Anda di halaman 1dari 11

PANCASILA SEBAGAI SISTEM NILAI, NORMA DAN ETIKA

1. NILAI
PENGERTIAN NILAI
Dalam Dictionary Of Socialogy and Related Sciences, dikemukakan bahwa nilai kemampuan
yang dipercayai yang ada pada benda untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang
menyebabkan menarik minat atau kelompok.
Nilai
Cita-cita Harapan Dambaan
Ideal
Das Sollen -> Das sein
= Sesuatu dikatakan memiliki nilai apabila sesuatu itu berguna, benar, indah, baik dan
religious (Ujang Chandra 2016-108)
Menurut Notonegoro
a. Nilai Material = segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani atau material
b. Nilai Vit = segala seuatu yang berguna bagi manusia untuk kegiatan atau aktivitas
c. Nilai Kerohanian = segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia, meliputi 4
macam :
1). Nilai kebenaran
2). Nilai keindahan
3). Nilai kebaikan
4). Nilai religious
2. ETIKA
Etika = ethics
Berasal dari Bahasa Yunani ethikos (moral) dan ethos (sifat) yang merujuk pada nilai-
nilai atau aturan-aturan tingkah laku yang ditentukan oleh sesuatu kelompok atau
perorangan.
Bertens menyatakan bahwa etika dan moral sama-sama berati adat kebiasaan
Etika dari Bahasa yunani
Moral dari Bahasa latin mos/mores

Menurut Mitcham dan Duvall Etika sebagai filsafat dibagi menjadi dua:
1. Normative ethics (filsafat moral), memberikan pedoman tentang perbuatan atas
tingkah laku, dengan istilah baik, buruk, salah dan benar
2. Metaethics (analytical atau critical ethics), mempelajari status dan nilai dari etika atau
moral yang digunakan dalam normative ethics, seperti apakah statusnya benar atau
salah atau nilainya bermanfaat dalam mengatur tingkah laku manusia

3. NORMA
Manusia adalah makluk individu dan makluk sosial
ARISTOTELES = Manusia adalah zoon politicon (Yunani), yaitu manusia adalah
makluk sosial dan berorganisasi
Kepentingan pribadi dapat dipenuhi melalui usaha masing-masing tanpa bertemu atau
berbenturan sebagaimana kepentingan antarpribadi mengingat banyaknya kepentingan antar
pribadi maka tidak mustahil akan terjadi konflik antar sesame manusia.
Konflik kepentingan terjadi apabila dalam mendapatkan atau mengejar kepentingan terjadi
apabila dalam mendapatkan atau mengejar kepentingan seseorang merugikan orang lain dan
dalam kehidupan Bersama konflik.
Untuk memulihkan masalah tersebut maka peran hukum tidak bisa dilepaskan sebagai
jembatan penyelesaian masalah yang terjadi di dalam masyarakat
Manusia dalam hidup di masyarakat perlu perlindungan kepentingan itu tercapai dengan
terciptanya pedoman atau peraturan hidup yang menentukan bagaimana manusia harus
bertingkah laku dalam masyarakat agar tidak merugikan orang lain dan diri sendiri
KAIDAH = NORMA
 Kaidah menurut Sudikno Mertokusumo
Tata kaidah dengan aspek kehidupan pribadi
1). Kaidah Agama, kaidah dari Tuhan yang berisi perintah dan larangan
2). Kaidah kesusilaan, peratutan hidup yang berasal dari suara hati manusia. Suara hati
manusia menentukan Perbuatan yang baik dan buruk.
 Tata kaidah dengan aspek kehidupan antar pribadi
1). Kaidah sopan santun atau adat, peraturan hiup yang timbul dari pergaulan dalam
maasyarakat tertentu
2). Kaidah hukum adalah peraturan yang dibuat secara resmi oleh penguasa masyarakat atau
penguasa negara mengukat semua orang yang berlakunya dapat dipaksakan

HUBUNGAN NILAI, NORMA DAN MORAL


Niali adalah kualitas dari sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan bagi kehidupan manusia
baik lahir maupun batin. Dalam kehidupan manusia nilai dijadikan landasan, alasan dan
motivasi dalam bersikap dan bertingkah laku baik disadari atau tidak.
Moral mengandung integritas dan martabat pribadi manusia. Derajad kepribadianmanusia
ditentukan oleh moralitas yang dimiliki

MORAL DAN ETIKA


 Moral
Moral merupakan wejanga, patokan, peraturan baik lisan maupun tulisan tentang bagaimana
manusia harus bertindak menjadi manusia yang baik dan apa yang tidak boleh dilakukan
manusia
 Etika
Etika merupakan cabang filsafat, yaitu pemikiran yang kritis dan mendasar tentang ajaran dan
pandangan moral tersebut. Etika tidak berwenang menentukan apa yang boleh dan apa yang
tidak boleh dilakukan manusia

PANCASILA SEBAGAI NILAI DASAR FONDAMENTAL BAGI


BANGSA INDONESIA
Pancasila sebagai filfasat negara serta filsafat hidup bangsa Indonesia pada hakikatnya
merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis, fundamental, dan menyeluruh. Oleh
karena itu sila-sila dalam Pancasila merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh, herarkis
dan sistematis.
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara republic Indonesia mengandung makna bahwa
dalam setiap aspek kehidupan, kebangsaan, kemasyarakatan dan kenegaraan harus
berdasarkan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, kerakyatan dan keadilan.

NILAI PANCASILA BERSIFAT OBJEKTIF


Rumusan nilai-nilai Pancasila merupakan hakikat terdalam yang menunjukan adanya nilai-
nilai yang umum/universal dan abstrak
Nilai-nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa Indonesia baik
dalam adat, kebudayan, kenegaraan dan agama.

NILAI PANCASILA SUBJEKTIF


Rumusan nilai-nilai Pancasila tibul dari bangsa Indonesia sebagai kasual materialistis.
Merupakan hasil pemikiran (kritis) serta refleksiologis bangsa Indonesia
Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat atau pandangan hidup bangsa Indonesia. Sehingga
meripakan jati diri banga dan diyakini sebagai sumber nilai kebenaran, kebaikan keadilan dan
kebikjasaan.

4 POKOK PIKIRAN DALAM PEMBUKAAN UUD 1945


Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum yang manifestasi tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 yang secara yurudis memiliki kedudukan sebagai pokok kaidah
negara yang fondamental yang didalamnya memuat nilai-nilai Pancasila dengan empat pokok
pikiran sebagai berikut
1. Pokok Pikiran Pertama
Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan
berdasar asas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Pokok Pikirin kedua
Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pokok pikiran ini
menempatkan suatu tujuan atau cita-cita yang ingin dicapai dalam pembukaan, dan
merupakan suatu kuasa finalis (sebab tujuan).
3. Pokok Pikiran Ketiga
Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas kerakyatan dan
permusyawaratan/perwakilan. Pokok pikiran ini dalam `pembukaan` mengandung
konsekuensi logis bahwa system negara yang terbentuk dalam Undang-Undang Dasar harus
berdasarkan atas kedaulatan rakyat dan berdasarkan permusyawaratan/perwakilan.
4. Pokok Pikiran Keempat
Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang maha Esa, menurut dasar kemanusiaaan yang adil
dan beradab. Hal ini menegaskan pokok pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa .

Pancasila Sebagai Sistem Etika


Pancasila sebagai sistem etika, di samping merupakan way of life bangsa Indonesia, juga
merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan tuntunan atau panduan
kepada setiap warga negara Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku.
Pancasila sebagai sistem etika, dimaksudkan untuk mengembangkan dimensi moralitas dalam
diri setiap individu sehingga memiliki kemampuan menampilkan sikap spiritualitas dalam
kehidupan  bermasycarakat, berbangsa, dan bernegara.
Moral
Pancasila sebagai sistem etika merupakan moral guidance yang dapat diaktualisasikan ke
dalam tindakan konkrit, yang melibatkan berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, sila-sila
Pancasila perlu diaktualisasikan lebih lanjut ke dalam putusan tindakan sehingga mampu
mencerminkan pribadi  yang saleh, utuh, dan berwawasan moral-akademis.
1. Konsep Pancasila sebagai Sistem Etika
a. Pengertian Etika
Etika dalam arti yang luas ialah ilmu yang membahas tentang kriteria baik dan
buruk (Bertens, 1997: 4--6).
Etika pada umumnya dimengerti sebagai pemikiran filosofis mengenai segala
sesuatu yang dianggap baik atau buruk dalam perilaku manusia. Keseluruhan
perilaku manusia dengan norma dan prinsip-prinsip yang mengaturnya itu kerap
kali disebut moralitas atau etika (Sastrapratedja, 2002: 81).
Etika selalu terkait dengan masalah nilai sehingga perbincangan tentang etika,
pada umumnya membicarakan tentang masalah nilai (baik atau buruk).
Menurut Lacey, ada enam pengertian nilai dalam penggunaan secara umum,
yaitu :
• Suatu kualitas atau tindakan yang berharga, kebaikan, makna atau
pemenuhan karakter untuk kehidupan seseorang.
• Suatu kualitas atau tindakan sebagian membentuk identitas seseorang
sebagai pengevaluasian diri, penginterpretasian diri,dan pembentukan
diri.
• Sesuatu yang fundamental yang dicari orang sepanjang hidupnya.
• Suatu kriteria fundamental bagi seseorang untuk memilih sesuatu yang
baik di antara berbagai kemungkinan tindakan.
• Suatu standar yang fundamental yang dipegang oleh seseorang ketika
bertingkah laku bagi dirinya dan orang lain.
• Suatu ”objek nilai”, suatu hubungan yang tepat dengan sesuatu yang
sekaligus membentuk hidup yang berharga dengan identitas kepribadian
seseorang. Objek nilai mencakup karya seni, teori ilmiah, teknologi,
objek yang disucikan, budaya,tradisi, lembaga, orang lain, dan alam itu
sendiri.
Sebagaimana pengertian butir kelima (5), yaitu sebagai standar fundamental yang
menjadi pegangan bagi seseorang dalam bertindak, merupakan kriteria yang penting
untuk mengukur karakter seseorang. Nilai sebagai standar fundamental ini pula yang
diterapkan seseorang dalam pergaulannya dengan orang lain sehingga perbuatannya
dapat dikategorikan etis atau tidak.

b. Aliran-aliran Etika
 Etika keutamaan atau etika kebajikan adalah teori yang mempelajari
keutamaan (virtue), artinya mempelajari tentang perbuatan manusia itu
baik atau buruk. Etika kebajikan ini mengarahkan perhatiannya kepada
keberadaan manusia, lebih menekankan pada What should I be?
 Etika teleologis adalah teori yang menyatakan bahwa hasil dari tindakan
moral menentukan nilai tindakan atau kebenaran tindakan dan dilawankan
dengan kewajiban.
 Etika deontologis adalah teori etis yang bersangkutan dengan kewajiban
moral sebagai hal yang benar dan bukannya membicarakan tujuan atau
akibat.
c. Etika Pancasila
Etika Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila Pancasila
untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di
Indonesia. Oleh karena itu, dalam etika Pancasila terkandung nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai
tersebut membentuk perilaku manusia Indonesia dalam semua aspek
kehidupannya.
Etika Pancasila itu lebih dekat pada pengertian etika keutamaan atau etika
kebajikan, meskipun corak kedua mainstream yang lain, deontologis dan
teleologis termuat pula di dalamnya.Namun, etika keutamaan lebih dominan
karena etika Pancasila tercermin dalam empat tabiat saleh, yaitu
kebijaksanaan,kesederhanaan, keteguhan, dan keadilan.

2. Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika kaitannya dengan problem bangsa


Indonesia
i. Pertama, hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa
Tuhan sebagai penjamin prinsip-prinsip moral.
ii. Kedua, hakikat sila kemanusiaan terletak pada tindakan kemanusiaan yang
mengandung implikasi moral diungkapkan dengan cara dan sikap yang adil dan
beradab sehingga menjamin tata pergaulan antarmanusia dan antar makhluk yang
bersendikan nilai-nilai kemanusiaan yang tertinggi, yaitu kebajikan dan kearifan.
iii. Ketiga, hakikat sila persatuan terletak pada kesediaan untuk hidup bersama
sebagai warga bangsa yang mementingkan masalah bangsa di atas kepentingan
individu atau kelompok.
iv. Keempat, hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah untuk
mufakat
v. Kelima, hakikat sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan
perwujudan dari sistem etika yang tidak menekankan pada kewajiban semata
(deontologis) atau menekankan pada tujuan belaka (teleologis), tetapi lebih
menonjolkan keutamaan (virtue ethics) yang terkandung dalam nilai keadilan itu
sendiri.
Diperlukannya Pancasila sebagai Sistem Etika
 Pertama, dekadensi moral yang melanda kehidupan masyarakat,terutama
generasi muda sehingga membahayakan kelangsungan hidup bernegara.
 Kedua, korupsi akan bersimaharajalela karena para penyelenggara negara tidak
memiliki rambu-rambu normatif dalam menjalankan tugasnya.
 Ketiga, kurangnya rasa perlu berkontribusi dalam pembangunan melalui
pembayaran pajak
 Keempat, pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM) dalam kehidupan
bernegara di Indonesia ditandai dengan melemahnya penghargaan seseorang
terhadap hak pihak lain.
 Kelima, kerusakan lingkungan yang berdampak terhadap berbagai aspek
kehidupan manusia, seperti kesehatan, kelancaran penerbangan, nasib generasi
yang akan datang, global warming, perubahan cuaca, dan lain
sebagainya

Menggali Sumber tentang Pancasila sebagai Sistem Etika


1. Sumber historis
 Pada zaman Orde Lama => Philosofische Grondslag atau Weltanschauung.
 Pada zaman Orde Baru => P-4 dan diinstitusionalkan dalam wadah BP-7
 Pada zaman Reformsi => Abuse of power, baik oleh penyelenggara negara
di legislatif, eksekutif, maupun yudikatif.

2. Sumber Sosiologis
Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem etika dapat ditemukan dalam
kehidupan masyarakat berbagai etnik di Indonesia. Misalnya, orang
Minangkabau dalam hal bermusyawarah memakai prinsip “bulat air oleh
pembuluh, bulat kata oleh mufakat”. Masih banyak lagi mutiara kearifan lokal
yang bertebaran di bumi Indonesia ini sehingga memerlukan penelitian yang
mendalam.

3. Sumber politis
Sumber politis Pancasila sebagai sistem etika terdapat dalam norma-norma
dasar (Grundnorm) sebagai sumber penyusunan berbagai peraturan
perundangan-undangan di Indonesia.
Pancasila sebagai sistem etika merupakan norma tertinggi (Grundnorm) yang
sifatnya abstrak, sedangkan perundang-undangan merupakan norma yang ada
di bawahnya bersifat konkrit.
Etika politik mengatur masalah perilaku politikus, berhubungan juga dengan
praktik institusi sosial, hukum, komunitas, struktur-struktur sosial, politik,
ekonomi.
Etika politik memiliki 3 dimensi, yaitu
1. tujuan,
2. sarana,
3. aksi

Esensi Pancasila sebagai Sistem Etika


Hakikat Pancasila sebagai sistem etika adalah sebagai berikut:
 Pertama, hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa 
Indonesia bahwa Tuhan sebagai penjamin prinsip-prinsip moral.
 Kedua, hakikat sila kemanusiaan terletak pada tindakan kemanusiaan 
yang mengandung implikasi moral diungkapkan dengan cara dan sikap 
yang adil dan beradab sehingga menjamin tata pergaulan antarmanusia dan antar
makhluk yang bersendikan nilai-nilai kemanusiaan yang tertinggi, yaitu kebajikan
dan kearifan. 
 Ketiga, hakikat sila persatuan terletak pada kesediaan untuk hidup bersama
sebagai warga bangsa yang mementingkan masalah bangsa di 
atas kepentingan individu atau kelompok.
 Keempat, hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah 
untuk mufakat
 Kelima, hakikat sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia 
merupakan perwujudan dari sistem etika yang tidak menekankan pada kewajiban
semata (deontologis) atau menekankan pada tujuan belaka (teleologis), tetapi lebih
menonjolkan keutamaan (virtue ethics) yang terkandung dalam nilai keadilan itu
sendiri.

Urgensi untuk pengembangan Pancasila sebagai Sistem Etika


 Pertama, meletakkan sila-sila Pancasila sebagai sistem etika
berarti menempatkan Pancasila sebagai sumber moral dan inspirasi bagi penentu
sikap, tindakan, dan keputusan yang diambil setiap warga negara.
 Kedua, Pancasila sebagai sistem etika memberi guidance bagi setiap warga negara
sehingga memiliki orientasi yang jelas dalam tata pergaulan baik lokal, nasional,
regional, maupun internasional.
 Ketiga, Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi dasar analisis bagi berbagai
kebijakan yang dibuat oleh penyelenggara negara sehingga tidak keluar dari semangat
negara kebangsaan yang berjiwa Pancasilais.
 Keempat, Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi filter untuk menyaring
pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan masyarakat sebagai dampak
globalisasi yang memengaruhi pemikiran warga negara.

Rangkuman
Pancasila sebagai sistem etika adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari silasila
Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara di Indonesia. Oleh karena itu, di dalam etika Pancasila terkandung nilai-
nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai
tersebut membentuk perilaku manusia Indonesia dalam semua aspek kehidupannya. 
Pentingnya pancasia sebagai sistem etika bagi bangsa Indonesia ialah menjadi rambu
normatif untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat,berbangsa, dan bernegara
di Indonesia
PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK


Pancasila sebagai dasar filsafat negara mendasari dan menjiwai semua proses penyelnggaraan
negara dalam berbagai bidang serta menjadi rujukan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam
bersikap dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari baik kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Kehidupan politik Indonesia selalu didasari oleh nilai-nilai Pancasila. Pancasila merupakan
landasan dan tujuan kehidupan politik bangsa kita. Dengan demikian proses pembangunan
politik yang sedang berlangsung di negara kita sekarang ini harus diarahkan pada proses
imlementasi sistem politik demokrasi Pancasila.

ETIKA POLITIK
 Filsafat teoritas
Membahas tentang makna hakiki segala sesuatu, anatara lain, manusia, alam, benda fisik, dan
juga tentang hakikat yang trensenden
 Filsafat Praktis
Membahas dan mempertanyakan aspek praktis dalam kehidupan manusia, yaitu etika yang
mempertanyakan dan membahas tanggung jawab dan kewajiban manusia, masyarakat,
bangsa dan negara, lingkungan alam, serta terhadap tuhannya

ETIKA POLITIK
 Etika umum
Mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap Tindakan manusia,
 Etika khsusus
Membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya dengan berbagai kehidupan manusia,
 Etika individual
Yang membahas kewajiban manusia terhadap diri sendiri serta melalui suara hati terhadap
tumannya. Dan
 Etika sosial
Membahas kewajiban dan norma-norma moral yang harus dipatuhi dalam hubungan sesame
manusia, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

POLITIK
Pengertian politik berasal dari kata “politics” yang memiliki makna bermacam-macam
kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses tujuan penentuan-
penentuan tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan pelaksanaan tujuan-tujuan itu.
Pengambilan keputusan (decision making)mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem
politik itu yang menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas
dari tujuan yang dipilih.
Thomas Jefferson, Etika politik adalah cabang dari filsafat politik yang membicarakan
perilaku atau perbuatan-perbuatan politik untuk dinilai dari segi baik dan buruknya. Filsafat
politik adalah seperangkat keyakinan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dibela
dan diperjuangkan oleh para penganutnya.

DIMENSI POLITIS MANUSIA


A. Manusia sebagai mahkluk individu dan sosial
 Paham Individualisme merupakan Paham Liberalisme yaitu paham sebagai manusia
Individu.
 Paham Kolektivisme sama dengan paham komunisme dan Sosialisme yaitu paham
sebagai mahkluk sosial.
Dalam filsafat Pancasila sifat serta ciri khas kebangsaan dan kenegaraan Indonesia, bukanlah
totalitas individualistis atau sosialitas, melainkan monodualistis. Secara moralitas negara
bukanlah hanya demi tujuan kepentingan individu-individu belaka dan juga dan juga bukan
demi kolektivitas
B. Dimensi kehidupan politis
Dalam kehidupan manusia jaminan atas kebebasan manusia baik sebagai makhluk individu
maupun sosial sulit untuk dilaksanakan, karena terjadinya benturan kepentingan diantra
mereka sehingga terdapat suatu kemungkinan terjadinya anarkisme dalam masyarakat.
Dimensi politis manusia adalah dimensi masyarakat sebagai keseluruhan. Sebuah keputusan
bersifat politis apabila diambil dengan memperhatikan masyarakat secara keseluruhan.
Pengertian dimensi politis manusia ini memiliki dua segi fundamental.

NILAI-NILAI PANCASILA
Nilai-nilai Pancasila sebagai sumber etika politik
Sebagai dasar filsafat negara Pancasila tidak hanya merupakan sumber peraturan perundang-
undangan melainkan juga sumber moralitas utama dalam hubungannya dengan legitiminasi
kekuasaan, hukum serta berbagai kebikajakan dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan.
Ketuhanan Yang Maha Esa serta sila kedua kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah
merupakan sumber nilai-nilai moral bagi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan
Negara pada prinsip merupakan persekutuan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa. Bangsa Indonesia merupakan bnagian dari umat manusia di dunia hidup Bersama
dalam suatu wilayah tertentu, dengan suatu cita-cita serta prinsip-prinsip hidup demi
kesejahteraan Bersama (sila III).
Negara berasal dari rakyat dan segala kebijaksanaan dan kekuasaan yang dilakukan
senantiasa untuk rakayat (sila IV). Oleh karena itu dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan
negara segala kebijaksanaan.
Tujuan etika politik ialah untuk mengarahkan kehidupan politik yang lebih baik, baik itu
secara Bersama-sama ataupun untuk orang lain, untuk membangun institusi yang Adil.

Nilai-nilai Pancasila sebagai sumber Etika Politik. Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan,
Negara menentut agar etika politik dalam berkuasa dapat menjalakan yang sesuai dengan
 Asas legalitas (legilitas hukum)
 Di sahkan dan dijalankan secara demokratis (legitimasi demokratis
 Dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip moral / tidak bertentangan dengannya
(legitimasi moral)

Nilai-nilai dalam Pancasila


1. Tatanan bermasyarakat nilai-nilai dasarnya seperti tidak boleh ada eksploitasi sesama
manusia, berperikemanusiaan dan berkeadilan sosial
2. Tatanan bernegara dengan sila dasar merdeka, berdaulat, Bersatu, adil dan Makmur
3. Tatanan Kerjasama antar negara atau tatanan luar negeri, dengan nilai tertib dunia,
kemerdekaan, perdamainan abadi dan keadilan sosial
4. Tatanan pemerintah daerah, dengan nilai permusyawaratan mengakui asal usul
keistimewaan daerah
5. Tatanan hidup beragama, kebebasan beribadah sesuai dengan agamangya masing-masing
6. Tatanan bela negara, hak dan kewajiban warga negara untuk membela negara
7. Tatanan Pendidikan, mencerdaskan kehidupan bangsa
8. Tatanan berserikat, berkumpul dan menyatakan pendapat
9. Tantanan hukum dan keikutsertaan dalam pemerintahan
10. Tatanan kesehjateraan sosial dengan nilai dasar kemakmuran masyarakat

Anda mungkin juga menyukai