Anda di halaman 1dari 9

MANUSIA, NILAI, MORAL DAN HUKUM

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia,nilai moral,dan hukum merupakan sesuatu yang sangat mendasar dalam

kehidupan manusia dalam berinteraksi dalam masyarakat.Manusia,nilai,moral dan

hukum semua aspek ini tentunya saling berhubungan dan punya kaitan yang sangat

erat.Ketika manusia menegakkan pilar-pilar ini,kehidupan yang harmonis akan

tercipta dengan mengedepankan pendidikan agama dan moral,sehingga manusia

punya etika,nilai, serta nilai-nilai kebaikan yang diharapkan mampu menjadi pribadi

yang menjujung tinggi rasa peduli sekitar dan cinta tanah air.

Pendidikan moral berangkat dari kelurga,orang tua menjadi pendidik utama setiap

pribadi yang tentunya nanti akan terjun bermasyarakat. Selanjutnya menjadi tugas

para akademisi untuk membimbing di lingkup akademik,di Indonesia sendiri wajib

pendidikan itu 12 tahun lamanya. Secara umum ada tiga lingkungan yangsangat

kondusif untuk melaksanakan pendidikan moral yaitu lingkungan

keluarga,lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat. Hal-hal yang juga perlu

diperhatikan dalam pendidikan moral dilingkungan keluarga adalah penanaman nilai-

nilai kejujuran, kedisiplinan dantanggung jawab dalam segenap aspek.


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MANUSIA, NILAI, MORAL DAN HUKUM

I. Pengertian Manusia

Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin),

yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu menguasai

makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah

fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.

Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup

(living organism)..

Manusia adalah makhluk yang sosial,dalam ilmu sosiologi manusia

mempunyai sifat gregariousness yaitu dapat diartikan sebagai suatu naluri manusia

dalam bentuk dorongan atau keinginan manusia untuk selalu hidup, berbaur dan

berinteraksi dengan individu lainnya.

Malinowski(1949), salah satu tokoh ilmu Antropologi dari Polandia

menyatakan bahwa ketergantungan individu terhadap individu lain dalam

kelompoknya dapat terlihat dari usaha-usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan

biologis dan kebutuhan sosialnya yang dilakukan melalui perantaraan kebudayaan.

Rasa aman secara khusus tergantung kepada adanya system perlindungan dalam

rumah,pakaian dan peralatan. Perlindungan secara umum, dalam pengertian

gangguan/kelompok lain akan lebih mudah diwujudkan kalau manusia berkelompok.


Untuk menghasilkan keamanan dan kenyamanan hidup berkelompok ini, diciptakan

aturan-aturan dan kontrol-kontrol social tentang apa yang boleh dan yang tidak boleh

dilakukan oleh setiap anggota kelompok. Selain itu ditentukan pula siapa yang berhak

mengatur kehidupan kelompok untuk tercapainya tujuan bersama.

II. Pengertian Nilai

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan

berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna

bagi kehidupan manusia.

Sifat-sifat nilai adalah Sebagai berikut :

a. Nilai itu suatu relitas abstrak dan ad dalam kehidupan manusia. Nilai yang bersifat

abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati hanyalah objek yang bernilai itu.

b. Nilai memiliki sifat normative, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita dan suatu

keharusan.

c. Nilai berfungsi sebagai daya dorong dan manusia adalah pendukung nilai. Manusia

bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang diyakininya.

Menurut Cheng(1995): Nilai merupakan sesuatu yang potensial,dalam arti

terdapatnya hubungan yang harmonis dan kreatif ,sehingga berfungsi untuk

menyempurnakan manusia (dalam Lasyo,1999,hlm.1), sedangkan Menurut

Lasyo(1999,hlm.9)sebagai berikut: Nilai bagi manusia merupakan landasan atau

motivasidalam segala tingkah laku atau perbuatannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa

nilai yaitu sesuatu yang menjadi etika atau estetika yang menjadi pedoman dalam

berperilaku.
Manusia sebagai makhluk yang bernilai akan memaknai nilai dalam dua

konteks yakni objektif dan subjektif

III. Pengertian Moral

Moral berasal dari kata bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan.Kata

mores ini mempunyai sinonim mos,moris,manner mores atau manners,morals. Dalam

bahasa Indonesia,kata moral berarti akhlak (bahasa Arab)atau kesusilaan yang

mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi

pembimbing tingkah laku batin dalam hidup.

Kata moral ini dalam bahasa Yunani sama dengan ethos yang menjadi etika.

Secara etimologis ,etika adalah ajaran tentang baik buruk, yang diterima masyarakat

umum tentang sikap,perbuatan,kewajiban,dan sebagainya.

Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses

sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses

sosialisasi.Moral adalah tata aturan norma-norma yang bersifat abstrak yang mengatur

kehidupan manusia untuk melakukan perbuatan tertentu dan sebagai pengendali yang

mengatur manusia untuk menjadi manusia yang baik.

IV. Pengertian Hukum

Hukum adalah suatu peraturan atau ketentuan yang dibuat, baik secara tertulis

maupun tidak tertulis, dimana isinya mengatur kehidupan bermasyarakat dan

terdapat sanksi/ hukuman bagi pihak yang melanggarnya. Peraturan hukum

ditetapkan oleh lembaga atau badan yang berwenang untuk itu. Peraturan hukum

tidak dibuat oleh setiap orang melainkan oleh lembaga atau badan yang memang
memiliki kewenangan untuk menetapkan suatu aturan yang bersifat mengikat bagi

masyarakat luas.

Di indonesia hukum dibagi menjadi beberapa jenis : Hukum pidana,hukum

perdata,dan hukum acara.

B. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN NILAI

Nilai memiliki polaritas dan hirarki, antara lain:

1. Nilai menampilkan diri dalam aspek positif dan aspek negatif .

2. Nilai tersusun secara hierarkis yaitu hierarki urutan pentingnya.

Nilai (value) biasanya digunakan untuk menunjuk kata benda abstrak yang dapat

diartikan sebagai keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness). Notonagoro

membagi hierarki nilai pokok yaitu:

a. Nilai material yaitu sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia

b. Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat

mengadakan kegiatan atau aktivitas.

c. Nilai kerohanian yaitu sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.

Hal-hal yang mempunyai nilai tidak hanya sesuatu yang berwujud (benda

material) saja, bahkan sesuatu yang immaterial seringkali menjadi nilai yang sangat tinggi

dan mutlak bagi manusia seperti nilai religius. Nilai juga berkaitan dengan cita-cita,

keinginan, harapan, dan segala sesuatu pertimbangan internal (batiniah) manusia.

Dengan demikian nilai itu tidak konkret dan pada dasarnya bersifat subyektif.

Nilai yang abstrak dan subyektif ini perlu lebih dikonkretkan serta dibentuk menjadi lebih

objektif. Wujud yang lebih konkret dan objektif dari nilai adalah norma/kaedah.
Ada beberapa macam norma/kaedah dalam masyarakat, yaitu:

1. Norma kepercayaan atau keagamaan

2. Norma kesusilaan

3. Norma sopan santun/adab

4. Norma hukum

Nilai dan norma selanjutnya berkaitan dengan moral. Makna moral yang

terkandung dalam kepribadian seseorang itu tercermin dari sikap dan tingkah lakunya.

Bisa dikatakan manusia yang bermoral adalah manusia yang sikap dan tingkah lakunya

sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

C. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN MORAL

Moral yang pengertiaannya sama dengan etika dalam makna nilai-nilai dan

norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalammengatur

tingkah lakunya. Dalam ilmu filsafat moral banyak unsur yang dikajisecara kritis, di

landasi rasionalitas manusia seperti sifat hakiki manusia, prinsip kebaikan,

pertimbangan etis dalam pengambilan keputusan terhadap sesuatu dansebagainya.

Moral lebih kepada sifat aplikatif yaitu berupa nasehat tentang hal-halyang baik.

Ada beberapa unsur dari kaidah moral yaitu :

a. Hati Nurani Merupakan fenomena moral yang sangat hakiki.

b. Kebebasan dan tanggung jawab.

c. Nilai dan Norma Moral.Kualitas hukum terletak pada bobot moral yang menjiwainya.

Tanpa moralitas hukum tampak kosong dan hampa (Dahlan Thaib,h.6). Namun

demikian perbedaan antara hukum dan moral sangat jelas.


Perbedaan antara hukum dan moral menurut K.Berten :

1. Hukum lebih dikodifikasikan daripada moralitas, artinya dibukukan secara sistematis

dalam kitab perundang-undangan. Oleh karena itu norma hukum lebih memiliki

kepastian dan objektif dibanding dengan norma moral. Sedangkan norma moral lebih

subjektif dan akibatnya lebih banyak ‘diganggu’ oleh diskusi yang yang mencari

kejelasan tentang yang harus dianggap utis dan tidak etis.

2. Meski moral dan hukum mengatur tingkah laku manusia, namun hukum membatasi

diri sebatas lahiriah saja, sedangkan moral menyangkut juga sikap batin seseorang.

3. Sanksi yang berkaitan dengan hukum berbeda dengan sanksi yang berkaitan dengan

moralitas. Hukum untuk sebagian besar dapat dipaksakan,pelanggar akan terkena

hukuman.

4. Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara.

Meskipun hukum tidak langsung berasal dari negara seperti hukum adat, namun

hukum itu harus di akui oleh negara supaya berlaku sebagai hukum.moralitas

berdasarkan atas norma-norma moral yang melebihi pada individu dan masyarakat.

Dengan cara demokratis atau dengan cara lain masyarakat dapat mengubah hukum,

tapi masyarakat tidak dapat mengubah atau membatalkan suatu norma moral. Moral

menilai hukum dan tidak sebaliknya.

D. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN HUKUM


Manusia dan hukum adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan. Untuk

mewujudkan keteraturan, maka mula-mula manusia membentuk suatu struktur tatanan

(organisasi) di antara dirinya yang dikenal dengan istilah tatanan sosial (social order)

yang bernama: masyarakat. Guna membangun dan mempertahankan tatanan sosial

masyarakat yang teratur ini, maka manusia membutuhkan pranata pengatur yang

terdiri dari dua hal: aturan (hukum) dan si pengatur(kekuasaan).

E. PROBLEMATIKA PEMBINAAN NILAI MORAL

a. Pengaruh Kehidupan Keluarga dalam Pembinaan Nilai Moral

b. Pengaruh Teman Sebaya terhadap Pembinaan Nilai Moral

c. Pengaruh Figur Otoritas terhadap Perkembangan Nilai Moral Individu

d. Pengaruh Media Telekomunukasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral

e. Pengaruh Media Elektronik dan Internet terhadap Pembinaan Nilai Moral

F. PROBLEMATIKA HUKUM DI INDONESIA

Problema paling mendasar dari hukum di Indonesia adalah manipulasi atas

fungsi hokum oleh pengemban kekuasaan.

Problem akut dan mendapat sorotan lain adalah:

1. Aparatur

2. Peneggakkan

3. Kepercayaan

4. Para pembentuk
5. Kurang diperhatikannya kebutuhan

Problem berikutnya adalah hukum di Indonesia hidup di dalam masyarakat

yang tidak berorientasi kepada hukum. Akibatnya hukum hanya dianggap

sebagai representasi dan simbol negara yang ditakuti. Keadilan kerap berpihak

pada mereka yang memiliki status sosial yang lebih tinggi dalam masyarakat.

Contoh kasus adalah kasus ibu Prita Mulyasari.

Pekerjaan besar menghadang bangsa Indonesia di bidang hukum. Berbagai

upaya perlu dilakukan agar bangsa dan rakyat Indonesia sebagai pemegang

kedaulatan dapat merasakan apa yang dijanjikan dalam hukum.

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Manusia, nilai, moral dan hukum adalah suatu hal yang saling berkaitan dan

saling menunjang. Sebagai warga negara kita perlu mempelajari, menghayati dan

melaksanakan dengan ikhlas mengenai nilai, moral dan hukum agar terjadi

keselarasan dan harmoni kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai