Tujuan Instruksional Umum (TIU) :
Mahasiswa memahami materi tentang janaiz, takziyah dan ziarah kubur
Tujuan Instruksional Khusus (TIK):
1. Mahasiswa dapat memahami segala hal yang berkaitan mayit.
Prolog :
Merawat jenazah adalah hukumnya wajib kifayah, namun setiap orang tentunya wajib
mengetahui tatacara bagaimana merawat jenazah yang sesuai dengan tuntunan agama Islam.
Karena kewajiban merawat jenazah yang pertama adalah keluarga terdekat, apalagi kalau yang
meninggal adalah orangtua atau anak kita. Kalau kita tidak bisa merawatnya sampai
menguburkannya berarti kita tidak (birrul walidaini) berbakti kepada kedua orangtua kita.
Pengurusan Jenazah
Memandikan jenazah
3) Mayat bukan mati syahid, karena menurut Imam Syafi’i, orang yang mati syahidakan
menemui Allah dengan segala luka dan darahnya sebagai bukti.
Para ahli fiqih sepakat bahwa yang akan memandikan jenazah laki-laki adalah laki-laki, dan
yang memandikan jenazah perempuan adalah perempuan pula.
Jika jenazah itu seorang laki-laki maka yang lebih utama adalah laki-laki yang tergolong
‘asabahnya, yaitu bapak, nenek, anak, cucu, saudara kandung, anak saudara, paman, dan
anak paman.
Dan yang lebih utama memandikan jenazah perempuan adalah kerabatnya yang mahramah
seperti ibu, putri, saudara kandung, putri dari saudara, putri saudara laki-laki, tante, dan bibi.
Sebelum mulai memandikan jenazah, lebih dahlu membersihkan tubuhnya dari najis dan
kotorandengan cara sebagai berikut:
2) Memasang kain sarung tangan bagi yang memandikan, kemudian mulai membersihkan
tubuh jenazah drai semua kotoran dan najis
3) Selama membersihkan tubuhnya, sebaiknya air terus dialirkan mulai dari bagian kepala
kebagian kaki
6) Mengalirkan air kesekujur tubuhnya dari bagian kepala kebagian kaki
8) Sebaiknya dilakukan tiga kali atau lebih dengan cara yang sama sehingga diyakini
kebersihannya
9) Setelah itu lalu mengeringkan tubuhnya dengan handuk lalu kemudian menutupinya
dengan kain.
Mengkafani jenazah
2) Lalu membentangkan kain kafan yang telah disediakan sebelumnya sehelai demi sehelai,
kemudian menaburinya dengan wewangian
3) Setelah itu, secara perlahan-lahan mayat diletakkan diatas kain-kain tersebut dalam
posisi membujur
5) Jika semua kain telah membalut jasad jenazah, baru diikatkan tali-tali yang sudah
disiapkan
2) Sebelumnya taltali pengikat telah disediakan dibawah jasadnya. Jenazah yang sudah
diletakkan diatas kain-kain tersebut mulai dibungkus dengan cara:
3) Setelah semua kain dipakaikan menurut fungsinya. Baru mengikatkan tali-tali yang telah
disediakan dibawahnya.
Menshalatkan jenazah
1) Seperti pada shalat wajib yaitu menutup aurat, suci badan, tempat, dan pakaian dari
najis, suci dari hadas besar dan kecil, serta menghadap kiblat
1) Niat
3) Takbir sebanyak 4x
ْ اَللَّ ُه َّم
)اغفِرْ لَهُ( َها) َوارْ َح ْمهُ( َها) َو َعا فِهِ( َها) َوعْ فُ َع ْنهُ( َها
ْ اَللَّ ُه َّم الَ َتحْ ِر ْم َنا اَجْ َرهُ ( َها) َوالَ َت ْف ِت َّنا َبعْ َدهُ ( َها) َو
اغفِرْ لَ َنا َو َل ُه
8) Salam
Menguburkan Mayat
a. Mula-mula dibuatkan liang lahat kira-kira tidak bisa dibongkar oleh binatang buas atau
dapat menimbulkan bau busuk.
b. Jenazah dimasukkan kedalam liang lahat dengan posisi miring kekanan dan menghadap
kiblat. Saat meletakkan jenazah hendak membaca :
Artinya: "Dengan menyebut Asma Allah dan atas agama Rasulullah". (HR. Tirmidzi dan Abu
Daud)
c. Tali-tali kain kafan dilepas, pipi kanan dan ujung kaki ditempatkan pada tanah.
d. Setelah ditutup dengan bambu/papan/kayu di atasnya ditimbun dengan tanah sampai
rata.
َ إِسْ َت ْغفِر ُْوا ِألَ ِخ ْي ُك ْم َوسْ َئلُ ْوا لَ ُه ال َّت ْث ِبيْتَ َفإِ َّن ُه ْا
)آلن يُسْ َئ ُل (متفق عليه
Artinya: "Mohonkan ampun untuk saudaramu dan mintakanlah keteguhan iman baginya,
karena ia sekarang sedang diperiksa". (HR. Bukhori dan Muslim)
َ إِسْ َت ْغفِر ُْوا ِألَ ِخ ْي ُك ْم َوسْ َئلُ ْوا لَ ُه َفإِ َّن ُه ْا: ف َعلَ ْي ِه َف َقا َل
)آلن يُسْ َئ ُل (رواه ابو داود ِ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم إِ َذا َف َر َغ مِنْ دَ ْف ِن ْال َم ِّي
َ ت َو َق َ َّان ال َّن ِبي
َ
Artinya: "Bahwa Nabi saw, apabila telah selesai menguburkan jenazah, beliau berdiri
diatasnya dan bersabda: mohonkanlah ampun untuk saudaramu dan mintakanlah untuknya
supaya di beri ketabahan karena sesungguhnya ia sekarang sedang ditanya". (HR. Abu
Daud)
Takziyah
Pengertian takziyah
Takziyah berasal dari kata 'azza-yu'azzi yang artinya berduka cita atau berbela sungkawa atas
musibah yang menimpa. Dalam konteks muamalah Islam, takziyah adalah mendatangi keluarga
orang yang meninggal dunia dengan maksud menyabarkannya dengan ungkapan-ungkapan
yang dapat menenangkan perasaan dan menghilangkan kesedihan.
Orang yang melakukan takziyah adalah mereka yang mampu merasakan kesedihan atau duka
yang dialami saudaranya. Hal ini jelas termasuk dalam kategori amar ma'ruf nahi
munkar yang merupakan salah satu fundamen ajaran Islam. Lebih dari itu, takziyah adalah
aplikasi dari sikap saling menolong dan bekerja sama dalam kebaikan dan ketakwaan. Allah
SWT berfirman, ''Dan saling menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan ketakwaan.'' (QS
Al-Maidah: 2)
Dalam pandangan Rasulullah SAW, takziyah mempunyai nilai dan keutamaan tinggi bagi yang
melakukannya. Beliau bersabda, ''Tidaklah seorang Mukmin yang melakukan takziyah atas
musibah yang menimpa saudaranya, kecuali Allah akan memakaikan untuknya permata
kemuliaan pada hari kiamat.'' (HR Ibnu Majah dan Al-Baihaqi).
Tak ada satu pun manusia yang bisa menolak kematian. Singkatnya, selain sebagai wujud
hubungan baik antarmanusia, takziyah juga merupakan media untuk mengingatkan manusia
terhadap sesuatu yang pasti, yaitu kematian.
Sebagai manusia, kita diperintahkan untuk selalu sadar bahwa kematian adalah sebuah
kepastian. Apa pun yang kita cari dan usahakan hendaknya tidak melupakan kita dari kematian.
Rasulullah SAW telah menunjukkan kepada kita bahwa takziyah adalah media efektif dalam
meringankan beban sesama dan mengingat kematian. Kita tidak boleh segan meluangkan
waktu sejenak untuk bertakziyah kepada saudara kita.
Adab bertakziyah
Penetapan tarjih mengenai hal takziyah dan pelawatan kematian seseorang diawali dengan
seseorang diawali dengan pernyataan “Innalillahi Wa Inna Ilaihi Raaji’un”. Sebagaimana
hal ini dapat dipahami dari firman surat al-Baqarah ayat 156 sebagai berikut:
Setiap orang yang ditinggalkan oleh orang yang dikasihi pasti bersedih. Diantara mereka ada
yang kesedihannya menyebabkan meratapi kematian tersebut, sehingga menimbulkan
penyesalan yang berlebihan. Mengenai ini tarjih menyatakan “janganlah kamu meratapi mayat,
menampar pipi, merobek pakaian, dan meretap ratapan jahiliyah, tetapi tidak mengapa
menangisinya.”
c. Membutkan makanan kerabat jenazah
Bagi keluarga yang ditimpa musbah karena salah satu diantara anggota keluarganya
meninggal, kaum muslimin lain dianjurkan untuk membuatkan makana bagi mereka.
Ziarah Kubur
Ziarah kubur ialah mengunjungi makam seseorang untuk memanjatkan doa dan memintakan
ampun dari Allah swt. Disyari’atkan ziarah kubur dengan maksud untuk mengambil pelajaran
(‘ibrah) dan ingat akan kehidupan akhirat, dengan syarat tidak mengucapkan kata-kata yang
mendatangkan murka Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebagai misal, meminta sesuatu kepada
penghuni kubur (orang mati) dan memohon pertolongan kepada selain Allah dan semisalnya.
Hal tersebut merupakan perbuatan syirik.
Tujuannya adalah agar orang yang berziarah itu mengingat mati, mengingat akherat sehingga
tidak hanya mengejar duniawi saja tetapi seimbang antara dunia dan akherat. Ziarah qubur
pernah dicontohkan oleh Rasulullah saw., sebagaimana sabdanya :
َ €ذك َِر ْاألَ ِخ€ْ €ا َت€€ا َفإِ َّن َه€€ر أ ُ َّم ِه َف ُز ْورُو َه€
ر ِة€ َ €لِم َُح َّم ٍد فِى ِز َي د أَ َذ َن€ْ €ار ِة ْال َقب ِْر َف َق
ِ €ار ِة ْال َق ْب€ ُ َق ْد ُك ْن: هللا صَلىَّ هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم
َ ت َن َه ْي ُت ُك ْم َعنْ ِز َي ِ َقا َل َرس ُْو ُل
) ابوداود والتر مذى,(رواه مسلم
Para ahli telah sepakat menetapkan bolehnya kaum laki-laki ziarah kubur. Namun untuk kaum
perempuan terdapat perbedaan pendapat para Ahli Fiqih. Ahli Fiqih dari Hanafiyah, ziarah
kubur disunnatkan bagi kaum laki-laki dan perempuan. Akan tetapi bagi kaum perempuan yang
benar-benar ingin memperoleh ridho Allah dan untuk mempertebal iman kepada Allah dan hari
akhir. Namun jika untuk membangkitbangkitkan emosi sebagaimana yang dilakukan kaum
Jahiliyah, tidak dibolehkan bahkan haram.
Menurut jumhur ulama mengatakan bahwa ziarah kubur disunnahkan bagi kaum laki-laki dan
bagi perempuan hukumnya makruh karena ada dugaan kuat mereka akan bersedih hati yang
menyebabkan mereka menangis dan meratap.
Orang yang berziarah kubur dianjurkan membaca salam setelah sampai disana, dan doa yang
dianjurkan, yaitu doa untuk semua penghuni kubur, meskipun yang diziarahi itu hanya satu ada
dua kubur saja. Karena doa kepada semua umat Islam tidak mengurangi manfaat terhadap
arwah orang yang kita utamakan.
Adab Dalam Berziarah Kubur yang Baik dan Benar Menurut Islam :
b. Niat dengan tulus dan ikhlas karena ingin mendapatkan Ridho dari Allah SWT, bukan untuk
meminta sesuatu pada orang yang sudah meninggal.
c. Tidak duduk, menginjak-injak, tidur-tiduran, dll di atas makam orang mati.
d. Tidak melakukan tindakan tidak senonoh seperti buang air besar, kencing, meludah, buang
sampah sembarangan, dan lain-lain.
اء€€ا إنش€€صلىَّ هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يقو ل السال م عليكم أهل الد يار من المؤمنين والمسلمين وإن ِ عن سليما ن بن بريد ة عن أبيه َقا َل َرس ُْو ُل
َ هللا
) احمد,هللا لال حقون أسأل هللا لنا ولكم العا فية (رواه مسلم
Artinya: “Dari Sulaiman ibn Buraidah dari ayahnya, Rasulullah saw, bersabda : Selamat
sejahtera pada mukminin dan muslimin yang ada disini. Kami insya Allah akan menyusul kamu.
Aku mohon kepada Allah semoga kami dan kamu mendapat keselamatan”. (HR. Muslin dan
Ahmad)
f. Mendoakan arwah orang yang telah meninggal agar bahagia dan tenang di alam kubur
sana dengan ikhlas.