Anda di halaman 1dari 25

BAB I

LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien

Nama : Ny. Y
Umur : 27 tahun
Alamat : Bungbulang
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Medrek : 9808xx
MRS : 7 Februari 2017, pukul 13.00 WIB
KRS : 11 Februari 2017
Ruangan : Jade

Nama Suami : Tn. U


Umur : 28 tahun
Alamat : Bungbulang
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta

2. Anamnesis
A. Keluhan Utama
Keluar darah dari jalan lahir sejak 1 hari SMRS

B. Anamnesis Khusus
G2P1A0 merasa hamil 9 bulan datang dengan keluhan keluar darah dari jalan
lahir sejak 1 hari SMRS. Darah yang keluar banyak, berwarna merah segar yang kadang
disertai gumpalan darah. Pasien mengganti pembalut hingga 5x dalam sehari. Pasien
mengaku keluar darah tanpa disertai nyeri perut bagian bawah. Riwayat trauma
disangkal. Riwayat berhubungan sebelum keluar darah dari jalan lahir disangkal.
Riwayat keluhan yang sama diakui pasien saat 4 bulan SMRS. Pasien juga mengeluh

1
mules mules sejak 1 hari SMRS, namun mules yang masih jarang dan lemah. Keluar air-
air dan lendir darah disangkal oleh pasien. Gerakan janin dirasakan sejak 4 bulan yang
lalu sampai saat ini.

C. Riwayat Obstetri
Kehamilan Usia Cara BB Jenis Usia
Tempat Penolong Keadaan
Ke Kehamilan Persalinan lahir Kelamin (Tahun)
I Rumah Bidan Aterm Spontan 3100 L 9 Hidup
II ------------------------------------------------Kehamilan saat ini ------------------------------------------------

D. Riwayat Perkawinan :
Status : Menikah pertama kali
Usia saat menikah : Perempuan : 18 tahun, SMP, IRT
Laki-laki : 23 tahun, SD, Wiraswasta
E. Haid
Siklus haid : Teratur
Lama haid : 5-6 hari
Banyaknya darah : Banyak
Nyeri haid : Sesekali dirasakan
Menarche usia : 15 tahun
HPHT : 26 Mei 2016
TP : 03 Maret 2017

F. Riwayat kontrasepsi
Suntik setiap 3 bulan sejak tahun 2008 – 2015, Alasan berhenti KB karena
ingin memiliki anak.
Motivasi KB: Menolak IUD, setuju KB suntik 3 bulan

G. Prenatal Care :
Datang untuk kontrol kehamilan ke Bidan dengan jumlah kunjungan 7 kali, ke
dokter spesialis kandungan 2x, terakhir ke dokter 3 minggu yang lalu.

2
H. Keluhan selama kehamilan
Keluar darah dari jalan lahir berulang.

I. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit jantung, penyakit paru-paru, penyakit ginjal, penyakit liver,
penyakit Diabetes militus, penyakit epilepsi, riwayat asma bronchial disangkal
pasien dan riwayat hipertensi sebelum kehamilan disangkal.

3. Status Praesens
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,7 ºC
Kepala : Konjungtiva Anemis : -/-
Sklera ikterik : -/-
Leher : Tiroid : Tidak ada kelainan
KGB : Tidak ada kelainan
Cor : Bunyi jantung I-II murni reguler
Gallop (-), Murmur (-)
Pulmo : VBS kiri = kanan, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen : Cembung lembut, NT (-), DM (-)
Hepar dan Lien: Sulit dinilai
Ekremitas : Edema tungkai -/-
Varises -/-
4. Status Obstetrik
1) Pemeriksaan luar
Tinggi Fundus Uteri : 34 cm
Lingkar Perut : 95 cm
Letak Anak : Kepala, Puka, 5/5

3
HIS : 1-2x/10’/10”
BJA : 152 x/menit, reguler
TBBA : 2835 gr
2) Inspekulo :
Fluksus (+)
3) Pemeriksaan Fornises :
Teraba bantalan lunak di seluruh fornises
4) Pemeriksaan Dalam :
Tidak dilakukan

5. Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien ini dilakukan:
1) Hematologi (07/02/2017 14.10)
Darah rutin:
a. Hemoglobin : 11,3 mg/dl (12.0 – 18.0)
b. Hematokrit : 35% (35 – 47)
c. Leukosit : 11.210 /mm3 (3.800-10.600)
d. Trombosit : 385.000 /mm3 (150.000-440.000)
e. Eritrosit : 3.83 juta/mm3 (3.3 – 6.8)
Imunoserologi:
HIV : Non Reaktif Non Reaktif

6. Diagnosis Awal
G2P1A0 gravida 36-37 minggu dengan PAP e.c plasenta previa totalis

7. Rencana Pengelolaan
1) Observasi KU, TTV, His, BJA, perdarahan
2) Infus RL 500cc/ 20 gtt
3) Tirah baring
4) Cek hematologi rutin + CT,BT
5) Transfusi PRC bila Hb <8 g/dL
6) Rencana USG

4
7) Rencana persalinan perabdominam
8) Motivasi KB Menolak IUD, setuju KB Suntik 3 bulan

8. Laporan Operasi
Jam Operasi Mulai : 08.41
Nama : Ny. Yanti No. CM :9808xx Jam Operasi Selesai :
Umur : 27 Tahun Ruang : Jade 09.41

Lama Operasi : 60 menit

Akut / Terencana : Terencana Tanggal : 09 Februari 2017

Operator : Asisten I : Perawat Instrumen:

dr. Egeu/ dr. Dhanny, Sp.OG Asisten II : Sirkulasi:

Ahli Anestesi : Asisten Anestesi : Jenis Anestesi : Spinal

dr. Fera Sp.An Obat Anestesi : Bupivacain


0.5%

Diagnosa Pra-Bedah : Indikasi Operasi :

G2P1A0 gravida 36-37 minggu dengan Perdarahan antepartum e.c Plasenta


perdarahan antepartum e.c plasenta previa previa totalis
totalis
Diagnosa Pasca bedah : Jenis Operasi :

P2A0 Partus Maturus dengan SC a/i SCTP


plasenta previa totalis

Kategori Operasi : Besar

Disinfeksi dengan : Povidone Iodine Jaringan yang di eksisi : Tidak dikirim


PA

Laporan Operas Lengkap :


- Dilakukan tindakan a dan antiseptic di daerah abdomen dan sekitarnya.
- Dilakukan insisi mediana pfanensteil sepanjang ± 10 cm.
- Setelah peritoneum dibuka, tampak dinding uterus.
- Plika vesikouterina disisihkan ke bawah, disayat melintang.
- Kandung kemih disisihkan ke bawah dan ditahan dengan retraktor abdomen.

5
- SBR disayat konkaf, bagian tengahnya ditembus oleh jari penolong dan diperlebar
ke kanan & kiri.
- Jam 08.45 : Lahir bayi laki - laki hidup dengan meluksir kepala
BB 2860 gram APGAR 1”= 8 5”= 10
PB 47 cm
Disuntikkan Oksitosin 10 IU Intramural. Kontraksi baik.
- Jam 08.48 : lahir plasenta dengan tarikan ringan pada tali pusat.
B 150 gram Ukuran 10x10x2,5 cm
- SBR dijahit lapis demi lapis. Lapisan pertama dijahit secara jelujur interloking.
- Lapisan ke-2 dijahit secara jelujur.
- Setelah yakin tidak ada perdarahan, dilakukan reperitonealisasi dengan
peritoneum kandung kencing hingga menutupi uterus.
- Perdarahan dirawat.
- Rongga abdomen dibersihkan dari darah dan bekuan darah.
- Fascia dijahit dengan safil No 1, kulit dijahit secara subkutikular.
- Perdarahan selama operasi 100 cc
- Diuresis selama operasi 100 cc
INTRUKSI PASCA BEDAH :
Observasi : KU, tensi, Nadi, Respi, suhu, perdarahan
Puasa : Tidak Puasa
Infus :
Antibiotik : Cefotaxime 2x1 gr IV
Lain-lain : Kaltrofen 2x1 supp
Metronidazole 3x500 gr IV
Lain-lain : Mobilisasi bertahap
Cek Hb post-op, transfusi bila Hb <8 g/dL

9. Diagnosis Akhir : P2A0 Partus Maturus SC a/i Plasenta Previa Totalis

10. Follow Up Ruangan


Tanggal Catatan Instruksi

08/02/17 S/ - PD/
O/ KU: CM - Rencana USG
TD: 110/70
PT /
RR: 20x/menit
- Observasi KU, TTV,
Nadi: 86x/menit HIS, DJJ
S: AF - Infus RL 500cc 20 tpm
Mata: ca -/- si -/-
Abdomen: cembung, lembut, nyeri tekan (-)

6
TFU: 34 cm
Perdarahan: (-)
BJA: 136 x/ menit
HIS: + sesekali
BAB/BAK: (-) / (+)

A/ G2P1AO gravida 36-37 minggu dengan


PAP e.c plasenta previa totalis
08/02/17 Hasil USG: Janin tunggal hidup, Letak Rawat Ekspektatif:
- Pasang infus, Tirah
kepala, Plasenta anterior menutupi seluruh
baring
OUI, Ketuban cukup sesuai gravida 35-36 - Jika perdarahan
banyak rencana SC
minggu. TBBA: 2725 gram
Cito
Foto USG: Terlampir
09/02/17 S/ - PD/
O/ KU: CM
TD: 110/70 PT /
- Observasi KU, TTV,
RR: 20x/menit
HIS, DJJ
Nadi: 86x/menit - Infus RL 500cc 20
S: AF tpm
Mata: ca -/- si -/- - Rencana SC hari ini
Abdomen: cembung, lembut, nyeri tekan (-)
TFU: 34 cm
Perdarahan: (-)
BJA: 145 x/ menit
HIS: + sesekali
BAB/BAK: (+) / (+)

A/ G2P1AO gravida 36-37 minggu dengan


PAP e.c plasenta previa totalis
10/02/17 S/ - PD/
O/ KU: CM
POD I TD: 100/70 PT /
- Cefotaxim 2x500 mg
RR: 20x/menit
- Metronidazole 3x500
Nadi: 80x/menit mg
S: AF - Kaltrofen 2x100 mg
Mata: ca -/- si -/- supp
Abdomen: datar, lembut, nyeri tekan (-) - Aff DC
Asi: +/+

7
TFU: tidak teraba
Luka Operasi: Tertutup verban
Perdarahan: (+)
BAB/BAK: (-) / (+)

A/ P2AO partus maturus dengan SC atas


indikasi plasenta previa totalis
10/02/17 S/ - PD/
O/ KU: CM
POD II TD: 110/70 PT /
- Cefadroxil 2x500 mg
RR: 18x/menit
- Metronidazole 3x500
Nadi: 12x/menit mg
S: AF - Asam mefenamat
Mata: ca -/- si -/- 3x500 mg
Abdomen: datar, lembut, nyeri tekan (-)
Asi: +/+ BLPL
TFU: tidak teraba
Luka Operasi: Luka operasi kering
Perdarahan: (+) sedikit
BAB/BAK: (-) / (+)

A/ P2AO partus maturus dengan SC atas


indikasi plasenta plevia totalis

8
Gambar.1 Hasil USG

9
BAB II

PERTANYAAN KASUS

2.1. Bagaimana penegakkan diagnosis pada kasus ini?


- Pasien mengatakan bahwa ini merupakan kehamilan ke 2, mempunyai riwayat

melahirkan anak 1 kali, tidak pernah abortus  G2P1A0

- Pada anamnesis pasien merasa hamil 9 bulan, HPHT 26 Mei 2016, gerakan

janin dirasakan sejak 4 bulan yang lalu hingga saat ini, Tinggi fundus uteri 34

cm, pemeriksaan obstetric tidak dilakukan pemeriksaan dalam karena berisiko

terjadi perdarahan yang masif dari jalan lahir  usia kehamilan sesuai : HPHT

26-05-2016 TP 03-04-2017  36-37 minggu

- Pada anamnesis Pasien menyangkal adanya mules-mules yang semakin sering

dan kuat, keluar air-air dari jalan lahir, dan keluar lendir bercampur darah.

Gerakan janin diakui terasa sejak 4 bulan yang lalu, dan masih terasa hingga

saat sekarang. Pemeriksaan Obstetri: tidak dilakukan  Gravida

- Pada anamnesis pasien datang ke RS dengan keluhan keluar darah dari jalan

lahir sejak 1 hari SMRS. Darah yang keluar berwarna merah segar yang kadang

disertai gumpalan darah. Pasien mengaku keluar darah tanpa disertai nyeri perut

bagian bawah namun darah yang keluar jumlahnya banyak. Pasien mengganti

pembalut hingga 5x dalam sehari. Riwayat keluar darah berulang diakui sejak 4

bulan yang lalu. Pemeriksaan inspekulo: terlihat darah keluar dari OUE,

Pemeriksaan fornises: teraba bantalan lunak di seluruh fornices. Pada

pemeriksaan USG didapatkan letak plasenta menutupi seluruh ostium uteri

internum  Perdarahan Antepartum e.c Plasenta Previa Totalis

10
- Jadi diagnosis untuk pasien ini:

G2P1A0 Gravida 36-37 Minggu Dengan Perdarahan Antepartum ec

Plasenta Previa totalis

2.2. Apakah pengelolaan kasus ini sudah tepat?


Pengelolaan pasien ini sudah tepat dan sesuai dengan panduan praktik klinis obstetri

dan ginekologi RSHS. Persalinan pada pasien ini dilakukan dengan cara seksio

cesarea karena pada pasien ini terjadi plasenta previa totalis.

2.3. Bagaimanakah prognosis pada pasien ini?


1. Quo ad vitam pada pasien ini ad bonam karena setelah dilakukan terapi berupa

tindakan seksio cesarea keadaan pasien hidup dalam kondisi baik. Dengan kondisi

bayi lahir aterm dengan Berat badan 2860 gram , Panjang Badan 47 cm, dan

APGAR score 1”= 8 5”= 10, tanpa adanya kelainan kongenital. Hasil pemeriksaan

post operatif tidak terdapat perdarahan paskapersalinan dan pada hari kedua

keadaan umum dan tanda-tanda vital dalam batas normal, juga tidak ditemukan

kelainan pada pemeriksaan fisik yang lainnya. Luka operasi pada pasien ini kering

terawat.

2) Quo ad functionam pasien ini untuk reproduksi ad bonam karena pasien masih

dapat hamil lagi namun risiko untuk terjadinya plasenta previa lebih tinggi pada

kehamilan berikutnya dan meningkatnya risiko dilakukan seksio Caesar pada

kehamilan berikutnya, karena pasien mempunyai riwayat plasenta previa

sebelumnya. Sehingga kehamilan berikutnya harus berjarak minimal 2 tahun

dengan pemasangan kontrasepsi dan harus dipantau dengan baik kehamilan

berikutnya. Sedangkan untuk fungsi seksual dan menstruasi ad bonam karena

11
tidak dilakukan terapi apapun yang menyebabkan rusaknya genitalia interna

maupun eksterna.

12
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI

Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan

tebal 2-3 cm. Beratnya 500-600 gram. Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada

kehamilan 16 minggu dengan ruang amnion membesar sehingga amnion tertekan kearah

korion. Letak plasenta biasanya umumnya di depan atau di belakang dinding uterus,

agak ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian atas

korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi. Plasenta

terdiri atas tiga bagian, antara lain:

1. Bagian janin (fetal portion). Terdiri dari korion frondosum dan vili. Vili dari

plasenta yang lengkap terdiri atas:

- Vili korialis

- Ruang-ruang interviler. Darah ibu yang berada dalam ruang interviler

berasal dari arteri spiralis yang berada di desidua basalis. Pada sistol,

darah dipompa dengan tekanan 70-80mmHg ke dalam ruang

interviler, sampai pada lempeng korionik (chorionic plate) pangkal

dari kotiledon-kotiledon. Darah tersebut membanjiri vili koriales dan

kembali perlahan-lahan ke pembuluh balik (vena) di desidua dengan

tekanan 8mmHg.

- Pada bagian permukaan janin, plasenta diliputi oleh amnion yang

kelihatan licin. Di bawah lapisan, amnion ini berjalan cabang-cabang

pembuluh darah tali pusat. Tali pusat akan berinsersi pada plasenta

bagian permukaan janin.

13
2. Bagian maternal (maternal portion). Terdiri atas desidua kompakta yang

terbentuk dari beberapa lobus dan kotiledon (15-20 buah). Desidua basalis

pada plasenta matang disebut lempeng korionik (basal), dimana sirkulasi

utero-plasental berjalan ke ruang-ruang intervili melalui tali pusat. Jadi,

sebenarnya peredaran darah ibu dan janin adalah terpisah. Pertukaran terjadi

melalui sinsitial membran yang berlangsung secara osmosis dan alterasi

fisiko-kimia.

3. Tali pusat, merentang dari pusat janin ke plasenta bagian permukaan janin.

Panjangnya rata-rata 50-55cm, sebesar jari (diameter 1-2,5cm). Pernah

dijumpai tali pusat terpendek ½ cm dan terpanjang 200 cm. Struktur terdiri

atas 2 aa.umbilikalis dan 1 v.umbilikalis serta jelly Wharton.

Darah ibu yang mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300 ml tiap

menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40 minggu.

Perubahan-perubahan terjadi pula pada jonjot-jonjot selama kehamilan berlangsung.

Pada kehamilan 24 minggu lapisan sinsitium dari vili tidak berubah akan tetapi dari

lapisan sitotropoblast sel-sel berkurang dan hanya ditemukan sebagai kelompok-

kelompok sel-sel; stroma jonjot menjadi lebih padat, mengandung fagosit-fagosit, dan

pembuluh-pembuluh darahnya lebih besar dan lebih mendekati lapisan tropoblast.

B. DEFINISI

Plasenta previa (L.prae: di depan; vias: Jalan) adalah plasenta yang berimplantasi

pada segmen bawah rahim sedemikian rupa sehingga menutup sebagian atau seluruh

pembukaaan jalan lahir (ostium uteri internum).

14
C. INSIDENSI

Kejadian plasenta previa bervariasi antara 0,3-0,5 % dari seluruh kelahiran. Dari

seluruh kasus perdarahan antepartum, plasenta previa merupakan penyebab yang

terbanyak. Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada

usia diatas 30 tahun. Juga lebih sering pada kehamilan ganda daripada kehamilan

tunggal. Uterus bercacat ikut mempertinggi angka kejadian. Negara berkembang lebih

sering insidensinya dibandingkan dengan negara maju. Pada beberapa rumah sakit

umum pemerintah dilaporkan insidensinya berkisar 1,7 % sampai dengan 2,9 %.

Dinegara maju insidensinya lebih rendah yaitu kurang dari 1 % mungkin disebabkan

berkurangnya perempuan hamil paritas tinggi.

D. ETIOLOGI

Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belum diketahui

dengan pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa desidua didaerah

segmen bawah Rahim tanpa latar belakang lain yang mungkin terjadi. Teori lain

mengemukakan salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak

memadai, yang mungkin merupakan akibat dari proses radang atau atrofi.

Beberapa hal yang dapat berperan dalam proses peradangan dan atrofi di

endometrium antara lain:

1. Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek

2. Miomektomi

3. Kuterase berulang

4. Umur lanjut

15
Perempuan yang berusia > 35 tahun memiliki risiko 1,1 % untuk mengalami

plasenta previa dibandingkan dengan risiko 0,5 % pada perempuan yang

berusia < 35 tahun (Goldman, Cleary. Et al, 2005).

5. Bekas seksio sesarea

Pada penelitian terhadap 30.132 perempuan yang menjalani operasi Caesar,

dilaporkan bahwa peningkatan insidensi plsaenta previa sebesar 1,3 % pada

mereka yang memiliki riwayat ceasar 1 kali dan 3,4% pada mereka yang

pernah menjalani 6 kali atau lebih pelahiran ceasar (Silver, et al. 2006)

6. Perubahan inflamasi atau atrofi, misalnya pada wanita perokok atau pemakai

kokain. Hipoksemi yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompensasi

dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi pada perokok berat.

E. KLASIFIKASI

Klasifikasi plasenta previa tidak didasarkan pada keadaan anatomik melainkan

fisiologik. Seiring dengan perkembangan kehamilan, pendataran serta pembukaan

servix, klasifikasi plasenta previa dapat berubah. Secara umum plasenta previa

diklasifikasikan menjadi:

a. Plasenta previa totalis atau komplit, yaitu bila plasenta menutupi seluruh ostium uteri

internum.

b. Plasenta previa parsialis, bila plasenta menutupi sebagian ostium uteri internum.

c. Plasenta previa marginalis, bila tepi plasenta berada pada pinggir ostium uteri

internum.

d. Plasenta letak rendah, bila tepi bawah plasenta berada pada jarak lebih kurang 2 cm

dari ostium uteri internum.


16
Gambar 1. Klasifikasi plasenta previa.

Menurut de Snoo, klasifikasi plasenta previa berdasarkan pembukaan 4 -5 cm

adalah:

a. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta

menutupi seluruh ostium.

b. Plasenta previa lateralis; bila mana pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan ditutupi

oleh plasenta, dibagi 3 :

1. Plasenta previa lateralis posterior; bila sebagian plasenta menutupi ostium bagian

belakang.

2. Plasenta previa lateralis anterior; bila sebagian plasenta menutupi ostium bagian

depan.

3. Plasenta previa marginalis; bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostium yang

ditutupi plasenta.

Klasifikasi plasenta previa menurut Browne adalah:

a. Tingkat 1, Lateral plasenta previa: Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke

segmen bawah rahim, namun tidak sampai ke pinggir pembukaan.

17
b. Tingkat 2, Marginal plasenta previa: Plasenta mencapai pinggir pembukaan

(Ostium).

c. Tingkat 3, Complete placenta previa: plasenta menutupi ostium waktu tertutup dan

tidak menutupi bila pembukaan hampir lengkap.

d. Tingkat 4, Central placenta previa: plasenta menutupi seluruh ostium pada

pembukaan hampir lengkap.

F.. TANDA DAN GEJALA

Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa nyeri

yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir trimester kedua atau

sesudahnya. Namun demikian, banyak peristiwa abortus mungkin terjadi akibat lokasi

abnormal plasenta yang sedang tumbuh. Sering perdarahan akibat plasenta previa terjadi

tanpa tanda-tanda peringatan pada wanita hamil yang sebelumnya tampak sehat-sehat

saja. Tidak nyeri dan perdarahan pervaginam berwarna merah terang pada umur

kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga merupakan tanda utama plasenta

previa. Ciri-ciri plasenta previa :

1. Perdarahan tanpa nyeri

2. Perdarahan berulang

3. Warna perdarahan merah segar

4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah

5. Timbulnya perlahan-lahan

6. Waktu terjadinya saat hamil

7. His biasanya tidak ada

8. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi


18
9. Denyut jantung janin ada

10. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina

11. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul

12. Presentasi mungkin abnormal

G.. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa

pemeriksaan,antara lain:

1. Anamnesis

Gejala pertama yang membawa pasien ke dokter atau rumah sakit ialah perdarahan pada

kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjut (trimester III), puncak insidens

pada kehamilan 34 minggu. Sifat perdarahannya tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri

(painless), dan berulang (recurrent). Perdarahan timbul tanpa sebab apapun. Kadang-

kadang perdarahan terjadi sewaktu bangun tidur ; pagi hari tanpa disadari tempat tidur

sudah penuh darah. Perdarahan cenderung berulang dengan volume yang lebih banyak

dari sebelumnya.

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan luar Inspeksi

- Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit, darah

beku dan sebagainya

- Kalau telah berdarah banyak maka ibu akan kelihatan anemis

Palpasi

- Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah

- Sering dijupai kesalahan letak janin

19
- Bagian terbawah janin belum turun , apabila letak kepala, biasanya kepala masih

goyang atau terapung (floating) atau mengolak di atas pintu atas panggul- Bila

cukup pengalaman, dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim

terutama pada ibu yang kurus. Pemeriksaan dalam sangat berbahaya sehingga

kontraindikasi untuk dilakukan kecuali fasilitas operasi segera tersedia.

3. Pemeriksaan dengan Alat

- Pemeriksaan inspekulo, adanya darah dari ostium uteri eksernum

- Pemeriksaan USG

a) Transvaginal Ultrasonografi dengan keakuratan dapat mencapai 100 %

identifikasi plasenta previa

b) Transabdominal ultrasonografi dengan keakuratan berkisar 95 %

- MRI dapat digunakan untuk membantu identifikasi plasenta akreta, inkreta, dan

plasenta perkreta.

H. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding plasenta previa antara lain solusio plasenta, vasa previa,

laserasi serviks atau vagina. Perdarahan karena laserasi serviks atau vagina dapat dilihat

dengan inspekulo.Vasa previa, dimana tali pusat berkembang pada tempat abnormal

selain di tengah plasenta, yang menyebabkan pembuluh darah fetus menyilang servix.

Vasa previa merupakan keadaan dimana pembuluh darah umbilikalis janin berinsersi

dengan vilamentosa yakni pada selaput ketuban. Hal ini dapat menyebabkan ruptur

pembuluh darah yang mengancam janin. Pada pemeriksaan dalam vagina diraba

pembuluh darah pada selaput ketuban. Pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan

inspekulo atau amnioskopi. Bila sudah terjadi perdarahan maka akan diikuti dengan
20
denyut jantung janin yang tidak beraturan, deselerasi atau bradikardi, khususnya bila

perdahan terjadi ketika atau beberapa saat setelah selaput ketuban pecah.

I. PENATALAKSANAAN

Prinsip penanganan awal pada semua pasien dengan perdarahan antepartum

adalah mencegah keadaan syok karena pendarahan yang banyak, untuk itu harus segera

diperbaiki keadaan umumnya dengan pemberian cairan atau tranfusi darah. Selanjutnya

dapat dilakukan penanganan lanjutan yang disesuaikan dengan keadaan umum, usia

kehamilan, jumlah perdarahan, maupun jenis plasenta previa.

a) Penanganan pasif/ penanganan ekspektatif

Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita dirawat

tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya diagnosis

dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilakukan secara ketat dan baik.

Kriteria : Umur kehamilan < 37 minggu, perdarahan sedikit, belum ada tanda-

tanda persalinan, keadaan umum baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih. Penanganan

berupa :

- Rawat inap, tirah baring mutlak, berikan antibiotik profilaksis.

- Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia

kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin

- Infus D 5% dan elektrolit

- Spasmolitik. Tokolitik (bila ada kontraksi: MgSO4 4 g IV dosis awal dilanjutkan

4 g setiap 6 jamNifedipin 3×20 mg/hariBetamethason 24 mg IV dosis tunggal

untuk pematangan paru janin), plasentotrofik, roboransia.

- Pematangan paru pada janin 28-34 minggu

21
- Persiapan transfusi autologus bila Hb ibu < 11g%

- Awasi perdarahan terus-menerus, tekanan darah, nadi dan denyut jantung janin.

- Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu, plasenta masih berada disekitar

ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga

perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan

keadaan gawat darurat.

- Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama,

pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di luar

kota dan jarak untuk mencapai rumah sakit lebih dari 2 jam).

b) Penanganan aktif

Kriteria: umur kehamilan 37 minggu, BB janin 2500 gram, perdarahan banyak

500 cc atau lebih, ada tanda-tanda persalinan, keadaan umum pasien tidak baik,

ibu anemis (Hb < 8 gr%).

Persalinan spontan pervaginam

Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau lateralis pada multipara

dan anak sudah meninggal atau prematur. Jika pembukaan serviks sudah agak

besar (4-5 cm), ketuban dipecah (amniotomi) jika his lemah, diberikan oksitosin

drips. Bila perdarahan masih terus berlangsung, dilakukan SC. Tindakan versi

Braxton-Hicks dengan pemberat untuk menghentikan perdarahan (kompresi atau

tamponade bokong dan kepala janin terhadap plasenta) hanya dilakukan pada

keadaan darurat, anak masih kecil atausudah mati, dan tidak ada fasilitas untuk

melakukan operasi.

22
Seksio Cesaria

Prinsip utama dalam melakukan seksio cesarea adalah untuk

menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan

untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan. Persiapan darah pengganti untuk

stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu dan perawatan lanjut pasca bedah termasuk

pemantauan perdarahan, infeksi, dan keseimbangan cairan masuk-keluar. Tujuan

seksio sesarea :

- Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan

menghentikan perdarahan. Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak

vaskularisasi sehingga serviks uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis

dan mudah robek. Selain itu, bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi

sumber perdarahan karena adanya vaskularisasi dan susunan serabut otot

dengan korpus uteri

- Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika janin

dilahirkan pervaginam

Indikasi Seksio cesarea :

- Plasenta previa totalis.

- Plasenta previa pada primigravida.

- Plasenta previa janin letak lintang atau letak sungsang

- Anak berharga dan fetal distress

- Plasenta previa lateralis jika :

1. Pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak.

2. Sebagian besar OUI ditutupi plasenta.

3. Plasenta terletak di sebelah belakang (posterior).


23
- Profuse bleeding, perdarahan sangat banyak dan mengalir dengan cepat.

J. KOMPLIKASI

Beberapa komplikasi dari plasenta previa adalah:

a. Perdarahan dan syok.

b. Infeksi.

c. Laserasi serviks.

d. Plasenta akreta.

e. Prematuritas atau lahir mati.

f. Prolaps tali pusat.

g. Prolaps plasenta.

K. PROGNOSA

Karena dahulu penanganan relatif bersifat konservatif, maka mortalitas dan

morbiditas ibu dan bayi tinggi, mortalitas ibu mencapai 8-10 % dan mortalitas janin 50-

80 %. Sekarang penanganan relatif bersifat operatif dini, maka angka kematian dan

kesakitan ibu dan perinatal jauh menurun. Kematian maternal menjadi 0,2 -5% terutama

disebabkan perdarahan, infeksi, emboli udara, dan trauma karena tindakan. Kematian

perinatal juga turun menjadi 7-25 %, terutama disebabkan oleh prematuritas, asfiksia,

prolaps funikuli, dan persalinan buatan. Dengan penanggulangan yang baik seharusnya

kematian ibu karena plasenta rendah sekali atau tak ada sama sekali.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Martaadisoebrata. D, Wirakusumah. F.F, Effendi. J.S. 2012. Obstetri Patologi Ilmu


Kesehatan Reproduksi. Edisi III. Jakarta. EGC, hal. 79-86

2. Cunningham FG, Williams JW. 2014. Williams Obstetrics: 24th edition. McGraw-
Hill Education p. 799 - 803.
3. Deherney AH, Nathan L, Goodwin TM. 2007. Current diagnosis and treatments in
obstetrics and gynecology: the course and conduct of normallabor and delivery.
10th ed. New York: McGraw Hill.

4. Bakker.R, Placenta Previa. http://emedicine.medscape.com/article/262063-


overview. Diakses tanggal 23 februari 2017, Pukul 22.30 WIB.

5. Padjajaran, Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas. 2015.


perdarahan atntepartum. Panduan Praktik Klinis Obstetri Ginekologi. Bandung :
Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.

6. Soewarto, Soetomo. 2014. [pengar. buku] Sarwono Prawirohardjo. [penyunt.] Abdil


Bari Saifuddin, Trijatmo Rachimhadhi dan Gulardi H Wiknjosastro. Ilmu
Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, hal. 495 - 503.

25

Anda mungkin juga menyukai