Anda di halaman 1dari 10

TUGAS RESUME BAHASA INDONESIA

DASAR-DASAR MEMAHAMI BAHASA INDONESIA


BAB IV DIKSI

NAMA : NENENG TIYAS ASIH

NIM : 1911304003

KELAS : A

PRODI ST TEKNIK LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2019
BAB VI
DIKSI

A. Pendahuluan
Diksi atau pilihan kata memegang peranan penting dalam menciptakan nuansa makna
yang dikehendaki penulis. Pemilihan kata yang kurang tepat akan menghasilkan nuansa
makna yang berbeda, di samping pesan yang ingin disampaikan belum tentu tepat. Pilihan
kata yang terbaik memenuhi syarat (1) tepat (mengungkapkan gagasan secara cermat), (2)
benar (sesuai dengan kaidah kebahasaan), dan (3) lazim pemakaiannya. Ada kalanya nilai
rasa (konotasi) kata juga perlu diperhatikan.
Dalam tuturan atau tulisan resmi terutama pada karya ilmiah, pilihan kata yang tepat
sangat menentukan kualitas pembicaraan dan tulisan. Kata-kata atau istilah yang dipilih
dan digunakan harus dapat secara tepat dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Sehubungan dengan itu, penutur atau penulis selalu harus menguasai cukup banyak
kosakata yang dimiliki bahasa tersebut, harus pula mengetahui kaidah kaidah yang
dimaksud meliputi kaidah makna, kaidah kalimat, kaidah sosial, dan kaidah karang-
mengarang. Bagian pembahasan dalam bab ini dijelaskan beberapa aspek penting yang
berkaitan dengan kaidah makna yang dapat menjadi perhatian bagi pengguna bahasa. Hal
tersebut berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan kata yang tepat. Pemilihan dan
penggunaan kata yang tepat dapat memengaruhi baik pendengar maupun pembaca untuk
lebih mudah memahami pokok pembicaraan atau penulisan. Oleh karena itu, pemilihan
dan penggunaan kata sangat menentukan kualitas sebuah tulisan.

B. Kaidah Makna
Kaidah makna dalam pemilihan kata mengacu kepada persyaratan ketepatan
pemilihan kata sebagai lambang objek pengertian atau konsep-konsep yang meliputi
berbagai aspek. Jadi, makna adalah hubungan antara bentuk bahasa dan objek atau
sesuatu yang diacunya. Ada dua jenis makna yang terpenting di antaranya adalah makna
denotatif atau makna leksikal dan makna konotatif atau makna gramatikal.

1. Kata yang Denotatif dan Kata yang Konotatif


Kata denotatif atau biasa disebut makna leksikal adalah makna kata secara lepas tanpa
kaitan dengan kata yang lain dalam sebuah struktur atau kata denotatif berhubungan
dengan konsep denotatif, sedangkan kata yang konotatif berhubungan dengan konsep
konotasi.
Kata yang denotatif mengandung makna yang sebenarnya, makna kata yang sesuai
dengan konsepnya sehingga disebut juga makna konseptual, makna yang sesuai dengan
makna kata dalam kamus atau makna leksikal. Kata yang konotatif mengandung makna
tambahan yang sesuai dengan sikap dan nilai rasa tertentu pengguna bahasa bersangkutan.
Kata konotatif biasa juga disebut makna gramatikal atau makna struktural, yaitu makna
yang timbul bergantung pada struktur tertentu sesuai dengan konteks dan situasi di mana
kata itu berada.
Contoh :
(1) Toko itu dilayani gadis-gadis cantik.
(2) toko itu dilayani dara-dara cantik
(3) toko itu dilayani perawan- perawan cantik.

Kata–kata gadis, dara, perawan secara denotatif maknanya sama, yaitu wanita atau
wanita muda yang belum kawin, tetapi secara konotatif maknanya berbeda. Gadis
mengandung makna umum, dara mengandung makna yang bersifat puitis, dan perawan
mengandung makna asosiasi tertentu. Demikian pula kata–kata kelompok, rombongan,
dan gerombolan secara denotatif bermakna kumpulan benda atau orang, tetapi secara
konotatif dibedakan maknanya, yaitu kelompok dan rombongan berada dalam makna
positif, sedangkan gerombolan dipahami dalam hubungan makna negatif.

Contoh :
(4) Kelompok anak mudah itu sedang asyik bermain musik.
(5) Ketua rombongan turis yang baru tiba dikalungi untaian bunga
(6) Gerombolan pengacau tersebut telah ditumpas habis.

Dalam kaitan makna kata terdapat beragam konotasi sosial, yaitu ada yang bersifat
positif dan negatif, tinggi, rendah, sopan, dan porno, atau yang sakral. Misalnya, kata–
kata karyawan, asisten, wisma, hamil, dan berpulang dianggap positif, baik, sopan, dan
modern jika dibandingkan dengan kata-kata buruh, pembantu, pondok, bunting, dan mati
yang dianggap negatif, kurang baik, kasar dan kuno.

2. Kata yang Bersinonim dan Berhomonim


Setiap kata biasanya tidak hanya melambangkan secara tepat satu objek atau satu
konsep tetapi juga ada kata yang melambangkan beberapa makna dan sebaliknya ada
beberapa kata yang melambangkan satu makna. Beberapa kata yang melambangkan satu
makna tergolong kata yang bersinonim atau kata-kata sinonim. Sinonim adalah kata yang
maknanya sama atau mirip dengan kata lain. Persamaan makna itu dapat tidak berlaku
sepenuhnya. Namun, dalam kadar tertentu ada pertalian makna antara kata–kata yang
berbeda itu.
Contohnya dapat terlihat pada penggunaan kata–kata indah, cantik, dan bagus yang
mengandung makna yang sama tentang sesuatu yang sedap dipandang mata. Ketepatan
kata-kata itu dalam penggunaannya bergantung pada ketepatan pilihan atas kata
masingmasing. Misalnya, kita katakan pemandangan indah, gadis cantik, dan rumah
bagus tentu saja akan terasa janggal atau kurang tepat jika dikatakan pemandagan cantik
dan gadis bagus. Sinonim dapat juga diumpamakan sebagai nama lain dari suatu benda
atau pengertian lain dari suatu ungkapan. Sebagai contoh, kata nasib dan takdir, kedua
kata tersebut adalah sinonim dan relasinya selalu berlaku dua arah, yaitu dari takdir ke
nasib atau dari nasib ke takdir. Sinonim dapat dibedakan sesuai dengan dimana posisi ia
berada.
Contoh.
BENTUK CONTOH
SINONIM
sinonim anatara Saya melihat dia dan dia kulihat
kalimat
sinonim antara Dua tangkai bunga dan bunga dua tangkai
frase
sinonim antara Nasib dan takdir, memuaskan dan
kata menyenangkan
sinonim antara pemirsa dan pirsawan, kestabilan dan stabilitas
morfem

Dua kata yang bersinonim dapat digabungkan sehingga memberi kesan yang lebih
indah. Hasil penggabungan tersebut akan melahirkan kata majemuk. Hal yang harus
dihindari dalam penggabungan kata adalah munculnya penggunaan kata secara berlebihan
yang mengakibatkan terjadinya kata mubazir, misalnya adalah merupakan, agar supaya,
maka dengan demikian, dan namun demikian. Di bawah ini disajikan beberapa contoh
kata majemuk yang berupa kata penggabungan sinonim.

caci makai sunyi senyap


fakir miskin sehat walafiat
gagah perkasa warta berita
kasih sayang yatim piatu
sama rata jungkir balik

Antonim atau lawan makna adalah ungkapan yang maknanya kebalikan dari
ungkapan yang lain. Misalya, kata mudah dan sukar, yaitu dua kata yang maknanya
berlawanan dan relasi antonim selalu berlaku dua arah. Antonim dapat dibedakan atas
tataran sistematis berikut ini

Antonim diperlukan untuk menegaskan sesuatu dengan menyangkal atau


mempertentangkan, contoh besar dan kecil, membeli dan menjual, atas dan bawah. Selain
itu, kata yang berantonim dapat digabungkan sehingga melahirkan bentuk kata majemuk
yang dapat menyemarakkan kalimat.

3. Kata Konkret dan Kata Abstrak


Kata–kata yang tergolong kata konkret adalah kata–kata yang berupa objek yang
nyata, dapat dilihat, didengar, diraba, dan dirasa. Kata-kata konkret dapat dilihat pada kata
orang, pohon, kucing, awan, makanan, dan minuman. Kata abstrak adalah kata-kata yang
berupa konsep. Kata-kata abstrak dalam bahasa Indonesia pada umumnya adalah kata-kata
bentukan dengan konfiks peng-/ -an dan ke-/ -an, seperti pada kata-kata perdamaian,
penyesalan, kecerdasan ketahanan nasional, di samping kata-kata seperti demokrasi dan
aspirasi.
(13) Saya melihat seekor kucing memanjat pohon.
(14) Perdamaian yang merata di seluruh jagat raya ini masih tetap merupakan
impian. Kata –kata konkret dan kata-kata abstrak sama penting dalam penggunaan
sesuai dengan kebutuhan.

4. Kata Umum dan Kata Khusus


Kata-kata yang tergolong kata umum dibedakan dari kata-kata yang tergolong kata
khusus berdasarkan ruang lingkupnya. Makin luas ruang lingkup suatu kata makin umum
sifatnya, sebaliknya makin sempit ruang lingkupnya makin khusus sifatnya. Kata-kata umum
termasuk kata yang mempunyai hubungan luas, sedangkan kata-kata khusus mempunyai
hubungan sempit, terbatas, bahkan khusus atau unik. Bandingkan :

Kata umum Kata khusus


Pemimpin Direktur
Runcing Tajam mancung
Memasak menanak

Kata runcing dapat digunakan untuk menyebut sifat semua benda yang makin ke ujung
makin kecil dan tajam, sedangkan kata mancung hanya digunakan secara khusus untuk
hidung yang runcing. Demikian juga kata memasak digunakan untuk menyatakan pekerjaan
masak-memasak secara umum, sedangkan menanak hanya khusus untuk menanak nasi

5. Kata Populer dan Kata Kajian Kata-kata yang tergolong


kata populer adalah kata yang populer atau terkenal di kalangan masyarakat atau kata-
kata yang banyak digunakan dalam berkomunikasi pada berbagai lapisan masyarakat.
Sebaliknya, kata kajian adalah kata-kata yang digunakan secara terbatas pada kesempatan
tertentu berupa kata atau istilah yang digunakan oleh golongan ilmuwan dalam pembicaraan
tulisan ilmiah.
kata populer kata kajian
isi volume
sejajar paralel
bahagian unsur
suku cadangan

6. Kata Baku dan Tidak Baku


Tuturan dan tulisan resmi harus menggunakan kata-kata baku, yaitu kata-kata yang
telah resmi dan standar dalam penggunaannya. Kata-kata baku ada yang berasal dari bahasa
Indonesia, ada juga yang berasal dari bahasa daerah dan bahasa asing yang telah disesuaikan
dengan ejaan bahasa Indonesia yang resmi. Sebaliknya, kata-kata tidak baku, yaitu kata-kata
yang belum berterima secara resmi atau kata-kata yang tidak mengikuti kaidah yang berlaku
dalam bahasa Indonesia.
Kata-kata tidak baku dapat berupa :
(1) kata-kata dari dialek-dialek bahasa Indonesia yang ada,
(2) kata-kata serapan bahasa daerah yang belum berterima,
(3) kata-kata bahasa asing yang tidak memenuhi persyaratan ejaan dalam bahasa
Indonesia, (4) kata-kata bahasa Indonesia yang dieja sebagai bahasa asing, dan
(5) kata-kata bentukan yang tidak menuruti kaidah yang berlaku. kata baku kata tidak
baku perbaiki bikin baik beri tahu kasih tahu

7. Kata Mubazir
Kata mubazir adalah kata-kata bersinonim atau kata-kata yang sama maknanya dan
digunakan bersama-sama sekaligus sehingga menjadi mubazir, yaitu menjadi berlebih-
lebihan. Penggunaan kata mubazir itu dalam tuturan atau tulisan sebaiknya dihindari karena
menimbulkan makna yang berlebihan. Hal seperti itu terlihat antara lain pada pemakaian
kata-kata sejak dan dari, demi dan untuk, agar dan supaya, sebab dan karena, amat sangat dan
sekali. adalah merupakan, namun demikian.

8. Kata Mirip
Kata-kata yang tergolong kata mirip adalah kata-kata yang tampak mirip dari segi
bentuknya atau kata-kata yang rasanya mirip dari segi maknanya. Kata suatu dan sesuatu,
sekali-sekali dan sekalisekali, sedang dan sedangkan termasuk kata-kata memunyai
kemiripan bentuk, sedangkan kata-kata seperti tiap-tiap dan masing-masing, jam dan pukul,
dari dan daripada termasuk kata yang memunyai kemiripan makna. Kata-kata tersebut sering
dikacaukan penggunaannya sehingga melahirkan kalimat yang tidak tepat, tidak baku, dan
tidak efektif.
Kata Mirip Kata-kata yang tergolong kata mirip adalah kata-kata yang tampak mirip
dari segi bentuknya atau kata-kata yang rasanya mirip dari segi maknanya. Kata suatu dan
sesuatu, sekali-sekali dan sekalisekali, sedang dan sedangkan termasuk kata-kata memunyai
kemiripan bentuk, sedangkan kata-kata seperti tiap-tiap dan masing-masing, jam dan pukul,
dari dan daripada termasuk kata yang memunyai kemiripan makna. Kata-kata tersebut sering
dikacaukan penggunaannya sehingga melahirkan kalimat yang tidak tepat, tidak baku, dan
tidak efektif.

9. Pasangan Idiomatis
Berdasarkan kaidah bahasa maka dalam bahasa Indonesia terdapat pilihan kata yang
merupakan kata berpasangan tetap atau ungkapan idiomatis. Kata tersebut selalu muncul
bersamaan, tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.
Contoh:
Bentuk kata pasangan idiomatis
sesuai dengan… bergantung pada…
terdiri atas… berbeda dengan…
terbuat dari… berbeda dari…
terjadi dari… berharap akan…
sehubungan dengan… bertemu dengan…
berbicara tentang… sejalan dengan…
disebabkan oleh… berkenaan dengan…

C. Penggunaan Pilihan Kata (Diksi)


1. Ketepatan diksi
Agar pemilihan kata benar-benar tepat, seseorang pengguna bahasa diharapkan dapat
memahami syarat-syarat dalam pemilihan kata. Syarat yang dimaksud di antaranya adalah
ketepatan diksi dan kesesuain diksi. Syarat ketepatan diksi adalah sebagai berikut :
(1) membedakan secara tepat antara kata bermakna konotasi dan denotasi,
(2) membedakan secara cermat terhadap kata yang hampir sama maknanya,
(3) membedakan kata-kata yang mirip atau hampir mirip ejaannya,
(4) mewaspadai akhiran asing yang kurang tepat,
(5) memahami kata yang tergolong kata umum dan kata khusus,
(6) memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
Persyaratan kesesuaian diksi adalah hal yang sangat penting dalam pemilihan kata, agar
kata-kata yang dipergunakan tidak mengganggu suasana dan tidak akan menimbulkan
ketegangan antara penulis dan pembaca atau antara pembicara dan pendengar. Persyaratan
yang dimaksud adalah :
(1) hindari kemungkinan penggunaan kata yang tidak baku pada situasi formal,
(2) gunakan kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja, dalam situasi yang umum
hendaknya penulis atau pembicara menggunakan kata-kata populer,
(3) dalam penulisan, jangan menggunakan kata percakapan, kecuali saat menulis
kutipan untuk menunjang isi tulisan,
(4) hindari penggunaan ungkapan yang sudah usang,
(5) hindari kata-kata yang mubazir,
(6) hindari penggunaan bahasa atau dialek kedaerahan dalam tulisan pembaca umum,
kecuali istilah dalam bahasa daerah yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia.
2. Kesalahan Diksi
Kesalahan diksi meliputi kesalahan kalimat yang disebabkan oleh kesalahan
pemakaian kata. Berikut ini akan dikemukakan beberapa contoh penggunaan diksi yang tidak
tepat penggunaannya dalam kalimat.
(1) Pemakaian kata tidak tepat di antaranya ada beberpa, yaitu kata dari atau daripada
sering digunakan tidak tepat, seperti dalam contoh berikut. Hasil daripada penjualan
saham akan digunakan untuk memperluas bidang usaha. Penggunaan kata daripada
pada kalimat di atas tidak tepat karena kata daripada hanya dapat dipakai
membandingkan antara dua buah objek. Jadi, kata yang tepat dalam pemakaian kalimat
tersebut adalah kata dari yang menyatakan asal.
(2) Pemakaian kata berpasangan, yaitu ada sejumlah kata yang pemakaiannya
berpasangan disebut konjungsi korelatifa, seperti di bawah ini. pasangan yang salah
pasangan yang benar antara . . . dengan . . . tidak . . . melainkan . . . baik . . . ataupun . .
. bukan . . . tetapi . . . antara . . . dan . . . tidak . . . tetapi . . . baik . . . maupun . . . bukan .
. . melainkan . . . Dalam contoh berikut dikemukakan pemakaian kata berpasangan
secara tidak tepat. Contoh : Baik pedagang ataupun konsumen masih menunggu
kepastian harga sehingga tidak terjadi transaksi. (salah) Baik pedang maupun konsumen
masih menunggu kepastian harga sehingga tidak terjadi transaksi. (benar)
(3) Pemakaian dua kata, yaitu dalam kenyataan terdapat pemakaian dua kata yang
bermakna dan berfungsi sama. Kata-kata yang sering digunakan secara serentak,
bahkan pada posisi yang sama, seperti: ialah adalah merupakan, agar supaya, demi
untuk, seperti contoh misalnya, atau daftar nama-nama. Contoh : Peningkatan mutu
penggunaan bahasa Indonesia adalah merupakan kewajiban kita. (salah) Peningkatan
mutu penggunaan bahasa Indonesia adalah kewajiban kita. (benar)
(4) Kelangsungan pilihan kata dapat berlangsung dengan baik jika maksud atau pikiran
penulis atau pembaca tersampaikan secara tepat dan mudah dimengerti. Kelangsungan
pilihan kata dapat terganggu bila seorang pembicara atau pengarang menggunakan
terlalu banyak kata untuk maksud yang dapat diungkapkan secara singkat.
Oleh karena itu, pemilihan kata dapat berlangsung dengan baik, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh penulis, yaitu
(1) Menghindari kata-kata yang tidak menambah kejelasan makna kata.
(2) Menghindari penggunaan beberapa kata yang bermakna sama.
(3) Menghindari penggunaan istilah baru karena dapat menimbulkan
kebingungan bagi pembaca atau pendengar. Dalam proses perkembangan bahasa kata
dapat mengalami perubahan. Perubahan itu terjadi karena perbedaan tempat
pemakaian, perbedaan waktu pemakaian, dan kehendak untuk memberi makna baru.
Hal tersebut akan memengaruhi pilihan kata baik dalam penulisan maupun penuturan.
Di antara perubahan makna yang penting adalah sebagai berikut :
a) Meluas, yaitu jika cakupan makna sekarang lebih luas dari makna yang
lama. Misalnya, kata putra-putri yang dahulu hanya dipakai untuk
anak-anak raja, sekarang dipakai untuk menyebut semua anak laki-laki
dan perempuan.
b) Menyempit, yaitu jika cakupan makna dahulu lebih luas dari makna
yang sekarang. Misalnya, kata sarjana dahulu dipakai untuk semua
cendekiawan, sekarang hanya khusus untuk gelar akademik.
c) Amelioratif, yaitu perubahan makna yang mengakibatkan makna baru
dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilainya dari makna lama.
Misalnya, kata istri dan nyonya dirasakan lebih baik daripada kata bini.
d) Peyoratif, yaitu perubahan makan yang mengakibatkan makna baru
dirasakan lebih rendah nilainya dari makna lama (kebalikan dari
amelioratif). Misalnya, kata oknum dan gerombolan yang dianggap
baik pada zaman lampau sekarang maknanya menjadi tidak baik.
e) Sinestesia, yaitu perubahan makna yang terjadi karena pertukaran
tanggapan dua indera yang berlainan. Misalnya, kata kata-katanya
manis. Manis sebenarnya tanggapan indera perasa, tetapi dipakai untuk
indera pendengar.
f) Asosiasi, yaitu perubahan makna yang terjadi karena persamaan sifat.
Misalnya, kata amplop yang berarti kertas pembungkus surat, juga
sering digunakan sebagai pembungkus uang, berdasarkan persamaan
tersebut dipakai untuk pengertian memberi sogokan. Contoh, Beri dia
amplop agar urusan cepat beres.

D. Kesimpulan
Diksi ialah pilihan dan penggunaan secara tepat untuk mewakili pikiran dan
perasaan yang ingin dinyatakan dalam pola dalam suatu kalimat. Kaidah makna dalam
pemilihan kata mengacu kepada persyaratan ketepatan pemilihan kata sebagai
lambang objek pengertian atau konsep-konsep yang meliputi berbagai aspek. Jadi,
makna adalah hubungan antara bentuk bahasa dan objek atau sesuatu yang diacunya.
Agar pemilihan kata benar-benar tepat, seseorang pengguna bahasa diharapkan dapat
memahami syarat-syarat dalam pemilihan kata. Syarat yang dimaksud di antaranya
adalah ketepatan diksi dan kesesuaian diksi. Syarat ketepatan diksi adalah sebagai
berikut :
(1) membedakan secara tepat antara kata bermakna konotasi dan denotasi,
(2) membedakan secara cermat terhadap kata yang hampir sama maknanya,
(3) membedakan kata-kata yang mirip atau hampir mirip ejaannya,
(4) mewaspadai akhiran asing yang kurang tepat,
(5) memahami kata yang tergolong kata umum dan kata khusus,
(6) memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah
dikenal.

E. Evaluasi
Kerjakanlah soal-soal di bawah ini dengan cermat!
1. Jelaskanlah kelas-kelas kata bahasa Indonesia berserta contoh yang dapat
membedakannya!
2. Berdasarkan peranannya kata dalam kalimat dapat dibedakan kedalam beberapa
komponen. Jelaskan !
3. Kemukakan makna denotasi dan konotasi a. Hidung belang b. Kupu-kupu
malam
4. Jelaskan pengertian kata abstrak dan kata konkrik !
5. Tunjukkan kata yang salah pemakaiannya dalam kalimat berikut:
a. Pemandangan di atas gunung nampak sangat baik
b. Untuk menghindari defisiensi, diperlukan perhitungan yang cermat
c. Petinju sekarang bukan hanya laki-laki, tetapi juga banyak perempuan
d. Para pemuda masa kini rencananya sangat tinggi tanpa melihat berbagai
kemungkinan.
6. Uraikanlah syarat-syarat ketepatan diksi !
7. Kesalahan diksi sering terjadi pada suatu kalimat. Jelaskan penyebab terjadinya
kesalahan diksi tersebut!

Anda mungkin juga menyukai