Norma/Kaidah
Oleh :
Fakultas Hukum
Universitas Udayana
Kata Pengantar
Om Swastyastu, Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, Ida Sang
Hyang Widhi Wasa karena atas Asung Kertha Wara NugrahanNya, saya dapat menyusun dan
menyelesaikan tugas Hukum dan Kebudayaan ini yang berjudul “Norma/Kaidah”. Tugas ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari bapak
dosen Hukum dan Kebudayaan Bapak Prof. I Wayan Windia. Untuk itu saya ucapkan terima
kasih.
Saya menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini, baik
dari segi EYD, kosa kata, tata bahasa, etika maupun isi. Oleh karenanya saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak terutama dosen pengajar
untuk dijadikan bahan evaluasi dan menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua. Om Shanti, Shanti , Shanti Om
BAB I
Pendahuluan
Manusia tidak pernah lepas dari peraturan. Norma merupakan hasil buatan
manusia sebagai makhluk sosial. Pada awalnya, norma dibentuk secara tidak sengaja.
Lama-kelamaan norma-norma itu disusun atau dibentuk secara sadar. Norma dalam
masyarakat berisi tata tertib, aturan dan petunjuk standar perilaku yang pantas dan
wajar. Apa yang terjadi jika masyarakat hidup tanpa adanya norma? Jelas, bukanlah hal
yang baik. Oleh karena itu, dalam masyarakat terdapat norma sosial yang diberlakukan
secara tegas dan disertai sanksi-sanksi nyata. Ketika seseorang melanggar suatu norma,
maka orang tersebut akan dikenai sanksi.
Ditinjau dari segi etimologi, kata “norma” berasal dari bahasa Latin sedangkan
kata “kaidah” berasal dari bahasa Arab. Norma berasal dari kata nomos yang berarti
nilai dan kemudian dipersempit maknanya menjadi norma hukum. Sedangkan kaidah
dalam bahasa Arab berasal dari kata qo’idah yang berarti ukuran atau nilai pengukur.
Beberapa ahli hukum menggunakan kedua kata tersebut secara bersamaan (kata
norma dan kaidah dianggap sinonim). Menurut Purnadi Purbacarakan dan Soerjono
Soekanto, norma atau kaidah adalah ukuran ataupun pedoman untuk perilaku atai
bertindak dalam hidupnya. Menurut Maria Farida, norma adalah suatu ukuran yang
harus dipatuhi seseorang dalam hubungannya dengan sesamanya ataupun
lingkungannya. Menurut Kelsen, yang dimaksud dengan norma adalah “…… that
something ought to be or ought to happen, especially that a human being ought to
behave in a specific way” (sesuatu yang seharusnya ada atau seharusnya terjadi,
khususnya bahwa manusia seharusnya berperilaku dengan cara tertentu).
Norma atau kaidah pada umumnya dibagi menjadi dua yaitu norma etika dan
norma hukum. Norma etika meliputi norma susila, norma agama, dan norma
kesopanan. Ketiga norma atau kaidah tersebut dibandingkan satu sama lain dapat
dikatakan bahwa norma agama dalam arti vertikan dan sempit bertujuan untuk kesucian
hiudp pribadi, norma kesusilaan bertujuan agar terbentuk kebaikan akhlak pribadi,
sedangkan norma kesopanan bertujuan untuk mencapai kesedapan hidup bersama antar
pribadi.
Dilihat dari segi tujuannya maka norma hukum bertujuan kepada cita kedaiman
hidup antar pribadi, keadaan damai terkait dimensi lahiriah dan batiniah yang
menghasilkan keseimbangan anatara ketertiban dan ketentraman. Tujuan kedamaian
hidup bersama dimaksud dikaitkan pula dalam perwujudan kepastian, keadilan dan
kebergunaan.
Dari segi isi norma hukum dapat dibagi menjadi tiga, pertama, norma hukum
yang berisi perintah yang mau tidak mau harus dijalankan atau ditaati. Kedua, norma
hukum yang berisi larangan, dan ketiga, norma hukum berisi perkenaan yang hanya
mengikat sepanjang para pihak yang bersangkutan tidak menentukan lain dalam
perjanjian.
1. Norma Agama
Norma agama sendiri dipercaya jika dilanggar memiliki sanksi yang nantinya
akan diberikan setelah orang tersebut meninggal dunia berupa dosa maupun hukuman
yang harus dijalankan berdasarkan ajaran masing-masing agama di akhirat.
Seperti salah satu contoh kasus norma kesusilaan adalah bagaimana seorang
siswa yang mengetahui bahwa menyontek adalah perbuatan yang salah sehingga dia
lebih memilih untuk belajar daripada menyontek teman sekolahnya, yang jika ketahuan
siswa tersebut akan mendapat sanksi bukan hanya di sekolah tapi juga lingkungan.
3. Norma Kesopanan
Norma ini diberlakukan untuk menjaga dan menghargai satu sama lain dalam
kehidupan sehari-hari. Tujuan diberlakukannya norma kesopanan adalah penerimaan
diri dari masyarakat, mampu menghargai orang lain khususnya orang yang lebih tua,
memahami hakikat dan tata etika dalam bergaul, dan mampu bersosialisasi dengan baik
tanpa melanggar hal-hal yang tidak baik.
Seperti pada contohnya adalah, menghormati orang yang lebih tua dengan
memanggil panggilan kakak kepada orang yang lebih tua, tidak membuang ludah
sembarangan di tempat umum, siswa yang bersikap sopan sebagai bentuk hormat
terhadap pengajar, dan masih banyak lagi.
4. Norma Hukum
Seperti pada contohnya di Indonesia sendiri aturan hukum yang ada diatur
berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, sehingga jika melakukan pelanggaran seperti
mencuri atau tidak membayar pajak sesuai ketentuan akan mendapatkan sanksi sesuai
dengan Undang-Undang yang ada.