PEMBAHASAN
1. Memandikan jenazah
Orang yang berhak untuk memandikan jenazah adalah keluarga yang terdekat yaitu
yang termasuk muhrim, suami, dan istri.
Apabila dari keluarga terdekat tidak ada yang bisa memandikannya, barulah diserahkan
kepada orang lain yang dapat dipercaya, yaitu orang yang dapat memandikan dan dapat
menjaga aib atau keganjilan-keganjilan yang sekiranya ada pada jenazah.
Bagi jenazah perempuan yang memandikan juga perempuan, dan jika jenazah laki-laki
maka yang memandikan juga laki-laki.
Syarat jenazah yang dimandikan adalah :
a. Orang Islam
b. Memandikan seluruh tubuh atau mungkin sebagian tubuh yang dapat ditemukannya
walaupun sebagian/sedikit.
c. Jenazah tersebut bukan mati syahid, sebab bagi orang yang meninggal karena perang
membela agama atau mati syahid tidak boleh dimandikan, dikafani, dan tidak
disalatkan.
Rasulullah SAW bersabda :
f. Membaca doa setelah takbir yang keempat untuk jenazah dan kita sendiri
َّ ن أاجْ ارهَّ او
َّلا ت ا ْفتِناا با ْعداهَّ اوا ْغ ِف ْرلاناا اولاه َّااللهمَّ لاتاحْ َِّر ْم ا
g. Membaca salam
Pelaksanaan salat jenazah
Salat jenazah dilakukan dengan empat kali takbir, dilakukan boleh berjamaah dan boleh
sendirian (munfarid). Untuk baris dan safnya disunahkan tiga saf dan paling sedikit dua
orang.
4. Mengubur jenazah
Bagi jenazah muslim wajib dikuburkan di pekuburan, dan bagi yang mati syahid wajib
dikuburkan di tempat dimana ia terbunuh atau gugur. Seperti yang dilakukan Rasulullah
SAW terhadap para syuhada Perang Badar.
Cara menguburkan jenazah:
a. Dalam membuat lubang kubur disunahkan dibuat liang lahat sepanjang badan ukuran
jenazahnya. Lebar kira-kira satu meter dan dalamnya kira-kira dua meter atau setinggi
atap ditambah setengah lengan, dasar lubang dibuat miring ke arah kiblat kira-kira
galian memuat jenazah, lubang kubur dibuat seperti itu kalau tanahnya keras.
b. Kalau tanahnya bercampur pasir atau gembur lebih baik dibuat lubang tengah, yaitu
lubang kecil ditengah-tengah kubur, kira-kira dapat memuat jenazah.
c. Jenazah dimasukkan kedalam liang lahat dengan posisi miring ke kanan dan menghadap
kiblat.
d. Membaca doa pada waktu memasukkan jenazah ke lubang kubur sebagai berikut :
بسم هللا وعلى ملة رسول هللا
“Dengan nama Allah dan atas agama Rasulullah”.
e. Tali-tali pengikat kain kafan semuanya dilepaskan.
f. Kemudian ditutup dengan papan / kayu dan diatas ditimbuni dengan tanah sampai rata
dan ditinggikan kurang lebih satu jengkal.
g. Menyiramkan air diatas kubur.
h. Mendoakan dan memohonkan ampun untuk jenazah.
َِّ ل ا ش
)ار (رواه التر مذى ل اْلقب ْو َِّر يا ْغ ِف َّْر لاناا اولاه َّْم أ ا ْنت َّْم ا
َّ ْ سلا ْفناا اوناحْ نَّ باا َّعلا ْي ِه َّْم يااأ ا ْه ا
االسالامَّ ا
Artinya “Sesungguhnya keselamatan atasmu wahai penghuni
: kubur, semoga Allah memberi ampunan bagi kami dan
bagi kamu, kamu adalah perintis bagi kami, dan kami
akan insya Allah kami akan menyusulmu”. (H.R. Tirmizi)
3. Setelah sampai dikubur yang dituju, duduk menghadap ke arah muka jenazah
4. Membaca ayat-ayat Alqur’an seperti Yasin, Ayat Kursi
5. Pada waktu ziarah, hendaknya dengan khusyuk dan terlintas pada hati bahwa suatu
saat juga akan mati
6. Jangan duduk diatas batu nisan atau melangkahi kuburan
7. Tidak berbuat kemusyrikan, seperti memohon kepada ahli kubur
8. Menyampaikan permohonan doa kepada Allah agar mendapat ampunan serta rahmat
bagi ahli kubur. Setelah ziarah kubur hendaknya memperbanyak amal kebaikan yaitu
menambah ketakwaan kepada Allah SWT.
Hikmah ziarah kubur:
1. Mengingat kematian
2. Dapat bersikap zuhud (menjauhkan diri dari sikap keduniawi)
3. Selalu ingin berbuat baik sebagai bekal kelak di alam kubur dan hari akhir
4. Mendo’akan mayat agar Allah Swt. Mengampuni segala dosanya, menerima amal
baiknya, dan mendapat ridho-Nya.
Tugas Agama Islam
Melaksanakan Pengurusan Jenazah
DISUSUN OLEH:
Nama Anggota : 1. Auli Vetrisia
2. Diyan Fitriani
3. Fatma Azzahra Maulana
4. Gina Asriani Byksad
5. Mutiara Sari
6. Yuni Sulastri
Kelas : XI MIPA 2
Guru Pembimbing : Vera S.Pd
KATA PENGANTAR
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi
makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu
mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana,
penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya,
kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan
oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah:
a. Memandikan
b. Mengkafani
c. Menshalatkan
d. Menguburkan
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:
a. Memperoleh pahala yang besar.
b. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
c. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan belasungkawa
atas musibah yang dideritanya.
d. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan masing-
masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
e. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila salah
seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya menurut
aturan Allah SWT dan RasulNya.
3.2 SARAN
Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini, pemakalah
berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian dan mempersiapkan diri untuk
menyambut kematian itu. Selain itu, pemakalah juga berharap agar pembahasan ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan kita semua serta dapat mengajarkannya dengan
baik ketika telah menjadi seorang guru di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Mustadi. 2017. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Jakarta : Pusat Kurikulum dan
Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
http://novia2.blogspot.com/2014/06/makalah-agama-tata-cara-
pengurusan.html
https://iinfouu.blogspot.com/2013/02/makalah-tentang-shalat-
jenazah.html
https://dalamislam.com/shalat/sholat-jenazah