Anda di halaman 1dari 5

NAMA: ASTI YULIA

NIM: R011211128

Ilmu Keperawatan RB

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

Pancasila sebagai sistem etika adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila
Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di
Indonesia. Oleh karena itu, di dalam etika Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai tersebut membentuk perilaku
manusia Indonesia dalam semua aspek kehidupannya. Pentingnya pancasia sebagai sistem
etika bagi bangsa Indonesia ialah menjadi rambu normatif untuk mengatur perilaku
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia sehingga beberapa
pelanggaran yang ada dapat diminimalkan.

1. Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani, “Ethos” yang artinya tempat tinggal yang
biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, dan cara
berpikir. Secara etimologis, etika berarti ilmu tentang segala sesuatu yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam arti ini, etika berkaitan dengan
kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik, baik pada diri seseorang
maupun masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan diwariskan dari satu
generasi ke generasi yang lain. Etika dalam arti yang luas ialah ilmu yang membahas
tentang kriteria baik dan buruk (Bertens, 1997: 4--6). Etika pada umumnya dimengerti
sebagai pemikiran filosofis mengenai segala sesuatu yang dianggap baik atau buruk
dalam perilaku manusia. Keseluruhan perilaku manusia dengan norma dan prinsip-
prinsip yang mengaturnya itu kerap kali disebut moralitas atau etika (Sastrapratedja,
2002: 81).
Ada beberapa aliran etika yang dikenal dalam bidang filsafat, meliputi etika
keutamaan, teleologis, deontologis.
a. Etika Keutamaan
Etika keutamaan atau etika kebajikan adalah teori yang mempelajari keutamaan
(virtue), artinya mempelajari tentang perbuatan manusia itu baik atau buruk. Etika
kebajikan ini mengarahkan perhatiannya kepada keberadaan manusia, lebih
menekankan pada What should I be?, atau “saya harus menjadi orang yang
bagaimana?”.
b. Etika Teleologis
Etika teleologis adalah teori yang menyatakan bahwa hasil dari tindakan moral
menentukan nilai tindakan atau kebenaran tindakan dan dilawankan dengan
kewajiban. Etika teleologis ini menganggap nilai moral dari suatu tindakan dinilai
berdasarkan pada efektivitas tindakan tersebut dalam mencapai tujuannya. Etika
teleologis ini juga menganggap bahwa di dalamnya kebenaran dan kesalahan
suatu tindakan dinilai berdasarkan tujuan akhir yang diinginkan.
c. Etika Deontologis
Etika deontologis adalah teori etis yang bersangkutan dengan kewajiban moral
sebagai hal yang benar dan bukannya membicarakan tujuan atau akibat.
Kewajiban moral bertalian dengan kewajiban yang seharusnya, kebenaran moral
atau kelayakan, kepatutan. Kewajiban moral mengandung kemestian untuk
melakukan tindakan. Pertimbangan tentang kewajiban moral lebih diutamakan
daripada pertimbangan tentang nilai moral.

2. Moral
Istilah moral berasal dari bahasa latin mores yang berarti adat kebiasaan atau
cara hidup. (Gunarsa, 1986) Moral pada dasarnya merupakan rangkaian nilai tentang
berbagai macam perilaku yang harus dipatuhi. (Shaffer, 1979) Moral merupakan
kaidah norma dan pranata yang mengatur prilaku individu dalam hubunganya dengan
masyarakat. Moral merupakan tindakan manusia yang bercorak khusus yang
didasarkan kepada pengertiannya mengenai baik dan buruk.
Moral adalah pengetahuan atau wawasan yang menyangkut budi pekerti
manusia yang beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik, buruknya perbuatan dan
kelakukan. Moralisasi yaitu uraian “pandangan dan ajaran” tentang perbuatan serta
kelakukan yang baik.

3. Nilai
Nilai adalah esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi
kehidupan manusia, khususnya mengenai kebaikan dan tindak kebaikan suatu hal.
Nilai artinya sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.
Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan
fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik,
melainkan sosial penghayatan yang dikehendaki, disenangi, dan tidak disenangi. Jadi
nilai adalah sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai subyek menyangkut segala
sesuatu baik atau yang buruk sebagai abstraksi, pandangan, atau maksud dari berbagai
pengalaman dengan seleksi perilaku yang ketat.
Dalam kaitannya dengan penjabarannya, nilai dapat dikelompokkan kepada
tiga macam, yaitu :
a. Nilai Dasar
Setiap nilai memiliki nilai dasar, yaitu berupa hakikat, esensi, intisari atau makna
yang dalam dari nilai-nilai tesebut. Nilai dasar itu bersifat universal karena
menyangkut kenyataan objektif dari segala sesuatu. Contohnya, hakikat Tuhan,
manusia, atau makhluk lainnya. Nilai dasar yang menjadi sumber etika bagi
bangsa Indonesia adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
b. Nilai instrumental
Nilai ini merupakan yang menjadi pedoman pelaksanaan dari nilai dasar. Nilai
dasar belum dapat bermakna sepenuhnya apabila nilai dasar tersebut belum
memiliki formulasi serta parameter atau ukuran yang jelas dan konkret. Apabila
nilai instrumental itu berkaitan dengan tingkah laku manusia dalam kehidupan
sehari-hari, maka nilai tersebut akan menjadi norma moral. Akan tetapi, jika nilai
instrumental itu merupakan suatu arahan kebijakan atau strategi yang bersumber
pada nilai dasar, sehingga dapat juga dikatakan bahwa nilai-nilai instrumental itu
merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar.
c. Nilai praksis
Merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam kehidupan yang
lebih nyata. Dengan demikian, nilai praksis merupakan pelaksanaan secra nyata
dari nilai-nilai dasar dan nilai instrumental. Berhubung fungsinya sebagai
penjabaran dari nilai dasar dan nilai instrumental, maka nilai praksis dijiwai oleh
nilai-nilai dasar dan instrumental dan sekaligus tidak bertentangan dengan nilai-
nilai dasar dan instrumental tersebut.

4. Etiket
Istilah etiket berasal dari kata Prancis etiquette, yang berarti kartu undangan,
yang lazim dipakai oleh raja-raja Prancis apabila mengadakan pesta. Dalam
perkembangan selanjutnya, istilah etiket berubah bukan lagi berarti kartu undangan
yang dipakai raja-raja dalam mengadakan pesta. Istilah etiket lebih menitikberatkan
pada cara-cara berbicara yang sopan, cara berpakaian, cara menerima tamu dirumah
maupun di kantor dan sopan santun lainnya. Jadi, etiket adalah aturan sopan santun
dalam pergaulan.

REFERENSI
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2016. Materi Ajar Mata Kuliah Pendidikan
Pancasila. Jakarta: Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan.

Ega G. 2017. Pengertian etika, moral, nilai, dan norma. dilihat 2 November 2021,
https://www.academia.edu/23212148/PENGERTIAN_ETIKA_MORAL_NILAI_DA
N_NORMA

Setiawan S. 2021. Pengertian moral dan etika, persamaan serta perbedaan. dilihat 2
November 2021, https://www.gurupendidikan.co.id/moral-dan-etika/

Anda mungkin juga menyukai