Anda di halaman 1dari 4

Etika Hidup Berumah Tangga yang Sering

Terabaikan
HL | 05 May 2014 | 07:12

Dibaca: 1670

Komentar: 3

15

Ilustrasi/Admin (Shutterstock)

Ada sangat banyak ajaran dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Di antaranya
adalah akhlak atau adab (etika) hidup berumah tangga. Bagian ini pun
cakupannya sangat luas karena mencakup segala aspek antar anggota keluarga
dengan segala reniknya. Kita mengambil satu bagian yang lebih kecil lagi, yaitu
terkait adab interaksi antar anggota keluarga.
Dalam kehidupan rumah tangga, hendaknya orang tua mengajarkan anak-anak
tentang adab-adab yang berkaitan dengan interaksi antar anggota keluarga sejak
mereka masih kecil atau sebelum baligh. Hal ini adalah bagian dari proses
pendidikan integratif dalam keluarga, yang harus ditanamkan sejak dini di dalam
keluarga. Semuanya bertujuan untuk menciptakan kebaikan bagi pribadi,
keluarga, dan masyarakat pada umumnya.
Ada beberapa ajaran yang harus diajarkan kepada anak-anak dan semua
anggota keluarga tentang adab dalam interaksi antar anggota keluarga, namun
sangat disayangkan adab ini banyak diabaikan. Bahkan masih banyak pula yang
tidak mengerti adanya tuntunan ini, sehingga dianggap hanya sebagai tradisi atau
kebiasaan lokal saja. Padahal, adab seperti ini mendapatkan perhatian spesifik
dalam kitab suci dan Hadits nabi.
Beberapa adab interaksi antar anggota keluarga yang sering terabaikan, di
antaranya adalah:

1. Ajaran Tiga Waktu Aurat


Kita mengenal adab untuk meminta izin dalam memasuiki kamar orang tua. Bagi
anak-anak yang belum baligh, harus diajarkan etika untuk meminta izin pada tiga
waktu untuk memasuki kamar tidur orang tua. Hal ini untuk menjaga agar aktivitas
pribadi suami istri tidak terganggu oleh anak-anak, dan anak-anak juga tidak
menyaksikan pemandangan yang tidak selayaknya mereka saksikan.
Dalam tiga waktu yang dimaksud, biasanya ada kondisi orang tua yang lebih
bebas, misalnya dalam hal berpakaian. Jika orang tua berada dalam ruang
privasi, mereka bebas mengenakan pakaian sesuai kondisi atau selera yang
dikehendaki, karena di dalam ruang itu hanya ada suami dan istri. Untuk itulah
anak-anak yang belum baligh sekalipun diajarkan meminta izin untuk memasuki
kamar pribadi orang tua.
Allah telah telah berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang
kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh di antara kamu, meminta izin
kepada kamu tiga kali (dalam satu hari). Yaitu: sebelum sembahyang subuh,
ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari, dan sesudah
sembahyang Isya. (Itulah) tiga (waktu) aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu
dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu, mereka melayani kamu,
sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah
Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana (QS. An-Nur: 58).
Dalam kita tafsir Ibnu Katsir dijelaskan makna ayat ini, Allah Taala
memerintahkan orang-orang beriman agar para pelayan mereka dan anak-anak
yang belum baligh, meminta izin kaetika memasuki kamar orang tua, dalam tiga
waktu. Pertama sebelum shalat fajar, karena ketika itu orang-orang sedang tidur
di tempat tidur mereka. Kedua, waktu qailulah (tidur siang), karena pada saat itu
biasanya orang-orang melepaskan bajunya di tengah keluarganya. Ketiga, setelah
shalat Isya, karena itu adalah waktu tidur.
Anak-anak yang belum baligh diperintahakan agar mereka meminta izin pada
tiga waktu aurat untuk masuk ke kamar tidur orang tua. DI luar tiga waktu itu,
mereka boleh masuk kamar tidur orang tua tanpa harus meminta izin terlebih
dahulu.
2. Meminta Izin dalam Semua Waktu

Apabila anak-anak sudah mencapai usia baligh, maka harus meminta izin untuk
memasuki kamar privasi orang tua pada setiap waktu, bukan hanya dalam tiga
waktu tersebut. Hal ini sebagaimana firman Allah:
Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh, maka hendaklah mereka
meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin.
Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya. dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana (QS. An-Nur: 59).
Dengan demikian semua anak tidak boleh semaunya memasuki kamar orang tua,
namun harus meminta izin terlebih dahulu. Kalau anak-anak kecil yang belum
baligh, bagi mereka lebih longgar dalam etika meminta izin, hanya dalam tiga
waktu saja. Namun untuk yang sudah baligh, berlaku sepanjang waktu.
3. Pemisahan Tempat Tidur Anak dari Orang Tua
Bukan hanya terkait dengan aplikasi tiga waktu aurat, di antara adab dalam
interaksi antar anggota keluarga terkait dengan pemisahan tempat tidur. Etika tiga
waktu aurat di atas sudah memberikan gambaran bahwa anak-anak yang belum
baligh sudah dipisahkan tempat tidurnya dari orang tua. Untuk itu mereka harus
meminta izin untuk memasuki kamar tidur orang tua dalam tiga waktu tersebut.
Saat bayi masih menyusui ibu, tentu masih tidur satu kamar dengan orang tua.
Jika bayi menyusui sempurna sampai dua tahun, maka setelah selesai menyusui
mulai dibiasakan untuk tidur terpisah dari orang tuanya secara bertahap. Anakanak perempuan mulai mencapai usia baligh sekitar delapan atau sembilan tahun,
bagi anak laki-laki sekitar sepuluh tahun, sampai dengan waktu inilah
diberlakukannya etika tiga waktu aurat. Setelah baligh, mereka harus meminta izin
pada semua waktu.
Etika ini sekaligus menunjukkan perlunya pemisahan tempat tidur anak dari orang
tua, sejak masih kecil.
4. Pemisahan Tempat Tidur Anak Laki-laki dan Perempuan
Adab berikutnya adalah pemisahan antara tempat tidur anak laki-laki dan anak
perempuan. Rasulllah saw bersabda:
Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan shalat saat mereka berusia tujuh
tahun, dan pukullah jika mereka telah berusia sepuluh tahun, serta pisahkan
mereka di tempat tidur mereka (HR. Abu Dawud).
Al-Manawi menulis dalam kitab Fathul Qadil Syarh Jami Shagir, Maksudnya
adalah memisahkan anak-anak kalian di tempat tidurnya jika mereka telah berusia

sepuluh tahun, sebagai antisipasi timbulnya syahwat, meskipun mereka saudara


satu sama lain.
Ath-Thaybi berkata, Digabungkannya antara perintah shalat dengan memisahkan
tempat tidur anak-anak, sebagai bentuk pengajaran kepada mereka dan upaya
menjaga perintah Allah, pendidikan bagi mereka dalam pergaulan antara sesama
makhluk, dan agar mereka tidak berada di tempat-tempat tertuduh dan
menjauhkan perkara-perkara haram.
Penting bagi orang tua untuk memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan
perempuan sejak mereka masih kecil. Mencampurkan mereka pada usia dini akan
berpotensi menimbulkan penyimpangan cara pandang maupun perilaku, seperti
ketidakjelasan identitas laki-laki dan perempuan, dan bahkan sampai ke tingkat
perbuatan asusila.
Demikianlah beberapa etika hidup berumah tangga yang sudah banyak diabaikan.
Sangat banyak alasan untuk mengabaikan etika ini, misalnya dengan alasan
sempitnya rumah, terbatasnya jumlah kamar tidur, terbatasnya fasilitas keluarga,
masalah kesulitan ekonomi, memilih kepraktisan dan lain sebagainya. Namun
sesungguhnya selalu ada jalan keluar sepanjang kita mau berusaha
melaksanakan adab-adab interaksi tersebut dalam kehidupan berumah tangga.
Tags: keluarga tangga rumah hidup adab etika orang tua anak

Anda mungkin juga menyukai