Disusun Oleh :
1. Ahmad fergi
2. Ahmad nur ngaziz
3. Annisa nur setiyati
4. Fajar yunianto
5. Heni septiyana
6. Maulidatul mukarromah a
7. Ririn septiani
8. widianto
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
2015
KATA PENGANTAR
Pujisyukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas Rahmatnya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang membahas tentang NILAI MORAL DAN
NORMA.
Terimakasih kami ucapkan kepada para pengajar atas bimbingan dan pendidikan
yang diberikansehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Kami sadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaannya.
Yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami
yang sedang menempuh pendidikan dan dapat dijadikan pelajaran bagi teman-teman dan
kami khususnya.
Wonosobo, 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengamalan atau praktek Pancasila dalam berbagai kehidupan dewasa ini memang
sudah sangat sulit untuk ditemukan. Tidak terkecuali dikalangan intelektual dan kaum
elit politik bangsa Indonesia tercinta ini. Aspek kehidupan berpolitik, ekonomi, dan
hukum serta hankam merupakan ranah kerjanya Pancasila di dunia Indonesia yang
sudah menjadi dasar Negara dan membawa Negara ini merdeka hingga. Secara hukum
Indonesia memang sudah merdeka selama itu, namun jika kita telaah secara individu
(minoritas) hal itu belum terbukti. Masih banyak penyimpangan yang dilakukan para elit
politik dalam berbagai pengambilan keputusan yang seharusnya menjungjung tinggi
nilai-nilai Pancasila dan Keadilan bagi seluruh warga Negara Indonesia. Keadilan yang
seharusnya mengacu pada Pancasila dan UUD 1945 yang mencita-citakan rakyat yang
adil dan makmur sebagaimana mana termuat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 1
dan 2 hilanglah sudah ditelan kepentingan politik pribadi.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai
sehingga merupakan suatu nilai sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran
norma baik norma hukum, norma moral maupun norma kenegaraan lainnya. Dalam
Filsafat Pancasila terkandung didalamnya suatu pemikiran-pemikiran yang bersifat
kritis, mendasar, rasional, sistematis dan komprehensif (menyeluruh) dan sistem
pemikiran ini merupakan suatu nilai. Oleh karena itu suatu pemikiran filsafat tidak
secara langsung menyajikan noram-norma yang merupaka pedoman dalam tindakan
atau suatu aspek praksis melainkan suatu nilai-nilai yang bersifat mendasar.
Sebagai suatu nilai, Pancasila merupakan dasar-dasar yang bersifat fundamental
dan universal bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat, berbangasa dan
bernegara. Adapun manakala nilai-nilai tersebut akan dijabarkan dalam kehidupan yang
bersifat praksis atau kehidupan yang nyata dalam masyarakat bangsa, maupun negara
mkaa nilai-nilai tersebut kemudian dijabarkan dalam suatu norma-norma yang jelas
sehingga merupakan suatu norma pedoman.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian nilai, moral dan norma
2. Apakah pengertian nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praksis
3. Bagaimana pancasila sebagai nilai dasar fundamental bagi bangsa dan negara RI
4. Menjelaskan bagaimana makna nilai-nilai setiap sila pancasila
5. Bagaimanakah etika politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
C. Tujuan
1. Mampu memahami dan menjelaskan pengertian nilai, moral dan norma
2. Mampu memahami dan menjelaskan pengertian nilai dasar, nilai instrumental dan
nilai praksis
3. Mampu memahami dan menjelaskan pancasila sebagai nilai dasar fundamental
bagi bangsa dan negara RI
4. Mampu memahami dan menjelaskan makna nilai-nilai setiap sila pancasila
5. Mampu memahami dan menjelaskan etika politik dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
6. Mampu mengamalkan nilai-nilai dari pancasila dalam kehidupan sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN
Robert W. Richey sebagaimana dikutip oleh T. Sulistyono (1991: 15) membagi nilai
menjadi tujuh macam, yaitu:
1. nilai intelektual
2. nilai personal dan fisik
3. nilai kerja
4. nilai penyesuaian
5. nilai sosial
6. nilai keindahan,
7. nilai rekreasi.
Sementara itu Notonagoro membagai nilai menjadi tiga macam, yaitu :
1. nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani
manusia
2. nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
mengadakan kegiatan atau aktivitas
3. nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia,
yang
meliputi :
a. nilai kebenaran atau kenyataan-kenyataan yang bersumber pada unsur
akal manusia (rasio, budi, cipta)
b. nilai keindahan yang bersumber pada rasa manusia (perasaan, estetis)
c. nilai kebaikan atau moral yang bersumber pada kehendak atau kemauan
manusia (karsa, etis)
d. nilai relegius yang merupakan nilai Ketuhanan, nilai kerohanian yang
tertinggi dan mutlak
2. MORAL
Moral berasal dari kata bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan. Kata mores
ini mempunyai sinonim mos, moris, manner mores atau manners, morals. Dalam
bahasa Indonesia,kata moral berarti akhlak (bahasa Arab) atau kesusilaan yang
mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi
pembimbing tingkah laku batin dalam hidup. Kata moral ini dalam bahasa Yunani
sama dengan ethos yang menjadi etika. Secara etimologis, etika adalah ajaran
tentang baik buruk, yang diterima masyarakat umum tentang sikap, perbuatan,
kewajiban, dan sebagainya.
Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan
manusia. Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku
di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan
masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu
juga sebaliknya. Jadi moral adalah tata aturan norma-norma yang bersifat abstrak
yang mengatur kehidupan manusia untuk melakukan perbuatan tertentu dan sebagai
pengendali yang mengatur manusia untuk menjadi manusia yang baik.
3. NORMA
Norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan
dalam hidup sehari-hari, berdasarkan suatu alasan (motivasi) tertentu dengan disertai
sanksi. Sanksi adalah ancaman/akibat yang akan diterima apabila norma tidak
dilakukan (Widjaja, 1985: 168).
Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai mahluk budaya, moral, religi,
dan sosial. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki
oleh tata nilai untuk dipatuhi. Oleh karena itu norma dalam perwujudannya norma
agama, norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum dan norma sosial. Norma
memiliki kekuatan untuk dipatuhi karena adanya sanksi.
2. Nilai Instrumental
Nilai instrumental adalah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan dari
nilai dasar. Nilai dasar belum dapat bermakna sepenuhnya apabila belum
memiliki formulasi serta parameter atau ukuran yang jelas dan konkrit.
Apabila nilai instrumental itu berkaitan dengan tingkah laku manusia dalam
kehidupan sehari-hari makan itu akan menjadi norma moral. Namun apabila
nilai instrumental itu berkaitan dengan suatu organisasi atau Negara, maka
nilai instrumental itu merupakan suatu arahan, kebijakan, atau strategi
yangbersumber pada nilai dasar sehingga dapat juga dikatakan bahwa nilai
instrumental itu merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar. Dalam
kehidupan ketatanegaraan Republik Indonesia, nilai-nilai instrumental dapat
ditemukan dalam pasal-pasal undang-undang dasar yang merupakan
penjabaran Pancasila.
3. Nilai Praksis
Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam
kehidupan yang lebih nyata dengan demikian nilai praksis merupakan
pelaksanaan secara nyata dari nilai-nilai dasar dan nilai-nilai instrumental.
4. Arti dan Makna Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan Perwakilan
Permusyarawatan Perwakilan Kata rakyat yang menjadi dasar Kerakyatan, yaitu
sekelompok manusia yang berdiam dalam satu wilayah tertentu. Sila ini bermaksud
bahwa Indonesia menganut system demokrasi, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Hal ini berarti bahwa kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan berarti bahwa rakyat dalam melaksanakan tugas
kekuasaannya ikut dalam pengambilan keputusan-keputusan. Sebagaimana
dinyatakan dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yaitu, “… maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia, yang berkedaulatan rakyat …”. Selanjutnya lihat
dalam pokok pasal-pasal UUD 1945.
Makna lain :
Hakikat sila ini adalah demokrasi.
Permusyawaratan, artinya mengusahakan putusan bersama secara bulat, baru
sesudah itu diadakan tindakan bersama.
Dalam melaksanakan keputusan diperlukan kejujuran bersama.
5. Arti dan Makna Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan social berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat disegala bidang
kehidupan, baik materiil maupun spiritual. Seluruh rakyat berarti semua warga Negara
Indonesia baik yang tinggal didalam negeri maupun yang di luar negeri. Hakikat
keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia dinyatakan dalam alinea kedua
Pembukaan UUD 1945, yaitu “Dan perjuangan kemerdekaan kebangsaan Indonesia
… Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”.
Selanjutnya dijabarkan dalam pasalpasal UUD 1945. Pola pikir untuk membangun
kehidupan berpolitik yang murni dan jernih mutlak dilakukan sesuai dengan kelima sila
yang telah dijabarkan diatas. Yang mana dalam berpolitik harus bertumpu pada
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
permusyarawatan/Perwakilan dan dengan penuh keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia tampa pandang bulu. Nilai-nilai Pancasila tersebut mutlak harus dimiliki oleh
setiap penguasa yang berkuasa mengatur pemerintahan, agar tidak menyebabkan
berbaghai penyimpangan seperti yang sering terjadi dewasa ini. Seperti tindak pidana
korupsi, kolusi dan nepotisme, penyuapan, pembunuhan, terorisme, dan
penyalahgunaan narkotika sampai perselingkuhan dikalangan elit politik yang menjadi
momok masyarakat.
Makna lain:
Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan meningkat.
Seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakan bagi kebahagiaan bersama
menurut potensi masing-masing.
Melindungi yang lemah agar kelompok warga masyarakat dapat bekerja sesuai
dengan bidangnya.
A. Kesimpulan
Kita harus mengerti bagaimana politik itu sendiri yang seharusnya dilaksanakan sesuai
dengan amanah pancasila, tudak bertentangan dan bukan bagaimana pancasila
dipolitikkan oleh para penguasa negara khususnya negara Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Tanireja, T., dkk, 2014. Kedudukan dan Fungsi Pancasila bagi Bangsa dan Negara
Indonesia, Purwokerto: Alfabeta Bandung
Notonegoro. 1995. pancasila secara ilmiah populer. Jakarta: Bumi Aksara.
Jarmanto. 1982. Pancasila Suatu Tujuan Aspek Histotis dan Sosiopolitis.yogyakarta: Liberty.
Salam, Burhanuddin. 1985. Filsafat pancasilaisme. Bandung: Bina Aksara.
Kaelan. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: paradigma