Anda di halaman 1dari 13

Nama : Nasruddin

Nim : 105831106316

Prodi : Arsitektur

Kelas : Arsitektur B

1. Pancasila Sebagai Sistem Etika


A. Pengertian Nilai, Norma dan Moral
 Pengertian Nilai
Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu
benda untukmemuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan
menarik minat seseorang ataukelompok. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi
mendorong dan mengarahkan (motivator)sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai
suatu sistem merupakan salah satu wujud kebudayaandi samping sistem sosial dan
karya.
Pandangan para ahli tentang nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat :
a. Alport mengidentifikasikan nilai-nilai yang terdapat dalam
kehidupan masyarakat dalamenam macam, yaitu :
1). Nilai teori
2). Nilai ekonomi
3). Nilai estetika
4). Nilai sosial
5). Nilai politik dan
6). Nilai religi
b. Max Scheler, mengelompokkan nilai menjadi enam tingkatan, yaitu :
1). Nilai kenikmatan
2). Nilai kehidupan
3). Nilai kejiwaan
4). Nilai kerohanian
c. Notonagoro, membedakan nilai menjadi tiga, yaitu :
1). Nilai material
2). Nilai vital
3). Nilai kerohanian
Nilai berperan sebagai pedoman menentukan kehidupan setiap
manusia. Nilai menusia berada dalam hati nurani, kata hati dan pikiran
sebagai suatu keyakinan dan kepercayaan yang bersumber pada berbagai
sistem nilai.

 Pengertian Norma
  Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai mahluk budaya,
moral, religi, dansosial. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang
dikehendaki oleh tata nilai untukdipatuhi. Oleh karena itu norma dalam
perwujudannya norma agama, norma filsafat, normakesusilaan, norma hukum dan
norma sosial. Norma memiliki kekuatan untuk dipatuhi karenaadanya sanksi. 

Norma-norma yang terdapat dalam masyarakat antara lain :

a. Norma agama : adalah ketentuan hidup masyarakat yang bersumber


pada agama
b. Norma kesusilaan : adalah ketentuan hidup yang bersumber pada hati
nurani, moral atau filsafat hidup
c. Norma hukum : adalah ketentuan-ketentuan tertulis yang berlaku, dan
bersumber pada UU suatu Negara tertentu
d. Norma sosial : adalah ketentuan hidup yang berlaku dalam hubungan
antara menusia dalam masyarakat.
 Pengertian moral
Pengertian moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim dengan
kesusilaan,kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang
menyangkut tingkah lakudan perbuatan manusia. Seorang pribadi yang taat kepada
aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakatnya,
dianggap sesuai dan bertindak secara moral. Jika sebaliknya yangterjadi maka
pribadi itu dianggap tidak bermoral.

Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan dan atau prinsip-prinsip yang
benar, baik terpuji dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap
nilai dan norma yangmengikat kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

B. Nilai Dasar, Nilai Instrumen dan Nilai Praktis


 Nilai Dasar

Meskipun nilai bersifat abstrak dan tidak dapat diamati oleh panca indra manusia,
namundalam kenyataannya nilai berhubungan dengan tingkah laku manusia. Setiap
meiliki nilai dasaryaitu berupa hakikat, esensi, intisari atau makna yang dalam dari
nilai-nilai tersebut. Nilai dasar berifat universal karena karena menyangkut
kenyataan obyek dari segala sesuatu. Contohnyatentang hakikat Tuhan, manusia
serta mahkluk hidup lainnya.

Apabila nilai dasar itu berkaitan dengan hakikat Tuhan maka nilai dasar itu
bersifatmutlak karena Tuhan adalah kausa prima (penyebab pertama). Nilai dasar
yang berkaitan denganhakikat manusia maka nilai-nilai itu harus bersumber pada
hakikat kemanusiaan yang dijabarkandalam norma hukum yang diistilahkan dengan
hak dasar (hak asasi manusia). Dan apabila nilaidasar itu berdasarkan kepada
hakikat suatu benda (kuatutas,aksi, ruang dan waktu) maka nilaidasar itu juga dapat
disebut sebagai norma yang direalisasikan dalam kehidupan yang praksis. Nilai
Dasr yang menjadi sumber etika bagi bangsa Indonesia adalah nilai-nilai yang
terkandungdalam Pancasila.

 Nilai Instrumental
Nilai instrumental adalah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan dari nilai dasar.
Nilaidasar belum dapat bermakna sepenuhnya apabila belum memiliki formulasi
serta parameter atauukuran yang jelas dan konkrit. Apabila nilai instrumental itu
berkaitan dengan tingkah lakumanusia dalam kehidupan sehari-hari makan itu akan
menjadi norma moral. Namun apabila nilaiinstrumental itu berkaitan dengan suatu
organisasi atau Negara, maka nilai instrumental itumerupakan suatu arahan,
kebijakan, atau strategi yangbersumber pada nilai dasar sehingga dapat juga
dikatakan bahwa nilai instrumental itu merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar.
Dalamkehidupan ketatanegaraan Republik Indonesia, nilai-nilai instrumental dapat
ditemukan dalam pasal-pasal undang-undang dasar yang merupakan penjabaran
Pancasila.
 Nilai Praktis
Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam
kehidupanyang lebih nyata dengan demikian nilai praksis merupakan pelaksanaan
secara nyata dari nilai-nilai dasar dan nilai-nilai instrumental.

C. Hubungan Nilai, Norma, Dan Moral


Keterkaitan nilai, norma dan moral merupakan suatu keyataan yang seharusnya
tetapterpelihara di setiap waktu pada hidup dan kehidupan manusia. Keterkaitan itu
mutlakdigarisbawahi bila seorang individu, masyarakat, bangsa dan Negara menghendaki
fondasi yangkuat tumbuh dan berkembang.Sebagaimana tersebut diatas maka nilai akan
berguna menuntun sikap dan tingkah lakumanusia bila dikonkritkan dan diformulakan
menjadi lebih obyektif sehingga memudahkanmanusia untuk menjabarkannya dalam
aktivitas sehari-hari. dalam kaitannya dengan moral makaaktivitas turunan dari nilai dan
norma akan memperoleh integritas dan martabat manusia. Derajatkepribadian itu amat
ditentukan oleh moralitas yang mengawalnya. Sementara itu hubunganantara moral dan
etika seringkali disejajarkan arti dan maknanya. Namun demikia etika dalam pengertiannya
tidak berwenang menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukanseseorang.
Wewenang itu dipandang berada di tangan pihak yang memberikan ajaran moral. 
Pancasila sebagai sistem etika adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila
Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di
Indonesia. Oleh karena itu, di dalam etika Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai tersebut membentuk
perilaku manusia Indonesia dalam semua aspek kehidupannya. Pentingnya pancasia
sebagai sistem etika bagi bangsa Indonesia ialah menjadi rambu normatif untuk mengatur
perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Dengan
demikian, pelanggaran dalam kehidupan bernegara, seperti korupsi (penyalahgunaan
kekuasaan) dapat diminimalkan.
2. Pengertian etika
Istilah “etika” berasal dari bahasa Yunani, “Ethos” yang artinya tempat tinggal yang biasa,
padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir. Secara
etimologis, etika berarti ilmu tentang segala sesuatu yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat
kebiasaan. Dalam arti ini, etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang
baik, baik pada diri seseorang maupun masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan
diwariskan dari satu 187 generasi ke generasi yang lain. Dalam artian ini, etika sama maknanya
dengan moral. Etika dalam arti yang luas ialah ilmu yang membahas tentang kriteria baik dan
buruk (Bertens, 1997: 4--6). Etika pada umumnya dimengerti sebagai pemikiran filosofis
mengenai segala sesuatu yang dianggap baik atau buruk dalam perilaku manusia. Keseluruhan
perilaku manusia dengan norma dan prinsip-prinsip yang mengaturnya itu kerapkali disebut
moralitas atau etika (Sastrapratedja, 2002: 81).
Etika adalah kelompok filsafat praktis (filsafat yang membahas
bagaimana manusia bersikap terhadap apa yang ada) dan dibagi menjadi dua kelompok. Etika
merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan
moral. Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu
ajaran tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung jawab dengan berbagai ajaran moral.
Kedua kelompok etika yaitu, Etika Umum dan Etika Khusus.
 Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan
manusia.Pemikiran etika beragam, tetapi pada prinsipnya membicarakan asas-asas dari
tindakan dan perbuatan manusia, serta system nilai apa yang terkandung didalamnya.
 Etika khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut diatas dalam hubungannya dengan
berbagaiaspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika individual) maupun
makhluk sosial(etika sosial). Etika khusus dibagi menjadi 2 macam yaitu Etika
Individual dan Etika Sosial.
 Etika Individual membahas kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri dan dengan
kepercayaanagama yang dianutnya serta kewajiban dan tanggung jawabnya terhadap
Tuhannya.
 Etika Sosial membahas norma-norma sosial yang harus dipatuhi dalam hubungannya
denganmanusia, masyarakat, bangsa dan Negara.
3. Etika Pancasila

Etika Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila Pancasila untuk
mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Oleh karena
itu, dalam etika Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan,
dan keadilan. Kelima nilai tersebut membentuk perilaku manusia Indonesia dalam semua aspek
kehidupannya. Sila ketuhanan mengandung dimensi moral berupa nilai spiritualitas yang
mendekatkan diri manusia kepada Sang Pencipta, ketaatan kepada nilai agama yang dianutnya.
Sila kemanusiaan mengandung dimensi humanus, artinya menjadikan manusia lebih manusiawi,
yaitu upaya meningkatkan kualitas kemanusiaan dalam pergaulan antarsesama. Sila persatuan
mengandung dimensi nilai solidaritas, rasa kebersamaan (mitsein), cinta tanah air. Sila kerakyatan
mengandung dimensi nilai berupa sikap menghargai orang lain, mau mendengar pendapat orang
lain, tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Sila keadilan mengandung dimensi nilai mau
peduli atas nasib orang lain, kesediaan membantu kesulitan orang lain.

Etika Pancasila itu lebih dekat pada pengertian etika keutamaan atau etika kebajikan,
meskipun corak kedua mainstream yang lain, deontologis dan teleologis termuat pula di dalamnya.
Namun, etika keutamaan lebih dominan karena etika Pancasila tercermin dalam empat tabiat saleh,
yaitu kebijaksanaan, kesederhanaan, keteguhan, dan keadilan. Kebijaksanaan artinya
melaksanakan suatu tindakan yang didorong oleh kehendak yang tertuju pada kebaikan serta atas
dasar kesatuan akal – rasa – kehendak yang berupa kepercayaan yang tertuju pada kenyataan
mutlak (Tuhan) dengan memelihara nilai-nilai hidup kemanusiaan dan nilai-nilai hidup religius.
Kesederhaaan artinya membatasi diri dalam arti tidak melampaui batas dalam hal kenikmatan.
Keteguhan artinya membatasi diri dalam arti tidak melampaui batas dalam menghindari
penderitaan. Keadilan artinya memberikan sebagai rasa wajib kepada diri sendiri dan manusia lain,
serta terhadap Tuhan terkait dengan segala sesuatu yang telah menjadi haknya (Mudhofir, 2009:
386).

4. Pancasila sebagai solusi problem Bangsa


Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan keberagaman. Baik itu budaya, alam,
agama, ras, golongan, adat istiadat dsb. Wilayah negara kita yang tersebar luas, juga banyak
jumlah penduduk yang padat membuat banyak perbedaan itu terasa apalagi dalam berkehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Namun jangan dikira bahwa perbedaan itu dapat
memecahbelah semangat persatuan dan kesatuan tetapi malah semakin menciptakan toleransi dan
semangat kekeluargaan antar warga negara. Jumlah wilayah yang cukup luas. Dalam cara pandang
terhadap suatu masalah atau tingkah laku memiliki perbedaan. Ketika terjadi pertentangan antar
individu atau masyarakat yang berlatar belakang suku bangsa yang berbeda, mereka akan
mengelompok menurut asal-usul daerah. Itu menyebabkan pertentangan atau ketidak seimbangan
dalam suatu negara.
Oleh karena itu, sangat penting menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan antar warga
negara dengan cara menaati hukum yang belaku, menaati dan menerapkan nilai-nilai dasar
pancasila, dan atau norma-norma kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Perlu
dipahami bahwa pancasila merupakan dasar negara yang konkret dan mutlak, pancasila digunakan
untuk menyelesaikan segala kasus atau masalah dalam kehidupan karena kita tahu bahwa
pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum di Indonesia walaupun ada ideologi yang
lebih baik, pancasila tidak dapat di hapus atau diganti.

A. Pancasila Sebagai Solusi dari Problem Korupsi


Situasi negara Indonesia saat ini memprihatinkan. Begitu banyak masalah menimpa bangsa
ini dalam bentuk krisis yang multidimensial. Krisis ekonomi, politik, budaya, sosial, hankam,
pendidikan dan lain-lain, yang sebenernya berhulu pada krisis moral. Moralitas mempunyai
peranan yang sangat penting dalam kehidupan untuk mengatasi segala krisis yang melanda negara
tercinta ini. Kalau krisis moral sebagai hulu dari semua masalah, maka melalui moralitas pula
krisis dapat diatasi. Moralitas individu adalah kesadaran tentang prinsip baik bersifat ke dalam,
tertanam dalam diri manusia yang akan mempengaruhi cara berfikir dan bertindak. Seseorang
yang mempunyai moralitas individu yang baik akan muncul dalam sikap dan perilaku seperti
sopan santu, rendah hari, tidak suka menyakiti orang lain, toleran, dsb. Moralitas individu ini
terakumulasi menjadi moralitas sosial, sehingga akan tampak perbedaan masyarakat yang
bermoral tinggi dan bermoral rendah. Moralitas sosial juga tercermin dari moralitas individu
dalam melihat kenyataan sosial. Bisa jadi sorang yang moral individunya baik tapi moral sosialnya
kurang, hal ini terutama terlihat pada bagaimana mereka berinteraksi dengan masyarakat yang
majemuk. Sikap toleran, suka membantu dsb.
Membangun kesadaran moral anti korupsi berdasarkan pancasila adalah membangun
mentalitas melalui penguatan eksternal dan internal tersebut dalam diri masyarakat. Nilai-nilai
pancasila apabila betul-betul dipahami, dihayati, dan diamalkan tentu mampu menurunkan angka
korupsi, penanaman satu sila saja yaitu sila pertama  apabila bangsa indonesia menyadari jati
dirinya sebagai makluk Tuhan tentu tidak akan mudah menjatuhkan martabat dirinya ke dalam
kehinaan dengan melakukan korupsi. Perbuatan korupsi terjadi karena hilangnya kontrol diri dan
ketidakmampuan untuk menahan diri melakukan kejahatan.

B. Pancasila Sebagai Solusi dari Kerusakan Lingkungan


Penjabaran, pengamalan atau aplikasi nilai-nilai Pancasila dalam aspek pembangunan
berwawasan lingkungan tidak bisa dipisahkan, sebab Pancasila merupakan kesatuan yang bulat
dan utuh yang memberikan keyakinan kepada rakyat dan bangsa Indonesia, bahwa kebahagiaan
hidup akan tercapai jika didasarkan atas keselarasan, keserasian dan keseimbangan, baik dalam
hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa maupun manusia dengan manusia, manusia
dengan alam, dan manusia sebagai pribadi, dalam rangka mencapai kemajuan lahir dan kemajuan
batin. Antara manusia, masyarakat dan lingkungan hidup terdapat hubungan timbal balik, yang
harus selalu dibina dan dikembangkan agar dapat tetap dalam keselarasan, keserasian dan
keseimbangan yang dinamis (Koesnadi Hardjasoemantri, 2000 : 575).
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dari Sila ke I sampai Sila ke V yang harus
diaplikasikan atau dijabarkan dalam setiap kegiatan pengelolaan lingkungan hidup adalah sebagai
berikut ( Soejadi, 1999 : 88- 90) :

Dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai religius, antara lain :
1.  Kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta segala sesuatu dengan
sifat-sifat yang sempurna dan suci seperti Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha Adil, Maha
Bijaksana dan sebagainya;
2. Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yakni menjalankan semua perintah- NYA dan
menjauhi larangan-larangannya. Dalam memanfaatkan semua potensi yang diberikan oleh Tuhan
Yang Maha Pemurah manusia harus menyadari, bahwa setiap benda dan makhluk yang ada di
sekeliling manusia merupakan amanat Tuhan yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya; harus
dirawat agar tidak rusak dan harus memperhatikan kepentingan orang lain dan makhluk-makhluk
Tuhan yang lain.
Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab terkandung nilai-nilai perikemanusiaan yang
harus diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari Dalam hal ini antara lain sebagai berikut :
1.  Pengakuan adanya harkat dan martabat manusia dengan sehala hak dan kewajiban asasinya;
2.  Perlakuan yang adil terhdap sesama manusia, terhadap diri sendiri, alam sekitar dan terhadap
Tuhan;
3.  Manusia sebagai makhluk beradab atau berbudaya yang memiliki daya cipta, rasa, karsa dan
keyakinan.
Penerapan, pengamalan/ aplikasi sila ini dalam kehidupan sehari hari dapat diwujudkan dalam
bentuk kepedulian akan hak setiap orang untuk memperoleh lingkungan hidup yang baik dan
sehat; hak setiap orang untuk mendapatkan informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan
peran dalam pengelolaan lingkungan hidup; hak setiap orang untuk berperan dalam rangka
pengelolaan lingkungan hidup yang sesuai dengan ketentuan ketentuan hukum yang berlaku dan
sebagainya (Koesnadi Hardjasoemantri, 2000 : 558).
Dalam hal ini banyak yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk mengamalkan Sila ini, misalnya
mengadakan pengendalian tingkat polusi udara agar udara yang dihirup bisa tetap nyaman;
menjaga kelestarian tumbuh-tumbuhan yang ada di lingkungan sekitar mengadakan gerakan
penghijauan dan sebagainya.

Dalam Sila Persatuan Indonesia terkandung nilai persatuan bangsa, dalam arti dalam hal-
hal yang menyangkut persatuan bangsa patut diperhatikan aspek-aspek sebagai berikut :
1.  Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia serta wajib
membela dan menjunjung tinggi (patriotisme).
2.  Pengakuan terhadap kebhineka tunggalikaan suku bangsa (etnis) dan kebudayaan bangsa
(berbeda-beda namun satu jiwa) yang memberikan arah dalam pembinaan kesatuan bangsa;
3.  Cinta dan bangga akan bangsa dan Negara Indonesia (nasionalisme).

Aplikasi atau pengamalan sila ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan
melakukan inventarisasi tata nilai tradisional yang harus selalu diperhitungkan dalam pengambilan
kebijaksanaan dan pengendalian pembangunan lingkungan di daerah dan mengembangkannya
melalui pendidikan dan latihan serta penerangan dan penyuluhan dalam pengenalan tata nilai
tradisional dan tata nilai agama yang mendorong perilaku manusia untuk melindungi sumber daya
dan lingkungan (Salladien dalam Burhan Bungin dan Laely Widjajati , 1992 : 156-158).

Dalam Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan Perwakilan terkandung nilainilai kerakyatan. Dalam hal ini ada
beberapa hal yang harus dicermati, yakni:
1. Kedaulatan negara adalah di tangan rakyat
2. Pimpinan kerakyatan adalah hikmat kebijaksanaan yang dilandasi akal sehat;
3. Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat mempunyai kedudukan, hak
dan kewajiban yang sama;
4. Keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat oleh wakilwakil rakyat.

Penerapan sila ini bisa dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan, antara lain (Koesnadi
Hardjasoemantri, 2000 : 560) :
1. Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran dan tanggung 
jawab para pengambil keputusan dalam pengelolaan lingkungan hidup;
2. Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran akan hak dan
tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup;
3. Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kemitraan masyarakat, dunia
usaha dan pemerintah dalam upaya pelestarian daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
Dalam Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia terkandung nilai keadilan
sosial. Dalam hal ini harus diperhatikan beberapa aspek berikut, antara lain:
1. Perlakuan yang adil di segala bidang kehidupan terutama di bidang politik, ekonomi dan sosial
budaya;
2.  Perwujudan keadilan sosial itu meliputi seluruh rakyat Indonesia;
3. Keseimbangan antara hak dan kewajiban;
4.  Menghormati hak milik orang lain;
5. Cita-cita masyarakat yang adil dan makmur yang merata material spiritual bagi seluruh rakyat
Indonesia;
6. Cinta akan kemajuan dan pembangunan.
C. Pancasila Sebagai Solusi dari Problem Dekadensi Moral
Pancasila adalah dasar negara kita atau juga dikenal sebagai ideologi bangsa merupakan
pedoman pokok dalam mengatur kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara dalam segi
politik, ekonomi, dan sosial. Adapan dicanangkannya pancasila sebagai dasar negara, karena
isinya dianggap sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat yang memiliki latar belakang
kehidupan yang beraneka ragam.
Sebagai makhluk ciptaannya dan menjadi masyarakat Indonesia khususnya wajib bertaqwa kepada
Tuhan yang maha esa serta menjalankan perintahnya, itu sesuai dengan sila pertama. Tapi makin
kesini makin banyak masyarakat yang tidak memiliki jiwa pancasila, pancasila hanya sebatas
ujaran dbibir saja, tapi tidak diwujudkan,diamalkan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehingga
dimana-mana marak terjadi perkelahian antar pelajar, penggunaan obat-obatan terlarang narkoba,
dan pergaulan bebas.
Itu adalah tanda-tanda dari kemerosotan akhlak bangsa yang sulit untuk diobati karena sila
pertama untuk masyarakat yang demikian hanyalah tulisan belaka tanpa diresapi maknanya. Kita
tahu bahwa manusia terdiri dari jiwa dan raga, diberikan akal oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, tapi
seringkali akal itu dikalahkan oleh nafsu pada diri masing-masing sehingga terciptanya
kebobrokan dalam mental dan moral. Sebenarnya manusia diberikan dua pilihan, baik atau buruk.
Namun jika manusia itu tak memahami dan menjiwai arti dari setiap sila pancasila itu sendiri,
yang terjadi akan seperti demikian.
Pada sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia, dari buyinya saja kita harus nya tahu bahwa kita
dituntun untuk saling bersatu membangun negeri Indonesia, dengan cara menunjukan rasa
persatuan itu dengan sifat saling toleran, kompak, gotong royong walaupun di negara kita ini
banyak sekali perbedaan dari mulai perbedaan agama, ras, suku, adat, dan latar belakang. Akan
tetapi sekarang ini bukannya bersatu untuk membangun negeri malainkan dengan ke tidak
pahaman mengenai sila-sila dalam pancasila masyarakat justru banyak yang bentrok dan lain
sebagainya bahkan dari kisruh di masyarakat tersebut yang mengenaskan adalah terjadinya
pembunuhan.
Dengan kondisi seperti ini saya sebagai mahasiswa atau yang bisa dikenal dengan kaum
intelektual merasa prihatin dan miris. Karena dengan mereka berkelakuan demikian, sama saja
mereka tidak memahami dan tidak mengerti nilai-nilai dalam Pancasila. Dan saya sebagai generasi
penerus mempunyai tanggung jawab untuk menjujung tinggi dan mencintai Pancasila sebagai
pandangan hidup saya, karena kelima sila dalam Pancasila itu sendiri sesuai dengan apa yang
diajarkan oleh agama dan seyogyanya kitya harus menjadi sarjana yang berakhlak mulia, karena
maju atau tidaknya suatu bangsa ditentukan oleh moral masyarakat bangsa itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai