Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH WACANA PRESIDEN 3 PERIODE

Dosen:Chandra Iqbal,S.Pd

Tugas individu

Disusun oleh:

Nama: Rismayani
Npm:0910580319013
Prodi:Ilmu Pemerintahan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDRAP

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbil ‘aalamiin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam atas segala karunia
nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah yang
berjudul “Wacana Presiden 3 Periode” disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia .

Makalah ini berisi tentang bahaya wacana masa jabatan presiden 3 periode bagi demokrasi di Indonesia.
Dalam penyusunannya penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala dukungan yang diberikan
untuk menyelesaikan makalah ini.

Meski telah disusun secara maksimal oleh penulis, akan tetapi penulis sebagai manusia biasa sangat
menyadari bahwa makalah ini sangat banyak kekurangannya dan masih jauh dari kata sempurna.
Karenanya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.

Besar harapan penulis makalah ini dapat menjadi inspirasi atau sarana pembantu masyarakat untuk
mengetahui berita berita semacam ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga para pembaca dapat mengambil manfaat dan pelajaran
dari makalah ini.

Lotang Salo,7 Januari 2020

(Penulis)

Rismayani
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………….......................................................….......…………………..i

KATA PENGANTAR ………………………….....................................…………………….ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN ………………..............................................…………………………. 1

A. Latar Belakang ……………………..............................................…………………….. 1

B. Rumusan Masalah ……………….............................................................…………………….. 1

C. Tujuan ……………………………………………………… 1

BAB III PEMBAHASAN …………………………….............................…………….2

A.Wacana Masa Jabatan Presiden 3 Periode Dinilai Berbahaya Bagi Demokrasi…………….. 2

B.Merebaknya pengusulan Wacana Masa Jabatan Presiden 3 Periode ……. .3-4

C.Penyebab presiden Jokowi Dodo marah atas munculnya Wacana Presiden 3 Periode ……. 4-6

BAB IV PENUTUP ………………………………….............................................…………… 7

A. Kesimpulan ………………………....................................…………………….7

B. Saran ………………………........................................……………………………..7

PUSTAKA ……................................................................………………………………………..8

BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus menilai wacana masa
jabatan presiden hingga tiga periode tidaklah tepat. Lucius mengatakan wacana tersebut berbahaya bagi
demokrasi di Indonesia.Wacana presiden 3 periode diusulkan dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) dari Fraksi NasDem.Lucius menuturkan sebagai sebuah sistem, wacana masa kepemimpinan
presiden tiga periode dinilai bisa menghambat regenerasi. Pihaknya mengatakan, seharusnya sistem
yang ada saat ini diperkuat.

Lucius menyoroti wacana tersebut mendekatkan pada perilaku koruptif. Wacana masa jabatan presiden
tiga periode tersebut dinilai sebagai jalan untuk memuluskan perilaku tercela itu.

"Selain punya semangat otoritarian, pengusul masa jabatan Presiden menjadi 3 periode juga punya
kecenderungan berwatak koruptif. Kekuasaan yang lama memudahkan penguasa untuk bersiasat jahat
memanfaatkan kekuasaan untuk kepentingan memperkaya diri, keluarga dan kelompoknya," jelasnya.

Menanggapi isu ini, Istana belum mau berkomentar banyak. Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko
mengatakan bahwa Istana belum bersikap terkait adanya usulan masa jabatan presiden menjadi tiga
periode. "Kami belum punya sikap. Namanya baru wacana," kata Moeldoko

Wacana ini juga mendapat respon beragam dari Partai Politik lain. Selain NasDem yang menyatakan
wacana ini bisa diterapkan, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) juga sepakat dengan perubahan masa
jabatan presiden. Namun PSI mengusulkan perubahan menjadi 1x7 tahun.

Sedangkan parpol lain, sama-sama sepakat bahwa dua periode jabatan masa presiden adalah cukup.
Kebanyakan dari mereka menilai aturan saat ini sudah cukup akomodatif bagi mereka, dan sudah sesuai
undang-undang. Namun beberapa seperti Partai Keadilan Sejahtera, bahkan hingga menilai aturan ini
bisa berbahaya bagi demokrasi.

B.Rumusan Masalah

1.Apakah wacana presiden 3 periode Dinilai Berbahaya bagi Demokrasi

2. Bagaimana sikap presiden Jokowi Dodo atas munculnya Wacana Presiden 3 Periode

C.Tujuan

1.untuk mengetahui bahaya dari usulan wacana presiden 3 periode

2.untuk mengetahui munculnya usulan wacana Presiden 3 periode

BAB II PEMBAHASAN
A.WACANA MASA JABATAN PRESIDEN 3 PERIODE DINILAI BERBAHAYA BAGI DEMOKRASI

Jakarta - Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus menilai wacana
masa jabatan presiden hingga tiga periode tidaklah tepat. Lucius mengatakan wacana tersebut
berbahaya bagi demokrasi di Indonesia.

"Kalau seorang presiden sudah mulai didewakan, maka demokrasi terancam punah. Jangan-jangan
setelah sukses berjuang untuk memperpanjang jabatan presiden, orang-orang ini akan mengusulkan
sistem pemerintahan menjadi kekaisaran atau kerajaan dengan raja pertamanya adalah Jokowi. Ini kan
bahaya betul. Padahal demokrasi itu adalah sebuah sistem pemerintahan. Sebagai sebuah sistem,
demokrasi tak mengandalkan keberhasilan pada satu orang atau figur saja," kata Lucius kepada
wartawan, Selasa (26/11/2019).

Lucius menuturkan sebagai sebuah sistem, wacana masa kepemimpinan presiden tiga periode dinilai
bisa menghambat regenerasi. Pihaknya mengatakan, seharusnya sistem yang ada saat ini diperkuat.

"Sebagai sebuah sistem, demokrasi menjamin regenerasi dan kesinambungan pemimpin termasuk
Presiden. Karena itu demokrasi perlu diperkuat dengan merekayasa sistem yang sesuai zaman," ucap
Lucius.

Lebih lanjut, Lucius menyoroti wacana tersebut mendekatkan pada perilaku koruptif. Wacana masa
jabatan presiden tiga periode tersebut dinilai sebagai jalan untuk memuluskan perilaku tercela itu.

"Selain punya semangat otoritarian, pengusul masa jabatan Presiden menjadi 3 periode juga punya
kecenderungan berwatak koruptif. Kekuasaan yang lama memudahkan penguasa untuk bersiasat jahat
memanfaatkan kekuasaan untuk kepentingan memperkaya diri, keluarga dan kelompoknya," jelasnya.

Sebelumnya, Wakil Ketua MPR Arsul Sani mengatakan wacana tersebut bukan dari pihaknya. Dia
mengatakan usulan mengenai masa jabatan presiden muncul dari pihak luar.

"Rekomendasinya, MPR itu melakukan kajian pendalaman yang terkait dengan pokok-pokok haluan
negara. Keperluan memasukkan kembali yang namanya haluan negara, atau GBHN, atau apa pun
istilahnya, ke dalam UUD '45," kata Arsul," Minggu (24/11).

"Kedua, penataan kewenangan MPR, penataan kewenangan DPD, penataan sistem presidensial,
penataan kekuasaan kehakiman. Nah yang lima ini, tentu berpotensi, sekali lagi berpotensi, dilakukannya
amandemen terhadap UUD," imbuhnya.

B.MEREBAKNYA PELAKU PENGUSULAN WACANA MASA JABATAN PRESIDEN 3 PERIODE


Wakil Ketua MPR RI Arsul Sani saat menerima kunjungan audiensi delegasi Persatuan Mahasiswa Bahasa
Arab Se-Indonesia di ruang kerja Wakil Ketua MPR RI, Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Jakarta
pada Selasa, 19 November 2019.

Wacana penambahan periode masa jabatan presiden menguat belakangan ini. Masa jabatan presiden
yang saat ini maksimal dua periode, diusulkan menjadi tiga periode seiring dengan usul amandemen
UUD 1945 yang tengah digodok Majelis Pemusyawaratan Rakyat (MPR).

Jika jadi diamendemen, perubahan periode masa jabatan presiden ini memungkinkan Presiden Joko
Widodo menjabat satu periode lagi, dari aturan awal yang membatasi hanya dua periode. Wakil Ketua
MPR dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Arsul Sani, menyampaikan adanya wacana itu di MPR.

Arsul mengatakan selain periode 3x5 tahun, ada pula yang mengusulkan perubahan 1x8 tahun. "Ya, itu
kan baru wacana ya. Ada juga wacana yang lain," kata Arsul di Kompleks DPR RI, Jakarta, Kamis, 21
November 2019.

Arsul awalnya masih enggan menegaskan siapa pengusul wacana ini. Namun belakangan, ia mengatakan
usulan ini muncul dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Fraksi NasDem. Arsul mengaku tak
mengingat pasti siapa sosoknya.

Usul perubahan wacana ini sebenarnya bukan baru ramai belakangan ini saja. Awal Oktober lalu, Ketua
Fraksi Partai Nasional Demokrat (NasDem) MPR Johnny G. Plate, sudah mengeluarkan wacana ini. Ia
mengatakan perpanjangan masa jabatan bertujuan demi konsistensi pembangunan.

"Konsistensi pembangunan juga terikat dengan eksekutifnya. Masa jabatan presiden juga berhubungan,
nanti didiskusikan semuanya," ujar Johnny di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 7 Oktober
2019.

Johnny yang saat ini menjabat sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika, bahkan menyarankan agar
masa jabatan presiden diperpanjang dengan opsi menjadi 1x8 tahun, 3x4 tahun, atau 3x5 tahun. Johnny
membantah usul ini datang darinya. Ia mengatakan usul ini datang dari masyarakat, meski ia tak
menyebutkan masyarakat mana yang dimaksudnya.

Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, memandang pembahasan amendemen UUD 1945 mengenai
masa jabatan presiden tiga periode, perlu melibatkan seluruh komponen masyarakat. Surya menilai
penting agar peran partisipatif publik tumbuh dan mereka tidak perlu lagi takut akan perubahan itu.

"Kalau memang ada perubahan, jangan kita terkejut-kejut. Wajar-wajar aja. Tapi syaratnya seperti yang
saya katakan, libatkan seluruh elemen publik," kata Surya pada perayaan HUT ke8 NasDem di Surabaya,
Sabtu, 23 November 2019. Ia berharap masyarakat dan elemen lainnya sebaiknya menganggap wajar jika
nantinya ada perubahan yang signifikan mengenai masa jabatan presiden.

Sikap berbeda ditunjukan kader NasDem lain. Ketua DPP NasDem, Achmad Effendy Choirie, menolak
wacana ini dengan dalih bahwa keputusan periode 2x5 tahun yang diterapkan saat ini sudah dengan
pertimbangan dan komparasi dari berbagai negara di dunia yang menganut sistem demokrasi. "Pilihan
ini jalan tengah. Sekali lagi, tidak perlu diotak-atik lagi," kata Choirie, saat dihubungi Tempo, tak lama
setelah Arsul mengungkap wacana ini.

Menanggapi isu ini, Istana belum mau berkomentar banyak. Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko
mengatakan bahwa Istana belum bersikap terkait adanya usulan masa jabatan presiden menjadi tiga
periode. "Kami belum punya sikap. Namanya baru wacana," kata Moeldoko

Wacana ini juga mendapat respon beragam dari Partai Politik lain. Selain NasDem yang menyatakan
wacana ini bisa diterapkan, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) juga sepakat dengan perubahan masa
jabatan presiden. Namun PSI mengusulkan perubahan menjadi 1x7 tahun.

Sedangkan parpol lain, sama-sama sepakat bahwa dua periode jabatan masa presiden adalah cukup.
Kebanyakan dari mereka menilai aturan saat ini sudah cukup akomodatif bagi mereka, dan sudah sesuai
undang-undang. Namun beberapa seperti Partai Keadilan Sejahtera, bahkan hingga menilai aturan ini
bisa berbahaya bagi demokrasi. "Ini usulan yang berbahaya. Perjuangan kita membatasi masa jabatan
presiden dua periode didapat melalui reformasi yang berdarah-darah," kata Ketua DPP PKS Mardani Ali
Sera.

Meski menuai pro kontra, wacana ini tetap dikaji oleh MPR. Sebagai hal yang disebut sebagai substansi
dalam perubahan amandemen UUD 1945, Wakil Ketua MPR Arsul Sani mengatakan wacana ini
bagaimana pun harus tetap mereka tampung. “Diskursus tentang penambahan masa jabatan presiden ini
terlihat biasa saja sebagai sebuah wacana usulan dan beberapa pemangku kepentingan yang memang
harus ditampung oleh MPR,” ujar Arsul.

C.PENYEBAB PRESIDEN JOKOWI DODO MARAH ATAS MUNCULNYA WACANA PRESIDEN 3 PERIODE

Jakarta, CNBC Indonesia - Partai Bulan Bintang (PBB) memberikan tanggapan perihal pernyataan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) merespons wacana penambahan jabatan presiden menjadi tiga periode.

Menurut Wakil Ketua Umum PBB Sukmo Harsono, UUD 1945 yang akan diamandemen terbatas telah
digoreng oleh para pialang politik menjadi bola liar yang menyudutkan presiden.

"Saya kira Presiden Jokowi pantas marah atas isu jabatan presiden menjadi delapan tahun, atau dapat
dipilih kembali selama tiga kali," kata Sukmo kepada wartawan di Jakarta, Selasa (3/12/2019), seperti
dikutip dari detik.com.

Ia mengatakan, wacana masa jabatan presiden menjadi tiga periode jelas merugikan Jokowi. Sebab,
menurut Sukmo, wacana tersebut seolah-olah menjadikan eks Wali Kota Solo itu sebagai aktor utama.

Dia pun mengapresiasi sikap Jokowi yang dengan tegas dalam pernyataannya menyiratkan tidak adanya
ambisi untuk menjabat sebagai presiden lebih dari yang ditentukan undang-undang. Hal itu tak lepas
dari status Jokowi sebagai presiden yang lahir dari pemilihan langsung.
"Masyarakat harus mengerti bahwa saat ini ada upaya-upaya untuk mendiskreditkan presiden, dan
masyarakat Indonesia harus tetap berada di belakang presiden menolak segala upaya cari muka
memainkan amandemen terbatas UUD 45 menjadi bahan dagangan untuk kepentingan sesaat," kata
Sukmo.

Sebelumnya, Jokowi memberikan respons perihal dinamika yang berkembang belakangan terkait
amandemen UUD 1945. Salah satu wacana yang mengemuka adalah penambahan masa jabatan
presiden dari dua periode menjadi tiga periode.

Ditemui wartawan di Istana Merdeka, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (2/12/2019), Jokowi
tegas menyatakan tidak setuju dengan masa jabatan presiden selama tiga periode alias 15 tahun.

"Ada yang ngomong presiden dipilih tiga periode. Itu ada tiga (makna) menurut saya. Satu ingin
menampar muka saya. Yang kedua ingin cari muka, padahal saya sudah punya muka. Yang ketiga ingin
menjerumuskan. Itu saja," ujar Jokowi.Ia mengatakan, sejak awal menginginkan amandemen UUD 1945
terbatas kepada urusan haluan negara. Jangan sampai melebar ke mana-mana, termasuk perihal masa
jabatan presiden. Namun, kenyataannya tidak.

- Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menilai argumentasi tentang wacana jabatan presiden menjadi tiga
periode dangkal. PKB menilai wajar jika Presiden Joko Widodo (Jokowi) emosi menanggapi wacana
tersebut.

"Wajar saja sikap Presiden (Jokowi) menjadi, menurut saya, emosional juga. Karena memang wacananya
tidak rasional. Presiden bersikap emosional sebagai warning, itu menurut saya masuk akal aja," kata
Waketum PKB Jazilul Fawaid kepada wartawan, Senin (2/12/2019) malam.

Jazilul menyebut wacana jabatan presiden menjadi tiga periode dangkal karena tidak sesuai dengan
semangat regenerasi kepemimpinan. Dia menegaskan, setiap usulan terkait dengan amandemen UUD
1945 harus didasari dengan pertimbangan yang komprehensif.

"Dangkalnya begini loh, karena semangatnya kan, semangat dari pembatasan presiden, masa jabatan, itu
kan supaya terjadi regenerasi. Nah, tapi kalau tiga periode saya nggak paham ya apa argumentasinya.
Makanya, saya sampaikan wajar saja Presiden menyampaikan itu, karena kurang masuk akal itu. Kan
kalau namanya aspirasi harus disertai dengan argumentasi yang masuk akal," jelasnya

Jazilul yang merupakan Wakil Ketua MPR dari Fraksi PKB menegaskan belum ada usulan resmi terkait
wacana jabatan presiden menjadi tiga periode. Namun, dia mengatakan, MPR tidak bisa membatasi
usulan masyarakat terkait rencana amandemen UUD 1945.

"Wacana itu (jabatan presiden tiga periode) belum menjadi usulan resmi. Pimpinan MPR belum
menerima usulan secara resmi, tertulis, dari orang atau institusi terkait dengan masa periode tiga kali.
Jadi wajar saja. Saya menyatakan wajar apa yang disampaikan Pak Presiden sebagai warning supaya
kalau nantinya terjadi amandemen, yaitu amandemen yang terarah," paparnya.
"Tetapi kami pimpinan MPR juga tidak bisa membatasi kepada siapapun yang ingin menyampaikan
aspirasinya kepada MPR terkait dengan amandemen," imbuh Jazilul.

Diberitakan sebelumnya, Presiden Jokowi menolak usulan jabatan presiden menjadi tiga periode.
Menurut Jokowi, pihak yang memunculkan wacana itu hendak mencari muka ke dirinya, atau bahkan ada
yang ingin menjerumuskannya.

"Ada yang ngomong presiden dipilih 3 periode, itu ada 3. Ingin menampar muka saya, ingin cari muka,
padahal saya punya muka. Ketiga ingin menjerumuskan. Itu saja, sudah saya sampaikan," tegas Jokowi di
Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Senin (2/12).

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan

wacana masa jabatan presiden hingga tiga periode tidaklah tepat. wacana tersebut berbahaya bagi
demokrasi di Indonesia. sebagai sebuah sistem, wacana masa kepemimpinan presiden tiga periode
dinilai bisa menghambat regenerasi. Seharusnya sistem yang ada saat ini diperkuat.Sebagai sebuah
sistem, demokrasi menjamin regenerasi dan kesinambungan pemimpin termasuk Presiden. Karena itu
demokrasi perlu diperkuat dengan merekayasa sistem yang sesuai zaman.

Selain itu,, wacana tersebut mendekatkan pada perilaku koruptif. Wacana masa jabatan presiden tiga
periode tersebut dinilai sebagai jalan untuk memuluskan perilaku tercela. Kekuasaan yang lama
memudahkan penguasa untuk bersiasat jahat memanfaatkan kekuasaan untuk kepentingan
memperkaya diri, keluarga dan kelompoknya.
Wacana ini juga mendapat respon beragam dari Partai Politik lain. Selain NasDem yang menyatakan
wacana ini bisa diterapkan, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) juga sepakat dengan perubahan masa
jabatan presiden. Namun PSI mengusulkan perubahan menjadi 1x7 tahun.

Sedangkan parpol lain, sama-sama sepakat bahwa dua periode jabatan masa presiden adalah cukup.
Kebanyakan dari mereka menilai aturan saat ini sudah cukup akomodatif bagi mereka, dan sudah sesuai
undang-undang. Namun beberapa seperti Partai Keadilan Sejahtera, bahkan hingga menilai aturan ini
bisa berbahaya bagi demokrasi.Meski menuai pro kontra, wacana ini tetap dikaji oleh MPR. Sebagai hal
yang disebut sebagai substansi dalam perubahan amandemen UUD 1945, Wakil Ketua MPR Arsul Sani
mengatakan wacana ini bagaimana pun harus tetap mereka tampung.

B.Saran

Lebih baik sistem yang ada saat ini diperkuat merekayasa sistem yang sesuai zaman.sebagai sebuah
sistem demokrasi yang menjamin regenerasi dan kesinambungan pemimpin termasuk presiden.Agar
negara kita kedepannya lebih maju.

DAFTAR PUSTAKA

Zhacky,Mohammad.2019.Alasan wacana presiden 3 periode Dangkal.Jakarta:detikNews

Kurniawati,Endri.2019.Wacana Presiden 3 Periode Dinilai Berbahaya bagi Demokrasi.Jakarta:detikNews

Fida,Muhammad.2019.Wacana Masa Jabatan Presiden 3 Periode Merebak,Siapa


pengusulnya.Jakarta:Tempo.CO

Anda mungkin juga menyukai