Anda di halaman 1dari 10

HAND OUT

Mata Kuliah : Obstetri Ginekologi


Semester : 7 (tujuh)
Topik : Komplikasi Pada Persalinan
Sub Topik : Fetal Distress (Gawat Janin)
Waktu : 100 menit
Dosen : Indah Fitri Andini

OPS (Objektif Perilaku Siswa )


Setelah mengikuti pembelajaran ini, mahasiswa mampu
1. Menjelaskan tentang Fetal Distress (Gawat Janin) tanpa melihat hand out.

REFERENSI

Nugraheni, Esti. 2010. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Pustaka Rihama


Nugroho. Taufan. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo, Sarwono.2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Vats, Kritika dan Mohini. 2016. Study of fetal outcome in hypertensive disorders
of pregnancy in atertiary care maternity hospital of Delhi. International
Journal of Reproduction, Contraception, Obstetrics and Gynecology..Diakes
: 02 September 2019 . http//ijrcog.org

PENDAHULUAN
Gawat janin dapat terjadi dalam persalinan karena partus lama, infuse oksitosin,
perdarahan, infeksi, insufisiensi plasenta, ibu yang diabetes, kehamilan pre dan
posterm, ataupun prolapsus tali pusat. Hal ini harus segera dideteksi dan perlu
penanganan segera. Istilah fetal distress biasa digunakan untuk menggambarkan
hipoksia pada janin dimana dapat menyebabkan kecacatan pada janin atau
kematian bila janin tidak segera dilahirkan.
Gawat janin menunjukkan suatu keadaan bahaya yang relatif dari janin yang
secara serius, yang  mengancam kesehatan janin. Istilah gawat janin (fetal
distress) terlalu luas dan kurang tepat menggambarkan situasi klinis.
Ketidakpastian dalam diagnosis gawat janin yang didasarkan pada interpretasi
pola frekuensi denyut jantung janin menyebabkan munculnya istilah-istilah
deskriptif misalnya “reassuring” (meyakinkan) atau “nonreassuring” (meragukan,
tidak meyakinkan).2 Gawat janin  juga umum digunakan untuk menjelaskan
kondisi hipoksia yang bila tidak dilakukan penyelamatan akan berakibat buruk
yaitu menyebabkan kerusakan atau kematian janin jika tidak diatasi secepatnya
atau janin secepatnya dilahirkan. Hipoksia ialah keadaan jaringan yang kurang
oksigen, sedangkan hipoksemia ialah kadar oksigen darah yang kurang. Asidemia
ialah keadaan lanjut dari hipoksemia yang dapat disebabkan menurunnya fungsi
respirasi atau akumulasi asam.

URAIAN MATERI

1. Pengertian Fetal Distress (Gawat Janin)


Gawat janin adalah Denyut jantung janin (DJJ) kurang dari 120 per menit
atau lebih dari 160 per menit (Nugroho, 2012).
Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima O2 yang cukup, sehingga
akan mengalami hipoksia. Situasi ini dapat terjadi (kronik) dalam jangka waktu
yang lama atau akut. Disebut gawat janin bila ditemukan denyut jantung janin
diatas 160/menit atau dibawah 120/menit, denyut jantung tidak teratur, atau
keluarnya mekonium yang kental pada awal persalinan (Prawirohardjo, 2009).
Dari beberapa defenisi dapat disimpulkan bahwa fetal distress adalah suatu
reaksi ketika janin tidak memperoleh oksigen yang cukup sehingga akan
mengalami hipoksia.

2. Klasifikasi Fetal Distress (Gawat Janin)


Jenis gawat janin yaitu :
a. Gawat janin yang terjadi secara ilmiah
1) Gawat janin iatrogenic
Gawat janin iatrogenik adalah gawat janin yang timbul akibat
tindakan medik atau kelalaian penolong. Resiko dari praktek yang
dilakukan telah mengungkapkan patofisiologi gawat janin iatrogenik
akibat dari pengalaman pemantauan jantung janin.
2) Posisi tidur ibu
Posisi terlentang dapat menimbulkan tekanan pada Aorta dan Vena
Kava sehingga timbul Hipotensi. Oksigenisasi dapat diperbaiki dengan
perubahan posisi tidur menjadi miring ke kiri atau semilateral.
3) Infus oksitosin
Bila kontraksi uterus menjadi hipertonik atau sangat kerap, maka
relaksasi uterus terganggu, yang berarti penyaluran arus darah uterus
mengalami kelainan. Hal ini disebut sebagai Hiperstimulasi. Pengawasan
kontraksi harus ditujukan agar kontraksi dapat timbul seperti kontrkasi
fisiologik.
4) Anestesi Epidural
Blokade sistem simpatik dapat mengakibatkan penurunan arus darah
vena, curah jantung dan penyuluhan darah uterus. Obat anastesia epidural
dapat menimbulkan kelainan pada denyut jantung janin yaitu berupa
penurunan variabilitas, bahkan dapat terjadi deselerasi lambat.
Diperkirakan ibat-obat tersebut mempunyai pengaruh terhadap otot
jantung janin dan vasokontriksi arteri uterina.
b. Gawat janin sebelum persalinan
1) Gawat janin kronik
Dapat timbul setelah periode yang panjang selama periode antenatal
bila status fisiologi dari ibu-janin-plasenta yang ideal dan normal
terganggu.
2) Gawat janin akut
Suatu kejadian bencana yang tiba – tiba mempengaruhi oksigenasijanin.
c. Gawat janin selama persalinan
Menunjukkan hipoksia janin tanpa oksigenasi yang adekuat, denyut
jantung janin kehilangan varibilitas dasarnya dan menunjukkan deselerasi
lanjut pada kontraksi uterus. Bila hipoksia menetap, glikolisis anaerob
menghasilkan asam laktat dengan pH janin yang menurun.
3. Etiologi Fetal Distress (Gawat Janin)
Menurut Prawirohardjo (2010) penyebab dari Fetal Distress yaitu:
a) Persalinan berlangsung lama
Persalinan lama adalah persalinan yang terjadi lebih dari 24 jam pada
primigravida dan lebih dari 18 jam pada multigravida (Nugrahaeni, 2010).
b) Induksi persalinan dengan oksitosin
c) Ada perdarahan
Perdarahan yang dapat mengakibatkan gawat janin yaitu karena solusio
plasenta.
d) Infeksi
e) Insufisiensi plasenta
1) Insufisiensi uteroplasenter akut
Hal ini terjadi karena akibat berkurangnya aliran darah uterus-
plasenta dalam waktu singkat.
2) Insufisiensi uteroplasenter kronis
Hal ini terjadi karena kurangnya aliran darah dalam uterus-plasenta
dalam waktu yang lama. Misalnya : pada ibu dengan riwayat penyakit
hipertensi. 100 wanita hamil dengan hipertensi Sebanyak 6 kasus dengan
kelainan hipertensi kehamilan mengalami kematian janin dalam
kandungan dibandingkan dengan 2 kematian janin dalam kandungan
dalam kontrol. Ini disebabkan oleh penurunan aliran darah utero-plasenta
dan iskemia pada kasus-kasus dengan hipertensi kehamilan dan tingkat
induksi yang lebih tinggi yang mengarah pada peningkatan risiko gawat
janin. (Vats, Kritika dan Mohini Paul, 2016)
f) Kehamilan Posterm
g) Preeklamsia
Menurut Prawirohardjo (2009), Preeklamsia dapat menyebabkan
kegawatan janin seperti sindroma distres napas.

4. Manifestasi Klinis
Gejala yang dirasakan oleh ibu adalah berkurangnya gerakan janin, janin
harus bergerak minimal 10 gerakan dari saat makan pagi sampai dengan makan
siang.
Tanda-tanda gawat janin:
a. Mekonium kental berwarna hijau terdapat di cairan ketuban pada letak
kepala
b. Auskulasi jantung janin terdengar ireguler
c. Bradikardi janin (DJJ<120x/menit) dan takikardi janin (DJJ>160x/menit)
d. Asidosis janin diperiksa dengan cara mengambil sampel darah janin

Sumber: www.google .com


Gambar 2.1 Gambar Manifestasi Klinis

5. Patofisiologi
Faktor yang mengakibatkan fetal distres terdapat tiga hal, yaitu
a. Faktor ibu yang mengandung
1) Anemi / kekurangan darah otomatis hb darah akan turun juga, sehingga
oksigenpun berkurang.
2) Hipertensi merupakan suatu pertanda adanya sumbatan pada vaskuler
shingga tubuh mengompensasi yaitu dengan berkontaksinya vaskuler
sehingga menimbulkanhipertensi. Dan sumbatan inilah yang dapat
mengurangi aliran pada vaskuler, dalamhal ini adalah pada plasenta,
sehingga janin tidak dapat memenuhi kebutuhan yangcukup akan nurisi
dan oksigen.
3) Dibetes militus (DM) pada dasarnya gula dapat menjadikan suatu aliran
darah menjadimengental(viskositas). Maka dari itu akan dapat
menimbualkan sebuah gangguan padalaju/aliran darah, terutama pada
plasenta.
b. Faktor uteroplasental
1) Kelainan tali pusat
Bentuk plasenta yang yang normal ialah ceper dan bulat. diameternya
antara 15-20cm dan tebal 1,5-3 cm. panjang tali pusat adalah sektar 55
cm.
a) Tali pusat pendek
Kadang tali pusat sedemikian pendeknya sehingga perut
anak berhubungan dengan plasenta,dalam hal ini selalu
disertai umbelikalis. Tali pusat harus lebih panjang dari 20-30m untuk
memungkinkan kelahiran anak,bergantung pada apakah plasenta
terletak dibawah atau diatas. Tali psat yangterlalu pendek
dapat menimbulkan herniaumbilikalis,solusio plasenta,persalinan tak
maju dalam pengeluaran dan karena tali pusat tertarikmungkin bunyi
jantung menjadi buruk dan inversio uteri. 
b) Tali pusat terlalu panjang
Memudahkan terjadinya lilitan tali pusat, lilitan tali pusat,
biasanyaterdapat pada leher anak. Lilitn tali pusat menyebabkan tali
pusat menjadi relatif pendek dan mungkin juga menyebabkan letak
defleksi. setelah kepala anaklahir, lilitan perlu di bebaskan melalui
kepala atau di gunting antara 2 kocher.
2) Trauma
Seperti benturan yang dapat menimbulkan edema pada plasenta
sehinggamenyebabkan pada pelepasan sebagian atau semuanya.
c. Faktor pada janin
1) Kompresi tali pusat sehingga menghambat aliran darah dari ibu kejanin
bisa
karena puntiran tali pusat yang menghambat ataupun karena prolaps tali
pusat
2) Penurunan kemampuan janin membawa oksigen di karenakan hb yang
turun atau dari plasenta yang tidak berfungsi secara normal

6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul jika janin mengalami gawat janin yaitu :
a. Asfiksia
b. Menyebabkan kematian janin jika tidak segera ditangani dengan baik.
komplikasi Gawat janin atau asfiksia intrauterin merupakan akibat dari
kompresi talipusat akibat berkurangnya cairan amnion (oligohidramnion)
atau prolapsus talipusat KPD pada kehamilan yang sangat muda dan disertai
oligohidramnion yang lama menyebabkan terjadinya deformitas janin.

7. Prognosis
Bagi ibu: Partus lama, Perdarahan, Infeksi
Bagi Bayi : asfiksia, kematian janin dalam kandungan (IUFD)

8. Pemeriksaan Penunjang
a. USG : untuk mengetahui usia kehamilan, derajat maturitas plasenta.
b. Kardiotokografi : untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin.
c. Amniocentesis : pemeriksaan sitologi air ketuban.
d. Amnioskopi : melihat kekeruhan air ketuban.
e. Pemeriksaan sampel darah janin

9. Penatalaksanaan
Menurut Prawirohardjo (2009) penanganan gawat janin saat persalinan adalah
sebagai berikut :
a. Cara pemantauan
1) Kasus resiko rendah – auskultasi DJJ selama persalinan :
(a)Setiap 15 menit kala I
(b)Setiap setelah his kala II
(c)Hitung selama satu menit setelah his selesai
2) Kasus resiko tinggi – gunakan pemantauan DJJ elektronik secara
berkesinambungan
3) Hendaknya sarana untuk pemeriksaan pH darah janin disediakan
b. Interpretasi data dan pengelolaan
Untuk memperbaiki aliran darah uterus :
1) Pasien dibaringkan miring ke kiri, untuk memperbaiki sirkulasi plasenta
2) Hentikan infus oksitosin (jika sedang diberikan)
3) Berikan oksigen 6-8 L/menit
4) Untuk memperbaiki hipotensi ibu (setelah pemberian anastesi epidural)
segera berikan infus 1 L infus RL
5) Kecepatan infus cairan-cairan intravaskular hendaknya dinaikkan untuk
meningkatkan aliran darah dalam arteri uterina.
c. Untuk memperbaiki aliran darah umbilikus
1) Pasien dibaringkan miring ke kiri, untuk memperbaiki sirkulasi plasenta.
2) Berikan ibu oksigen 6-8 L/menit
3) Perlu kehadirkan dokter spesialis anak
Biasanya resusitasi intrauterin tersebut diatas dilakukan selama 20 menit.
d. Tergantung terpenuhinya syarat-syarat, melahirkan janin dapat pervaginam
atau perabdominal.

10. Pencegahan
Pemeriksaan kehamilan atau antenatal care yang baik dan teratur bertujuan
meminimalkan segala risiko yang mungkin muncul sebagai penyebab gawat janin.
Dengan pemeriksaan USG dapat dideteksi gerakan janin sejak usia kehamilan 7-8
minggu. Namun baru bisa dirasakan oleh ibu pada usia kehamilan pada usia
kehamilan rata-rata 16-24 minggu.
Ibu dapat melakukan pemantauan dengan cara menghitung gerakan janin. Catat
waktu dimulainya aktivia ini. Idealnya, ibu merasakan gerakan janin sedikitnya 10
gerakan. Janin dalam kandunganpun tidur tidak lebih dari 4 jam(sehingga pada
keadaan ini ibu tidak merasakan gerakan janin). Segeralah periksa ke dokter atau
bidan terdekat apabila tidak merasakan gerakan janin minimal 10 kali gerakan.
Cara stimulasi agar janin bergerak/menendang dapat dengan cara:
a. Makan atau mengkonsumsi camilan
b. Minuman manis atau jus
c. Lakukan aktivitas ringan
d. Tidur dengan posisi miring kiri

Anda mungkin juga menyukai