Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN DAN HUKUM SHALAT JENAZAH


Menurut bahasa Arab yaitu ‫ الجنازة صالة‬atau sholat Al-Janazat adalah shalat yang dikerjakan
sebanyak 4(empat) kali takbir pada saat orang muslim yang sudah meninggal dunial (mati)
sebelum di masukkan ke liang lahat (kuburan) tetapi sesudah dikafankan. Shalat jenazah ini
merupakan shalat sunnah tetapi bersifat wajib atau yang disebut Fardhu Kifayah. Hukum
dari Fardhu Kifayah adalah suatu kewajiban yang dilakukan oleh orang muslim untuk
melaksanakan shalat, jika seorang muslim sudah melaksanakan shalat jenazah maka
gugurlah kewajiban bagi orang muslim yang lainnya.

DALIL SHOLAT JENAZAH

Nabi Muhamad shallallahu’alaihi wasallam pernah bersabda,

“Barangsiapa yang menghadiri jenazah hingga ikut menshalatkannya, maka dia


mendapatkan satu qirath, dan barangsiapa yang menyaksikannya hingga ikut mengantar
ke kubur, maka mendapatkan dua qirath”. Ditanyakan, “Apakah yang dimaksudkan
dengan dua qirath itu? ” Beliau menjawab, “Seperti dua gunung yang besar.” (HR.
Muttafaq ‘alaih)

2.2 TATA CARA PENGURUSAN SHALAT JENAZAH

1. Memandikan jenazah
Orang yang berhak untuk memandikan jenazah adalah keluarga yang terdekat yaitu
yang termasuk muhrim, suami, dan istri.
Apabila dari keluarga terdekat tidak ada yang bisa memandikannya, barulah diserahkan
kepada orang lain yang dapat dipercaya, yaitu orang yang dapat memandikan dan dapat
menjaga aib atau keganjilan-keganjilan yang sekiranya ada pada jenazah.
Bagi jenazah perempuan yang memandikan juga perempuan, dan jika jenazah laki-laki
maka yang memandikan juga laki-laki.
Syarat jenazah yang dimandikan adalah :
a. Orang Islam
b. Memandikan seluruh tubuh atau mungkin sebagian tubuh yang dapat ditemukannya
walaupun sebagian/sedikit.
c. Jenazah tersebut bukan mati syahid, sebab bagi orang yang meninggal karena perang
membela agama atau mati syahid tidak boleh dimandikan, dikafani, dan tidak
disalatkan.
Rasulullah SAW bersabda :

)‫علا ْي ِه َّْم (رواه البخارى‬


‫ل ا‬ ‫ل أح ْودَّ اولا َّْم ي ا‬
َِّ ‫ص‬ َّ‫لا اي ْغسِلَّ قاتْ ا‬
َّ ‫ِإنَّ الن ِبيَّ ص م‬

Artinya “Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW tidak


: memandikan para korban Perang Uhud dan tidak pula
menyalatkan mereka”. (H.R. Bukhari)

Tata cara memandikan jenazah


a. Jenazah ditempatkan diatas meja yang miring atau tempat yang agak tinggi, supaya
percikan air dari bawah itu tidak sampai keatas mengenai jenazah.
b. Tempat untuk memandikan dicarikan tempat yang tertutup dan terlindungi.
c. Diantara meja atau tempat memandikan, diatasnya diletakkan potongan pohon pisang
kurang lebih 6 potong yang digunakan sebagai bantalan.
d. Pada saat dimandikan jenazah diberi pakaian basahan, atau kain sarung agar auratnya
tidak terbuka.
e. Kemudian setelah disiapkan tempat memandikan, mayat diangkat dan diletakkan
diatas pohon pisang yang berada diatas meja, kemudian disiramkan ke seluruh
tubuhnya dengan menggunakan air sabun.
f. Membersihkan kotoran, seperti kotoran dari perutnya, pada setiap lubang dengan
menggunakan sarung tangan dengan cara ditekan pelan-pelan.
g. Setelah jenazah dibersihkan dari najis dan kotoran pada setiap lubangnya dengan air
sabun, kemudian dimandikan bagian badan sebelah kanan dan kiri.
h. Waktu memandikan jenazah disunahkan disiram tiga kali atau lima kali.
i. Setelah jenazah selelsai dimandikan, lalu disisir rambutnya dengan rapi.
j. Jenazah diwudukan sebagaimana biasa kemudian disiram dengan air yang dicampur
dengan wangi-wangian.
k. Badan jenazah dikeringkan dengan kain handuk.
l. Jenazah diangkat, kemudian diletakkan pada kain kafan yang sudah disiapkan.
2. Mengkafani jenazah
Kain kafan untuk jenazah laki-laki paling sedikit satu lapis, dan disunahkan tiga lapis
tanpa baju dan surban. Sedang bagi wanita disunahkan lima lapis yaitu untuk kain
basahan (bawah), baju, tutup kepala, leher, dan kain yang menutupi seluruh tubuhnya.
Biaya untuk kain kafan diambilkan dari harta si jenazah. Jika tidak ada, maka dapat
diambilkan dari keluarga terdekat atau yang menanggung nafkahnya waktu dia masih
hidup. Jika tidak ada, diambilkan dari baitul mal. Jika tidak ada, diambilkan dari seluruh
umat Islam yang mampu.
Urutan-urutan yang dilakukan waktu mengkafani jenazah
a. Membuat tali pengikat, kurang lebih 7 tali pengikat, kemudian diletakkan kira-kira pada
bagian kepala, tangan, kaki, lutut, dan mata kaki. Dua tali untuk persiapan tali ujung
atas dan ujung bawah.
b. Kain kafan dibentangkan sehelai demi sehelai yang sudah ditaburi harum-haruman.
c. Dibuatkan dan disiapkan kafan pelengkap seperti baju, kerudung dan basahan.
d. Jenazah hendaknya diberi kapur barus yang sudah dihaluskan, kemudian diangkat,
jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain kafan diletakkan diatas kain kafan yang
sudah disiapkan.
e. Kedua tangan diletakkan diatas dadanya, tangan kanan diletakkan diatas tangan kiri
(sedekap) atau boleh juga kedua tangannya diluruskan ke bawah.
f. Tempelkan kapas pada hidung, pusar, dubur, dan pada lubang-lubang yang lain.
g. Selimuti kain kafan sebelah kanan yang paling atas kemudian ujung lembar sebelah kiri
selanjutnya lakukan selembar demi selembar seperti itu.
h. Setelah tubuh jenazah diselimuti dengan kain kafan dengan rapi, kemudian tali-tali
yang disiapkan sudah dapat diikatkan mulai dari tali yang paling ujung atas dan ujung
bawah, kemudian tali kepala, kaki, dan jika sudah selesai segera disiapkan tempat untuk
menyalatkan.
3. Menyalatkan jenazah
Setelah jenazah dikafani, kewajiban selanjutnya adalah disalatkan dalam rangka
mendoakannya. Hendaknya keluarga terdekat, anak-anak, dan saudaranya ikut
mendoakan dengan cara salat jenazah.
Syarat-syarat sah salat jenazah
a. Orang Islam
b. Suci dari hadas besar dan kecil, suci badan, pakaian, dan tempat dari najis.
c. Menutup aurat dan menghadap kiblat
d. Keadaan jenazah sudah dimandikan dan sudah dikafani
e. Letak jenazah diarahkan kiblat orang yang menyalatkan.
Rukun salat jenazah
a. Niat dengan ikhlas mengharapkan rida dari Allah
b. Berdiri jika mampu
c. Membaca surat Al fatihah setelah takbir pertama
d. Membaca solawat Nabi setelah takbir kedua
e. Membaca doa jenazah setelah takbir ketiga
‫ع ْن َّه‬
‫عافِ َِّه اواعْفَّ ا‬ ْ ‫االلهمَّ ا ْغ ِف َّْر لاهَّ او‬
‫ار اح ْمهَّ او ا‬

Artinya “Ya Allah ampunilah dia dan kasihanilah dia dan


: sejahterakanlah dia”.

f. Membaca doa setelah takbir yang keempat untuk jenazah dan kita sendiri
َّ ‫ن أاجْ ارهَّ او‬
َّ‫لا ت ا ْفتِناا با ْعداهَّ اوا ْغ ِف ْرلاناا اولاه‬ َّ‫االلهمَّ لاتاحْ َِّر ْم ا‬

Artinya “Ya Allah janganlah engkau menghalangi kami


: memperoleh pahalanya dan janganlah fitnah kami
sepeninggalnya dan ampunilah kami dan dia”.

g. Membaca salam
Pelaksanaan salat jenazah
Salat jenazah dilakukan dengan empat kali takbir, dilakukan boleh berjamaah dan boleh
sendirian (munfarid). Untuk baris dan safnya disunahkan tiga saf dan paling sedikit dua
orang.

Tata cara salat jenazah:


a. Jenazah yang akan disalatkan diletakkan di depan membujur ke utara
b. Jika jenazah laki-laki maka imam berdiri sejajar arah pada kepala
c. Jika jenazah perempuan, maka imam berdiri sejajar arah pada lambung atau tengah-
tengah badan jenazah
d. Urutan pelaksanaan salat jenazah dikerjakan secara tertib sesuai dengan rukun yang
telah ditetapkan
e. Wanita boleh juga ikut menyalatkan jenazah dan juga sah
f. Semakin banyak yang menyalatkan semakin baik.

4. Mengubur jenazah
Bagi jenazah muslim wajib dikuburkan di pekuburan, dan bagi yang mati syahid wajib
dikuburkan di tempat dimana ia terbunuh atau gugur. Seperti yang dilakukan Rasulullah
SAW terhadap para syuhada Perang Badar.
Cara menguburkan jenazah:
a. Dalam membuat lubang kubur disunahkan dibuat liang lahat sepanjang badan ukuran
jenazahnya. Lebar kira-kira satu meter dan dalamnya kira-kira dua meter atau setinggi
atap ditambah setengah lengan, dasar lubang dibuat miring ke arah kiblat kira-kira
galian memuat jenazah, lubang kubur dibuat seperti itu kalau tanahnya keras.
b. Kalau tanahnya bercampur pasir atau gembur lebih baik dibuat lubang tengah, yaitu
lubang kecil ditengah-tengah kubur, kira-kira dapat memuat jenazah.
c. Jenazah dimasukkan kedalam liang lahat dengan posisi miring ke kanan dan menghadap
kiblat.
d. Membaca doa pada waktu memasukkan jenazah ke lubang kubur sebagai berikut :
‫بسم هللا وعلى ملة رسول هللا‬
“Dengan nama Allah dan atas agama Rasulullah”.
e. Tali-tali pengikat kain kafan semuanya dilepaskan.
f. Kemudian ditutup dengan papan / kayu dan diatas ditimbuni dengan tanah sampai rata
dan ditinggikan kurang lebih satu jengkal.
g. Menyiramkan air diatas kubur.
h. Mendoakan dan memohonkan ampun untuk jenazah.

2.3 TAKZIAH (MELAYAT)


Takziah menurut bahasa artinya menghibur, sedang menurut istilah, takziah adalah
menghibur kepada keluarga yang ditinggalkan. Hukum takziah adalah sunah. Tujuan
takziah adalah agar keluarga yang ditinggal bersabar dalam menerima cobaan dan
mempunyai keteguhan iman dan Islam. Disamping itu juga dengan memberi bantuan
materi yang bersifat moral.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sewaktu bertakziah :
1. Mendoakan kepada jenazah dengan cara ikut menyalatkannya
2. Mendoakan agar amal baiknya diterima dan dosanya diampuni Allah SWT
3. Mendoakan kepada keluarga supaya tabah, sabar, dan tawakal
4. Memberi bantuan baik berupa materi maupun nonmateri
5. Ditempat takziah tidak bercanda, atau bicara keras sambil tertawa
6. Tidak melakukan hal-hal yang tidak sepantasnya dilakukan
7. Mengantarkan jenazah sampai ke tempat pemakaman.

2.4 Ziarah Kubur


Ziarah kubur menurut bahasa artinya mengunjungi kubur atau tempat pemakaman.
Menurut istilah ziarah yaitu mengunjungi ke makam (kubur) dengan mendoakannya.
Pada awal sejarah Islam, ziarah kubur dilarang (diharamkan) baik laki-laki maupun
perempuan karena dikhawatirkan akan dapat menggoyahkan iman (menjadi musyrik).
Tetapi ketika Islam sudah kuat, ziarah kubur diperbolehkan.
Tata cara ziarah kubur:
1. Pada waktu akan berangkat ke makam terlebih dahulu berwudu / bersuci.
2. Membaca doa atau salam pada waktu akan memasuki makam itu, yaitu :

َِّ ‫ل ا ش‬
)‫ار (رواه التر مذى‬ ‫ل اْلقب ْو َِّر يا ْغ ِف َّْر لاناا اولاه َّْم أ ا ْنت َّْم ا‬
َّ ْ ‫سلا ْفناا اوناحْ نَّ باا‬ َّ‫علا ْي ِه َّْم يااأ ا ْه ا‬
‫االسالامَّ ا‬
Artinya “Sesungguhnya keselamatan atasmu wahai penghuni
: kubur, semoga Allah memberi ampunan bagi kami dan
bagi kamu, kamu adalah perintis bagi kami, dan kami
akan insya Allah kami akan menyusulmu”. (H.R. Tirmizi)

3. Setelah sampai dikubur yang dituju, duduk menghadap ke arah muka jenazah
4. Membaca ayat-ayat Alqur’an seperti Yasin, Ayat Kursi
5. Pada waktu ziarah, hendaknya dengan khusyuk dan terlintas pada hati bahwa suatu
saat juga akan mati
6. Jangan duduk diatas batu nisan atau melangkahi kuburan
7. Tidak berbuat kemusyrikan, seperti memohon kepada ahli kubur
8. Menyampaikan permohonan doa kepada Allah agar mendapat ampunan serta rahmat
bagi ahli kubur. Setelah ziarah kubur hendaknya memperbanyak amal kebaikan yaitu
menambah ketakwaan kepada Allah SWT.
Hikmah ziarah kubur:

1. Mengingat kematian
2. Dapat bersikap zuhud (menjauhkan diri dari sikap keduniawi)
3. Selalu ingin berbuat baik sebagai bekal kelak di alam kubur dan hari akhir
4. Mendo’akan mayat agar Allah Swt. Mengampuni segala dosanya, menerima amal
baiknya, dan mendapat ridho-Nya.
Tugas Agama Islam
Melaksanakan Pengurusan Jenazah

DISUSUN OLEH:
Nama Anggota : 1. Auli Vetrisia
2. Diyan Fitriani
3. Fatma Azzahra Maulana
4. Gina Asriani Byksad
5. Mutiara Sari
6. Yuni Sulastri
Kelas : XI MIPA 2
Guru Pembimbing : Vera S.Pd

SMAN 2 LUBUK BASUNG


TP: 2019/2020

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena


hanya dengan berkat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat
serta salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari alam gelap ke alam yang terang benderang, dari alam
jahiliyah ke alam yang penuh berkah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Pak
Vera selaku guru Agama Islam . Dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah memberikan bantuannya berupa materiil maupun non
materiil, karena tanpa bantuan pihak-pihak tersebut kami tidak mungkin dapat
menyelesaikan makalah ini. Selain itu, kami pun mengucapkan terima kasih kepada
para penulis yang saya kutip tulisannya sebagai bahan rujukan.
Kami menyusun makalah ini dengan sungguh-sungguh dan semampu kami.
Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan pengalaman maupun
pelajaran yang berarti bagi siapa saja yang membacanya.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas Agama Islam Makalah ini saya buat satu
jilid yang berisi tentang “MELAKSANAKAN PENGURUSAN JENAZAH”.
Dalam tiap subbab yang dibahas merupakan informasi yang sesuai dengan
materi yang sedang dibahas.
Akhir kata, manusia tidak ada yang sempurna, begitu pula dengan makalah ini.
Jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Lubuk Basung, 15 oktober 2019

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami kematian
yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk sebaik-baik ciptaan Allah
SWT dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, maka Islam sangat menghormati orang
muslim yang telah meninggal dunia. Oleh sebab itu, menjelang menghadapi kehariban Allah
SWT orang yang telah meninggal dunia mendapatkan perhatian khusus dari muslim lainnya
yang masih hidup.
Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka
hukumnya fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup untuk
menyelenggarakan 4 perkara, yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan
menguburkan orang yang telah meninggal tersebut. Untuk lebih jelasnya 4 persoalan
tersebut, pemakalah akan mencoba menguraikan dalam penjelasan berikut ini.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa pengertian jenazah?
2. bagaimana tata cara memandikan jenazah?
3.Bagaimana tata cara mengkafani jenazah?
4.Bagaimana tata cara menshalatkan jenazah?
5.Bagaimana tata cara menguburkan jenazah?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui hukum sholat jenazah.


2. Mengetahui orang-orang yang tidak dishalatkan jenazahnya.
3. Mengetahui cara memandikan jenazah.
4. Mengetahui cara mengafani jenazah.
5. Mengetahui cara menyalatkan jenazah.
6. Mengetahui cara menguburkan jenazah

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi
makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu
mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana,
penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya,
kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan
oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah:
a. Memandikan
b. Mengkafani
c. Menshalatkan
d. Menguburkan
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:
a. Memperoleh pahala yang besar.
b. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
c. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan belasungkawa
atas musibah yang dideritanya.
d. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan masing-
masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
e. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila salah
seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya menurut
aturan Allah SWT dan RasulNya.

3.2 SARAN
Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini, pemakalah
berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian dan mempersiapkan diri untuk
menyambut kematian itu. Selain itu, pemakalah juga berharap agar pembahasan ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan kita semua serta dapat mengajarkannya dengan
baik ketika telah menjadi seorang guru di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Mustadi. 2017. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Jakarta : Pusat Kurikulum dan
Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
http://novia2.blogspot.com/2014/06/makalah-agama-tata-cara-
pengurusan.html
https://iinfouu.blogspot.com/2013/02/makalah-tentang-shalat-
jenazah.html
https://dalamislam.com/shalat/sholat-jenazah

Anda mungkin juga menyukai