Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan Diploma D-IV Kebidanan merupakan pendidikan yang
mempersiapkan lulusan menguasai kompetensi yang dipersyaratkan sesuai
sebagai seorang bidan ahli profesional, bekerja secara mandiri, mampu
mengembangkan diri dan beretika.

Dalam masa kini para mahasiswa sudah banyak kehilangan nilai norma,
etika, dan moral. Sebenarnya norma sosial itu tumbuh dari proses
kemasyarakatan dan hasil dari kehidupan bermasyarakat.  Individu dilahirkan
dalam suatu masyarakat dan mengalami sosialisasi untuk menerima aturan-
aturan masyarakat yang sudah ada. Dalam hal ini norma, etika, dan moral
sangat berperan penting dalam menjalankan hubungan yang ada dalam
masyarakat. Karena dengan ketiga hal tersebut kita bisa hidup damai sesama
manusia berdasarkan norma yang ada, etika kita, dan moral yang kita miiki.
Tapi dalam akhir-akhir ini ketiga hal tersebut sudah mulai menghilang karena
itu kami disini membuat makalah tentang Norma, Etika, dan Moral.

1.2 Rumusan Masalah


“Apakah Mahasiswa DIV Kebidanan Alih Jenjang mampu memahami dan
menjelaskan konsep norma dalam memberikan praktik kebidanan ?”.

1.3 Tujuan
“Mahasiswa DIV Kebidanan Alih Jenjang mampu memahami dan
menjelaskan konsep norma dalam memberikan praktik kebidanan”.

1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Norma
Istilah norma berasal dari kata norm (B), yang berarti ‘standar’ atau
‘patokan’ atau ‘pedoman’. Istilah norm (I) berasal dari bahasa Latin nomos
yang berarti ‘nilai’. Kemudian istilah ‘nilai’ dipersempit menjadi ‘norma
hukum (Astawa, 2012)
Bahasa latin norma berarti “siku-siku” (yang dipakai untuk mengukur),
aturan dan pedoman dasar. Kata sifatnya adalah normalis yang berarti
menyelaraskan dengan ukuran. Jika di artikan lebih luas pengertian norma
adalah aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat baik tertulis maupun
tidak tertulis yang disertai dengan sanksi atau ancaman bagi pelanggarnya.
Pada mulanya norma berbentuk secara tidak terencana. Pada saat itu,
norma hanya sebagai konsekuensi hidup bersama. Aturan atau norma ini
hanya berupa perintah lisan dari orang yang lebih tua atau orang yang
dituakan. Lama-kelamaan perintah lisan tersebut berkembang menjadi aturan
atau norma tertulis yang sengaja dibuat agar lebih muda dipelajari dan tidak
mudah untuk berubah-ubah.
Dalam kehidupan bermasyarakat selalu terdapat aturan, kaidah atau
norma, baik yang berupa suatu keharusan, anjuran atau larangan. Kaidah atau
norma yang ada di masyarakat ini merupakan aplikasi atau perwujudan dari
nilai-nilai yang di anut oleh masyarakat tersebut.
Norma atau kaidah sangat diperlukan oleh masyarakat dalam mengatur
hubungan antar anggota masyarakat. Norma menjadi panduan, tatanan dan
pengendalian tingkah laku warga. Norma juga menjadi criteria bagi
masyarakat untuk mendukung atau menolak perilaku seseorang. Oleh Karena
itu, pola kelakuan yang telah sesuai dengan norma selalu mengandung unsur
pembelaan.
Pada dasarnya anggota masyarakat mengetahui, mengerti dan
menghargai adanya norma yang ada di masyarakat yang harus di patuhi.
Namun, dalam pelaksanaannya selalu ada penyimpangan-penyimpangan
dengan berbagai alasan.

2
Norma dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: norma khusus dan
norma umum.
1. Norma Khusus adalah aturan yang berlaku dalam kegiatan atau
kehidupan khusus,misalnya aturan olahraga, aturan pendidikan, atau
aturan sekolah dan sebagainya.
2. Norma Umum adalah norma yang bersifat umum atau universal. Didalam
kehidupan masyarakat terdapat norma-norma (aturan-aturan)
yang mengatur perilaku anggota masyarakat.

2.2 Tingkatan Norma


1. Tata Cara (Usage)
Adalah norma yang paling lemah daya pengikatnya atau norma
dengan sanksi yang sangat ringan terhadap pelanggarnya karena orang
yang melanggar hanya mendapatkan sanksi dari masyarakat berupa
cemoohan atau ejekan saja. Cara atau usage menunjuk pada suatu
perbuatan yang berkaitan dengan hubungan antarindividu dalam
masyarakat.

2. Kebiasaan (Folkways)
Adalah suatu aturan dengan kekuatan mengikat yang lebih kuat
daripada usage, karena kebiasaan merupakan perbuatan yang dilakukan
berulang-ulang sehingga menjadi bukti bahwa orang yang melakukannya
menyukai dan menyadari perbuatannya.

3. Tata kelakuan (Mores)


Adalah aturan yang sudah diterima masyarakat dan dijadikan alat
pengawas atau kontrol secara sadar atau tidak sadar, oleh masyarakat
kepada anggota-anggotanya. Pelanggaran terhadap kelakuan akan diberi
sanksi berat seperti diarak di depan umum atau bahkan dirajam.

4. Adat Istiadat (Custom)


Adalah norma yang tidak tertulis namun sangat kuat mengikat
sehingga angota-anggota masyarakat yang melanggar adat istiadat akan

3
mendapat sanksi keras yang secara langsung dikenakan kepada pelanggar
adat istiadat tersebut.
5. Hukum (Law)
Adalah norma-norma yang dirumuskan dan diwajibkan secara jelas
dan tegas serta berlaku bagi semua masyarakat. Hukum merupakan norma
yang tertulis dan dibukukan serta diberlakukan secara resmi dalam bentuk
kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Pelanggaran terhadap norma hukum
dikenakan hukuman yang tegas sesuai peraturan hukum yang berlaku.

2.3 Macam-Macam Norma :


1. Norma Agama
Adalah suatu norma yang berdasarkan ajaran atau kaidah suatu
agama. Norma ini bersifat mutlak dan mengharuskan ketaatan bagi para
pemeluk dan penganutnya.Yang taat akan mendapatkan keselamatan di
akhirat, sedangkan yang melanggar akan mendapatkan hukuman di
akhirat. Wayan Resmini dalam Jurnal Ganec Swara yang berjudul
Pandangan Norma Agama Dan Norma Hukum Tentang Aborsi
mengataka:
“Norma agama adalah peraturan hidup yang diterima sebagai
perintah-perintah, larangan-larangan dan anjuran-anjuran yang
berasal dari Tuhan. Dalam hal ini masalah aborsi akan ditinjau dari
berbagai agama yang diakui di Indonesia yaitu, Hindu, Islam, Budha,
Katholik, dan Protestan. Pandangan Agama Hindu”.

Dalam norma agama memiliki sanksi atau hukuman. Sanksi dalam


norma agama tidak langsung diberikan saat itu juga, namun sanksi atau
hukaman dalam norma agama didapati setelah manusia meninggal dunia
yaitu berupa siksa neraka. Contoh norma agama seperti mengerjakan
ibadah shalat 5 waktu bagi umat Islam, menghormati kedua orang tua
berbuat baik kepada sesame serta menjauhi larangan-larangan yang
dianjurkan agama.

4
2. Norma Kesusilaan
Norma ini berasal dari hati nurani atau akhlak yang dipraktikkan
secara berulang sehingga menjadi kebiasaan. an pada norma ini
terefleksikan pada akhlak yang bersumber dari hati nurani, maka tak heran
jika norma ini dianggap berlaku universal
Manfaat norma ini sangat jelas, yaitu agar tercipta kehidupan
masyarakat yang harmonis dan perlakukan manusiawi antar sesama.
Sebagai contoh, menghilangkan nyawa orang lain secara terencana dan
sengaja adalah perbuatan tidak manusiawi. Kita bisa katakan bahwa norma
ini mencegah adanya perbuatan seperti itu. Manfaat lain dengan adanya
norma ini yaitu sebagai alat pengendalian sosial atau kontrol sosial.
Masyarakat dapat mengontrol agar seseorang tidak menyimpang dari
kesusilaan.
Orang yang menyimpang dari kesusilaan biasanya timbul dalam
dirinya rasa bersalah. Masyarakat mengasingkan, menegur, menyindir,
atau bahkan menghukumnya. Sebagai contoh, pelecehan seksual akan
dilihat oleh masyarakat yang taat pada norma ini sebagai tindakan yang
tidak manusiawi. Pelaku pelecehan bisa diejek, diasingkan, diusir dari
tempat tinggalnya, atau bahkan dituntut hukuman.

3. Norma Kesopanan
Norma kesopanan merupakan seperangkat aturan yang memandu
tingkah laku manusia agar sesuai dengan kaidah sopan santun dalam
masyarakat. Norma ini berhubungan dengan tingkah laku menghormati,
menghargai, dan respek dengan kultur suatu masyarakat.
Fungsi Norma Kesopanan adalah:
 Mengatur tingkah laku manusia agar senantiasa berada dalam batas-
batas kesopanan.
 Mempertahankan budaya luhur masyarakat.

 Menjaga hubungan saling menghormati, menghargai dan respek


terhadap sesama.

5
 Sebagai panduan tindakan sosial yang sejalan dengan sistem sosial
yang mapan.

Sanksi norma kesopanan biasanya ringan. Orang yang melanggar akan


dipandang sinis, tak tau sopan santun, tidak menghargai budaya setempat,
tidak respek terhadap orang-orang di sekitar, dan sebagainya. Pemegang
otoritas yang menerapkan sanksi adalah masyarakat itu sendiri. Tindakan
masyarakat dalam memberi sanksi biasanya berupa teguran.
Sebagai contoh, kita melihat ada dua orang jalan tanpa celana.
Pertama-tama kita berpikir bahwa mereka orang gila. Namun ternyata
mereka orang waras yang sedang melakukan eksperimen sosial. Kita tegur
mereka karena eksperimen yang mereka lakukan melampaui batas
kesopanan.

4. Norma Hukum
Norma hukum merupakan salah satu jenis dari norma sosial.
Seringkali pengertiannya beririsan dengan hukum itu sendiri yang
biasanya tertulis dalam peraturan atau perundang-undangan. Norma
hokum adalah himpunan petunjuk hidup atau perintah dan larangan yang
mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat (negara). Sanksi norma
hukum bersifat mengikat dan memaksa. Menurut Ni’matul Huda dan
Nazriyah (16), Norma hukum:
“Dari segi isi norma hukum dapat dibagi menjadi tiga, pertama,
norma hukum yang berisi perintah yang mau tidak mau harus
dijalankan atau ditaati. Kedua, norma hukum yang berisi larangan,
dan ketiga, norma hukum berisi perkenaan yang hanya mengikat
sepanjang para pihak yang bersangkutan tidak menentukan lain
dalam perjanjian”.

Norma hukum memiliki ikatan dan sanksi paling kuat dibanding


norma-norma sosial lainnya. norma ini selalu dibuat oleh otoritas dalam
suatu masyarakat. Pemegang otoritas itu bisa siapa saja mulai dari

6
pemerintah, ketua adat, atau pembuat undang-undang. Kita mulai dari
pengertiannya terlebih dahulu.
Sanksi bagi pelanggar norma hukum terbagi 2, yaitu hukum tertulis
dan hukum tidak tertulis. Hukum tertulis meliputi:
1. Hukum pidana adalah hukum yang mengatur hubungan antara seseorang
dengan masyarakat umum yang lebih luas. Hukum ini melihat masyarakat
luas sebagai objek implikasi dari perbuatan seseorang. Perbuatan yang
sekiranya merugikan masyarakat secara umum akan dikenai hukum
pidana. Sebagai contoh, mencopet sebagai perbuatan kriminal akan
dikenai sanksi dari hukum pidana karena implikasi mencopet atau mencuri
melingkupi masyarakat secara luas. Hukum pidana bisa berupa kurungan
penjara atau denda yang tertulis dalam kitab hukum pidana.
2. Hukum perdata
Hukum pidana adalah hukum yang mengatur hubungan perorangan.
Hukum ini menjangkau aspek yang lebih sempit, yaitu orang per orang.
Implikasi dari perbuatan seseorang yang tidak berpengaruh pada
masyarakat luas akan diatur dalam hukum perdata.
Contoh berlakunya hukum perdata adalah ketika ada kesepakatan yang
dilanggat antara dua orang atau lebih dalam perkara utang-piutang. Kitab
hukum perdata menjadi sumber penanganan kasus perdata yang sifatnya
perorangan. Tak ada sanksi pidana bagi pelanggar hukum perdata.

Hukum tidak tertulis, yaitu:


1. Hukum adat

Hukum adat pada umumnya berlaku secara kultural yang


validitasnya berlangsung secara turun-temurun. Kepala adat atau tetua adat
adalah orang yang memiliki otoritas mempertahankan hukum adat dan
memberikan sanksi kepada pelanggar hukum adat. Contoh penerapat
hukum adat, misalnya adalah tertangkapnya dua sejoli yang sedang asyik
memadu kasih di tempat gelap yang kemudian dihukum secara adat untuk
segera dikawinkan. Peraturan hukuman tersebut tidak tertulis dalam kitab
atau undang-undang, namun sudah menjadi kesepakatan kultural yang

7
turun-temurun bahwa di suatu kampung, mereka yang ketahuan pacaran
harus segera dikawinkan.

2.4 Fungsi Norma :


 Sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok msayarakat
dalam rangka mencapai masyarakat yang sejahtera, tentram, tertib dan
aman.
 Sebagi pedoman cara berfikir dan bertindak
 Sebagi pedoman yang mengatur kehidupan masyarakat.

2.5.  Aplikasi Norma dalam Praktik Kebidanan


Contoh Kasus:
Nn. Ica datang ke BPM Bidan Sasa mengatakan ingin menggugurkan
kehamilannya karena janin dalam kandungannya adalah hasil perbuatan
menyimpang (hamil diluar nikah) oleh sang pacar. Saat ini pacarnya
mengatakan belum siap untuk menjadi seorang ayah dan tidak sanggup
menanggung beban, sehingga meminta Ica untuk menggugurkan
kehamilannya. Ica yang merasa takut dan malu setuju dengan permintaan
sang pacar. Nn. Ica menjanjikan akan memberikan 1 ha tanah apabila bidan
Sasa mau melakukannya.
Kemudian bidan Sasa menjelaskan kepada Ica bahwa menggugurkan
kandungan merupakan hal yang melanggar hukum, sesuai dengan pasal 194
UU Kesehatan “Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak
sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 (ayat 2)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling
banyak 1 Miliar Rupiah.”
Selain itu sanksi yang didapat apabila menggugurkan kandungan selain
norma hokum adalah sanksi norma agama, yang mana hal tersebut
merupakan tindakan pembunuhan atau melawan takdir Allah SWT, jika
dilakukan akan mendapatkan siksa di hari kemudian.
Dan dimasyakarat perilaku tersebut akan mendapat sanksi dikucilkan dan
dicemooh oleh masyarakat karena merupakan perbuatan yang asusila.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dengan demikian norma memang sangat penting untuk diterapkan dan
dilaksanakan dalam praktik kebidanan. Norma sangat diperlukan oleh tenaga
kesehatan khususnya bidan dalam melaksanakan dan memberikan pelayanan
kebidanan. Norma pada akhirnya membantu dalam menjalankan setiap
tindakan apa yang perlu di lakukan dan yang perlu di pahami bersama bahwa
norma dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan. Norma dapat
menjadi alat untuk mengatur bidan dalam melaksanakan kewajiban. Sehingga
bidan menjadi lebih hati-hati dalam mengambil tindakan ataupun keputusan.

3.2 Saran
Dalam makalah ini masih banyak kesalahan yang dengan ataupun tanpa
kami sadari, maka kami sangat mengharapkan saran dan masukkan dari para
pembaca agar dalam penulisan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Astawa , I. Gde Pantja. 2012. Dinamika Hukum dan Ilmu Perundang-undangan di


Indonesia. Bandung: hlm. 21

Resmini, Wayan. 2010. Pandangan Norma Agama dan Norma Hukum Tentang
Aborsi. Ganeç Swara. Vol. 4 No.2

Sirajuddin, M. 2015. Eksistensi Norma Agama dan Pancasila Dalam


Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Nuansa Vol. Viii, No. 1

Anonim. 2019. “Norma Hukum: Jenis, Tujuan, Sanksi & Contohnya”


http://sosiologis.com/norma-hukum. Diakses Tanggal 6 Februari 2020.

10

Anda mungkin juga menyukai