Anda di halaman 1dari 2

Pengangkatan Ketua Komite 

Keperawatan

12 05 2014

Bagian Kedua PMK No. 49 tahun 2013 tentang Komite Keperawatan membahas
tentang Struktur Organisasi dan Keanggotaan Komite Keperawatan. Banyak yang
mempertanyakan tentang siapa yang berhak memilih Ketua dan anggota Komite
Keperawatan. Sebagian ada yang menghendaki, perawatlah yang memilih kemudian
diajukan kepada Direktur untuk ditetapkan. Tapi sebagian lagi, direktur rumah sakitlah
yang berhak memilih.

Terhadap persoalan ini, di Pasal 8 PMK No.49 disebutkan pada ayat 1, “Keanggotaan
Komite Keperawatan ditetapkan oleh Pimpinan/Direktur Rumah Sakit dengan
mempertimbangkan sikap profesional, kompetensi, pengalaman kerja, reputasi dan
perilaku.”

Pasal 9 PMK No. 49 Ayat 1 menyebutkan, “Ketua Komite Keperawatan ditetapkan oleh
kepala/direktur Rumah Sakit dengan memperhatikan masukan dari tenaga keperawatan
yang bekerja di rumah sakit”.

Dengan mengacu pada dua pasal di atas, sebenarnya cukup jelas, bahwa Ketua
Komite Keperawatan ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit dengan mempertimbangkan
sikap profesional, kompetensi, pengalaman kerja, reputasi dan perilaku dengan
memperhatikan masukan dari tenaga keperawatan yang bekerja di rumah sakit. Jadi
memang hak direktur rumah sakit untuk menentukan siapa yang dianggap paling
pantas menduduki Ketua Komite Keperawatan.

Justru persoalan utama bagi komunitas perawat di rumah sakit adalah siapa yang akan
diajak bicara oleh direktur dalam mempertimbangkan seseorang menduduki posisi
Ketua Komite Keperawatan. Tentu yang akan diminta memberi masukan dan
pertimbangan adalah perawat yang memang dipercaya oleh direktur. Di rumah sakit
swasta biasanya adalah Asisten Direktur Keperawatan atau Manager Keperawatan.
Bila di rumah sakit negeri mungkin Bidang Perawatan. Atau siapapun yang memang
mendapat kepercayaan direktur untuk memberikan pertimbangan dan masukan.

Sebelum ada PMK No. 49 tahun 2013, definisi Komite Keperawatan mengacu pada
Permendagri memang berbeda. Di sana hanya disebutkan, “Komite Keperawatan
merupakan kelompok profesi perawat/bidan yang anggotanya terdiri dari
perawat/bidan”. Maka berbagai macam metode dalam pemilihan Ketua dan Anggota
Komite Keperawatan muncul, termasuk diantaranya adalah dengan Pemilu Internal
Keperawatan. Persis seperti Pemilu Legislatif untuk memilih anggota dewan.

Tapi dengan keluarnya PMK 49 tahun 2013, model pemilihan seperti itu jelas tidak
dibenarkan, karena pada bagian Kesatu Umum Pasal 5 Ayat 3 disebutkan, “Komite
Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan merupakan wadah
perwakilan dari staf keperawatan.”

Anda mungkin juga menyukai