NIM : 1911304003
KELAS : A
A. Pendahuluan
Diksi atau pilihan kata memegang peranan penting dalam menciptakan nuansa makna
yang dikehendaki penulis. Pemilihan kata yang kurang tepat akan menghasilkan nuansa
makna yang berbeda, di samping pesan yang ingin disampaikan belum tentu tepat. Pilihan
kata yang terbaik memenuhi syarat (1) tepat (mengungkapkan gagasan secara cermat), (2)
benar (sesuai dengan kaidah kebahasaan), dan (3) lazim pemakaiannya. Ada kalanya nilai
rasa (konotasi) kata juga perlu diperhatikan.
Dalam tuturan atau tulisan resmi terutama pada karya ilmiah, pilihan kata yang tepat
sangat menentukan kualitas pembicaraan dan tulisan. Kata-kata atau istilah yang dipilih
dan digunakan harus dapat secara tepat dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Sehubungan dengan itu, penutur atau penulis selalu harus menguasai cukup banyak
kosakata yang dimiliki bahasa tersebut, harus pula mengetahui kaidah kaidah yang
dimaksud meliputi kaidah makna, kaidah kalimat, kaidah sosial, dan kaidah karang-
mengarang. Bagian pembahasan dalam bab ini dijelaskan beberapa aspek penting yang
berkaitan dengan kaidah makna yang dapat menjadi perhatian bagi pengguna bahasa. Hal
tersebut berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan kata yang tepat. Pemilihan dan
penggunaan kata yang tepat dapat memengaruhi baik pendengar maupun pembaca untuk
lebih mudah memahami pokok pembicaraan atau penulisan. Oleh karena itu, pemilihan
dan penggunaan kata sangat menentukan kualitas sebuah tulisan.
B. Kaidah Makna
Kaidah makna dalam pemilihan kata mengacu kepada persyaratan ketepatan
pemilihan kata sebagai lambang objek pengertian atau konsep-konsep yang meliputi
berbagai aspek. Jadi, makna adalah hubungan antara bentuk bahasa dan objek atau
sesuatu yang diacunya. Ada dua jenis makna yang terpenting di antaranya adalah makna
denotatif atau makna leksikal dan makna konotatif atau makna gramatikal.
Kata–kata gadis, dara, perawan secara denotatif maknanya sama, yaitu wanita atau
wanita muda yang belum kawin, tetapi secara konotatif maknanya berbeda. Gadis
mengandung makna umum, dara mengandung makna yang bersifat puitis, dan perawan
mengandung makna asosiasi tertentu. Demikian pula kata–kata kelompok, rombongan,
dan gerombolan secara denotatif bermakna kumpulan benda atau orang, tetapi secara
konotatif dibedakan maknanya, yaitu kelompok dan rombongan berada dalam makna
positif, sedangkan gerombolan dipahami dalam hubungan makna negatif.
Contoh :
(4) Kelompok anak mudah itu sedang asyik bermain musik.
(5) Ketua rombongan turis yang baru tiba dikalungi untaian bunga
(6) Gerombolan pengacau tersebut telah ditumpas habis.
Dalam kaitan makna kata terdapat beragam konotasi sosial, yaitu ada yang bersifat
positif dan negatif, tinggi, rendah, sopan, dan porno, atau yang sakral. Misalnya, kata–
kata karyawan, asisten, wisma, hamil, dan berpulang dianggap positif, baik, sopan, dan
modern jika dibandingkan dengan kata-kata buruh, pembantu, pondok, bunting, dan mati
yang dianggap negatif, kurang baik, kasar dan kuno.
Dua kata yang bersinonim dapat digabungkan sehingga memberi kesan yang lebih
indah. Hasil penggabungan tersebut akan melahirkan kata majemuk. Hal yang harus
dihindari dalam penggabungan kata adalah munculnya penggunaan kata secara berlebihan
yang mengakibatkan terjadinya kata mubazir, misalnya adalah merupakan, agar supaya,
maka dengan demikian, dan namun demikian. Di bawah ini disajikan beberapa contoh
kata majemuk yang berupa kata penggabungan sinonim.
Antonim atau lawan makna adalah ungkapan yang maknanya kebalikan dari
ungkapan yang lain. Misalya, kata mudah dan sukar, yaitu dua kata yang maknanya
berlawanan dan relasi antonim selalu berlaku dua arah. Antonim dapat dibedakan atas
tataran sistematis berikut ini
Kata runcing dapat digunakan untuk menyebut sifat semua benda yang makin ke ujung
makin kecil dan tajam, sedangkan kata mancung hanya digunakan secara khusus untuk
hidung yang runcing. Demikian juga kata memasak digunakan untuk menyatakan pekerjaan
masak-memasak secara umum, sedangkan menanak hanya khusus untuk menanak nasi
7. Kata Mubazir
Kata mubazir adalah kata-kata bersinonim atau kata-kata yang sama maknanya dan
digunakan bersama-sama sekaligus sehingga menjadi mubazir, yaitu menjadi berlebih-
lebihan. Penggunaan kata mubazir itu dalam tuturan atau tulisan sebaiknya dihindari karena
menimbulkan makna yang berlebihan. Hal seperti itu terlihat antara lain pada pemakaian
kata-kata sejak dan dari, demi dan untuk, agar dan supaya, sebab dan karena, amat sangat dan
sekali. adalah merupakan, namun demikian.
8. Kata Mirip
Kata-kata yang tergolong kata mirip adalah kata-kata yang tampak mirip dari segi
bentuknya atau kata-kata yang rasanya mirip dari segi maknanya. Kata suatu dan sesuatu,
sekali-sekali dan sekalisekali, sedang dan sedangkan termasuk kata-kata memunyai
kemiripan bentuk, sedangkan kata-kata seperti tiap-tiap dan masing-masing, jam dan pukul,
dari dan daripada termasuk kata yang memunyai kemiripan makna. Kata-kata tersebut sering
dikacaukan penggunaannya sehingga melahirkan kalimat yang tidak tepat, tidak baku, dan
tidak efektif.
Kata Mirip Kata-kata yang tergolong kata mirip adalah kata-kata yang tampak mirip
dari segi bentuknya atau kata-kata yang rasanya mirip dari segi maknanya. Kata suatu dan
sesuatu, sekali-sekali dan sekalisekali, sedang dan sedangkan termasuk kata-kata memunyai
kemiripan bentuk, sedangkan kata-kata seperti tiap-tiap dan masing-masing, jam dan pukul,
dari dan daripada termasuk kata yang memunyai kemiripan makna. Kata-kata tersebut sering
dikacaukan penggunaannya sehingga melahirkan kalimat yang tidak tepat, tidak baku, dan
tidak efektif.
9. Pasangan Idiomatis
Berdasarkan kaidah bahasa maka dalam bahasa Indonesia terdapat pilihan kata yang
merupakan kata berpasangan tetap atau ungkapan idiomatis. Kata tersebut selalu muncul
bersamaan, tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.
Contoh:
Bentuk kata pasangan idiomatis
sesuai dengan… bergantung pada…
terdiri atas… berbeda dengan…
terbuat dari… berbeda dari…
terjadi dari… berharap akan…
sehubungan dengan… bertemu dengan…
berbicara tentang… sejalan dengan…
disebabkan oleh… berkenaan dengan…
D. Kesimpulan
Diksi ialah pilihan dan penggunaan secara tepat untuk mewakili pikiran dan
perasaan yang ingin dinyatakan dalam pola dalam suatu kalimat. Kaidah makna dalam
pemilihan kata mengacu kepada persyaratan ketepatan pemilihan kata sebagai
lambang objek pengertian atau konsep-konsep yang meliputi berbagai aspek. Jadi,
makna adalah hubungan antara bentuk bahasa dan objek atau sesuatu yang diacunya.
Agar pemilihan kata benar-benar tepat, seseorang pengguna bahasa diharapkan dapat
memahami syarat-syarat dalam pemilihan kata. Syarat yang dimaksud di antaranya
adalah ketepatan diksi dan kesesuaian diksi. Syarat ketepatan diksi adalah sebagai
berikut :
(1) membedakan secara tepat antara kata bermakna konotasi dan denotasi,
(2) membedakan secara cermat terhadap kata yang hampir sama maknanya,
(3) membedakan kata-kata yang mirip atau hampir mirip ejaannya,
(4) mewaspadai akhiran asing yang kurang tepat,
(5) memahami kata yang tergolong kata umum dan kata khusus,
(6) memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah
dikenal.
E. Evaluasi
Kerjakanlah soal-soal di bawah ini dengan cermat!
1. Jelaskanlah kelas-kelas kata bahasa Indonesia berserta contoh yang dapat
membedakannya!
2. Berdasarkan peranannya kata dalam kalimat dapat dibedakan kedalam beberapa
komponen. Jelaskan !
3. Kemukakan makna denotasi dan konotasi a. Hidung belang b. Kupu-kupu
malam
4. Jelaskan pengertian kata abstrak dan kata konkrik !
5. Tunjukkan kata yang salah pemakaiannya dalam kalimat berikut:
a. Pemandangan di atas gunung nampak sangat baik
b. Untuk menghindari defisiensi, diperlukan perhitungan yang cermat
c. Petinju sekarang bukan hanya laki-laki, tetapi juga banyak perempuan
d. Para pemuda masa kini rencananya sangat tinggi tanpa melihat berbagai
kemungkinan.
6. Uraikanlah syarat-syarat ketepatan diksi !
7. Kesalahan diksi sering terjadi pada suatu kalimat. Jelaskan penyebab terjadinya
kesalahan diksi tersebut!