Anda di halaman 1dari 5

A.

Pengertian Shalat

Shalat berasal dari bahasa Arab As-Sholah, sholat menurut Bahasa (Etimologi)
berarti Do’a dan secara terminology/ istilah, para ahli fiqih mengartikan secara lahir dan
hakiki. Secara lahirnya shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbir dan yang telah ditentukan.

Adapun secara hakikinya ialah “berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang
mendatangkan takut kepada;Nya sera menumbuhkan didalam jiwa rasa kebesarannya dan
kesempurnaan kekuasaan-Nya” atau “mendahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah
yang kita sembah dengan perkataanb dan pekerjaan atau kedua-duanya.

Dalam pengertian lain shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba
dengan Tuhannya sebagai bentuk, ibadah yang di dalamnya merupakan amalan dengan
takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun yang
telah ditentukan syara’.

Dari beberaoa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa shalat adalah ibadah
kepada Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan yang diawali dengan takbir dan
diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syara”. Juga shalat
merupakan penyerahan diri (lahir dan batin) kepada Allah dalam rangka ibadah dan
memohon ridho-Nya. Shalat dalamagama islam menempati kedudukan yang tidak dapat
ditandingi oleh ibadah manapun juga, ia merupakan tiang agama ia tak dapat tegak
kecuali dengan itu.

B. Pengertian Shalat Jenazah

Jenazah (Mayat atau Jasad) adalah orang yang telah meninggal dunia. Setelah
proses pengurusan jenazah, termasuk di dalamnya memandikan, mengkafani, dan
menyolatkannya, atau proses lainnya berdasar pada ajaran agama masing-masing,
biasanya mayat dikuburkan atau dikremasi (dibakar). Proses pengurusan jenazah ini
biasanya dilakukan oleh keluarga Jenazah dengan dukungan pemuka agama.
Shalat Jenazah adalah jenis shalat yang dilakukan untuk jenazah muslim. Setiap
muslim. Setiap muslim yang meninggal baik laki-laki maupun perempuan wajib dishalati
oleh muslim yang masih hidup.

Shalat jenazah merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang dilakukan umat
Muslim jika ada Muslim jika ada Muslim lainnya yang meninggal dunia. Hukum
melakukan shalat jenazah ini adalah fardu kifayah. Artinya apabila sebagian kaum
muslimin telah melaksanakan pengurusahn jenazah orang muslim yang meninggal dunia,
maka tidak ada lagi kewajiban kaum muslim yang lainnya untuk melaksanakan
pengurusan jenazah tersebut.

C. Syarat- syarat shalat jenazah


Adapun syarat-syarat shalat jenazah adalah sebagai berikut:
a. Shalat jenazah sama halnya dengan shalat yang lain, yaitu harus menutup aurat,
suci dari hadast besar dan kecil, suci badan, pakaian dan tempatnya serta
menghadap kiblat.
b. Shalat jenazah baru dilaksanakan apabila jenazah sudah selesai dimandikan dan
dikafani.
c. Letak mayit sebelah kiblat orang yang menyalatinya, kecuali kalau shalat
dilakukan di atas kubur atau shalat ghaib.
D. Rukun-rukun shalat jenazah
a. Niat, menyegaja melakukan shalat atas mayit dengan empat takbir, mengahadapi
kiblat karena Allah.
b. Berdiri bagi yang mampu.
c. Empat kali takbir yang diselingi oleh beberapa bacaan.
d. Membaca Al-Fatihah secara sir sesudah takbir pertama.
e. Membaca shalawatan kepada Nabi saw. Sesudah takbir kedua.
f. Berdoa sesudah takbir ketiga.
g. Berdoa sesudah takbir keempat.
h. Salam
E. Cara mengerjakan shalat jenazah
Shalat jenazah tidak disertai dengan rukuk dan sujud tidak dengan adzan dan
iqmat. Setelah berdiri sebgaimana mestinya, maka:
a. Berdiri menghadap kiblat. Jika jumlah yang melakukan shalat itu banyak, jadikan
3 saf dan dapat lebih.
b. Berniat
Lafal niatnya:
Untuk jenazah laki-laki : “Ushali ‘alaa haadzal mayyit arba ‘a takbiiraatin fardhu
kifaayati ma’muuman/imaaman lillahi ta’aala, Allahu akbar”
c. Takbiratul ihram (takbir yang pertama) kemudian membaca surat Al fatihah.
d. Takbir kedua kemudian membaca shalawat atas Rasulullah SAW
minimal :”Allahumma shalli ‘alaa Muhammadin”artinya: “yaa Allah berilah
salawat atas nabi Muhammad”.
e. Takbir ketiga kemudian membaca do’a untuk jenazah minimal:”Allahhummaghfir
lahu warhamhu wa’aafihi wa’fu anhu” yang artinya: “Yaa Allah ampunilah dia,
berilah rahmat, kesejahteraan dan ma’afkanlah dia”. Apabila jenazah yang disalati
itu perempuan, maka bacaan Lahuu diganti dengan Lahaa. Jadi untuk jenazah
wanita bacaannya menjadi: “Allahhummaghfir laha warhamha wa’aafiha wa’fu
anha”. Jika mayatnya banyak maka bacaan Lahu diganti dengan Lahum. Jadi
untuk jenazah banyak bacaannya menjadi:”Alahhummagfir lahum warhamhum
wa’aafihim wa’fu anhum”
f. Takbir keempat kemudian membaca do’a minimal:”Allahumma laa tahrimnaa
ajrahu walaa taftinna ba’dahu wagfirlanaa walahu.”yang artinya:”Yaa Allah,
janganlah kiranya pahalanya tidak sampai kepadanya atau janganlah Engkau
meluputkan kami akan pahalanya, dan janganlah Engkau memberi kami fitnah
sepeninggalnya, serta ampunilah kami dan dia.”jika jenazahnya adalah wanita,
bacaannya menjadi: “Allahumma laa tahrimnaa ajraha walaa taftinna ba’daha
waghfirlanaa walahaa.”
g. Mengucapkan salam.
F. Jenazah yang boleh dishalatkan

Segenap fuqayah menetapkan, bahwa shalat jenazah ditentukan untuk


seluruh muslim, laki-laki dan perempuan. Bahwa orang yang mati syahid dalam
perang pada jalan Allah SWT, tidak dilakukan shalat jenazah atasnya tetapi harus
dikuburkan dengan darah-darah dan lumuran-lumuran yang ada pada tubuhnya.
Orang yang tidak dishalatkan jenazahnya dari orang-orang islam ialah para
syahid. Banyak hadis yang menegaskan demikian. Ada hadis yang shahih yang
menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW menyoloti untuk para syahid.
Menurut ‘Uqbah ibn Amir, Nabi SAW, bershalat jenazah atas orang-orang yang
syahid dikuburkan di uhud sesudah berlalu delapan tahun.

Mengenai orang yang luka dalam peperangan, kemudian meninggal


(umpamanya di dalam rumah sakit), maka jenazahnya dimandikan dan
dishalatkan, walaupun kita pandang syahid, karena Nabi Muhammad SAW,
memandikan dan menshalatkan jenazah sa’ad ibn Muadz yang meninggal sesudah
beberapa hari beliau terluka. Tetapi kalau hidup dalam keadaan kurang jelas,
walaupun masih dapat berbicara, maka hukumnya disamakan dengan orang yang
mati dalam pertempuran.

G. Tata Cara Mengurus Jenazah

Jika ada orang muslim yang meninggal dunia yang segera harus dilakukan
adalah segera mengurus/merawat jenazah dan mengurus harta peninggalannya.
Adapun kewajiban terhadap jenazah ada 4 (empat) macam yaitu memandikan,
mengafani, menyalatkan, dan menguburkannya.

a. Memandikan jenazah
Kewajiban yang pertama-tama adalah memandikannya, yang melakukan
adalah keluarga terdekat, yaitu suami, atas istri, termasuk muhrim. Apabila dari
keluarga yang terdekat tidak ada yang mampu, baru diserahkan kepada orang lain
yang dapat terpercaya, sehingga dapat menjaga aib atau keganjilan-keganjilan
yang ada pada si mayat. Untuk jenazah laki-laki, maka yang memandikan juga
laki-laki, jika mayat perempuan yang memandikan juga perempuan.
1) Syarat-syarat jenazah yang akan dimandikan antara lain:
a) Jenazah orang islam.
b) Anggota badannya masih utuh.
c) Bukan karena mati syahid (mati peperangan tidak dimandikan dan tidak
dishalatkan)
Sabda Nabi SAW : Sesungguhnya Nabi saw. Tidak memandikan dan
tidak pula menyalatkan mereka. (HR. Bukhari)
2) Adapun cara memandikan jenazah yaitu:
Memandikan mayat, hukumnya fardhu kifayah. Memandikan mayat
dengan cara sebagai berikut:
a) Meletakkan mayat diatas dipan, siram dengan air sabun dan gosok-
gosok sambil mengurut-urut perutnya agar kotoran keluar. Untuk
membersihkan najis dari kubul dan dubur, sebaiknya mayat itu
didudukkan sambil menekan dan memijit sedikit perutnya, agar sisa
najis di dubur dan kubulnya keluar.
b) Membersihkan segala kotoran dari mulut, hidung dan telinga hingga
bersih.
c) Untuk membersihkan belakang mayat dimiringkan kekiri dan kanan
hinggah seluruh badan menjadi bersih.
d) Siraman air yang terakhir dicampur dengan kapur barus agar steril dari
kuman-kuman dan demikian pula perintah Rasulullah kepada para
shahabiyat yang memandikan jenazah puteri beliau (tepatnya cucu
perempuan beliau bernama Umaimah binti Zaenab RA), beliau
bersabda:”Siramlah di akhir pencucian dengan air yang dicampur
dengan kapur barus atau sedikit campur kapur barus” (H.R. Muslim dari
Ummu Athiyyah Radiyallahu Anha)
e) Selesaai dimandikan dubur mayat disumbat dengan kapas untuk
menjaga agar kotoran yang munkin masih ada dalam perutnya tidak
keluar lagi.
f) Setelah selesai dimandikan, tubuh mayat dikeringkan dengan handuk
lalu dibaringkan diatas kain kafannya.
g)

Anda mungkin juga menyukai