Disusun oleh :
Muhammad Ziyad
Nabila Maharani
Nurul Azmi Maulida
Reka Faturachman
Rizki Gunawan
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum” yang telah kami susun dengan maksimal.
Kami ucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang mendukung dan
membantu kami dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada dosen kami Bapak
dr. Awang Darmawan, M.M karena telah banyak memberikan ilmu pengetahuan dan
membimbing kami. Dan pihak lain yang juga telah menunjang kami dalam penyelesaian
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima saran dan kritik dari kalian semua agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap para pembaca.
2
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang................................................................................................4
C. Tujuan ............................................................................................................5
Bab II Pembahasan
C. Problematika Nilai, Moral dan Hukum dalam Masyarakat dan Bernegara .....12
Kesimpulan .........................................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia, nilai, moral, dan hukum merupakan sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan. Masalah-masalah serius yang dihadapi bangsa Indonesia berkaitan dengan
nilai, moral, dan hukum antara lain mengenai kejujuran, keadilan, menjilat, dan
perbuatan negatif lainnya sehingga perlu dikedepankan pendidikan agama dan moral
karena dengan adanya panutan, nilai, bimbingan, dan moral dalam diri manusia akan
sangat menentukan kepribadian individu atau jati diri manusia, lingkungan sosial dan
kehidupan setiap insan. Pendidikan nilai yang mengarah kepada pembentukan moral
yang sesuai dengan norma kebenaran menjadi sesuatu yang esensial bagi
pengembangan manusia yang utuh dalam konteks sosial.
Pendidikan moral tidak hanya terbatas pada lingkungan akademis, tetapi dapat
dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja. Secara umum ada tiga lingkungan yang
sangat kondusif untuk melaksanakan pendidikan moral yaitu lingkungan keluarga,
lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat. Peran keluarga dalam pendidikan
mendukung terjadinya proses identifikasi, internalisasi, panutan dan reproduksi
langsung dari nilai-nilai moral yang hendak ditanamkan sebagai pola orientasi dari
kehidupan keluarga. Hal-hal yang juga perlu diperhatikan dalam pendidikan moral di
lingkungan keluarga adalah penanaman nilai-nilai kejujuran, kedisiplinan dan tanggung
jawab dalam segenap aspek.
4
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Manusia
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin),
yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu menguasai
makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta,
sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Manusia adalah makhluk yang tidak dapat dengan segera menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Nilai
Nilai dapat diartikan sebagai sifat atau kualitas dari sesuatu yang bermanfaat
bagi kehidupan manusia baik lahir maupun batin. Bagi manusia nilai dijadikan sebagai
landasan, alasan atau motivasi dalam bersikap dan bertingkah laku, baik disadari
maupun tidak.
Moral
6
Hukum
Terdapat beberapa bidang filsafat yang ada hubungannya dengan cara manusia
mencari hakikat sesuatu, satu di antaranya adalah aksiologi (filsafat nilai) yang
mempunyai dua kajian utama yakni estetika dan etika. Keduanya berbeda karena
estetika berhubungan dengan keindahan sedangkan etika berhubungan dengan baik
dan salah, namun karena manusia selalu berhubungan dengan masalah keindahan,
baik, dan buruk bahkan dengan persoalan-persoalan layak atau tidaknya sesuatu,
maka pembahasan etika dan estetika jauh melangkah ke depan meningkatkan
kemampuannya untuk mengkaji persoalan nilai dan moral tersebut sebagaimana
mestinya.
1. Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
2. Etika berarti juga kumpulan asas atau nilai moral (kode etik).
3. Etika mempunyai arti ilmu tentang yang baik dan yang buruk (filsafat moral).
7
Norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam
suatu kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Norma akan berkembang
seiring dengan kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya, sering juga disebut
dengan peraturan sosial. Norma menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan
dalam menjalani interaksi sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat
memaksa individu atau suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial
yang telah terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara manusia
dalam masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan.
Manusia sebagai makhluk yang bernilai akan memaknai nilai dalam dua konteks,
pertama akan memandang nilai sebagai sesuatu yang objektif, apabila dia memandang
nilai itu ada meskipun tanpa ada yang menilainya. Kedua, memandang nilai sebagai
sesuatu yang subjektif, artinya nilai sangat tergantung pada subjek yang menilainya
Pertama, apakah objek itu memiliki nilai karena kita mendambakannya, atau kita
mendambakannya karena objek itu memiliki nilai Kedua, apakah hasrat, kenikmatan,
perhatian yang memberikan nilai pada objek, atau kita mengalami preferensi karena
kenyataan bahwa objek tersebut memiliki nilai mendahului dan asing bagi reaksi
psikologis badan organis kita. (Frondizi, 2001, hlm. 19-24).
Kualitas primer yaitu kualitas dasar yang tanpanya objek tidak dapat menjadi ada,
sama seperi kebutuhan primer yang harus ada sebagai syarat hidup manusia,
sedangkan kualitas sekunder merupakan kualitas yang dapat ditangkap oleh
pancaindera seperti warna, rasa, bau, dan sebagainya, jadi kualitas sekunder seperti
8
halnya kualitas sampingan yang memberikan nilai lebih terhadap sesuatu yang
dijadikan objek penilaian kualitasnya.
Nilai itu penting bagi manusia, apakah nilai itu dipandang dapat mendorong
manusia karena dianggap berada dalam diri manusia atau nilai itu menarik manusia
karena ada di luar manusia yaitu terdapat pada objek, sehingga nilai lebih dipandang
sebagai kegiatan menilai. Nilai itu harus jelas, harus semakin diyakini oleh individu dan
harus diaplikasikan dalam perbuatan.
Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup (the
living law) dalam masyarakat, yang tentunya sesuai pula atau merupakan pencerminan
dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tersebut.
Manusia dan hukum adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan
dalam ilmu hukum, terdapat adagium yang terkenal yang berbunyi: “Ubi societas ibi jus”
(di mana ada masyarakat di situ ada hukumnya). Artinya bahwa dalam setiap
pembentukan suatu bangunan struktur sosial yang bernama masyarakat, maka selalu
akan dibutuhkan bahan yang bersifat sebagai “semen perekat” atas berbagai
komponen pembentuk dari masyarakat itu, dan yang berfungsi sebagai “semen
perekat” tersebut adalah hukum.
9
Untuk mewujudkan keteraturan, maka mula-mula manusia membentuk suatu
struktur tatanan (organisasi) di antara dirinya yang dikenal dengan istilah tatanan sosial
(social order) yang bernama: m a s y a r a k a t. Guna membangun dan
mempertahankan tatanan sosial masyarakat yang teratur ini, maka manusia
membutuhkan pranata pengatur yang terdiri dari dua hal: aturan (hukum) dan si
pengatur(kekuasaan).
Hukum tidak akan berarti tanpa dijiwai moralitas, hukum akan kosong tanpa
moralitas. Oleh karena itu kualitas hukum harus selalu diukur dengan norma moral dan
perundang-undangan yang immoral harus diganti.
Meskipun hubungan hukum dan moral begitu erat, namun hukum dan moral
tetap berbeda, sebab dalam kenyataannya mungkin ada hukum yang bertentangan
dengan moral atau ada undang-undang yang immoral, yang berarti terdapat
ketidakcocokan antara hukum dengan moral
10
B. KEADILAN, KETERTIBAN, DAN KESEJAHTERAAN
3. Hak dan kewajiban untuk menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran yang merata.
1. Tidak memihak
2. Sama hak
11
2. Kezaliman yaitu keadaan yang tidak lagi menghargai, menghormati hak-hak orang
lain, sewenang-wenang merampas hak orang lain demi keserakahan dan kepuasan
nafsu.
Macam-macam Keadilan :
Dalam suatu komunitas yang adil, setiap orang menjalankan pekerjaan menurut
sifat dasar yang paling cocok baginya (the man behind the gun). Rasa keadilan akan
terwujud bila setiap individu melakukan fungsinya sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya, keadilan tidak akan terjadi bila ada intervensi pada pihak lain dalam
melaksanakan tugas kemasyarakatan dan hal ini dapat memicu pertentangan, konflik
dan ketidakserasian.
2. Keadilan Distributive
Keadilan akan terlaksana bila hal yang sama diperlukan secara sama dan hal
yang tidak sama diperlakukan secara tidak sama diperlakukan secara tidak sama
(justice is done when equals are treated equally). Contoh : gaji pegawai lulusan SMU
dan sarjana harus dibedakan.
Perilaku atau perbuatan manusia, baik secara pribadi maupun hidup bernegara
terikat pada norma moral dan norma hukum. Secara ideal, seharusnya manusia taat
pada norma moral dan norma hukum yang tumbuh dan tercipta dalam hidup sebagai
upaya mewujudkan kehidupan yang damai, aman, dan sejahtera. Namun dalam
kenyataannya terjadi berbagai pelanggaran, baik terhadap norma moral maupun norma
hukum. Pelanggaran norma moral merupakan suatu pelanggaran etik, sedangkan
pelanggaran terhadap norma hukum merupakan suatu pelanggaran hukum.
Pelanggaran Etik
12
Kebutuhan akan norma etik oleh manusia diwujudkan dengan membuat
serangkaian norma etik untuk suatu kegiatan atau profesi. Rangkaian norma moral
yang terhimpun ini biasa disebut kode etik. Kode etik merupakan bentuk aturan (code)
tertulis secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada.
Masyarakat profesi secara berkelompok membentuk kode etik profesi. Contohnya :
kode etik guru, kode etik insinyur, kode etik wartawan, dan sebagainya.
Pelanggaran Hukum
Kesadaran hukum adalah kesadaran diri sendiri tanpa tekanan, paksaan atau
perintah dari luar untuk tunduk pada hukum yang berlaku. Dengan berjalannya
kesadaran hukum dimasyarakat maka hukum tidak perlu menjatuhkan sanksi. Sanksi
hanya dijatuhkan kepada warga yang benar-benar terbukti melanggar hukum.
13
Hukum berisi perintah dan larangan. Hukum memberitahukan kepada kita mana
perbuatan yang bertentangan dngan hukum yang bila dilakukan akan mendapat
ancaman berupa sanksi hukum. Terhadap perbuatan yang bertentangan dengan
hukum tentu saja di anggap melanggar hukum sehingga mendapat ancaman hukuman.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manusia, nilai, moral dan hukum adalah suatu hal yang saling berkaitan dan
saling menunjang. Sebagai warga negara kita perlu mempelajari, menghayati dan
melaksanakan dengan ikhlas mengenai nilai, moral dan hukum agar terjadi keselarasan
dan harmoni kehidupan.
Manusia adalah individu yg terdiri dari jasad dan roh dan makhluk yang paling
sempurna, paling tertinggi derajatnya, dan menjadi khalifah di permukaan bumi.
Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan dan
dianggap pentong oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat. Nilai adalah
sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia.
Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia.
14
Daftar Pustaka
http://m-isbd.blogspot.com/2013/08/manusia-nilai-moral-dan-hukum_19.html?m=1
http://idamuhlida.blogspot.com/2016/11/makalah-problematika-nilai-moral-
dan.html?m=1
http://kumpulanmakalah94.blogspot.com/2016/04/manusia-nilai-moral-dan-
hukum.html?m=1
15