Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TATA CARA PENGURUSAN JENAZAH

NAMA KELOMPOK :
1.IRFANSYAH
2.IRFANSYAH
3.IRFANSYAH
4.IRFANSYAH

TAHUN AJARAN 2021/2022


SMKN 1 NGABANG
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah.. Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan
hidayah-Nya. Segala pujian hanya layak kita haturkan kepada Allah SWT. Tuhan seru
sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta petunjuk-Nya yang sungguh tiada
terkira besarnya, Tak lupa shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada junjungan
kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan ke
alam yang terang benderang, dari alam jahiliyah menuju ke alam yang penuh berkah ini.

Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak.


Muslimin S.Pd. selaku guru mapel Agama Islam.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami


kematian yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk sebaik-
baik ciptaan Allah SWT dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, maka Islam
sangat menghormati orang muslim yang telah meninggal dunia. Oleh sebab itu,
menjelang menghadapi kehariban Allah SWT orang yang telah meninggal dunia
mendapatkan perhatian khusus dari muslim lainnya yang masih hidup.

Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka
hukumnya fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup untuk
menyelenggarakan 4 perkara, yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan
menguburkan orang yang telah meninggal tersebut. Untuk lebih jelasnya 4
persoalan tersebut, pemakalah akan mencoba menguraikan dalam penjelasan
berikut ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian jenazah?

2. Bagaimana tata cara memandikan jenazah?

3. Bagaimana tata cara mengkafani jenazah?

4. Bagaimana tata cara menshalatkan jenazah?

5. Bagaimana tata cara menguburkan jenazah?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui apa pengertian jenazah
2. Untuk mengetahui bagaimana tata cara memandikan jenazah
3. Untuk mengetahui bagaimana tata cara mengkafani jenazah
4. Untuk mengetahui bagaimana tata cara menshalatkan jenazah
5. Untuk mengetahui bagaimana tata cara menguburkan jenazah
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Jenazah
Kata jenazah diambil dari bahasa Arab (‫ )حذ نج‬yang berarti tubuh mayat dan
kata ‫ ذ نج‬yang berarti menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki arti tubuh
mayat yang tertutup

Penyelenggaraan jenazah adalah fardu kifayah bagi sebagian kaum


muslimin, khususnya penduduk setempat terhadap jenazah muslim/ muslimah.

Namun, sebelum penyelenggaraan jenazah itu dimulai, maka ada beberapa hal
yang harus dilakukan terhadap jenazah tersebut, yaitu :

1. Dipejamkan matanya, mendo’akan dan meminta ampunkan atas dosanya.

2. Dilemaskan tangannya untuk disedekapkan di dada dan kakinya diluruskan.

3. Mengatupkan rahangnya atau mengikatnya dari puncak kepala sampai ke


dagu supaya mulutnya tidak menganga/terbuka.

4. Jika memungkinkan jenazah diletakkan membujur ke arah utaradan


badannya diselubungi dengan kain.

5. Menyebarluaskan berita kematiannya kepada kerabat- kerabatnya dan


handai tolannya.

6. Lunasilah hutang-hutangnya dengan segera jika ia punya hutang.

7. Segerakanlah fardu kifayahnya.

Menurut syari’at Islam, fardu kifayah dalam menyelenggarakan jenazah


ada empat macam, yaitu :

1. Memandikan jenazah
2. Mengkafani jenazah
3. Mensalatkan jenazah
4. Menguburkan jenazah

2.2. Memandikan Jenazah


Setiap orang muslim yang meninggal dunia harus dimandikan, dikafani dan
dishalatkan terlebih dahulu sebelum dikuburkan terkecuali bagi orang-orang
yang mati syahid. Hukum memandikan jenazah orang muslim menurut
jumhur ulama adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan
kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh
sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf. Adapun dalil
yang menjelaskan kewajiban memandikan jenazah ini terdapat dalam
sebuah hadist Rasulullah SAW, yakninya:

‫ فى ا لذ ي سقط عن ا ر حل ته فما‬:‫عن ا بن عبا س ا ن ا لنبي صلى هلل ا عليه و سلم قا ل‬


( ‫ا ت غسلو ه بما و ء سد ر(رواه ا لبخرو مسلم‬
Artinya : “Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi SAW telah bersabda tentang
orang yang jatuh dari kendaraannya lalu mati, “mandikanlah ia dengan air
dan daun bidara.” (H.R Bukhari dan Muslim)

Adapun beberapa hal penting yang berkaitan dengan memandikan jenazah


yang perlu diperhatikan yaitu :

5. Orang Yang Utama Memandikan Jenazah

a. Untuk mayat laki-laki

Orang yang utama memandikan dan mengkafani mayat laki-laki adalah


orang yang diwasiatkannya, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat,
muhrimnya dan istrinya.

b. Untuk mayat perempuan

Orang yang utama memandikan mayat perempuan adalah ibunya,


neneknya, keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya.
c. Untuk mayat anak laki-laki dan anak perempuan

Untuk mayat anak laki-laki boleh perempuan yang memandikannya dan


sebaliknya untuk mayat anak perempuan boleh laki-laki yang
memandikannya.

d. Jika seorang perempuan meninggal sedangkan yang masih hidup


semuanya hanya laki-laki dan dia tidak mempunyai suami, atau
sebaliknya seorang laki-laki meninggal sementara yang masih hidup
hanya perempuan saja dan dia tidak mempunyai istri, maka mayat
tersebut tidak dimandikan tetapi cukup ditayamumkan oleh salah
seorang dari mereka dengan memakai lapis tangan.[3] Hal ini
berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yakninya :

‫اذ ما تت ا لمر ة أ مع ا لر جا ل ليس معحم ا مر ة أ غير ها ا و لر جل مع النسا ء ليس‬

‫معهن ر جل غيره فأ نهما ييممان و يد و ن فنا هما بمنز لة من لم يجد ا لما ء )رواه ه بو‬

‫داود ا و لبيحقى‬

Artinya : “Jika seorang perempuan meninggal di tempat laki-laki dan tidak


ada perempuan lain atau laki-laki meninggal di tempat perempuan-
perempuan dan tidak ada laki-laki selainnya maka kedua mayat itu
ditayamumkan, lalu dikuburkan, karena kedudukannya sama seperti
tidak mendapat air.” (H.R
Abu Daud dan Baihaqi)
6. Syarat Bagi Orang Yang Memandikan Jenazah

a. Muslim, berakal, dan baligh

b. Berniat memandikan jenazah

c. Jujur dan sholeh

d. Terpercaya, amanah, mengetahui hukum memandikan mayat dan


memandikannya sebagaimana yang diajarkan sunnah serta mampu
menutupi aib si mayat.

7. Mayat Yang Wajib Untuk Dimandikan


a. Mayat seorang muslim dan bukan kafir

b. Bukan bayi yang keguguran dan jika lahir dalam keadaan sudah
meninggal tidak dimandikan

c. Ada sebahagian tubuh mayat yang dapat dimandikan

d. Bukan mayat yang mati syahid

8. Tatacara Memandikan Jenazah

Berikut beberapa cara memandiakan jenazah orang muslim, yaitu :


a. Perlu diingat, sebelum mayat dimandikan siapkan terlebih dahulu
segala sesuatu yang dibutuhkan untuk keperluan mandinya,
seperti:

1. Tempat memandikan pada ruangan yang tertutup.

2. Air secukupnya.

3. Sabun, air kapur barus dan wangi-wangian.

4. Sarung tangan untuk memandikan.

5. Potongan atau gulungan kain kecil-kecil.

6. Kain basahan, handuk, dll.

b. Ambil kain penutup dan gantikan kain basahan sehingga aurat utamanya
tidak kelihatan.

c. Mandikan jenazah pada tempat yang tertutup.

d. Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala kotoran.

e. Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan
tekan perutnya perlahan-lahan.

f. Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir kearah kepala.


g. Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut
jenazah, gosok giginya dan bersihkan hidungnya, kemudiankan
wudhukan.
h. Siramkan air kesebelah kanan dahulu kemudian kesebelah kiri tubuh
jenazah
i. Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir
dicampur dengan wangi-wangian.
j. Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok
anggota tubuhnya.
k. Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh ke seluruh tubuhnya
itulah yang wajib. Disunnahkan mengulanginya beberapa kali dalam
bilangan ganjil.
l. Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai
badannya, wajid dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah di
atas kafan tidak perlu diulangi mandinya, cukup hanya dengan membuang
najis itu saja.
m. Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepaskan dan dibiarkan
menyulur kebelakang, setelah disirim dan dibersihkan lalu dikeringkan
dengan handuk dan dikepang.
n. Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan kain sehingga tidak
membasahi kain kafannya.
o. selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi-wangian yang tidak
mengandung
alkohol

2.3. Mengkafani Jenazah


Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah
dengan sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain.
Hukum mengkafani jenazah muslim dan bukan mati syahid adalah fardhu
kifayah. Dalam sebuah hadist diriwayatkan sebagai berikut :

‫ها جر نا سع ر سو هلل ا ل صلى هلل ا عليه و سلم كلتمس و جه هلل ا فو قع ا جرنا ع لى‬

‫هلال فمنا من ما ت لم يأ كل من ا جر ه شأ منهم مصعب ا بن عمير قتل يو ا م حد فلم ن جد‬

‫ ذا غطينا بها ر جليه‬,‫ د ذا غطينا بها أ ر سه خر جت ر جال ا و ه‬,‫ما لكفنه ال ا بر ا ة‬

‫حر أ ر ج سه فأ مر نا ا لنبي صلى هلل ا عليه و سلم ن ا نغطي أ ر سه ن ا و نجعل ع لى‬

( ‫ر جليه من ذ ال ا خر (رواه ا لبخا ر ى‬

Artinya : “Kami hijrah bersama Rasulullah SAW dengan mengharapkan


keridhaan Allah SWT, maka tentulah akan kami terima pahalanya
dari Allah, karena
diantara kami ada yang meninggal sebelum memperoleh hasil
duniawi sedikit pun juga. Misalnya, Mash’ab bin Umair dia tewas
terbunuh diperang

Uhud dan tidak ada buat kain kafannya kecuali selembar kain
burdah. Jika kepalanya ditutup, akan terbukalah kakinya dan jika
kakinya tertutup, maka tersembul kepalanya. Maka Nabi SAW
menyuruh kami untuk menutupi kepalanya dan menaruh rumput
izhir pada kedua kakinya.”
(H.R Bukhari)

1. Hal-hal Yang Disunnahkan dalam Mengkafani Jenazah


adalah :

a. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus,


bersih dan menutupi seluruh tubuh mayat.
b. Kain kafan hendaknya berwarna putih.
c. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis,
sedangkan bagi mayat perempuan 5 lapis.
d. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau
mengkafani jenazah, kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian
terlebih dahulu.
e. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.
f.
2. Tata Cara Mengkafani Jenazah Adalah Sebagai Berikut :

A. Untuk Mayat Laki-Laki

a. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling


bawah lebih lebar dan luas serta setiap lapisan diberi kapur
barus.

b. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan


letakkan diatas kain kafan memanjang lalu ditaburi wangi-
wangian.

c. Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan


dubur) yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan
kapas.

d. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas,


kemudian ujung lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan
seperti ini selembar demi selembar dengan cara yang lembut.
e. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah
kain kafan tiga atau lima ikatan.

f. Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan


mayat maka tutuplah bagian kepalanya dan bagian kakinya
yang terbuka boleh ditutup dengan daun kayu, rumput atau
kertas. Jika seandainya tidak ada kain kafan kecuali sekedar
menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan apa saja yang
ada.

B. Untuk Mayat Perempuan

Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain


putih, yang terdiri dari:

a. Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.

b. Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.

c. Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.

d. Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga


kaki.

e. Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.

Adapun tata cara mengkafani mayat perempuan yaitu:


a. Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk
masing-masing bagian dengan tertib. Kemudian, angkatlah
jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan
diatas kain kafan sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian
atau dengan kapur barus.
b. Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan
kotoran dengan kapas.
c. Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
d. Pakaikan sarung.
e. Pakaikan baju kurung.
f. Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan
kebelakang.
g. Pakaikan kerudung.
h. Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara
menemukan kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulungkan
kedalam.
i. Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.

2.4 Menshalatkan Jenazah

Hukum Shalat Jenazah

Ulama sepakat bahwa shalat jenazah hukumnya fardhu kifayah baik yang

dilakukan atas diri seorang Muslim maupun Muslimah. Dalilnya adalah:

‫عن أيب ىريرة رضي رضي اهلل عنو قال قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم صلوا على‬

‫صاحبكم‬

Artinya: Dari Abu Hurairah r.a, ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah

berkata: “Shalatkanlah (jenazah) sahabatmu” (al- Bukhari 2002, 319).

Abu Hurairah meriwayatkan sebuah hadits dimana Rasulullah bersabda,

‫ و حدثين‬:‫ حدثين أيب حدثنا يونس قال ابن شهاب‬:‫حدثنا أمحد بن شبيب بن سعيد قال‬

‫ قال رسول اهلل من شهد اجلنازة حىت‬:‫عبد الرمحن األعرج أن أبا ىريرة رضي اهلل عنو قال‬

‫ مثل‬:‫ وما القريطان ؟ قال‬:‫يصلي عليها ولو قرياط و من شهدىا حىت تدون ولو قرياطان قيل‬

‫اجلبلني العظيمني‬

Artinya: Telah menyampaikan kepada kami Ahmad bin Syabib bin Sa’id, ia

berkata: Telah mengabarkan kepadaku Abu, telah menyampaikan kepada kami


Yunus, Ibnu Syihab berkata: “Telah menyampaikan kepadaku Abdurrahman al-

A’raj bahwasanya Abu Hurairah berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Barang

siapa yang menyaksikan jenazah hingga menyalatkannya, maka baginya satu

qiradh. Sedangkan siapa yang menyaksikan hingga dimakamkan maka baginya

dua qiradh. Apa maksud dua qiradh itu? , Nabi menjawab seperti dua buah

gunung yang sangat besar (al-Bukhari 2002, 320).

2.3.2 Rukun Shalat Jenazah

Shalat jenazah memiliki beberapa rukun dimana shalat tersebut tidak sah

kecuali dengan rukun-rukun itu, yang apabila salah satu dari rukun itu

tertinggal, maka shalat jenazah itu batal dan wajib diulang (al-Juzairi 1996,

269). Rukun shalat jenazah antara lain:

a. Niat.

Adapun niat apabila jenazahnya laki-laki yaitu:

‫اصلى على ىذاادليت اربع تكبريات ورض الكفاية هلل تعاىل‬

Artinya: “Saya berniat shalat atas mayat ini empat takbir fardhu kifayah

sebagai makmum karena Allah”

Sedangkan niat apabila jenazahnya perempuan yaitu:

‫اصلى على ىذه ادليتة اربع تكبريات ورض الكفاية هلل تعاىل‬

Artinya: “Saya berniat shalat atas mayat ini empat takbir fardhu kifayah

sebagai makmum karena Allah” (Ibrahim, 116-117).

b. Berdiri bagi yang mampu dan tidak diperbolehkan dengan mengendarai

kendaraan atau duduk bagi orang yang mampu berdiri.

c. Menggunakan empat kali takbir termasuk takbiratul ihram. Adapun

rinciannya sebagai berikut:

i. Sedudah takbir pertama membaca al-Fatihah

ii. Sesudah takbir kedua dibaca shalawat Nabi

iii. Sesudah takbir ketiga dibaca doa untuk si mayat


iv. Sesudah takbir keempat, dibaca doa untuk yang ditinggalkan lalu salam.

Masing-masing takbir dari keempat takbir itu adalah sama kedudukannya

dengan satu rakaat shalat. Sebagaimana hadits Imam al-Bukhari dalam

kitabnya Shahih al-Bukhari

‫حدثنا عبد اهلل بن يوسف أخربنا مالك عن ابن شهاب عن سعيد بن ادلسيب عن أيب‬

‫ أن رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم نعي النجاشي يف اليوم الذي‬:‫ىريرة رضي اهلل عنو‬

‫ وخرج هبم إىل ادلصلي وصف هبم و كرب عليو أربع تكبريات رواه البخاري‬، ‫مات ويو‬

Artinya: Telah menyampaikan kepada kami Abdullah bin Yusuf, telah

mengabarkan kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari Sa’id bin Musayyab

dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah bersabda raja Najasyi

meninggal pada hari itu dan Nabi SAW keluar bersama mereka berbaris

dengan mereka di tempat sembahyang dan takbir empat kali (Hadits

Riwayat al-Bukhari) (al-Bukhari 2002, 321).

2.3.3 Posisi Imam dalam Shalat Jenazah

Dalam shalat jenazah, seorang imam disunnahkan berdiri tepat dihadapan

kepala jenazah, jika jenazah tersebut laki-laki.Sedangkan apabila jenazah

wanita, maka disunnahkan berdiri di tengah-tengah jenazah (bagian pinggang)

(Uwaidah 1998, 232).Sedangkan para makmum berdiri di belakang imam.

Disunnahkan shaf berjumlah tiga atau lima, dan seterusnya. Adapun hadits

mengenai posisi Imam ketika menshalatkan jenazah wanita terdapat pada

hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yaitu:

‫ و صلى‬، ‫ صليت خلف النيب صلى اهلل عليو وسلم‬:‫عن مسرة بن جندب رضي اهلل عنو قال‬

‫ وقام رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم للصالة عليها و‬، ‫على أم كعب ماتت وىي نفساء‬

‫(سطها )رواه مسلم‬.

Artinya: “Dari Samurah bin Jundub, dia berkata, “Aku shalat di belakang

Rasulullah ketika menshalatkan Ummu Ka’ab yang meninggal dalam

keadaan nifas, dan posisi berdiri Rasul saat menshalatkannya ialah di


tengah-tengah mayit.” (Hadits Riwayat Muslim) (Muslim 1991, 664)

2.3.4 Cara Mengerjakan Shalat Jenazah

Shalat jenazah memiliki tata cara yang berbeda dengan shalat lain, karena

shalat ini dilaksanakan tanpa ruku’, tanpa sujud, tanpa duduk, dan tanpa

tasyahud ( Ibrahim, 117).

a. Jenazah diletakkan di depan dan imam berdiri di sebelahnya, sedangkan

jamaah di belakangnya berdiri tiga baris atau lebih. Sebagaimana Rasulullah

bersabda:

‫حدثنا أبو كريب أخربنا عبد اهلل بن ادلبارك و يونس بن بكري عن حممد بن إسحاق عن‬

‫ كان مالك بن ىبرية إذا صلى على‬:‫يزيد بن أيب حبيب عن مرثد بن عبد اهلل اليزين قال‬

‫قال رسول اهلل صلى اهلل عليو و‬:‫جنازة وتقال الناس عليها جزأىم ثالثة أجزاء مث قال‬

‫سلم من صلى عليو ثالثة صفوف وقد أو جب رواه الرت مذي‬

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah mengabarkan

kepada kami Abdullah bin al-Mubarak dan Yunus bin Bakir dari Muhammad

bin Ishaq dari Yazid bin Abi Hubaib dari Murtsad bin Abdullah al-Yazni, ia

berkata: Malik bin Hubairah bila ia menyalatkan jenazah, maka dikatakan

kepada orang yang shalat itu untuk membagi mereka dalam tiga baris

kemudian ia berkata, Rasulullah SAW berkata, “Barangsiapa

menshalatkannya dengan tiga baris, maka telah dipastikan pahalanya” (HR.

at-Tirmidzi)(Tirmidzi 2006, 269).

b. Mengangkat kedua tangan dengan niat shalat jenazah laki-laki atau wanita

disertai takbir. Kemudian membaca Al-Fatihah, bertahmid dan memujiNya.

‫حدثنا حممد بن كثري أخربنا سفيان عن سعيد بن إبراىيم عن طلحة بن عبد اهلل بن‬

‫ صليت خلف ابن عباس رضي اهلل عنهما على جنازة وقرأ بفاحتة الكتاب‬:‫عوف قال‬

‫قال لتعلموا أهنا سنة رواه البخار ي‬

Artinya: Telah menyampaikan kepada kami Muhammad ibnu Katsir, telah

mengabarkan kepada kami Sufyan dari Sa’id bin Ibrahin dari Thalhah bin
Abdillah bin Auf, ia berkata: “Aku shalat jenazah di belakang Ibnu Abbas

ternyata ia membaca surat al-Fatihah”. Ibnu Abbas berkata supaya mereka

tahu bahwa hal itu sunnah (Hadits Riwayat al-Bukhari) (al-Bukhari 2002,

322).

c. Membaca takbir yang kedua dan diakhir tasyahud membaca doa:

‫اللهم صل على حممد وعلى ال حممد كما صليت على ال إبرا ىيم وبارك على حممد و‬

‫( على ال حممد كما باركت على ال إبرا ىيم )رواه مسلم و امحد‬

Artinya: “Ya Allah, limpahkan shalawat (kebahagiaan) kepada Nabi

Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah bershalawat

kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Berikanlah berkah kepada Nabi

Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah memberi berkah

kepada Nabi Ibrahim beserta keluarganya” (Riwayat Muslim dan Ahmad).

d. Bertakbir untuk yang ketiga kalinya , diikuti dengan berdoa bagi sang mayat.

Sebagaimana yang diajarkan Rasulullah doa tersebut berbunyi:

‫ صلى رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم على‬:‫عن عوف بن مالك رضي اهلل عنو قال‬

‫ اللهم اغفرلو وارمحو وعاوو واعف عنو وأكرم نزلو‬:‫ وحفظت من دعائو وىو يقول‬.‫جنازة‬

‫ووسع مدخلو واغسلو بادالء والثلج و الربد ونقو من اخلطايا كما نقيت الثوب االبيض‬

‫من الدنس وأبدلو دارا خريا من داره و اىال خريا من أىلو و زوجا خريا من زوجو و‬

‫ حىت متنيت أن أكون أنا‬:‫ قال‬، ‫أدخلو اجلنة و أعذه من عذاب القرب أو من عذاب النار‬

‫ رواه مسلم‬. ‫ذلك ادليت‬.

Artinya: “Dari Auf bin Malik, dia berkata, “Suatu ketika Rasulullah

menshalatkan jenazah, dan saya hafal doa yang beliau ucapakan, yaitu “Ya

Allah, ampunilah dosanya, kasihanilah ia, lindungilah ia dan maafkanlah ia,

muliakan tempat kembalinya, lapangkan kuburnya dan cucilah ia dengan

salju dan air sejuk. Bersihkanlah ia dari segala kesalahan, sebagaimana

Engkau telah membersihkan pakaian putih dari kotoran, dan gantilah

rumahnya (di dunia) dengan rumah yang lebih baik (di akhirat), serta
gantilah keluarganya (di dunia) dengan keluarga yang lebih baik, dan

pasangan (di dunia) dengan pasangan yang lebih baik. Masukkanlah ia ke

surgamu dan lindungi ia dari siksa kubur atau siksa api neraka”, sehingga

saya berangan-angan, seandainya saja saya yang menjadi mayit itu”.(Hadits

Riwayat Muslim) (Muslim 1991, 663)

e. Pada takbir yang keempat adalah berdoa untuk diri sendiri dengan membaca

‫اللهم ال حترمنا أجره وال تفتنا بعده‬

Artinya: “Ya Allah, janganlah Engkau menghalangi pahalanya sehingga tidak

sampai kepada kami dan jangan pula kami mendapatkan fitnah sesudah

kepergiannya” (Uwaidah 1998, 232).

2.3.5 Sunnah Menyalatkan Jenazah

Shalat jenazah memiliki beberapa sunnat yang akan diuraikan berikut ini:

a. Mengangkat kedua tangan setiap takbir.

b. Membaca doa iftitah setelah takbir pertama (al-Juzairi 1996, 283).

c. Membaca taawudz sebelum membaca alfatihah.

d. Berdoa untuk dirinya sendiri dan untuk kaum muslimin.

e. Berhenti atau diam sebentar setelah takbir keempat sebelum salam.

f. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada.

g. Menoleh ke kanan terlebih dahulu ketika bersalam (al-Fauzan 2005, 311).

4.Menguburkan Jenazah

Hukum Menguburkan Jenazah

Ijma’ ulama menyebutkan bahwa hukum menguburkan jenazah adalah

fardhu kifayah. Menguburkan jenazah itu boleh dilakukan kapan saja, baik

siang maupun malam.Akan tetapi menurut syari’at memakamkan jenazah pada

malam hari itu dimakruhkan. Muslim meriwayatkan, “Pada suatu hari Nabi

SAW berkhutbah dan menyebut salah seorang laki-laki sahabat beliau yang
meninggal dan dikafani dengan kain kafan yang tidak memadai, lalu dikuburkan

di malam hari.Lalu, Nabi SAW melarang pemakaman pada malam hari kecuali

bila kondisi darurat. Hal ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan dari

Jabir, dimana ia menceritakan bahwa Rasulullah bersabda:

‫ ال تدونوا موتاكم با‬:‫قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم قال‬:‫عن جابر بن عبد اهلل قال‬

‫لليل إال أن تضطروا رواه ابن ماجو‬

Artinya: “Janganlah kalian memakamkan jenazah pada malam hari, kecuali jika

terpaksa” (Hadits Riwayat Ibnu Majah) (Majah 2003, 245).

Waktu-waktu lain yang hukumnya makruh jika jenazah dikuburkan

adalah pada waktu tepat matahari terbit, tepat di tengah atau tepat terbenam.

Para ulama sepakat bahwa jika jenazah dikhawatirkan membusuk, boleh

dikuburkan pada ketiga waktu tersebut (Sabiq 1998, 90).

Disunnahkan menggali kubur sedalam mungkin supaya bau busuk yang

ditimbulkan dari jenazah tidak tercium keluar. Di samping itu, untuk

menghindari binatang buas atau burung-burung pemangsa bangkai.Kedalaman

kuburan itu diperkirakan setinggi berdirinya orang dewasa.

2.4.2 Tata cara Menguburkan Mayat

a. Menurunkan mayat ke dalam kuburan. Para ahli fiqih memiliki tiga pendapat

mengenai persoalan ini, yaitu:

1) Hanafi berpendapat, mayat dimasukkan ke dalam kubur dengan

mengarah kiblat jika kondisinya memungkinkan, sebagaimana yang

dilakukan nabi SAW yaitu jenazah diletakkan di sisi kiblat dari kuburan lalu

24

mayat diangkat dan diletakkan ke dalam lahad, sedangkan posisi pengambil

jenazah menghadap ke kiblat untuk memuliakan kiblat. Hal ini jika tidak

dikhawatirkan bila kuburan akan longsor, sedang jika tidak maka diletakkan

di arah kepala atau kedua kakinya.


2) Maliki berpendapat boleh saja memasukkan mayat ke dalam kuburnya

dari arah mana saja, sedangkan arah kiblat lebih utama.

3) Syafi’i dan Hanbali berpendapat dianjurkan memasukkan mayat dari sisi

kedua kakinya jika hal tersebut lebih mudah bagi orang lain, lalu diletakkan

ke dalam kubur.

b. Ikatan kain kafan pada kepala dan kedua kaki mayat dilepas, karena bila

tetap diikat maka ditakutkan akan tercemar. Lebih aman bila dikuburkan

dengan dibuka ikatannya terlebih dahulu.

c. Mayat dihadapkan ke arah kiblat pada sisi sebelah kanan. Mayat lai-laki

diletakkan oleh beberapa orang laki-laki tanpa batasan dalam jumlah

tertentu. sedangkan mayat perempuan suaminyalah atau mahramnya yaitu

orang yang boleh melihatnya ketika masih hidup untuk memasukkannya ke

dalam kubur.

d. Tangan kanan mayat dibentangkan di sisi jasadnya. Dianjurkan pada setiap

orang yang dekat dari liang kubur untuk menebarkan tanah sebanyak tiga

kali.

e. Dianjurkan agar diam sejenak setelah proses penguburan selesai. Berdoa

untuk si mayat.

Anda mungkin juga menyukai