AL-MUHKAM AL-MUTASYABIH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulum Al-Qur'an
Disusun Oleh:
Kelompok IX
Masnah 201220012
TAHUN 2021 M
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kami mampu menyelesaikan makalah Ulum al-Qur'an ini.
Sholawat beriringkan salam senantiasa tercurah limpahkan kepada nabi besar
Muhammad SAW. Atas perjuangan beliaulah kita dapat terbebas dari kejamnya
masa jahiliyyah.
Makalah tentang Ayat Muhkam dan Mutasyabiha dalam mata pelajaran ini
kami susun dengan semaksimal mungkin, agar pembaca mampu memahami dan
mempelajari makalah ini serta dapat mengambil manfaat maupun inspirasi terkait
materi ini.
Terima kasih banyak kami ucapkan kepada dosen pengampu, yang telah
memberikan tugas makalah ini dengan baik, sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Namun, kami menyadari sepenuhnya
bahwa makalah ini tentu masih anyak kekurangan serta kesalahan baik dalam
penulisan, materi terkait, dan susunan bahasanya.
Kami dengan sepenuh hati mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca, agar kedepannya kami dapat membuat makalah dengan lebih
baik lagi.
Kelompok IX
i
DAFTAR ISI
C. Tujuan ··················································································· 2
A. Kesimpulan ······································································· 15
B. Saran ·················································································· 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Corak dan perangkat tafsir yang beliau gunakan dalam kitabnya ini
sangat kental dengan kajian kalam, aspek kebahasaan dan sisi legal fiqh.
Karakteristik yang membedakan dari ulama sebelumnya adalah statusnya
sebagai generasi akhir Ṭariqat al-Muta'khkhirin, yang mewarnai karyanya
dengan kajian filsafat, tasawuf.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Muhammad 'Abd al-Azhim al-Zarqani, Manahil al-irfan fi Ulumul Qur'an ,jilid II (Beirut:
Dar al-Fikr, T.Th.), 270.
2
Jalàl al-Din al-Suyuthi, Al-Itqan fi Ulum Al-Qur'an (Beirut: Dar al-Fikr), 2.
3
Ketiga, firman Allah SWT:
4
2. Ayat mutasyabihat hanya menyangkut huruf-furuf pembuka surat
(fawatih al-suwar) saja, selebihnya merupakan ayat muhkamat Ayat
muhkamat adalah ayat yang dapat dipahami tanpa memerlukan adanya
takwil, sedangkan ayat mutasyabihat sebaliknya, membutuhkan takwil agar
dapat diketahui maksudnya.
4. Ayat muhkamat adalah ayat yang dapat dipahami oleh akal, seperti
bilangan rakaat shalat dan kekhususan bulan Ramadhan untuk pelaksanaan
puasa wajib, sedangkan ayat mutasyabihat sebaliknya.
Pertama, muhkam ialah ayat yang jelas maksudnya lagi nyata yang
tidak mengandung kemungkinan nasakh. Mutasyabib ialah ayat yang
tersembunyi (maknanya),tidak diketahui maknanya baik secara akli maupun
nakli, dan inilah ayat-ayat yang hanya Allah yang mengetahuinya, seperti
datangnya hari kiamat, huruf-huruf yang terputus-putus di awal-awal surat.
Pendapat ini dibangsakan oleh al-Alusi pada pemimpin-pemimpim mazhab
Hanafi.
3
Subhi ash-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu al-Qur'an (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), 171-
175.
5
Kedua, muhkam ialah ayat yang diketahui maksudnya, baik secara
nyata maupun melalui takwil. Mutasyabib ialah ayat yang hanya Allah
mengetahui maksudnya, seperti datangnya hari kimat, keluarnya dajjal,
huruf-huruf yang terputus-putus di awal-awak surat. Pendapat ini
dibangsakan kepada ahli sunnah sebagai pendapat yang terpilih dikalangan
mereka.
Keenam, muhkam ialah ayat yang jelas maknanya dan tidak masuk
kepadanya isykal (kepelikan). Mutasyabih ialah lawannya. muhkam terdiri
atas lafal nash dan lafal zahir. Mutasyabib terdiri atas-atas isim-isim (kata-
kata benda) musytarak dan lafal-lafal mubbamab (samar-samar). Ini adalah
pendapat At-Thibi.
6
tersebut terdapat persamaan dan kedekatan makna. Menurutnya, pendapat
al-Razi lebih jelas, karena masalah ihkam dan tasyabuh kembali pada jelas
dan tidaknya makna yang dimaksud Allah SWT dari waktu yang
diturunkannya.
pada muhkam ayat atau lafal yang maknanya tersembunyi dan tidak masuk
ke mutasyabih ayat atau lafal yang maknanya jelas. Dari paparan di atas,
dapat disimpulkan bahwa dalam memahami ayat muhkam ini seseorang
tidak akan menemui kesulitan, karena jelas maknanya.4
"Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang
mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut.
Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada
sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah
atau yang kering, yang tidak tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh
Mahfuzh). (QS. al-An'am[6]:59)"
4
Al-Zarqani, Manahil al-Irfan, Jilid II, hlm. 272-275.
7
Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan
(lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Tetapi jika kamu khawatir
tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau hamba
sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar
kamu tidak berbuat zalim. (QS. an-Nisa[4]:3)
B. Fawatih al-Suwar
Kedua, terdiri dari dua huruf, terdapat pada sepuluh surah, tujuh
diantaranya disebut hawamim yaitu surah-surah yang diawali dengan حdan .م
Surah-surah ini adalah suraah Ghafar, Fushilat, al-Syurà, al-Zukrûf, al-
Duhkan, al-Jatsiyah, dan al-Ahqaf. Khusus pada surah al-Syurà
pembukaannya tergabung antara .حم عسقSurah lain adalah surah Thaha,
Thasin, dan Yasin.
Ketiga, terdiri dari lima huruf terdapat pada tiga belas tempat. Enam
diantaranya dengan huruf ،المyaitu surah al-Baqarah, ali-Imran, al-Ankabut,
al-Rum, Luqman,dan al-Sajadah. Lima dengan huruf ,الرyaitu pada surah
Yunus, Hus, Yusuf, Ibrahim, dan al-Hijr. Dua susunan hurufnya طسمterdapat
pada pembukaan surah al-Syu'ara dan al-Qhashash.
5
Ibid, hlm. 281-282.
8
Keempat, terdiri dari empat huruf yaitu ،المصpada surah al-A'raf
dan ,المرterdapat pada surah al-Ra'ad. Kelima, terdiri atas lima huruf yang
terdapat pada satu tempat saja, yaitu ،كهيعصyaitu pada surah Maryam.6
9
"Dan datanglah Tuhanmu sedang malaikat berbaris-baris (QS. al-
Fajr:22)
كل صفة يستحل حقيقتها على هللا تعالى تفسر بال زمها
11
Ibid.
12
Al-Shalih, Mabahits fi Ulúm Al-Qur'an, hlm. 284-285
10
"Setiap sifat yang makna hakikatnya mustahil bagi Allah ditafsirkan
(ditakwilkan) dengan kelazimannya."
Amat besar penyesalanku atas kelalaianku di sisi Allah SWT. (QS. al-
Zumar[39]:56).
14 Ibid.
11
Ulama Khalaf jug tidak memastikan pentakwilan mereka sebagai
makna yang pasti bagi ayat-ayat tersebut. Karena itu, tafsir dan pentakwilan
yang mereka berikan juga bervariasi, tidak selamnya sama sama antara
seorang dan lainnya. Misalnya kata al-nafsu (diri) pada surah ali-Imran
(3):28, ditemukan berbagai pentakwilan beberapa ulama, seperti siksa-Nya,
kepada-Nya, hakikat wujud-Nya, Dzatzl, dan ghaib. Dengan demikian,
mereka tidak mendakwakan bahwa mereka mengetahui hakikat maknanya.
Mereka hanya berusaha menakwil dan menafsirkan ayat-ayat yang
menyangkut sifat-sifat Tuhan sesuai dengan kemampuan mereka, swhingga
dapat memenuhi tuntutan akal mereka sebagai orang-orang yang beriman.
Mereka berupaya menakwil dan menfsirkan ayat-ayat yang menyangkut
sifat Allah dan tidak memaksakan diri untuk menakwil hal-hal yang ghaib
seperti tentang Hari Kiamat dan Dabbah (binatang yang akan keluar sebagai
tanda dekatnya Hari Kiamat).
Pendapat ulama Khalaf ini bertambah jelas jika ayat ketujuh dari
surah Ali 'Imran diatas dipahami dalam konteks sebab turunnya. Para
musafir meriwayatkan bahwa ayat ini dan sekitar 80 ayat sesudahnya turun
menyangkut hal orang-orang Kristen Najran. Enam puluh diantara mereka
datang menemui Rasulullah SAW dan menjelaskan serta mengemukakan
argumen tentang Trinitas dan Ketuhanan 'Isa al-Màsih, karena diciptakan
tidak menurut hukum kebiasaan yang dikenal dalam proses kelahiran
manusia. Mereka juga mengemukakan argumen dengan mukjizat yang
15 Ibid, hlm. 6
12
berlaku pada diri Ìsa, dan keterangan al-Qur'an sendiri. Sehubungan dengan
peristiwa ini, ayat-ayat itu diturunkan oleh Allah SWT.16
Dari sini, dapat disimpulkan setidaknya ada tiga hikmah yang dapat
diambil dari persoalan muhkam dan Mutasyâbihtersebut, hikmah-hikmah itu
adalah:17 Pertama, Andaikata seluruh ayat Al-Qur’an terdiri dari ayat-ayat
muhkamat, niscaya akan sirnalah ujian keimanan dan amal lantaran
pengertian ayat yang jelas. Kedua, Seandainya seluruh ayat Al-Qur’an
Mutasyâbihat, niscaya akan lenyaplah kedudukannya sebagai penjelas dan
petunjuk bagi manusia orang yang benar keimanannya yakin bahwa Al-
Qur’an seluruhnya dari sisi Allah, segala yang datang dari sisi Allah pasti
hak dan tidak mungkin bercampur dengan kebatilan.
16
Sayyid Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, Jilid III (Kairo: Maktabah al-Wira'ah II Shahibiha
'Ali Yusuf Sulaiman, 1960) hlm. 161.
17
Muhammad chirzin, Al-Qur'an dan Ulumul Qur'an. Hlm. 74-75.
13
akan terhindar dari taklid, bersedia membaca Al-Qur’an dengan khusyu’
sambil merenung dan berpikir.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
15
diturunkan oleh Allah dan kitab sastra terbesar sepanjang sejarah, manusia
yang tidak akan habis-habisnya untuk dikaji dan diteliti.
B. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
Hadist.
Dar al-Fikr.
Kencana.
17