadangkala memberikan
keluhan sebagai hasil infiltasi atau metastasis ke jaringan sekitar. Gejala-gejala
yang paling sering antara lain: pembesaran perut, kembung, mual, gangguan nafsu
makan, siklus menstruasi tidak teratur dan sering nyeri, nyeri perut bagian bawah
yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung bawah dan

43
paha, nyeri senggama, luas permukaan dinding endometrium menebal, dan
pembengkakan tungkai bawah yang tidak disertai rasa sakit. Kadang-kadang kista
dapat memutar pada pangkalnya, mengalami infark dan robek, sehingga
menyebabkan nyeri tekan perut bagian bawah.
Pada kehamilan, kista ovarium dapat ditemukan seperti pada populasi
yang tidak hamil. Massa adneksa sering ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan USG kehamilan atau saat pemeriksaan fisik pada wanita yang
bergejala, seperti nyeri abdomen/nyeri pelvik atau terdapat massa pada perabaan.
Pada pasien hamil intrauteri dengan massa adneksa, sebaiknya singkirkan dulu
kemungkinan adanya kehamilan ektopik terganggu karena dapat berakibat fatal.
Massa ovarium lainnya adalah kista fungsional seperti korpus luteum dan kista
teka-lutein. Kebanyakan kista jenis ini hilang dengan sendirinya pada kehamilan
14-16 minggu, kista lutein dapat bertahan sampai persalinan. Kista yang bertahan
hingga setelah usia kehamilan 16 minggu biasanya bersifat patologis.
Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 110/70 mmHg, Nadi
80x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,5ºC, kesan tanda vital dalam batas normal.
Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan. Pada pemeriksaan
abdomen, inspeksi perut tampak membesar; palpasi teraba massa di regio kanan;
perkusi redup; auskultasi BU (+) normal. Pada pemeriksaan obstetri, tinggi
fundus uteri sulit diraba.
Pada pemeriksaan USG yang dilakukan ± 6 bulan yang lalu, didapatkan
adanya kista di ovarium kanan berukuran ± 9 cm. Pemeriksaan USG tanggal 11
Januari 2022, didapatkan kista di ovarium kanan berukuran diameter ± 15 cm dan
hamil 8 minggu. Pemeriksaan USG terakhir tanggal 20 Januari 2022, didapatkan
massa kistik multilokular padat, papil (+), septa (+) dan usia gestasi 11-12
minggu, dengan kesan susp. malignancy pada kista ovarium dextra + hamil 11
minggu.
Berdasarkan teori, kista yang besar dapat diraba pada pemeriksaan fisik.
Pada pemeriksaan fisik tumor ovarium jinak akan teraba sebagai massa unilateral,
kistik, mobile, permukaan rata, tidak ada asites, pertumbuhan lambat. Sedangkan
tumor ovarium ganas akan teraba sebagai massa padat bilateral, terfiksir,
permukaan berbonjol-bonjol, dijumpai asites, pertumbuhan cepat.

44
Salah satu pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah USG.
USG merupakan alat diagnostik utama untuk deteksi nyeri pelvis/abdomen dalam
kehamilan karena relatif aman. USG memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi
untuk menilai morfologi massa pelvik, sehingga dapat membedakan massa jinak
dengan keganasan. Menurut IOTA gambaran USG untuk tumor jinak yaitu Kista
Unilokular, terdiri atas komponen padat dengan besar < 7mm, terdapat acoustic
shadow, tumor multilokular berbatas tegas dengan diameter terbesar < 10 cm,
serta tidak ada aliran darah. Sedangkan tumor ovarium ganas yaitu Tumor padat
irregular, terdapat asites, terdapat minimal 4 papillary structures, tumor padat
multilokular irreguler dengan diameter terbesar > 10cm, aliran darah (+). Kista
dapat diklasifikasikan sebagai jinak, jika terdapat minimal satu gambaran
ultrasound dari massa jinak, tanpa adanya gambaran ultrasound untuk keganasan.
Berdasarkan uraian diatas, ditegakkan diagnosis pada pasien ini yaitu
G3P1A1 Gravida 12 – 13 minggu JTH Intrauterine + Kista Ovarium Permagna
Dextra susp. Maligna.
Tatalaksana yang diberikan pada yaitu diberikan cairan infus IVFD RL 20
tpm dan obat antibiotik berupa Inj. Ceftriaxone 1x2 gr. Kemudian pasien
menjalani operasi laparotomy surgical staging pada tanggal 14 Februari 2022
pukul 11.00 WIB. Pada saat pembedahan, tampak massa kista kebu-abuan
memenuhi cavum abdomen. Kemudian dilakukan salpinggooforektomi dextra
pada pasien dan jaringan dikirim ke Patologi Anatomi. Terapi post operasi
diberikan IVFD RL + 2 amp Duvadilan 25 tts/I, Inj. Ceftriaxone 3 x 1 gr selama 2
hari, Inj. Ketorolac 3 x 30 mg, PO asam folat 3 x 1 tab.
Berdasarkan teori, massa adneksa asimptomatik dan berupa kista simpleks
berukuran kurang dari 5 cm biasanya hilang spontan. Pasien dengan kista
asimptomatik lebih dari 5 cm, atau dengan gambaran meragukan harus dinilai
ulang setelah usia kehamilan 16 minggu. Bila kista tetap ada, selanjutnya
dilakukan pembedahan untuk mengangkat kista patologis tersebut. Ada risiko
abortus dan kehilangan fungsi luteal dalam kehamilan bila operasi dilakukan
sebelum bulan keempat, akan tetapi, bila terlambat dapat menimbulkan
komplikasi seperti kista terpuntir, ruptur, perdarahan, progresivitas keganasan,
gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin, serta persalinan prematur.

45
Penelitian retrospektif menunjukkan tatalaksana konservatif memiliki
angka morbiditas dan mortalitas tinggi karena spill cairan kista akibat ruptur
spontan. Laparotomi dengan insisi mediana dengan manipulasi uterus minimal
merupakan metode pilihan. Laparoskopi aman untuk dilakukan pada usia
kehamilan 16-20 minggu, berdasarkan waktu optimal visualisasi massa dengan
uterus yang membesar pada kehamilan dan rendahnya kejadian persalinan
prematur pada usia kehamilan tersebut.
Tindakan pembedahan yang sempurna di atas (complete surgical staging)
terlihat bahwa memiliki prosedur pembedahan yang cukup luas dan akan
mengakibatkan wanita kehilangan fungsi reproduksinya. Tindakan pembedahan
ini disebut total abdominal hysterectomy dan bilateral salpingo-oophorectomy
atau disebut dengan tindakan pembedahan radikal.
Tindakan pembedahan ini tidak berlaku pada wanita usia muda yang
masih memerlukan fungsi reproduksinya, maka tindakan bedah radikal ini dapat
dihindari dengan syarat-syarat tertentu, sehingga tidak perlu dilakukan
pengangkatan uterus dan ovarium yang sehat. Tindakan pembedahan ini disebut
unilateral salpingo-oophorectomy atau disebut dengan pembedahan konservatif.
Berdasarkan uraian di atas, penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat
yaitu dilakukan salpingooforektomi dextra dan mempertahankan kehamilan.

46
BAB V
KESIMPULAN

Kista ovarium atau massa pada kehamilan harus dievaluasi dengan cermat
untuk menentukan pilihan terapi. USG atau MRI relatif aman dilakukan dan dapat
membedakan lesi jinak dan ganas. Tatalaksana konservatif (observasi) dilakukan
untuk kista ovarium dengan gambaran jinak. Massa dengan sekat, bagian padat,
papil, atau nodul, atau massa persisten sampai 16 minggu usia kehamilan harus
dievaluasi lebih lanjut. Laparotomi atau laparoskopi dilakukan tergantung
diameter tumor, usia kehamilan, dan kemampuan operator. Bila diagnosis kanker
ovarium invasif, terminasi kehamilan dilakukan pada trimester awal, dilakukan
kemoterapi pada trimester kedua dan ketiga. Kecurigaan ke arah keganasan
memerlukan pendekatan multidisiplin dan sebaiknya pasien dirujuk ke pusat
pelayanan tersier.

47
DAFTAR PUSTAKA

1. Dorland. Kamus kedokteran ed. 5. Jakarta: EGC; 2002.hal. 278.


2. Gant, N, Cunningham, F. Dasar-dasar ginekologi & obstetric. Jakarta: EGC,
2010.hal. 31-38
3. Jihong L. Tumor Ganas Ovarium. In: Desen,W. Buku Ajar Onkologi Klinis
Edisi II. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2008. p. 517-
26.
4. Boy B. Kanker Ovarium. Aziz MF, Andrijono, Saifuddin AB. (editor). Buku
Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2006. p. 468-90.
5. Setiati E. Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita: kanker Rahim,
Kanker Indung Telur, Kanker Leher Rahim, Kanker Payudara. Edisi I.
Jakarta: Andi Publisher; 2009. p. 1-5.
6. Prawirohardjo S. Onkologi Ginekologi Edisi 4. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2010. p. 468-99.
7. American Cancer Society. Ovarian Cancer. 2 April 2016. Available
from: http://www.cancer.org/cancer/ovariancancer/detailedguide/ovarian-
cancer- risk-factors diakses tanggal 19 Februari 2022
8. Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Stop Kanker. Jakarta.
2015. Available
from:http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodati
n-kanker.pdf diakses tanggal 19 Februari 2022
9. Avriyani, R. Iswari, W. et al. Tatalaksana Neoplasma Ovarium pada
Kehamilan. 2017. CDK-255 44(8); p.581-84
10. Kiemtoré S, Zamané H, Sawadogo YA, et al. Diagnosis and management of
a giant ovarian cyst in the gravid-puerperium period: a case report. BMC
Pregnancy Childbirth. 2019;19(1):523. Published 2019 Dec 26.
doi:10.1186/s12884-019-2678-8
11. Saladin. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function, Fifth
Edition. McGraw-Hill. 2010. 1079-81
12. Mckinley, M.P., O’loughin V.D., Human Anatomy. 3rd edition. New York:
McGraw-Hill Higher Education. 2012; 628
13. Schlattau A., Cunha T.M., Forstner R. Adnexal Masses: Benign Ovarian
Lesions and Characterization. In: . Medical Radiology. Springer, Berlin,
Heidelberg. 2017
14. Norwitz, E, Schorge J.At a glance Obstetri & Ginekologi Edisi Kedua.
Jakarta: Erlangga, 2007.hal. 27.
15. Winkjosastro H. Ilmu Kandungan Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2011.
16. Mobeen S, Apostol R. Ovarian Cyst. [Updated 2021 Jun 10]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560541/
17. Farahani, L. Morgan, S. Datta, S. Reprint of: Benign ovarian cysts.
Obstetrics, Gynaecology and Reproductive Medicine. 2017; 27(7). p 226-230
18. Cheng, Y. Ovarian Cyst. American Journal of Obstetrics Gynecology. 2021;
225(5). PB23-B25

48
19. Farghaly SA. Current diagnosis and management of ovarian cysts. Clin Exp
Obstet Gynecol. 2014;41(6):609-12. PMID: 25551948.
20. Khoiria, N. Indriati, D. Sundaro, A. Prevalence and Asscoiated Factors of
Ovarian Cyst Malignancy: A Cross-sectional Based Study In Surabaya. Mal J
Med Health Sci 16(SUPP16): 29-34, Dec 2020
21. Choi JI, Park SB, Han BH, Kim YH, Lee YH, Park HJ, Lee ES. Imaging
features of complex solid and multicystic ovarian lesions: proposed
algorithm for differential diagnosis. Clin Imaging. 2016 Jan-Feb;40(1):46-56.
doi: 10.1016/j.clinimag.2015.06.008. Epub 2015 Jul 17. PMID: 26277385.
22. Wasnik AP, Menias CO, Platt JF, Lalchandani UR, Bedi DG, Elsayes KM.
Multimodality imaging of ovarian cystic lesions: Review with an imaging
based algorithmic approach. World J Radiol. 2013;5(3):113-125.
23. Biggs, W. Markss, S. Diagnosis and Management of Adnexal Masses.
American Academy of Family Physicians. 2016; 93(8). p 676-81
24. Doubeni, C. Myers, A. et al. Diagnosis and Management of Ovarian Cancer.
American Academy of Family Physicians. 2016; 93(11). p 937-43
25. European Society for Medical Oncology. Ovarian cancer: a guide for
patients - Information based on ESMO Clinical Practice Guidelines. 2014.
Available
from:https://www.esmo.org/content/download/10097/201883/file/EN-
Ovarian-Cancer-Guide-for-Patients.pdf diakses tanggal 19 Februari 2022
26. National Institute for Health and Care Excellence. Ovarian cancer:
recognition and initial management. 2011 Apr Available from:
https://www.nice.org.uk/guidance/cg122/resources/ovarian-cancer-
recognition-and-initial-management-35109446543557 diakses tanggal 19
Februari 2022
27. Green AE, Agustin AG, Samina A, et al. Ovarian Cancer. 2016. Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/255771-overview diakses
tanggal 19 Februari 2022
28. Matulonis UA, Sood AK, Fallowfield L, Howitt BE, Sehouli J, Karlan BY.
Ovarian cancer. Nat Rev Dis Primers. 2016;2:16061. Published 2016 Aug 25.
doi:10.1038/nrdp.2016.61
29. de Haan J, Verheecke M, Amant F. Management of ovarian cysts and cancer
in pregnancy. Facts Views Vis Obgyn. 2015;7(1):25-31.

49

Anda mungkin juga menyukai