Anda di halaman 1dari 23

PANCASILA SEBAGAI

SISTEM ETIKA
KELOMPOK 12:
TIARA ADIKA
VENNI PRATIWI
VERA SEPTIANA
WAYAN GITA PUSPITASARI
YOPI AKHANDY GUSHANTY
YOSI OKTAPIANI
Pancasila sistem etika

Etika adalah kajian ilmiah terkait dengan etiket atau


moralitas.
Secara etimologis (asal kata), etika berasal dari bahasa
Yunani, ethos, yang artinya watak kesusilaan atau adat.
Istilah etiket identik dengan moral yang berasal dari bahasa
Latin, mos yang jamaknya mores, yang juga berarti adat atau
cara hidup. Moral atau moralitas digunakan untuk perbuatan
yang sedang dinilai, sedangkan etika digunakan untuk
mengkaji sistem nilai yang ada
Etika Pancasila

 Etika Pancasila adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai-nilai
Pancasila, yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.
 Suatu perbuatan dikatakan baik bukan hanya apabila tidak bertentangan dengan nilai-
nilai dalam Pancasila, namun juga sesuai dan mempertinggi nilai-nilai Pancasila tersebut.
 Menilik nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, maka Pancasila dapat menjadi
sistem etika yang sangat kuat, nilai-nilai yang ada tidak hanya bersifat mendasar, namun
juga realistis dan aplikatif.
 Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai ideal yang sudah ada dalam cita-cita bangsa
Indonesia yang harus diwujudkan dalam realitas kehidupan. Nilai-nilai tersebut dalam
istilah Notonagoro merupakan nilai yang bersifat abstrak umum dan universal, yaitu nilai
yang melingkupi realitas kemanusiaan di manapun, kapanpun dan merupakan dasar bagi
setiap tindakan dan munculnya nilai-nilai yang lain
Pengertian Moral, Etika, Norma, Nilai
dan Akhlak
 a. Pengertian Moral
 Secara bahasa moral berasal dari kata Latin “Mos” yang dalam bentuk
jamaknya “Mores” yang berarti juga adat atau cara hidup. Moral dan etika
sama artinya, tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan.
Moral dan atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai,
sedangkan etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang ada. moral
juga merupakan istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap
aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah.
Jika dalam kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa orang tersebut bermoral,
maka yang dimaksudkan adalah bahwa orang tersebut tingkah lakunya baik.
 Contoh : Perbuatan itu bermoral Sesuai dengan norma Etika
Macam- macam moral

ü Moral keagamaan
 Merupakan moral yang selalu berdasarkan pada
ajaran agama Islam.
ü Moral sekuler
Merupakan moral yang tidak berdasarkan pada
ajaran agama dan hanya bersifat duniawi semata-
mata.
Pengertian Etika
 Etika adalah ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam
hidup manusia semuanya, terutama yang mengenai gerak gerik pikiran dan
rasa yang merupakan pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya
yang merupakan perbuatan. Etika merupakan istilah yang berasal dari bahasa
Yunani ethos yang berarti: adat istiadat Sebagai cabang dari filsafat, maka
etika berangkat dari kesimpulan logis dan rasio guna untuk menetapkan
ukuran yang sama dan disepakati mengenai sesuatu perbuatan, apakah
perbuatan itu baik atau buruk, benar atau salah dan pantas atau tidak pantas
untuk dikerjakan. Etika dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari segala
soal kebaikan (dan keburukan) di dalam hidup manusia semuanya,
teristimewa yang mengenal gerak-gerik fikiran dan rasa yang dapat
merupakan pertimbangan dan perasaan, sampai mengenal tujuannya yang
dapat merupakan perbuatan.
Macam-macam Etika

 Dalam membahas etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan atau etis itu
sama halnya dengan berbicara tentang moral. Manusia disebut etis karena manusia secara utuh
dan menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara
kepentingan pribadi dengan pihak yang lainnya, antara rohani dengan jasmaninya, dan antara
ssebagai makhluk dengan penciptanya. Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai atau norma-
norma yang dikaitkan dengan etika, terdapat dua macam etika yaitu sebagai berikut:
 ü Etika Deskriptif
 Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa
yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif
tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia
sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat
disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu
masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu yang memungkinkan manusia dapat
bertindak secara etis.
 ü Etika Normatif
 Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan
seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan
oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi etika
normatif merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar manusia
bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk sesuai
dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.
 ü Etika Metaetika
 Merupakan sebuah cabang dari etika yang membahas dan menyelidiki
serta menetapkan arti dan makna istilah-istilah normatif yang diungkapkan
lewat pertanyaan-pertanyaan etis yang membenarkan atau menyalahkan
suatu tindakan. Istilsh-istilah normatif yang sering mendapat perhatian
khusus, antara lain keharusan, baik, buruk, benar, salah, yang terpuji,
tercela, yang adil, yang semestinya.
Pengertian Norma

 Norma adalah aturan-aturan yang berisi petunjuk tingkah laku yang harus atau
tidak boleh dilakukan manusia dan bersifat mengikat. Hal ini berarti manusia
wajib mentaati norma yang ada. Norma adalah kaidah atau ketentuan yang
mengatur kehidupan dan hubungan antarmanusia dalam arti luas. Norma
merupakan petunjuk bagi manusia dan pedoman perilaku sesorang yang berlaku
di masyarakat. Keberadaan norma sangat diperlukan untuk memberi petunjuk
kepada manusia tentang bagaimana manusia harus bersikap, bertingkah laku
dalam masyarakat agar tercipta kehidupan bersama yang tertib, tenteram, aman
dan harmonis. Norma berisi perintah dan larangan. Perintah adalah keharusan
yang harus dilakukan seseorang untuk berbuat sesuatu dengan kebaikan. Larangan
adalah keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu karena menimbukan
kerugian.
Macam-macam norma

 ü Norma Agama
 Norma agama adalah peraturan hidup yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa
 guna menciptakan kehidupan bahagia di dunia dan akhirat. Sumber norma ini adalah kitab suci
dari setiap agama yang dianut. Norma agama bersifat abadi dan universal. Abadi berarti norma
agama berlaku selama manusia hidup di dunia sedangkan universal berarti norma agama berlaku
untuk demua umat beragama. Pelanggaran norma agama menimbulkan dosa dan diancam
hukuman dari Tuhan di akhirat nanti, sedangkan yang mematuhi akan mendapat pahala.
 ü Norma Kesusilaan
 Norma kesusilaan adalah peraturan hidup yang dianggap sebagai suara hati sanubari manusia.
Norma ini juga merupakan aturan hidup tentang perilaku baik dan buruk. Pedoman berperilaku
ini dilakukan berdasarkan kebenaran dan keadilan. Norma kesusilaan memberikan peratuaran-
peraturan kepada manusia agar menjadi manusia yang sempurna. Pelanggaran terhadap norma
ini akan mendapatkan sanksi sosial, seperti cibiran atau cemoohan masyarakat sampai
diasingkan dari lingkungan masyarakat.
 ü Norma Kesopanan
 Norma kesopanan adalah peraturan hidup atau nilai-nilai yang diatur oleh agama maupun
adat-istiadat masyarakat. Norma kesopanan merupakan pedoman yang mengatur tingkah
laku manusia terhadap manusia yang ada disekitarnya. Norma kesopanan merupakan
norma yang bersumber pada budaya masyarakat. Pelanggaran terhadap terhadap norma
ini tidak menimbulkan efek sosial yang besar. Misalnya perlakuan seorang anak terhadap
orang tua dan tata cara berpakaian seseorang perempuan dewasa saat keluar rumah.
Pelanggaran terhadap norma ini akan kembali kepada diri si pelakunya sendiri, yaitu
berupa perasaan malu dan menjadi sungkan terhadap orang disekitarnya.
 ü Norma Hukum
 Norma hukum adalah aturan-aturan yang bersumber atau dibuat oleh lembaga negara
yang berwenang. Norma hukum bersifat memaksa dan mengikat. Memaksa berarti
aturan-aturan hukum harus dipatuhi oleh siapapun, sedangkan mengikat berarti berlaku
untuk semua orang. Orang yang melanggar aturan-aturan hukum akan mendapatkan
sanksi berupa hukuman, seperti penjara, atau denda.
Pengertian Nilai

 Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna
bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi
kehidupan manusia. Nilai adalah keyakinan seseorang tentang sesuatu yang
berharga, kebenaran atau keinginan mengenai ide-ide, objek, atau perilaku ksusus
(Znowski, 1974).
 Nilai juga dapat diartikan sebagai sebuah pikiran (idea) atau konsep mengenai apa
yang dianggap penting bagi seseorang dalam kehidupannya (Fraenkel dalam
Toha, 1996). Selain itu, kebenaran sebuah nilai juga tidak menuntut adanya
pebuktian empirik, namun lebih terkait dengan penghayatan dan apa yang
dikehendaki atau tidak dikehendaki, disenangi atau tidak disenangi oleh
seseorang. Nilai-nilai penting untuk mempelajari perilaku organisai karena nilai
meletakkan fondasi untuk memahami sikap dan motivasi serta mempengaruhi
persepsi kita.
Macam-macam Nilai

 Dalam filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu


 ü Nilai logika adalah nilai benar salah
 ü Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah
 ü Nilai etika/moral adalah nilai baik buruk
 Notonegoro dalam Kaelan (2000) menyebutkan adanya 3 macam nilai. Ketiga nilai itu
adalah sebagai berikut:
 ü Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia
atau kebutuhan ragawi manusia.
 ü Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
kegiatan atau aktivitas.
 ü Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai
kerohanian meliputi nilai kebenaran, nilai keindahan, dan nilai kebaikan/moral.
Persamaan dan Perbedaan Antara
Moral, Etika, Norma, Nilai
 ·Persamaan
 Ada beberapa persamaan antara moral, etika, norma, dan nilai yang dapat dipaparkan sebagai
berikut:
  Pertama, moral, etika, norma, nilai mengacu kepada ajaran atau gambaran tentang perbuatan,
tingkah laku, sifat, dan perangai yang baik.
  Kedua, moral, etika, norma, nilai merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk
menakar martabat dan harakat kemanusiaannya. Sebaliknya semakin rendah kualitas etika,
moral seseorang atau sekelompok orang, maka semakin rendah pula kualitas kemanusiaannya.
  Ketiga, moral, etika, norma, nilai seseorang atau sekelompok orang tidak semata-mata
merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap, stastis, dan konstan, tetapi merupakan potensi
positif yang dimiliki setiap orang. Untuk pengembangan dan aktualisasi potensi positif tersebut
diperlukan pendidikan, pembiasaan, dan keteladanan, serta dukungan lingkungan, mulai dari
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara tersu menerus, berkesinambangan, dengan
tingkat keajegan dan konsistensi yang tinggi.
Perbedaan

 Selain ada persamaan antara moral, etika, norma, nilai sebagaimana diuraikan di
atas terdapat pula beberapa segi perbedaan yang menjadi ciri khas masing-masing
dari keempat istilah tersebut. Berikut ini adalah uraian mengenai segi-segi
perbedaan yang dimaksud:
  etika merupakan filsafat nilai, pengetahuan tentang nilai-nilai, dan kesusilaan
tentang baik dan buruk. Jadi, etika bersumber dari pemikiran yang mendalam dan
renungan filosofis, yang pada intinya bersumber dari akal sehat dan hati nurani.
Etika besifat temporer, sangat tergantung kepada aliran filosofis yang menjadi
pilihan orang-orang yang menganutnya.
Hubungan antara nilai, norma dan
moral
 Keterkaitan nilai, norma, etika dan moral merupakan suatu kenyataan yang
seharusnya tetap terpelihara di setiap waktu pada hidup dan kehidupan manusia.
Keterkaitan itu mutlak digarisbawahi bila seorang individu, masyarakat, bangsa
dan negara menghendaki fondasi yang kuat tumbuh dan berkembang. Sebagaimana
tersebut di atas maka nilai akan berguna menuntun sikap dan tingkah laku manusia
bila dikonkritkan dan diformulakan menjadi lebih obyektif sehingga memudahkan
manusia untuk menjabarkannya dalam aktivitas sehari-hari. Dalam kaitannya
dengan moral maka aktivitas turunan dari nilai dan norma akan memperoleh
integritas dan martabat manusia. Derajat kepribadian itu amat ditentukan oleh
moralitas yang mengawalnya. Sementara itu, hubungan antara moral dan etika
kadang-kadang atau seringkali disejajarkan arti dan maknanya. Namun demikian,
etika dalam pengertiannya tidak berwenang menentukan apa yang boleh dan tidak
boleh dilakukan seseorang. Wewenang itu dipandang berada di tangan pihak yang
memberikan ajaran mora
Pancasila sebagai Sumber Etika Politik
di Indonesia
 Pancasila sebagai dasar falsafah bangsa dan Negara yang merupakan satu
kesatuan nilai yang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan masing-masing sila-
silanya. Karena jika dilihat satu persatu dari masing-masing sila itu dapat saja
ditemukan dalam kehidupan berbangsa yang lainnya. Namun, makna Pancasila
terletak pada nilai-nilai dari masing-masing sila sebagai satu kesatuan yang tak
bias ditukar-balikan letak dan susunannya. Pancasila tidak hanya merupakan
sumber derivasi peraturan perundang-undangan, melainkan juga merupakan
sumber moralitas terutama dalam hubungannya dengan legitimasi kekuasaan,
hukum, serta kebijakan dalam penyelenggaraan negara. Untuk memahami dan
mendalami nilai nilai Pancasila dalam etika berpolitik itu semua terkandung
dalam kelima sila Pancasila.
Ketuhanan Yang Maha Esa

 Sila pertama merupakan sumber nilai-nilai moral bagi kehidupan kebangsaan dan
kenegaraan. Berdasarkan sila pertama Negara Indonesia bukanlah negara teokrasi
yang mendasarkan kekuasaan negara pada legitimasi religius. Kekuasaan kepala
negara tidak bersifat mutlak berdasarkan legitimasi religius melainkan
berdasarkan legitimasi hukum dan demokrasi. Walaupun Negara Indonesia tidak
mendasarkan pada legitimasi religius, namun secara moralitas kehidupan negara
harus sesuai dengan nilai-nilai yang berasal dari Tuhan terutama hukum serta
moral dalam kehidupan negara. Oleh karena itu asas sila pertama lebih berkaitan
dengan legitimasi moral.
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

 . Sila kedua juga merupakan sumber nilai-nilai moralitas dalam kehidupan


negara. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari umat manusia di dunia hidup secara
bersama dalam suatu wilayah tertentu, dengan suatu cita-cita serta prinsip hidup
demi kesejahteraan bersama. Manusia merupakan dasar kehidupan dan
penyelenggaran negara. Oleh karena itu asas-asas kemanusiaan adalah bersifat
mutlak dalam kehidupan negara dan hukum. Dalam kehidupan negara
kemanusiaan harus mendapatkan jaminan hukum, maka hal inilah yang
diistilahkan dengan jaminan atas hak-hak dasar (asasi) manusia. Selain itu asas
kemanusiaan juga harus merupakan prinsip dasar moralitas dalam
penyelenggaraan negara.
Persatuan Indonesia

 . Persatuan berati utuh dan tidak terpecah-pecah. Persatuan mengandung


pengertian bersatunya bermacam-macam corak yang beraneka ragam menjadi
satu kebulatan. Sila ketiga ini mencakup persatuan dalam arti ideologis, politik,
ekonomi, sosial budaya, dan hankam. Indonesia sebagai negara plural yang
memiliki beraneka ragam corak tidak terbantahkan lagi merupakan negara yang
rawan konflik. Oleh karenanya diperlukan semangat persatuan sehingga tidak
muncul jurang pemisah antara satu golongan dengan golongan yang lain.
Dibutuhkan sikap saling menghargai dan menjunjung semangat persatuan demi
keuthan negara dan kebaikan besama. Oleh karena itu sila ketiga ini juga
berkaitan dengan legitimasi moral.
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan

 Negara adalah berasal dari rakyat dan segala kebijaksanaan dan kekuasaan yang
dilakukan senantiasa untuk rakyat. Oleh karena itu rakyat merupakan asal muasal
kekuasaan negara. Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara segala
kebijaksanaan, kekuasaan serta kewenangan harus dikembalikan kepada rakyat
sebagai pendukung pokok negara. Maka dalam pelaksanaan politik praktis, hal-
hal yang menyangkut kekuasaan legislatif, eksekutif serta yudikatif, konsep
pengambilan keputusan, pengawasan serta partisipasi harus berdasarkan
legitimasi dari rakyat, atau dengan kata lain harus memiliki “legitimasi
demokratis”.
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia
 . Dalam penyelenggaraan negara harus berdasarkan legitimasi hukum yaitu
prinsip “legalitas”. Negara Indonesia adalah negara hukum, oleh karena itu
keadilan dalam hidup bersama (keadilan sosial) merupakan tujuan dalam
kehidupan negara. Dalam penyelenggaraan negara, segala kebijakan, kekuasaan,
kewenangan serta pembagian senatiasa harus berdasarkan hukum yang berlaku.
Pelanggaran atas prinsip-prinsip keadilan dalam kehidupan kenegaraan akan
menimbulkan ketidakseimbangan dalam kehidupan negara.
 Pola pikir untuk membangun kehidupan berpolitik yang murni
dan jernih mutlak dilakukan sesuai dengan kelima sila yang telah
dijabarkan diatas. Yang mana dalam berpolitik harus bertumpu
pada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyarawatan/Perwakilan dan
dengan penuh Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
tanpa pandang bulu. Etika politik Pancasila dapat digunakan
sebagai alat untuk menelaah perilaku politik Negara, terutama
sebagai metode kritis untuk memutuskan benar atau slaah sebuah
kebijakan dan tindakan pemerintah dengan cara menelaah
kesesuaian dan tindakan pemerintah itu dengan makna sila-sila
Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai