PANCASILA
SEBAGAI ETIKA POLITIK
Filsafat dibagi menjadi beberapa cabang menurut lingkungan bahasanya yaitu menjadi dua
kelompok bahasan :
1. Filsafat teoritis adalah kelompok filsafat yang mempertanyakan segala sesuatu yang ada
2. Filsafat praktis adalah kelompok yang membahas bagaimana bersikap terhadap apa yang
ada tersebut.
Oleh karena itu suatu pemikiran filsafat tdk secara langsung menyajikan norma-norma yg mrp
pedoman dlm suatu tindakan atau aspek praksis, melainkan suatu nilai yg bersifat mendasar.
Pancasila sbg suatu nilai-nilai yg dijabarkan dlm kehidupan yg bersifat praksis/kehidupan yg
nyata dlm masy sbg suatu norma yg mrp pedoman, meliputi :
• Norma moral, yaitu yg berkaitan dgn tingkah laku manusia yg dpt diukur dr sudut baik
maupun buruk, sopan atau tdk sopan, susila atau tdk susila.
• Norma hukum, yaitu suatu sistem peraturan perundang-undangan yg berlaku di Ind. Maka
Pancasila disini berkedudukan sbg sumber dr segala sumber hukum di Indonesia, yg mrp
suatu cita-cita moral yg luhur yg terwujud dlm kehidupan sehari-hari bangsa Ind seblm
membentuk negara.
Pengertian etika
• Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-
pandangan moral
• Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti
suatu ajaran moral tertentu. Atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang
bertanggungjawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral.
1
• Etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya dengan berbagai aspek
kehidupan manusia. Etika khusus dibagi menjadi dua yaitu etika individu (membahas
kewajiban manusia thd diri sendiri) dan etika sosial (membahas kewajiban manusia thd
manusia lain dlm masy).
Pengertian nilai
Di dalam dictionary of sociology and related sciences (kamus sosiologi yang berhubungan
dengan keilmuan) dikemukakan bahwa :
nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda yang menyebabkan
menarik minat seseorang atau kelompok.
Jadi nilai pada hakekatnya adalah sifat atau kualitas yang meletak pada suatu objek,
bukannya objek itu sendiri. Sesuatu yang mengandung nilai artinya ada sifat atau kualitas
yang melekat pada sesuatu itu.
Berbicara ttg nilai berarti ttg das sollen, bkn das sein, masuk kerokhanian bid makna
normatif bkn kognitif, masuk dunia ideal bkn real.
Meski dmk antara keduanya saling berhub atau berkait erat, das sollen hrs menjelma mjd das
sein, ideal hrs mjd real, yg bermakna normatif hrs direalisasikan dlm perbuatan sehari-hari yg
mrp fakta.
Hierarki nilai
Terdapat berbagai pandangan tentang nilai, hal ini sangat tergantung pada titik tolak dan
sudut pandangnya. Misalnya kalangan materialistis memandang bahwa nilai yang tertinggi
adalah nilai material, sedangkan kalangan hedonis memandang nilai tertinggi adalah nilai
kenikmatan. Yang jelas pada hakekatnya segala sesuatu itu bernilai, hanya yang bagaimana
yang ada dan berhubungan dengan manusia.
2
3. Nilai-nilai kejiwaan, terdpt nilai-nilai kejiwaan yg sama sekali tdk tergantung dr
keadaan jasmani maupun lingkungan, spt keindahan, kebenaran, dan pengetahuan murni
yg dicapai dlm filsafat.
4. Nilai-nilai kerohanian, terdpt modalitas nilai dr yg suci dan tak suci (terutama terdiri dr
nilai-nilai pribadi).
3
Notonegoro berpendapat bahwa nilai-nilai Pancasila tergolong atas nilai kerohanian
tetapi nilai kerohanian yang mengakui adanya nilai materiil dan nilai vital.
• Nilai Instrumental
mrp suatu pedoman yg dpt diukur dan dpt diarahkan, misalnya bila nilai instrumental
berkaitan dgn tingkah laku manusia dlm kehidupan sehari-hari maka hal itu akan mrp
suatu norma moral. Namun jika berkaitan dgn suatu organisasi atau negara maka hal itu
mrp suatu arahan, kebijaksanaan atau strategi yg bersumber pd nilai dasar. Shg bs
dikatakan bahwa nilai instrumental itu mrp suatu eksplisitasi dr nilai dasar.
• Nilai Praksis
mrp penjabaran lbh lanjut dr nilai instrumental dlm suatu kehidupan yg nyata, shg nilai
praksis mrp perwujudan dr nilai instrumental itu. Dpt jg dimungkinkan berbeda-beda
wujudnya, namun dmkn tdk bs menyimpang atau tdk dpt bertentangan. Artinya oleh krn
nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praksis itu mrp suatu sistem perwujudannya tdk
boleh menyimpang dr sistem tsb.
4
Dengan demikian nilai bersifat kongkrit yaitu tidak dapat ditangkap oleh indra manusia, dan
nilai dpt bersifat subjektif maupun objektif.
Nilai dan norma senantiasa berkaitan dgn moral dan etika. Istilah moral mengandung
integritas dan martabat pribadi manusia. Derajat kepribadian seseorang amat ditentukan oleh
moralitas yg dimilikinya.
Dlm pengertian inilah maka kita memasuki wilayah norma sbg penuntun sikap dan tingkah
laku manusia.
Hubungan antara moral dengan etika memang sangat erat sehingga kadangkala dua hal
tersebut disamakan begitu saja. Namun sebenarnya kedua hal tersebut sangat berbeda.
Etika tidak berwenang menentukan apa yang boleh atau tidak boleh
dilakukan seseorang, wewenang seperti ini dipandang berada
ditangan pihak-pihak yang memberi ajaran moral.
Hal inilah yg mjd kekurangan dr etika jika dibandingkan dgn ajaran moral. Hal ini dpt
dianalogikan bahwa ajaran moral sbg buku petunjuk ttg bgm kita memperlakukan sebuah
mobil dgn baik, sdgkan etika memberikan pengertian pd kita ttg struktur dan teknologi mobil
itu sendiri.
Dmkian hub yg sistemik antara nilai, norma dan moral yg pd gilirannya ketiga aspek tsb
terwujud dlm suatu tingkah laku praksis dlm kehidupan manusia.
5
Etika Politik
Filsafat terbagi mjd 2 :
• Filsafat teoritis, membahas ttg makna hakiki segala sesuatu, antara lain manusia, alam,
dan benda fisik.
• Filsafat praksis, membahas dan mempertanyakan aspek praksis dlm kehidupan manusia,
yaitu etika yg mempertanyakan dan membahas tanggung jawab dan kewajiban manusia
dlm hub dgn sesama manusia, masyarakat, bangsa dan negara, lingkungan alam serta thd
Tuhannya.
Secara substantif pengertian etika politik tdk dpt dipisahkan dgn subjek pelaku etika
yaitu manusia, maka berkaitan erat dgn bid pembahasan moral.
Walaupun dlm hub dgn masy bangsa maupun negara, etika politik tetap meletakkan
dasar fundamental manusia sbg manusia, sbg makhluk yg beradab dan berbudaya.
Misalnya suatu negara yg dikuasai rezim otoriter (memaksakan kehendak manusia
tanpa memperhitungkan hak dasar manusia); dlm masy negara yg dmk maka seseorang
yg baik sec moral kemanusiaan akan dipandang tdk baik menurut negara serta masy
otoriter, krn tdk dpt hidup sesuai dgn aturan yg buruk dlm suatu masy negara.
Oleh karena itu aktualisasi etika politik hrs senantiasa mendasarkan kpd ukuran
harkat dan martabat manusia sbg manusia.
6
Pengertian Politik
Etika politik termasuk lingkup etika sosial, yg secara harfiah berkaitan dgn bid kehidupan
politik.
Politik berasal dr kosa kata “Politics” yg memiliki makna bermacam-macam keg dlm
suatu sistem politik atau negara, yg menyangkut proses penentuan tujuan2 dr sistem itu
dan diikuti dgn pelaksanaan tujuan2 itu.
„Pengambilan keputusan‟ atau „decision making‟ mengenai apakah yg mjd tujuan dr
sistem politik itu menyangkut seleksi antara bbrp alternatif dan penyusunan skala
prioritas dr tujuan2 yg telah dipilih itu.
Bila dipahami berdasarkan pengertian politik secara sempit, bidang politik lebih byk
berkaitan dgn para pelaksana pemerintahan negara, lembaga tinggi negara, kalangan
aktivis politik, para pejabat serta birokrat dlm pelaksanaan dan penyelenggaraan negara,
tdk melibatkan aspek rakyat baik sbg individu maupun sbg suatu lembaga yg terdapat
dlm masyarakat.
7
Dalam hub dgn etika politik, pengertian politik tsb harus dipahami dlm pengertian yg
lebih luas yaitu menyangkut seluruh unsur yg membentuk suatu persekutuan hidup yg
disebut masyarakat negara.
8
Hukum dan kekuasaan negara mrp aspek yg berkaitan langsung dgn etika politik :
- Hukum sbg penataan masy secara normatif;
- Kekuasaan negara sbg lembaga penata masy yg efektif;
Keduanya sesuai dgn struktur sifat kodrat manusia sbg makhluk individu dan makhluk
sosial.
Sila ke 2 Kemanusiaan yang adil dan beradab juga merupakan sumber-sumber nilai
moralitas. Negara pada prinsipnya adalah merupakan persekutuan hidup manusia.
Manusia adalah merupakan dasar kehidupan serta pelaksanaan negara, oleh karena itu asas-
asas kemanusiaan adalah bersifat mutlak dalam kehidupan negara dan hukum.
9
Dalam kehidupan negara, kemanusiaan harus mendapat jaminan hukum, yg diistilahkan dgn
jaminan atas hak-hak dasar manusia.
Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, etika politik menuntut agar kekuasaan
dalam negara dijalankan sesuai dgn :
• Asas legalitas (legitimasi hukum), yaitu dijalankan sesuai dgn hukum yg berlaku,
• Disahkan dan dijalankan secara demokratis (legitimasi demokratis),
• Dilaksanakan berdasarkan prinsip moral atau tidak bertentangan dengannya (legitimasi
moral)
Pembagian serta kewenangan harus berdasarkan legitimasi moral religius (sila ke 1) serta
moral kemanusiaan (sila ke 2).
Negara berasal dari rakyat dan segala kebijakan dan kekuasaan yang dilakukan senantiasa
untuk rakyat (sila ke 4), oleh karena itu rakyat adalah merupakan asal mula kekuasaan
negara.
Maka dalam pelaksaan politik praktis hal yang menyangkut kekuasaan eksekutif, legislatif,
serta yudikatif, konsep pengambilan keputusan, pengawasan serta partisipasi harus
berdasarkan legitimasi dari rakyat atau dengan kata lain harus memiliki “legitimasi
demokrasi” ( pasal 1 ayat 2 UUD 1945).
Kesimpulan :
• Selain legitimasi hukum,legitimasi demokrasi juga perlu didasarkan pada legitimasi
moral.
• Etika politik ini harus direalisasikan oleh setiap individu yang ikut terlibat secara
kongkrit dalam pelaksanaan pemerintah negara.
• Para pejabat eksekutif, anggota legislatif, maupun yudikatif, para pejabat negara, dan
penegak hukum harus menyadari bahwa selain legitimasi hukum dan legitimasi
demokratis juga harus didasarkan pada legitimasi moral.
10