Anda di halaman 1dari 4

Nama : Abelintang Baihaqi Sumule

Nim : B011231387
Prodi : Ilmu Hukum

TUGAS RESUME
Referensi : Kajian Ilmu Hukum (Prof.Dr.Irwansyah,S.H.,M.H.)

A. Pengertian Kaidah atau Norma Hukum


Norma atau kaidah (kaedah) merupakan pembahasan nilal-nila baik dan buruk
dalam bentuk tata aturan yang berisi kebolehan, anjuran, atau perintah. Baik anjuran
maupun perintah dapat berisi kaidah yang bersifat positif atau negatif sehingga
mencakup norma anjuran untuk mengerjakan atau anjuran untuk tidak mengerjakan
sesuatu, dan norma perintah untuk melakukan atau perintah untuk tidak melakukan
sesuatu. Ditinjau dari segi etimologi, kata 'norma' berasal dari bahasa Latin, dari kata
‘nomos' yang berarti nilai dan kemudian dipersempit maknanya menjadi norma
hukum. Sedangkan ‘kaidah' atau kaedah, berasal dari bahasa Arab, dari kata qo'idah
berarti ukuran atau nilai pengukur. Gambaran lain tentang asal-usul istilah norma,
dapat ditelusuri penggunaannya dalam istilah Perancis, dari kata 'norme' dan
bahasa latin norma yang berarti, siku tukang kayu. Norma (norm) oleh Austin
Chinhengo dimaknai sebagai "standard of social behavior".Norma adalah standar
atau ukuran perilaku sosial.

B. Klasifikasi Kaidah Hukum


Hans Kelsen dalam bukunya ‘Reine Rechtslehre' menguraikan pengklasifikasian
norma ke dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu:
1. Norma Absolut dan Norma Relatif
Norma absolut adalah norma-norma yang keberlakuannya tidaklah dihidupkan atau
ditetapkan langsung oleh manusia, tetapi dia terima secara kognitif dengan satu atau
lain cara dari sumber-sumber imaginatifnya. Norma relatif adalah norma-norma yang
dirumuskan manusia itu juga membedakan benar dari salah, baik dari buruk, pantas
dari tidak pantas, tetapi semuanya itu tidak terhindarkan akan selalu berada dalam
keterkaitan ruang dan waktu yang tertentu dan terbatas, sehingga revisi atas norma-
norma yang relatif dari waktu ke waktu menjadi suatu keperluan yang wajar belaka.
2. Norma Subjektif dan Norma Objektif
Norma-norma yang subjektif adalah norma yang lair dari penilaian subjektif
seseorang atau sekelompok orang tertentu, dan karena itu, belum tentu sesuai atau
sejalan dengan penilaian subjektif seseorang atau sekelompok orang tertentu
lainnya. Norma objektif sebaliknya, Norma yang lahir dari penilaian objektif dan
terlepas dari kepentingan subjektif perorangan atau kelompok tertentu dalam suatu
komunitas. Norma objektif lahir dari tata-nilai objektif yang dikenal dan diakui oleh
arus besar masyarakat, dan karenanya, mempunyai sifat yang lumayan konsensual.
3. Norma Positif dan Norma Negatif
Norma-norma yang positif adalah norma-norma yang memberikan patokan akan
perilaku yang diharuskannya agar suatu situasi yang dikehendaki dapat dicapai.
Sebaliknya, norma-norma yang negatif adalah norma-norma yang melarang perilaku
tertentu, supaya tidak terjadi situasi lain yang tidak dikehendaki.

C. Pengelompokan Kaidah Hukum


Untuk memudahkan mengidentifikasi dan mengevaluasi proses bekerjanya kaidah
hukum dalam mengatur masyarakat, maka kaidah hukum dikelompokkan
berdasarkan beberapa segi perbedaan, berikut :
1. Norma Hukum Umum dan Norma Hukum Individual
Norma hukum umum adalah suatu norma hukum yang ditujukan untuk orang banyak
(umum) dan tidak tertentu. Sedangkan norma hukum individual adalah norma bukum
yang ditujukan atau dialamatkan pada sescorang, beberapa orang atau banyak
orang yang telah tertentu.
2. Norma Hukum Abstrak dan Norma Hukum Konkret
Norma hukum abstrak adalah suatu norma hukum yang melihat pada perbuatan
seseorang yang tidak ada batasnya dalam arti tidak konkret. Sedangkan norma
hukum konkret adalah suatu norma yang melihat perbuatan seseorang itu secara
lebih nyata (konkret).
3. Norma Hukum Terus-Menerus dan Norma Hukum Sekali Selesai
Norma hukum yang berlaku terus menerus (dauerhaftig) adalah norma hukum yang
berlakunya tidak dibatasi oleh waktu, jadi dapat berlaku kapan saja secara terus
menerus. Adapun norma hukum yang berlaku sekali-selesai (einmahlig) adalah
norma hukum yang berlakunya hanya satu kali saja dan setelah itu selesai, jadi
sifatnya hanya menetapkan saja.
4. Norma Hukum Tunggal dan Norma Hukum Berpasangan
Norma hukum tunggal adalah suatu norma hukum yang berdiri sendiri dan tidak
dikuti oleh suatu norma hukum lainnya, jadi isinya hanya merupakan suatu suruhan
tentang bagaimana seseorang hendaknya bertindak atau bertingkah laku.
Sedangkan norma hukum berpasangan adalah norma hukum yang terdiri atas dua
norma hukum, yaitu norma hukum primer dan norma hukum sekunder.
D. Jenis-Jenis Kaidah Sosial
Dalam kehidupan sosial, kemasyarakatan terdapat kaidah-kaidah sosial yang
bertujuan untuk mengatur ketertiban hidup masyarakat. Pada dasarnya kaidah-
kaidah sosial dikategorikan ke dalam 2 (dua) kelompok kaidah, yaitu kaidah yang
mengatur aspek internal individu dan kaidah yang mengatur aspek eksternal
individu. Meskipun berbeda, tetapi kedua kategori kaidah sosial tersebut melakukan
fungsinya secara sinergis dan mengalami pengembangan dari waktu ke waktu.
1. Kaidah Agama atau Kaidah Kepercayaan
Kaidah agama atau kaidah kepercayaan diartikan sebagai pedoman aturan tingkah
laku yang diyakini kebenarannya oleh penganutnya yang bersumber dari Tuhan
melalui kitab-kitab sucinya. Karena itu, kaidah agama pada hakikatnya mengatur
tata hubungan antara manusia dengan Tuhan Pencipta-Nya dan antara manusia
satu dengan yang lain. Secara substansial, kaidah agama merupakan sumber
inspirasi bagi kesempurnaan kaidah-kaidah yang lain, termasuk kaidah hukum.
Ciri yang melekat pada kaidah agama ini adalah:
a. Bersumber dari Tuhan melalui Kitab Suci masing-masing agama.
b. Sanksinya bersifat internal dan individual, yaitu dosa sebagai balasan atas
perbuatan menyimpang atau melakukan perbuatan jahat.
c. Isinya ditujukan kepada sikap batin manusia, tidak ditujukan kepada sikap lahir.
Agar manusia senantiasa bersikap sesuai dengan isi kaidah keagamaan masing-
masing tersebut.
d. Bertujuan untuk kepentingan kesempurnaan perilaku manusia yang baik dan
benar sesuai dengan ajaran agama.
c. Daya kerjanya lebih menitikberatkan pada kewajiban daripada hak.

2. Kaidah Moral atau Kaidah Kesusilaan


Menurut Sudikno Mertokusumo, kaidah moral atau kaidah kesusilaan bethubungan
dengan manusia sebagai individu karena menyangkut kehidupan pribadi manusia.
Dasar bekerjanya kaidah moral ini terletak pada nurani individu setiap manusia.
Ciri yang melekat pada kaidah moral atau kaidah kesusilaan ini adalah:
a. Bersumber dari masing-masing individu, karena itu bersifat otonom.
b. Sanksinya bersifat internal dan individual, dimakudkan untuk kepentingan diri
sendiri, seperti perasaan bersalah, perasaan malu melanggar, perasaan takut,
perasaan menyesal, yang pada hakikatnya dapat mendorong untuk berbuat yang
baik dan benar.
c. Isinya ditujukan kepada sikap batin, bukan pada sikap lahirnya.
d. Bertujuan untuk kepentingan si pelaku, untuk kesempurnaan perilaku yang baik
dan benar.
e. Daya kerjanya lebih menitikberatkan pada kewajiban.

3. Kaidah Kesopanan
Menurut Sudikno Mertokusumo, kaidah kesopanan adalah didasarkan atas
kebiasaan, kepatutan atau kepantasan yang berlaku dalam masyarakat. Dasar
bekerjanya kaidah kesopanan ini terletak pada kepentingan pengaturan sikap lahir
antar individu dalam hubungannya dengan individu lain dalam rangka
penyempurnaan kehidupan bersama dan menjaga ketertiban dalam masyarakat.
Ciri yang melekat pada kaidah kesopanan ini adalah:
a. Bersumber dari masyarakat secara tidak terorganisir
b. Sanksinya bersifat eksternal (sanksi sosial) yang diberikan oleh individu atau
masyarakat, dimaksudkan untuk kepentingan diri sendiri maupun masyarakat,
seperti teguran, celaan, dan pengucilan, yang pada gilirannya nanti dapat menjadi
standar sosial dalam berperilaku yang baik, sopan, dan santun.
c. Isinya ditujukan kepada sikap lahir.
d. Bertujuan untuk kepentingan menjaga keharmonisan masyarakat.
e. Daya kerjanya lebih menitikberatkan pada kewajiban.

Anda mungkin juga menyukai