Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH IBADAH

“MENSHOLATKAN,MENGUBURKAN DAN TAKZIYAH”

Disusun Oleh :

Denggan aulia lubis 1905170204


Destari Amelia trg 1905170209
Lia syahputri 1905170395
M.adrian patria erza nst 1905170208
Sinta puspa sari 1905170211
Thalia aisha salsabila 1905170205

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Masalah
BAB II. PEMBAHASAN
1. Pengurusan Jenazah
A. Mengkafani Mayat
B. Menyalatkan Mayat
C. Menguburkan Mayat
BAB III. PENUTUP
1. Simpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
 
KATA PENGANTAR
 
Segala puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu, meskipun masih jauh dari kata sempurna. Shalawat dan
salam kepada Rasulullah SAW.

Dalam penyelesaian makalah ini kami berusaha untuk melakukan yang terbaik, namun kami
menyadari bahwa kemampuan kami terbatas. Oleh karena itu, saran dan kritikan sangat kami
harapkan guna penyempurnaan makalah kami ini.

Dengan selesainya makalah ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
terlibat dalam proses penyelesaian makalah ini yang telah memberikan dorongan, masukan dan
semangat.

Semoga apa yang kami tulis ini bermanfaat bagi para pembaca dan masyarakat pada umumnya
serta mendapat ridha dari Allah SWT. Amin

Wassalam

Medan, 12 April 2020

PENYUSUN

 
 
BAB I

PENDAHULUAN
1. A.     Latar Belakang.
Agama Islam sebagai agama terakhir yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, untuk semua
manusia telah mewajibkan bagi mereka saling hormat antar sesamanya, walaupun mereka
berbeda etnis atau agama. Sikap saling hormat menghormati ini bukan hanya ketika manusia itu
hidup, bahkan saat manusia itu pun mati. Karena menghormati seseorang yang mati sama halnya
dengan menghormati manusia yang hidup. Rasulullah Saw, telah menunjukkan kepada kita
bagaimana rasa hormatnya ketika mayat seorang yahudi berlalu dihadapannya, dan bagaimana
beliau menyatakan rasa duka yang dalam ketika mendengar raja Najasyi (seorang raja yang
beragama Kristen di Habasyah) meninggal dunia. Akan tetapi, lain halnya kewajiban kaum
muslimin terhadap saudara-saudaranya yang sesama muslim yang meninggal dunia.

Mereka yang masih hidup mempunyai kewajiban terhadap hak-hak yang dimiliki oleh seseorang
muslim yang meninggal. Bilamana kewajiban ini ditinggalkan dan tak seorang pun dari mereka
memberikan hak-hak orang yang meninggal, maka semua orang muslim di tempat itu
menanggung dosa. Kecuali, jika ada sebahagian atau seseorang yang melaksanakan hak-hak
orang yang meninggal, maka gugurlah dosa bagi semua. Oleh karena itu, penulis ingin
mempelajari mengenai hal tersebut dengan cara menulis sebuah makalah dan mengangkat
judul”Penyelenggaraan Jenazah Bagi Umat Muslim”.

B.     Rumusan Masalah.
1. Bagaimana tata cara menshalatkan jenazah?
2. Bagaimana tata cara menguburkan jenazah?
3. Bagaimana ketentuan Takziah?
C.      Tujuan Masalah.
1. Mengetahui tata cara menshalatkan jenazah
2. Mengetahui tata cara menguburkan jenazah
3. Mengetahui ketentuan Takziah
 
 
BAB II

PEMBAHASAN

A.     MENYALATKAN MAYAT
Sabda Rasulullah Saw.

‫ رواه ابن ماجه‬.‫صلوا عل موتكم‬.

“Sholatkanlah olehmu orang-orang yang mati.”(HR. Ibnu Majah).


1.     Syarat-syarat Menyalatkan Mayat.
A. Menutup aurat, suci badan dan pakaian, menghadap ke kiblat,.
B. Dilakukan sesudah mayat di mandikan.
C. Letak mayat itu di sebelah kiblat orang yang menyalatkan, kecuali kalau sholat itu
dilaksanakan di atas kubur atau sholat ghaib.
2.     Rukun Menyalatkan Mayat.
A. Niat, sebagaimana sholat lain.
B. Takbir 4 kali dengan takbiratul ihram.
C. Setelah takbir pertama membaca surah alfatihah,
D. Setelah takbir kedua membaca sholawat Nabi Saw.
E. Setelah takbir ketiga mendoakan mayat.
F. Setelah takbir keempat sebelum salam mendoakan orang yang ditinggalkan
(keluarga).
G. Lafaz niat solat jenazah :
H. a.  Lafaz niat solat jenazah lelaki secara persendirian :
‫اصلىي على هذ الميت اربع تكبيرات فرض كفاية هلل تعالى‬
” aku berniat mendirikan solat ke atas jenazah ini dengan empat takbir fardhu kifayah kerana
Allah Taala”

b. Lafaz niat untuk jenazah perempuan secara persendirian :

‫اصلي على هذه الميتة اربع تكبرات فرض كفاية هلل تعالى‬
” aku berniat mendirikan solat ke atas jenazah ini dengan empattakbir fardhu kifayah kerana
Allah Taala”

c. Lafaz niat untuk mayat lelaki bagi Imam.

‫اصلى على هذا الميت اربع تكبرات فرض كفاية اماما هلل تعلى‬
” aku berniat mendirikan solat ke atas jenazah(lelaki) ini dengan empat takbir fardhu kifayah 
menjadi Imam kerana Allah Taala”

d. Lafaz niat untuk mayat perempuan bagi Imam.

‫اربع تكبرات فرض كفاية اماما هلل تعلى‬ ‫الميتة‬ ‫اصلى على هذه‬


” aku berniat mendirikan solat ke atas jenazah(perempuan) ini dengan empat takbir fardhu
kifayah  menjadi Imam kerana Allah Taala”
e. Lafaz niat untuk mayat lelaki bagi Makmum

‫اصلي على هذا الميت اربع تكبرات فرض كفاية ماموما هلل تعلى‬
” Aku berniat mendirikan solat ke atas jenazah(lelaki) ini dengan empat takbir fardhu kifayah 
menjadi makmum kerana Allah Taala”
f. Lafaz niat untuk jenazah perempuan bagi Makmum

‫اصلي على هذه الميتة اربع تكبرات فرض كفاية ماموما هلل تعلى‬
” aku berniat mendirikan solat ke atas jenazah(perempuan) ini dengan empat takbir fardhu
kifayah  menjadi makmum kerana Allah Taala”

4. Bacaan dan Doa dalam Solat Jenazah.


1. Takbir yang pertama :kemudianmembaca
Allahu Akbaru (Allah Maha Besar).

Kemudian dilanjutkan dengan membaca Al-Fatihah :

b. Takbir yang kedua.

Membaca lafaz seperti pada takbir pertama, kemudian dilanjutkan dengan membaca selawat atas
Nabi Muhammad s.a.w :

‫اللهم صلى على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد كم صليت على سيدنا ابراهيم وعلى ال سيدنا ابراهيم وبارك على سيدنا‬
‫محمد وعلى ال سيدنا محمد كما باركت على سيدنا ابراهيم وعلى ال ابراهيم فى العالمين انك حميد مجيد‬
“Ya Allah! Berilah rahmat atas penghulu kami Muhammad s.a.w dan atas keluarganya
sebagaimana Engkau telah memberi rahmat pada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan berkatilah
atas Nabi Muhammad s.a.w. dan atas keluarganya. Sebagaimana Engakau memberkati Nabi
Ibarahim dan atas keluarganya. Pada seluruh alam. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan
Maha Mulia”.

c.       Takbir yang ketiga :

Selepas takbir yang ketiga hendaklah membaca doa untuk memohonkan ampun pada si mayit :

 
َ ْ َّ َّ َ ْ ِّ
ُ‫ج َوبَ َر ٍد َونَق ِه ِمنَ الخَ طا يَا َك َما يُنَقى الثوْ بُ األ ْبيَض‬ ْ َ ْ ْ َ ْ َ ُ ُ ْ َ َ ْ
ٍ ‫ا للهُ َّم ا غفِرْ لهُ َو ا رْ َح ْمهُ َوعَا فِ ِه َوأك ِر ْم نز لهُ َو َو َّس ْع ُمد خَ لهُ َواغ ِسلهُ بِ َما ٍء َوثل‬ َّ
َ‫َار ِه َوأَ ْهالً خَ ْيرًا ِم ْن أَ ْهلِ ِه َو َزوْ جًا خَ ْي ًر ا ِم ْن َز وْ ِج ِه َوقِ ِه فِ ْتنَة‬
ِ ‫َس َوأَ ْب ِد ْلهُ دَارًا َخ ْيرًا ِم ْن د‬
ِ ‫ِمنَ ال َّد ن‬
‫ار‬ َّ َ َ ْ
ِ ‫القب ِْر َو َعذابَالن‬                                                                                     
Artinya:
“Ya Allah ampunilah ia dan berikan rahmat kepadanya, serta sejahterakanlah dan maafkanlah ia.
Muliakanlah tempat kedatangannya dan luaskanlah tempat masuknya. Mandikanlah ia dengan
air, salju dan embun. Bersihkanlah ia dari dosa-dosanya sebagaimana dibersihkannya kain yang
putih dari kotoran. Gantilah ia dengan rumah yang lebih baik dari rumahnya, keluarga yang lebih
baik dari keluarganya, istri yang lebih baik dari istrinya. Masukkanlah ia ke dalam Jannah dan
lindungilah ia dari azab kubur dan azab Neraka.”

Atau sebagaimana yang terdapat di dalam riwayat Imam Abu Dawud, Imam Ibnu Majah dan
Imam Al Baihaqi maupun yang lain:
“Allahummaghfir lihayyinaa wa mayyitinaa, wa syaahidinaa wa ghaa-ibinaa, wa
shaghiirinaa wa kabiirinaa, wadzakarinaa wa utsaanaa. Allahumma man ahyaitahu minna
fa ahyihi ‘alal Islaam, wa man tawaffaitahu minnaa fa tawaffahu ‘alal imaan. Allahumma
laa tahrimnaa ajrahu wa laa tudhilnaa ba’dahu.”
Artinya:
“Ya Allah ampunilah orang yang masih hidup maupun orang yang sudah mati di antara kami,
orang yang hadir maupun orang yang tidak hadir di antara kami, orang yang masih kecil maupun
orang yang sudah tua di antara kami, yang laki-laki maupun perempuan di antara kami. Ya Allah
barangsiapa yang Engkau hidupkan di antara kami maka hidupkanlah ia di atas Islam. Dan
barangsiapa yang Engkau wafatkan di antara kami maka wafatkanlah ia di atas iman. Ya Allah
jangan Engkau haramkan (halangi) kami dari mendapat pahala (atas musibah kematian)-nya dan
jangan Engkau sesatkan kami sepeninggalnya.”

Sedangkan apabila jenazah tersebut adalah anak kecil, maka mengucapkan doa:

“Allahummaj’alhu dzukh-ran liwaalidaihi wa farathan wa ajran wa syafii’an mujaaban.


Allahumm tsaqqil bihi mawaaziinahuma wa a’dhim bihi ujuurahuma wa alhiq-hu bi
shaalihi salafil mukminin. Waj’alhu fii kifaalati Ibraahiima wa qihi birahmatika ‘adzaabal
Jahiim.”
Artinya:
“Ya Allah, jadikanlah ia sebagai simpanan bagi kedua orang tuanya, sebagai pendahulu,
tambahan pahala, dan pemberi syafaat yang mustajab (bagi kedua orang tuanya). Ya Allah,
beratkanlah timbangan kedua orang tuanya dengan sebab musibah kematiannya, perbesarlah
pahala bagi keduanya, susulkanlah ia kepada orang-orang shalih dari salaf (pendahulu) kaum
mukminin, masukkanlah ia ke dalam asuhan Ibrahim dan peliharalah ia dari azab Neraka Jahim.”

d.  Kemudian bertakbir yang keempat lalu mengucapkan doa:


ُ‫اللَّهُ َّم الَ تَحْ ِر ْمنَا أَ جْ َر هُ َو الَ تَ ْفتِنَّا بَ ْع َدهُ َو ا ْغفِرْ لَنَا َولَه‬
Artinya:
“Ya Allah jangan Engkau halangi kami dari mendapat pahala (atas musibah kematian)-nya dan
jangan Engkau menguji kami sepeninggalnya.Dan ampunilah kami dandia”.

Selanjutnya yang terakhir adalah memberi salam dan palingkan ke kanan dan ke kiri.

3.     Beberapa Sunat Sholat Mayat.


A. Mengangkat tangan pada waktu mengucapkan takbir-takbir tersebut (takbir 4x).
B. Israr (merendahkan suara bacaan)
C. Membaca a’uzu billah.
4.     Perempuan Menyalatkan Mayat.
Sebagian ulama memandang bahwa sholat perempuan atas mayat tidak dapat membayar fardu
kifaya jika laki-laki masih ada. Akan tetapi ulama lain berpendapat bahwa sholat perempuab itu
dapat embayar fardu kifayah karena sholat mereka sah. Pendapat yang kedua ini lebih sah dan
kuat.

5.     Berjamaah.
Sholat jenasah disunnatkan berjamaah, dan hendaknya dijadikan tiga saf(baris). Sekurang-
kurangnya satu saf terdiri atas dua orang. Maka jika yang sholat ada enam orang, hendaklah tiap-
tiap saf terdiri atas dua orang agar dapat menjadi tiga saf.
Sabda Rasulullah Saw.

‫ ما من مومن يموت فيصلى عليه امه من امسلمين يبلغون ان يكونوا‬:‫عن مالك بن هبيرة قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫ رواه الخمسة اال النساء‬.‫ثالثة صفوف اال غفرله‬:

      Dari malik bin hubairah. Katanya Rasulullah Saw. Berkata,”Tiada seorang mukmin pun
yang meninggal, lalu disholatkan oleh segolongan kaum muslim sehingga mereka mencapai tiga
saf, kecuali diampuni dosanya.”(HR. lima ahli hadits selain Nasai).
6.     Mati Syahid.
      Yang di maksud dengan mati syhid ialah orang yang terbunuh dalam peperangan melawan
orang kafir untuk menjunjung tinggi agama Allah.
Orang yang mati syahid itu tidak dimandikan, tidak disholatkan, dan cukup dikafani dengan
pakaiannya yang berlumur darah itu.

‫ البخارى‬ ‫ رواه‬.‫ عن جابر ان النبي صلى هللا عليه وسلم امرفئ قتلى احد بدفنهم بدما ءهم ولم يغسلوا ولم يصل عليهم‬.

Dari jabir, “Sesungguhnya Nabi Saw. Telah memerintahkan kepada sahabat-sahabatnya, bagi
orang-orang yang gugur dalam peperangan Uhud, supaya mereka dikuburkan beserta darah
mereka, tidak dimandikan dan tidak pula di sholatkan.”(HR. Bukhari).
Syahid terbagi tiga, menurut pembagian fiqhi:

1. Syahid dunia dan akhirat, inilah syahid yang dimaksud pada penjelasan sebelumnya.
2. Syahid dunia saja, yaitu orang yang mati dalam peperangan melawan orang kafir, tetapi
bukan karena untuk menjunjung tinggi (membela) agama Allah, melainkan karena sebab-
sebab yang lain, misalnya ingin mendapat harta rampasan, karena kemegahan, dan
sebagainya.
3. Syahid akhirat saja,mati teraniaya, mati terkejut, mati kena penyakit kolera, mati tertimpa
oleh sesuatu, mati kebakaran, atau mati dalam belajar agama Allah (dalam mencari ilmu).
Sabda Rasulullah Saw.

‫عن ابى هريرة قال النبي صلى هللا عليه وسلم الشهداء خمسة المطعون والمبطون والغريق وصا حب الهدم والشحداءفى سبيل‬
‫رواه الجخا رى ومسلم‬.‫هللا‬.

Dari Abu Hurairah, Nabi Saw, berkata, “Manusia yang mati syahid itu ada lima macam: (1)
mati karena penyakit kolera, (2)mati karena penyakit perut, (3)mati karena tenggelam, (4)mati
karena tertimpa barang berat, (5)mati dijalan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
7.     Membawa Jenazah ke Kubur.
      Sesudah mayat dimandikan, dikafani, dan disholatkan, lalu dibawa ke kubur, dipikul pada
empat penjuru; berjalan membawa jenazah itu hendaknya dengan segera. Kemudian berjalan
mengantarkan jenazah, hal ini merupakan suatu amal kebaikan. Tidak boleh mengikuti jenazah
dengan perasapan, karena yang demikian itu merupakan perbuatan jahiliyah zaman bodoh
sebelum islam) yang dicela agama islam.
‫عن ابى بردة قال اوصى ابو موس حين حضره الموت فقال التتبعوبحجمر قالوا اوسمعت فيه شيأ قال نعم من رسول هللا صلى‬
‫رواه ابن ماجه‬  .‫هللا عليه وسلم‬.

Dari Abu Bardah, Ia berkata, “Abu Musa telah berpesan ketika ia akan mati. Katanya.
‘janganlah kamu mengantar saya dengan pedupaan’. Orang-orang bertanya,’pernahkah engau
dengar hal itu?’Ia menjawab, ‘Ya, saya dengar larangan ini dari Rasulullah Saw.’.”(HR. Ibnu
Majah).
Apabila seseorang melihat jenazah, hendaknya ia berdiri, meskipun mayat itu bukan orang islam.

‫عن جابر مرت بناجنازة فقام لها النبي صلى هللا عليه وسلم فقمنا به فقلنا يا رسول هللا انها جنازة يهودي قال اذارايتم الجنازة‬
‫رواه البخارى‬  .‫فقوموا‬.

Dari Jabir, “Di hadapan kami telah lewat jenazah, lalu Nabi Saw. Berdiri, kami pun berdiri
pula, lantas kami katakana kepada beliau bahwa jenazah itu jenazah seorang Yahudi. Beliau
berkata, ‘apabila kamu melihat jenazah, hendaklah kamu berdiri.”(HR. Bukhari).

B.      MENGUBURKAN MAYAT.
            Hukum menguburkan mayat adalah fardu kifayah atas yang hidup.dalamnya kuburan
sekurang-kurangnya kira-kira tidak tercium bau busuk mayat dari atas kubur dan tidak dapat
dibongkat oleh binatang buas, sebab maksud menguburkan mayat untuk menjaga kehormatan
mayat itu dan menjagakesehatan orang-orang yang ada di sekitar lokasi pemakaman.
Lubang kubur disununatkan memakai lubang lahad, kalau tanah perkuburan itu keras, tetapi jika
tanah perkuburan tidak keras, mudah runtuh, seperti tanah yang bercampur pasir, maka lebih
baik dibuatkan lubang tengah saja.

Sesampainya di kuburan, kepalanya hendaklah di letakkan di sisi kaki kuburan, lalu diangkat ke
dalam lahad atau lubang tengah dimiringkan kesebelah kanannya, dihadapkan ke kiblat (adapun
kiblat yang dimaksud dengan kiblat sesudah mati ialah dalam lubang lahad). Ketika meletakkan
mayat ke dalam kubur, disunatkan membaca :

‫ رواه الترمذى وأبوداود‬ .‫بسم هللا وعلى ملة رسول هللا‬.

            Dengan nama Allah dan atas nama Rasulullah. (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud).
1.     Beberapa Sunat yang Bersangkutan dengan Kubur.
A. Ketika memasukkan mayat ke dalam kubur, sunat menutupi bagian atasnya
dengan kain atau yang lainnya kalau mayat itu perempuan.
B. Kuburan itu sunat ditinggalkan kira-kira sejengkal dari tanah biasa.
C. Kuburan lebih baik didatarkan dari pada dimunjungkan.
D. Menandai kuburan dengan batu atau lainnya di sebelah kepalanya.
E. Menaruh kerikil (batu-batu kecil) di atas kuburan.
F. Meletakkan pelepah yang basah di atas kuburan.
G. Menyiram kuburan dengan air.
H. Sesudah mayat dikuburkan, orang yang mengantarkannya disunatkan berhenti
sebentar untuk mendoakannya (memintakan ampun dan meminta supaya ia
mempunyai keteguhan dalam menjawab pertanyaan malaikat).
2.     Larangan yang Bersangkutan dengan Kuburan.
i. Menembok kuburan.
ii. Duduk di atasnya.
iii. Membangun rumah di atasnya.
iv. Membuat perkuburan menjadi masjid.

3.        Memindahkan Mayat.
Hukum membawa mayat dari negeri tempat meninggalnya untuk dikuburkan di negeri lain,
sebagian ulama berpendapat bahwa hukumnya haram, karena dikhawatirkan akan merusak
kehormatan mayat. Sebagian ulama berpendapat hal itu tidak ada halangan, asal terjaga dengan
baik, karena asal okum sesuatu adalah harus (boleh), sedangkan tidak ada dalil yang
mengharamkannya.

4.     Membongkar Kuburan.
Apabila mayat sudah dikuburkan, tidak boleh dibongkar (haram dibongkar) karena hal itu akan
merusak kehormatan mayat,kecuali terjadi beberapa hal berikut: (1) mayat yang dikubur belum
dimandikan, (2) tidak dikafani, (3) tidak dishalatkan, (4) tidak menghadap ke kiblat, (5)
dikuburkan di tanah yang dirampas, sedangkan yang mempunyai meminta dikembalikan, (6)
atau terjatuh sesuatu yang berharga ke dalam kuburan. Jika terjadi salah satu dari hal tersebut,
kuburan boleh dibongkar selama mayat belum membusuk.

Tidak ada halangan membongkar kuburan yang sudah lama, asalkan mayat sudah hancur, berarti
tulang-tulangnya pun sudah hancur. Untuk mengetahui berapa lamanya baru hancur, hendaklah
ditanyakan kepada yang ahlinya, karena keadaan tempat tidak sama, bergantung pada keadaan
tanah di tempat itu, kering atau basah.

5.     Ta’ziah (Melayat)
Melayat ahli mayat (keluarga mayat) itu sunat dalam tiga hari sesudah ia meninggal dunia, yang
lebih ialah sebelum dikuburkan. Yang dimaksud dalam melayat itu ialah untuk menganjurkan
ahli mayat (keluarga mayat) supaya sabar, jangan berkeluh-kesah, mendo’akan mayat supaya
mendapat ampunan, dan juga supaya malapetaka itu berganti dengan kebaikan.

Sabda Rasulullah Saw:

‫عن اسا مة قا لت ارسلت احدى بنات رسول هللا صلى هللا عليه وسلم تد عوه وتخبره ان ابنا لها فى الموت فقال رسول هللا صلى‬
.‫هللا عليه وسلم لرسول ارجع اليها فاخبر ها ان هللا مااخذ وله ما اعطى وكل شيء عنده بأ جل مسمى فمرها فاتصبرولتحتسب‬
‫رواه البخارى ومسلم‬.

Dari Usamah, Ia berkata, “Seorang anak perempuan Rasulullah Saw. telah memanggil beliau
serta memberitahukan bahwa anaknya dalam keadaan hamper mati, Rasulullah Saw. berkata
kepada utusan itu, ‘kembalilah engkau kepadanya, dan katakana bahwa segala yang diambil
dan yang diberikan – bahkan apa pun – kepunyaan Allah. Dialah yang menentukan ajalnya,
maka surulah ia sabar serta tunduk kepada perintah’.”(HR. Bukhari dan Mushlim).
 
6.     Sabar
                  Keluarga yang ditinggalkan hendaklah sabar atas kedukaannya, serta menyerahkan
halnya kepada Allah.
 
7.     Memberi Makan Ahli Mayat
Kaum kerabat, tetangga, sahabat, hendaklah memberi makan keluarga (ahli) mayat karena
mereka sedang dalam keadaan kalutm belum sempat mengurus makanan mereka.

Sabda Rasulullah Saw:


‫ اصنعوا ال ل جعفر طعا ما فقد اتا هم ما‬ ‫عن عبيد هللا بن جعفر قال لما جاء نعى جعفر حين قتل قال لنبي صلى هللا عليه ؤسلم‬
‫ رواه ا لخمسة إال النساء‬ .‫يشغلهم‬.

Dari Ubaidillah bin Ja’far. Ia berkata, “Tatkala datang kabar meninggalnya Ja’far karena
terbunuh, Rasulullah Saw. Bersabda, ‘Buatkanlah olehmu makanan untuk keluarga Ja’far,
karena mereka sedang menderita kesusahan (kekalutan)’.” (HR. lima orang ahli hadits, kecuali
Nasai). 
Yang dimaksud dengan kiblat sesudah mati ialah dalam lubang lahad.

Itulah yang disyariatkan dalam agama islam, bukan sebagaimana yang biasa dilakukan di
Indonesia; semua tetangga, sahabat yang dekat atau yang jauh, keluarga, teman, dan orang
sekampung datang beramai-ramai berkumpul di rumah ahli mayat untuk makan-makan, dan ahli
mayat terpaksa menyediakan makanan yang bermacam-macam, biarpun sampai menghabiskan
harta peninggalan si mayat. Bahkan kalau kurang, hartanya sendiri juga dihabiskan. Kadang-
kadang orang yang datang di tempat kematian itu sepanjang hari tidak perlu berbelanja lagi
karena keperluannya sudah ditanggung oleh orang yang sedang bersedih dan berduka cita karena
kehilangan keluarga yang dicintainya. Selain dari perayaan pada hari matinya itu, diadakan
pula”selamatan”untuk makan-makan pada hari ketiga dari hari meninggalnya, hari ketujuh,
kesepuluh, keempat puluh, seratus dan seterusnya. Kesedihan itu selalu diperbaharui, dan
kerugian selalu ditambah-tambah. Semua itu hukumnya haram tidak diizinkan oleh agama islam,
lebih-lebih kalau ahli mayat itu ada yang belum sampai umur (belum baliq).

‫ رواه أ حمد وابن ما‬ .‫عن جرير بن عبد هللا البجلى قال كنا نعد االجتما ع الى اهل الميت وصنعة الطعام بعد د فنه من النيا حة‬
‫جه‬.

Dari Jarir bin Abdullah Al-Bajali. Ia berkata, “berkumpul-kumpul pada ahli mayat serta
membuat makanan sesudah mayat dikuburkan, kami anggap sebagian dari meratap (sama
hukumnya dengan meratap, yaitu haram).” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
 
                 Jika kita merenungkan lebih jauh serta kita pikirkan dengan pikiran yang sehat dan
tenang, alangkah sedihnya ahli mayat, sesudah ia kehilangan keluarganya (salah satu dari
keluarganya), selain itu harta dihabiskan pula. Kalau tidak mengikuti kehendak adat, ia tercela di
mata kaum adat yang berpikiran tidak sehat itu.
8.     Ziarah Kubur.
                  Laki-laki disunatkan menziarahi kubur. Adapun bagi perempuan di makruhkan,
karena tabiat perempuan lemah hati dan lekas susah, maka dikhawatirkan akan mencucurkan air
mata dan akan berkeluh-kesah serta berdukacita sehingga lupa akan kekuasaan Allah Saw.
Orang-orang yang menziarahi kubur disunatkan member salam kepada ahli kubur dan
mendo’akan mereka (meminta ampun dan memintakan keselamatan ahli kubur).

 
 
   BAB III
PENUTUP
1. A.     Simpulan
      kita hidup di dunia ini pada akhirnya akan meninggal juga. Untuk itu sebelum kita
menghampiri yang namanya kematian, baiknya kalau ada persiapan terlebih dahulu. Seperti amal
perbuatan baik tentunya. Seseorang yang telah meninggal mempunyai tahap-tahap seperti
pengkafanan, menyalati, menguburkan dan takziyah. Setelah itu manusia sudah tidak
mempunyai urusan di dunia lagi kecuali amal ibadahnya selama hidup di dunia dan orang-orang
yang selalu mendoakannya.
1. B.     Saran
Hidup di dunia tidaklah abadi, semua yang hidup akan mati. Persiapan yang baiklah yang akan
menjamin kita kedepannya. Sebelum urusan di dunia kita selesai maka gunakanlah waktu yang
sebaik-baiknya. Orang yang juga meninggal memerlukan bantuan kita untuk menyelesaikan
urusannya di dunia seperti pengkafanan hingga waktu takziyah. Jadi, betapa pentingnya kita
harus mengetahui tata cara tersebut secara tertib dan baik.

 
DAFTAR PUSTAKA

1. Rasjid, sulaiman. Fiqh islam (hukum fiqh), Bandung; Sinar Bandung Algensindo,2011.
2. Abdurrahman, Abdullah. 2011. Shalat Jenazah Disertai dengan Tata Cara
Mengurusnya.  At-Tibyan.
3. http//:Pengurusan jenazah.com

Anda mungkin juga menyukai