PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita pasti sudah tahu setiap manusia yang bernyawa pasti akan
mengalami kematian. Kematian itu sendiri telah diatur oleh Allah swt sehingga
salah satu dari kita tidak tahu kapan ajal datang menjemput. Maka tugas kita
sebagai manusia hanyalah mempersiapkan datangnya kematian. Di dalam ajaran
Islam sendiri memiliki ketentuan mengenai bagaimana cara memperlakukan
orang yang sudah meninggal dunia dengan sebaik-baiknya. Yang mana cara
tersebut telah diajarkan oleh Rasulullah kepada umatnya agar memperhatikan
sang mayat/ jenazah sebelum dikebumikan.
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Jenazah
Jika seorang muslim meninggal, baik orang dewasa maupun anak kecil,
baik jasadnya utuh atau hanya sebagiannya saja, hendaklah ia dimandikan.
Adapun jenazah seorang muslim yang tidak perlu dimandikan adalah orang yang
mati syahid di medan perang yang gugur karena dibunuh oleh tangan orang- orang
kafir saat berjuang dijalan Allah1.
1
Hussein Bahreisj, ”Masalah Agama Islam”, Surabaya, 1980, hlm 103-104
2
Syaikh Abu Bakar Jabir Al-jai’iry, “ Panduan Hidup Seorang Muslim”,Madinah, 2014, hlm 607-
608
3
Apabila air telah disiramkan secara merata ke sekujur tubuh mayat,
maka hal itu dianggap cukup. Tetapi tata cara memandikan mayat yang dianjurkan
serta dianggap sempurna adalah sebagai berikut :
1. Hendaklah mayit diletakkan di atas suatu benda yang agak tinggi, dan
hendaklah orang yang memandikannya adalah orang-orang yang terpercaya serta
shalih.
2. Menekan perutnya dengan pelan supaya kotoran yang ada di dalamnya keluar,
lalu memakai sarung tangan dan berniat memandikannya.
5. Membasuh sekujur tubuhnya dimulai dari anggota tubuh yang paling atas
hingga anggota tubuh yang paling bawah sebanyak 3 kali, jika dipandang belum
bersih, maka boleh membasuhknya hingga 5 kali, dan pada basuhan yang terakhir
memakai sabun dan sejenisnya.
3
Abu Bakar Jabir Al-Jair’iry, “ Panduan Seorang Muslim”, Madinah, hlm 410-411
4
Dianjurkan mayat dikafani dengan kain kafan berwarna putih dan bersih,
baik yang masih baru maupun yang sudah lama. Hal itu berdasarkan sabda
Rasulullah saw :
“ Jika kamu mengoleskan minyak wangi kepada mayit, maka oleskanlah sebanyak
tiga kali “. (HR. Ahmad [1413] dan Al-Hakim[1/506], dan ia menshahihkannya.
Adapun kain kafan untuk mayat laki-laki sebanyak tiga lapis, dan untuk
perempuan sebanyak lima lapis. Rasullah saw sendiri dikafani dengan tiga lapis
kain kafan yang terbuat dari kapas yang baru tanpa ada baju kurung dan sorban.
Kecuali bagi orang yang meninggal dunia ketika ihram, maka ia dikafani dengan
kain ihramnya : cukup hanya selendangnya serta kainnya saja, tidak mengolesinya
dengan minyak wangi serta kepalanya juga tidak ditutup seperti keadaannya
ketika ihram4.
4
Abu Bakar Jabir Al-Jair’iry, “ Panduan Seorang Muslim”, Madinah, 2014, hlm 610-611
5
Syarat-syarat shalat mayat itu sama dengan syarat-syarat shalat biasa, yaitu
harus bersih dari hadas dan najis, tertutup aurat, dan menghadap kiblat karena
Rasulullah menamakannya shalat. Bersabda, “ Shalatlah terhadap kawanmu”.
Jadi, hukum shalat mayat itu mengikuti hukum shalat fardu dalam persyaratan.
“ Barang siapa yang di shalati oleh tiga orang, maka hal itu telah
mewajibkannya “.
3. Bila telah siap, ucapkanlah Allahu Akbar, kemudian membaca al-fatiha atau
memuji Allah.
4. Kemudian takbir lagi dengan mengangkat kedua tangan jika mau, kemudia
meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di dada, lalu membaca shalawat
kepada nabi Muhammad saw berserta keluarganya, shalawat kepada Ibrahim dan
keluarganya, kemudian takbir jika mau, lalu berdoa dan mengucapkan salam atau
langsung salam
6
Hal ini berdasarkan riwayat bahwa dalam shalat jenazah, untuk imam
disunatkan mengucapkan takbir, kemudian membaca shalawat dan membaca al-
fatiha setelah takbir yang pertama dengan bacaan yang tidak keras (sirr),
kemudian membaca shalawat kepada nabi Muhammad saw, mendoakan mayat
dengan ikhlas dalam semua takbir, kemudian mengucapkan salam dengan tidak
keras5.
Adapun caranya ialah masukanlah ke dalam lubang yang telah digali dan
dibaringkan menghadap kiblat. Lubang tersebut itu haruslah dapat menahan
keluarnya bau si mayit,dan sebaiknya lubang itu dalamnya sependirian, lebarnya
sekitar 75 cm, serta dibuatkan liang lahat6.
“ Telah berkata Ibnu Umar : Mereka tanam nabi Muhammad saw dengan pakai
lahat, begitu juga Abu Bakar dan Umar “. (Riwayat Abu Syaibah).
Menurut pendapat ahli sunnah waljama’ah jika si mayit itu muslim dan
mukallaf, hukumnya sunnah.
5
Abu Bakar Jabir Al-Jair’iry, “ Pola Hidup Muslim”, Bandung, 1991, hlm 186-187
6
A.Munir,dkk, “Dasar-dasar Agama Islam”, Rineka Cipta, hlm 137-138
7
“ Talqin mayat setelah dikubur, itu sudah ditetapkan oleh segolongan sahabat,
bahwa belia-beliau itu menganjurkannya. Contohnya seperti Abu Umamah
Albahiliy dan lain-lain”.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
7
Bakry Hasbullah, “ Pedoman Islam di Indonesia”, Jakarta, 1926, hlm 160
8
perlu diperhatikan seperti apa dan bagaimana prosedur yang harus
dilakukan, mengingat jenazah tersebut akan dikubur dan ruhnya akan
bertemu dengan Rabbnya, maka dari itu sebisa mungkin sebelum jenazah
meninggalkan dunia menuju alam baru (kubur) harus diperlakukan dengan
sebaik-baiknya dengan cara dimandikan, dikafani, dishalatkan dan
dikuburkan.
DAFTAR PUSTAKA
9
Al Jaza’iry, Bakar Abu. Panduan Hidup Seorang Muslim.Madinah : Maktabul
Ulum Wal Hikam (cet. 6 tahun 1419)
10