Anda di halaman 1dari 8

Makalah Ilmu Al-Quran

MUNASABAH AL-QURAN

OLEH

KELOMPOK 9

KARTINI (60800114072)

NURWAHIDAH (60800114073)

NUR AQILAH JAYA (60800114074)

JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH & KOTA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

SAMATA GOWA

2014
A. Pengertian dan Sejarah Munasabah

Secara etimologis, munasabah berarti muqarabah (kedekatan, kemiripan).


Dalan hal ini tentunya hanya terjadi pada antara dua hal atau lebih, dapat juga terjadi
pada sebahagiannya saja

Munasabah (kemiripan) tersebut juga dinamai rabithum karena dialah yang


menghubungkan antara dua hal tersebut. Dalam ilmu tafsiratau ulumul quran,
munasabah adalah berarti kemiripan-kemiripan yang terdapat pada hal-hal terntentu
dalam al-quran baik surah maupun ayat-ayatnya, yang menghubungakan uraian
makna satu dengan lainnya.

Mufassir pertama yang mengemukakan pembahasan tentang munasabah


adalah Abu Bakar Abdullah bin Muhammad al-Naisaburiy (w.324 H). pembahasan
yang dikemukakan ketika itu, kurang mendapat perhatian dari ulama tafsir, namun
setelah itu, perhatian ulama mulai terarah khususnya dari ulama tafsir tertentu,baik
pembahasan dalam kitab-kitab tertentu, diantaranya seperti :

a. Abu Jafar ibn Zubair (w.807 H), dalam kitabnya al-Burhan fi Tartib Suwar
al-Quran
b. Ibrahim bin Umar al-Biqaiy (809-885 H), dalam kitabnya Nazhm al-Durar fi
Tanasub al-Ayat wa al-Suwar
c. Abd al-Rahman bin Abu Bakar al-Sayuti (lahir 849 H), dalam kitabnya
Tanasub al-Durar fi Tanasub al-Suwar

Ulama yang menulis munasabah bersama oembahasan lai dalam tafsir, seperti
fakhruddin al-Raziy, Ibn al-Naqib, Abu Hayyan al-Naisaburiy, Abu Suud, al-Ausiy al-
Sarbiniy, Muhammad Rasyid Ridha, dan sebagainya

Kitab yang paling sempurna pembahasannya mengenai munasabah adalah kitab


Nazhm al-Durar, karena membahas :

1) Ketujuh macam munasabah


2) Seluruh isi Al-Quran
Kitab tersebut sekarang sudah hadir di tengah-tengah kita sebanyak 7 jilid, di
samping berbentuk manuscript tetap juga tersedia di dalam perpustakaan iskandariyah
mesir

B. Macam-macam Munasabah

Materi-materi bahasan munasabah tersebut dapat dibagi menjadi tujuh macam,yaitu :

a. Antara surah dengan surah sebelumnya,


b. Nama surah dengan tujuan turunnya,
c. Kalimat dengan kalimat dalam ayat,
d. Ayat dengan ayat dalam satu surah,
e. Penutup ayat (fashilah) dengan kandungan ayatnya,
f. Awal uraian surah dengan akhir uraiannya,
g. Penutup surah terdahulu dengan wala uraian surah berikutnya

Dalam membahas ketujuh macam munasabah tersebut ditemukan sekian


banyak metode penelitian yang ditempuh oleh ulama, berikut ini dikemukakan
beberapa diantaranya:

1. Menyangkut munasabah surah dengan surah sebelumnya


a. Al-Sayuthiy, yang agaknya mengutip atau paling tidak banyak
terpengaruh oleh Ibn Zubayr, berkesimpulan bahwa setiap surah yang
dating kemudian merupakan penjelasan terperinci tentang masalah
tertentu dari surah sebelumnya
b. Hubungan antara surah juga dapa dicari melalui nama-nama surah
tersebut secara berurutan, seperti antara surah Muhammad, yang
dinama juga al-Qital, al-Fath dan Hujarat, yakni al-Qital (peperangan)
menghasilkan al-Fath (kemenangan) dan kemenengan mengakibatkan
al-Hujurat (pembagian atau pembatasan tugas-tugas)
c. Dengan memperhatikan wazn (timbangan) kedua surah yang
dihubungkan, seperti surah al-Lahab dengan surah al-Ikhlash
2. Nama Surah dengan Tujuan Turunnya

Nama-nama surah Al-quran adalah inti pembahasan surah tersebut


serta penjelasan menyangkut tujuannya, demikian pendapat al-biqaiy, dalam
hal ini dapat diketahui dengan melihat uraian ayat yang menyebut nama
tersebut, seperti, misalnya, surah al-Baqarah, yang menceritakan tentang
kekuasaan tuhan dalam membangkitkan seorang yang telah mati (QS. Al-
Baqarah, 2:67-73) sehingga tampak tujuan surah al-Baqarah, yaitu menyangkut
kekuasaan Tuhan dan keimanan kepada hari kemudian

3. Hubungan antara ayat dengan ayat dalam suatu surah, dan antara
kalimat dengan kalimat dalam suatu ayat
Disini dikemukakan beberapa permasalahan :

a. Diperselisihkan oleh ulama menyangkut ada atau tidaknya hubungan


antara semua ayat-ayat al-qr;an dan kalimat-kalimatnya. Abu Suud
menengaskan bahwa hubungan-hubungan tersebut tidak mutlak harus
ada pada setiap ayat. Muhammad Abduh menggaris bawahi secara
khusus ayat-ayat , namun al-Biqaiy berpendapat bahwa semua ayat
dalam al-Quran, bahkan kamiat demi kalimat mempunyai hubungan
erat. Sampai-sampai menurutnya saya terkadang berfikir berbulan-
bulan untuj menemukannya san setelah saya kemukakan hubungan
tersebut, ulama mengakui dan mengaguminya. Al-Zarkasyiy, dalam
kitabnya al-Burhan menggarisbawahi beberapa masalah yang tidak
termasuk pembahasan hubungan antara ayat da;a, pembahasan ilmu
munasabah

b. Dalam menghubungkan ayat-ayat al-Quran ditemukan minimal dua


cara yang dapat ditempuh :
1) Menghubungkan kalimat-kalimat terdahulu dengan kalimat yang
kemudian dan atau akhir kalimat pada suatu ayat dengan awal
kalimat berikutnya, seperti yang banyak ditempuh oleh al-Biqaiy
2) Menghubungkan masalah yang dibahaw terdahulu dengan
masalah kemudian, masalah-masalah tersebut dapat berupa hasil
pengelompokan beberapa ayat sebagaimana yang ditempuh oleh
Syekh Muhammad Abduh, dapat jugaa melalui kenadungan ayat
demi ayat, seperti yang ditempuh oleh al-Raziy dan Abu Hayyan

c. Pada garis besarnya menghubungkan antara ayat dengan ayat atau


kamita dengan kalimat, khususnya yang tidak jelas hubungannya,
dapat dibagi kedalam dua bagian pokok
1) Ayat atau kalimat sesudah mathuf dengan sebelumnya
2) Tidak matuf apabila ayat atau kalimat tersebut mathuf. Maka
hubungannya dapat ditemukan melalui :
a) Al-mudaddat (bertolak belakang) seperti uraian rahmat
setelah azab, atau janji baik setelah ancama
b) Al-nazhirayn (persamaan atau serupa)
c) Istithrad (penjelasan lebih lanjut)
d) Kenyataan yang dialami
e) Perumpamaan tentang keadaan mereka

Adapun yang tidak matuf, maka hubungan tersebut dapat ditemukan melalui
hal-hal di atas, ditambah dengan :

a) Menghubungkan dengan ayat-ayat dengan kalimat-kalimat yang tersebut


jauh sebelumnya
b) Berandai seakan-akan ada yang bertanya atau berandai tentang adanya
suatu kondisi yang membutuhkan penjelasan, seperti hubungan antara
ayat 282, surah al-baqarah menyangkut hutang-piutang dengan ayat-ayat
sebelumnya (280-281) pada surah itu juga

4. Hubungan penutup ayat (fashilah) dengan kandungan ayat

Pada dasarnya ada empat macam fashilah


1) Kandungan ayat mengharuskan adanya fashilah tersebut, karena kalau
tidak, ia tidak member arti yang sempurna atau dapat menimbulkan
kesalahpahaman
2) Tambahan penjelasan (biasanya untuk menyelesaikan dengan fashilah
ayat sebelumnya). Ia merupakan tambahan penjelasan Karena pada
hakekatnya, kandungan ayat sudah sempurna walaupun tanpa fashilah
tadi
3) Lafal fashilah sudah disebutkan dari cela0cela redaksi ayat pada
permulaan, pertengahan dan akhirnya
4) Arti kandungan fashilah telah disinggung, dari celah-celah ayat

Melihat kenyataan diatas, maka hubungan antara fashilah dengan redaksi-


redaksi sebelumnya dapat ditemukan dalam kandungan ayat tersebut pada umumnya
tidak keluar dari :

a) Penjelasan tentang sebab (bayan li al-illat)


b) Penyesuaian dengan kandungan/tujuan ayat (munasabah al-siyaq)
c) Penyesuaian dengan fashilah sebelumnya (munasabah al-fawashil)
Menguatkan kandungan (taqid lil al-siyaq)
d) Awal uraian surah dengan sebelumnya
e) Penutup surah terdahulu dengan awal uraian surah berikutnya

5. Munasabah antara awal surah dengan uraiannya

Al-Zarkasyiy, dalam kitabnya al-burhan, juga hanya memberikan


contoh-contoh seperti awal surah dengan akhirnya

6. Penutup surah terdahulu dengan awal surah berikutnya


Penutup surah terdahulu dengan awal surah berikutnya, seperti penutup
surah al-Nisa yang memerintahkan untuk berlaku adil terhadap tuhan dengan
menegaskan-Nya, ayat tersebut adalah 172-174 dan tehadap manusia
khususnya menyangkut harta warisan, ayat tersebut adalah 176, maka awal
surah al-Maidah adalah perintah untuk memenuhi segala macam perjanjian
baik terhadap tuhan maupun terhadap sesame manusia
Kita tidak menemukan seorang ulama tafsir mengemukakan suatu
metode tertentu untuk menemukan kedua hubungan tersebut, namun [ada
prinsipnya seperti yang dikemukakan oleh al-Biqaiy bahwa untuk menemukan
setiap hubunngan harus terlebih dahulu diperhatikan kandungan ayat-ayat yang
akan dihubungkan dengan menyesuaikannya dengan tujuan surah secara
keseluruhan
KESIMPULAN

Munasabah berarti muqarabah (kedekatan, kemiripan). Dalan hal ini tentunya


hanya terjadi pada antara dua hal atau lebih, dapat juga terjadi pada sebahagiannya
saja.

Munasabah ini juga dinamai rabithum karena dialah yang menghubungkan


antara dua hal tersebut. Dalam ilmu tafsiratau ulumul quran, munasabah adalah
berarti kemiripan-kemiripan yang terdapat pada hal-hal terntentu dalam al-quran baik
surah maupun ayat-ayatnya, yang menghubungakan uraian makna satu dengan
lainnya.

Adapun Macam-macam materi bahasan Munasabah ini terbagi menjadi tujuh


macam yakni :

1. Antara surah dengan surah sebelumnya,


2. Nama surah dengan tujuan turunnya,
3. Kalimat dengan kalimat dalam ayat,
4. Ayat dengan ayat dalam satu surah,
5. Penutup ayat (fashilah) dengan kandungan ayatnya,
6. Awal uraian surah dengan akhir uraiannya,
7. Penutup surah terdahulu dengan wala uraian surah berikutnya

Anda mungkin juga menyukai