Anda di halaman 1dari 5

PBM sesi : ke 7

Mata kuliah : Pancasila


Kelas : 1MNM1
Hari/tanggal : Rabu, 26 Oktober 2022
Waktu : pukul 19.30 s.d. 21.10
Program Studi : Sistem Komputer
Shift : sore/malam
Dosen : Dr. Drs. PJP. Ginting, MM.

Topik : Pancasila sebagai etika politik (tahap 1)


Sub Topik : 1. Pengantar
2. Pengertian nilai, moral, norma dan etika
Tujuan pembelajaran : Mahasiswa memahami Pancasila sebagai etika politik dan memahami nilai, moral
dan etika.

Capaian pembelajaran : Mahasiswa memahami berbagai macam konsep nilai, moral dan etika dan
penerapannya dalam Pancasila sebagai etika politik.

URAIAN

Ad 1 : Pengantar

Di depan kita sudah mempelajari Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya
merupakan sumber dari segala nilai, moral, norma dan etika. Baik dalam tatanan hukum,
ekonomi, politik, sosial budaya maupun berbagai dimensi kenegaraan lainnya. Dalam
filsafat Pancasila terkandung pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional,
sistematis dan komprehensif. Sistem pemikiran ini merupakan sistem pemikiran filsafat
yang menyajikan nilai, moral, norma dan etika menjadi pedoman dalam suatu tindakan
ataupun aspek rasis yang bersifat mendasar dalam kemasyarakatan, kebangsaan dan
kenegaraan.
Pancasila memberikan dasar-dasar yang bersifat fundamental dan universal bagi manusia
dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila menjadi dasar bagi
penjabaran bersifat praksis atau kehidupan yang nyata dalam masyarakat, bangsa, negara
Republik Indonesia yang dituangkan menjadi sebuah pedoman. Pedoman tersebut meliputi:
1. Norma moral yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut
baik dan buruk, sopan atau tidak sopan, susila atau tidak susila. Dari pengertian ini
Pancasila menjadi norma moralitas sekaligus norma etika bermasyarakat berbangsa dan
bernegara.

Pendidikan Pancasila, sesi 7 halaman 1


2. 2. Norma hukum suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
Dalam hal ini Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber hukum di
Indonesia yang dijadikan sebagai cita-cita moral yang luhur yang terwujud dalam
kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia membentuk negara.

Dari uraian di atas, Pancasila pada hakekatnya bukanlah serta merta menjadi pedoman yang
langsung bersifat praksis dan normatif tetapi terlebih dahulu menjadi sistem nilai etika yang
merupakan sumber norma moral maupun norma hukum yang pada gilirannya harus
dijabarkan lebih lanjut dalam norma moral, norma hukum, dan norma etika dalam
kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan.

Ad 2 : Pengertian nilai, moral, norma dan etika

2.1.1. Pengertian nilai


Nilai atau value dalam bahasa Inggris merupakan kajian filsafat karena filsafat sering disebut
sebagai ilmu yang mempelajari tentang nilai-nilai. Nilai pada hakikatnya adalah sifat atau
hakikat atau kwalitas yang melekat pada suatu obyek atau kenyataan yang tersembunyi di balik
kenyataan-kenyataan yang lain. Sebagai contoh : bunga itu indah. Indah adalah kata sifat atau
kwalitas atau kenyatan yang tersembunyi. Dengan adanya kata indah maka kita mengerti
kwalitas bunga.
Menilai berarti menimbang suatu kegiatan manusia menghubungkan sesuatu dengan sesuatu
yang lain untuk mengambil keputusan. Keputusan itu disebut keputusan nilai yang dapat
menyatakan berguna atau tidak berguna, benatr atau tidak benar, baik atau tidak baik, indah
atau tidak indah. Keputusan nilai menggunakan unsur jasmani, akal, rasa, karsa dan
kepercayaan. Suatu keputusan dinyatakan bernilai apabila berharga, berguna, benar, indah, baik
dan yang positif lainnya.
Dalam nilai terkandung cita-cita, harapan-harapan, dambaan dambaan dan keharusan jadi
berbicara tentang nilai, berbicara yang ideal yaitu keserasian antara das solen dan das sein yaitu
kesamaan atau relevansi pemikiran dunia ideal dan praktek dunia realitas (yang ideal harus
menjadi yang real).

2.1.2. Hirarki nilai


Menurut Max Sceler dekelompokkan dalam 4 tingkatan nilai.
a. Nilai kenikmatan yaitu deretan nilai-nilai yang mengenakan dan tidak mengenakan, yang
menyebabkan orang senang atau menderita.

Pendidikan Pancasila, sesi 7 halaman 2


b. Nilai kehidupan yaitu nilai-nilai yang penting dalam kehidupan, seperti jasmani, kesehatan,
kesejahteraan umum.
c. Nilai kejiwaan dalam hal ini berkaitan tentang keindahan, kebenaran dan pengetahun yang
murni.
d. Nilai kerokhanian yaitu nilai yang suci dan tidak suci. Yang berkaitan dengan pribadi
seseorang.

2.1.3. Walter G. Everet


Mengolongkan manusiawi ke dalam 8 kelompok :
a. Nilai ekonomis (ditujukan oleh harga pasar dan meliputi semua benda yang dapat dibeli).
b. Nilai kejasmanian (membantu pada kesehatan, efisiensi, keindahan dan kehidupan badan).
c. Nilai hiburan (nilai permainan dan waktu senggang yang dapat menyumbangkan pada
pengayaan kehidupan).
d. Nilai sosial (bermula dari keutuhan kepribadian dan sosial yang diinginkan)
e. Nilai watak (keseluruhan dari keutuhan, kepribadian dan sosial yang diinginkan)
f. Nilai estetis (nilai keindahan dalam alam dan karya seni)
g. Nilai intelektual (nilai pengetahuan dan pengajaran kebenaran)
h. Nilai-nilai keagamaan (nilai-nilai tentang kesucian diri dan harapan di kemudian hari)

2.1.4. Notonagoro mengelompokkan 4 macam nilai :


a. Nilai kebenaran bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia
b. Nilai keindahan yang bersumber pada perasaan manusia
c. Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak manusia
d. Nilai religius yaitu nilai kerokhanian tertinggi dan mutlak bersumber pada kepercayaan dan
keyakinan manusia

Dari pendapat-pendapat di atas maka Prof. Dr. Kailan, Ms. menyimpulkan nilai menjadi
3 macam yaitu :
a. Nilai dasar disebut ontologis yang merupakan hakikat, esensi, intisari, makna terdalam dari
nilai-nilai tersebut. Nilai dasar ini bersifat universal karena menyangkut hakikat kenyataan
obyektif sebagai sesuatu. Misalnya hakikat Tuhan, manusia atau sesuatu. Berkaitan dengan
hakikat Tuhan maka nilai tersebut bersifat mutlak karena kausa prima (sebab pertama) yang
artinya segala sesuatu diciptakan dari Tuhan. Hakikat manusia atau disebut kodrat manusia
nilai-nilainya bersumber dari kehendak Tuhan sebagaimana Dia inginkan. Hakikat kodrat
manusia ini diberikan Tuhan hak dasar atau hak azasi. Demikian juga hakikat segala sesuatu

Pendidikan Pancasila, sesi 7 halaman 3


juga berasal dari Tuhan yang dibuat sesuai peruntukannya yang sudah ditentukan oleh
Tuhan.
b. Nilai instrumental. Nilai instrumental adalah realisasi terhadap nilai praksis berupa
formulasi atau parameter atau ukuran yang jelas. Nilai instrumental merupakan suatu
pedoman yang dapat diukur dan dapat diarahkan. Bila nilai instrumental berkaitan dengan
tingkah laku menusia disebut norma moral tetapi bila berkaitan dengan organisasi atau
negara disebut kebijaksanaan atau strategi. Dengan kata lain nilai instrumental merupakan
explisitasi dari nilai dasar.
c. Nilai praksis. Nilai praksis merupakan penjabaran lebuh lanjut dari penjabaran instrumental
atau perwujudan dari penjabaran instrumental namun tidak boleh menyimpang atau
bertentangan dengan nilai dasar.

2.2. Pengertian moral


Moral berasal dari kata mores (Yunani) yang artinya lurus, tidak bercacat, apa adanya. Moral
berkaitan dengan semua nilai yang membuat diri seseorang lurus tidak berbengkok baik dalam
fikiran, sikap, perilaku dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Moral merupakan nilai-nilai
integritas tentang apa adanya yang baik dalam diri seseorang, baik secara lahir, jasmaniah,
batiniah dan rohaniah. Moral berkaitan dengan ide, gagasan, pemikiran, sikap, perilaku,
perbuatan dan tindakan tidak bercacat menurut ukuran-ukuran umum manusia dalam kehidupan
bersama. Dengan demikian, moral dijadikan sebagai inspirasi untuk membuat tindakan manusia
yang menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan.

2.3. Pengertian norma


Norma berasal dari kata norm (Yunani, Inggris) yang berarti pegangan, pedoman, panutan,
kesepakatan. Norma ialah nilai yang timbul dari suatu kelompok masyarakat yang dijadikan
sebagai pedoman hidup bersama untuk mencapai keharmonisan hidup bersama. Norma
dijadikan oleh masyarakat sebagai memperkuat kehidupan harmonis bersama. Bila ada anggota
masyarakat yang melakukan pelanggaran terhadap ikatan, kesepakatan, pedoman bersama
tersebut maka kepada anggota masyarakat tersebut diberikan sanksi yang juga berdasarkan
kesepakatan bersama. Dari norma inilah kemudian dalam konteks kenegaraan difraksiskan
dalam bentuk norma hukum (perundang-undangan).

2.4. Pengertian etika


Etika berasal dari kata etik, ethos dalam khasanah filsafat termasuk falsafah yang
bersifat praktis. Filsafat praktis dibagi menjadi etika umum dan etika khusus. Juga bisa
kelompokan menjadi etika sosial dan juga etika individu. Etika berkaitan dengan

Pendidikan Pancasila, sesi 7 halaman 4


berbagai masalah-masalah predikat nilai seperti susila dan tidak susila, baik dan buruk.
Kwalitas-kwalitas ini dilawankan antara kebajikan dan kejahatan. Etika berkaitan
dengan prinsip-prinsip dasar yang benar dalam hubungan dengan tingkah laku manusia
yang dilawankan dengan prinsip-prinsip tidak benar dalam hubungan dengan tingkah
laku manusia. Etika mnejadi ukuran tertinggi dari semua nilai, moral dan norma dengan
kata lain etika adalah titik kulminasi proses transformasi dari nilai, moral dan norma.
Seseorang disebut beretika maka dalam dirinya telah berproses secara baik dan benar
nilai, moral dan norma. Seseorang disebut tidak beretika kalau dalam dirinya tidak
menghargai nilai, cacat moral, dan melawan norma.

Demikian materi PBM kali ini disampaikan, bila ada pertanyaan agar disampaikan. Terima kasih.

Pendidikan Pancasila, sesi 7 halaman 5

Anda mungkin juga menyukai