DISUSUN OLEH :
IBNU KHOIR
ZAHRATUNNISA
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt., yang telah melimpahkan nikmat dan
karunia-Nya kepada kita semua, terutama nikmat kesehatan sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “KHAWARIJ dan MURJI’AH”. Makalah ini diajukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah TAUHID / ILMU KALAM. Shalawat beserta salam
semoga tercurah limpah kepada junjunan alam yakni Habibana Wanabiyyana kariim Nabi
Muhammad SAW. Kami menyampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada
Bapak Wahyun Mawardi,S.Ag,.M.Ag selaku dosen mata kuliah Ilmu Kalam yang telah
menyerahkan kepercayaannya kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.
Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya pula kepada semua pihak yang
telah mendukung serta membantu saya dalam proses penyelesaian makalah ini. Kami juga
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembaca. Selanjutnya,
kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk makalah ini supaya selanjutnya
dapat kami revisi kembali. Karena kami menyadari bahwa makalah yang telah kami buat ini
masih memiliki kekurangan.
2
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN.........................................................................................1
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang..............................................................................................4
B. Rumusan masalah........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan...................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
Kehidupan memang tidak luput dari setiap permasalahan. Dalam Islam sendiri mulai
sejak dahulu di zaman Rasulullah SAW sampai sekarang memiliki permasalahan. Setelah
wafatnya Rasulullah SAW mulai timbul banyaknya pergejolakan yang timbul dalam
kalangan umat. Setiap Pemerintah atau Khalifah yang berkuasa berusaha untuk
meminimalisir dari pemberontakan tersebut. Dari gejolak yang timbul dari umat
menimbulkan berbagai firqoh (kaum) dalam kalangan umat Islam sendiri. Seperti kaum
Syiah, kaum Khawarij, kaum Mu’tazilah, kaum Qadariyah, kaum Jabariyah, dan kaum
Murji’ah. Dari hal ini membuat umat sendiri menjadi terpecah belah dalam pemikiran tentang
Islam. Sehaingga hal inilah yang memicu timbulnya dari “Teologi Islam”. Dalam konteks
historis lahirnya Murjiah pada akhir abad pertama Hijrah pada saat Ibukota kerajaan Islam
dari Madinah pindah ke Kuffah kemudian pindah lagi ke Damaskus. Ini dipicunya adanya
pergejolakan yang timbul dalam politik imamah atau khilafat pada masa kekhalifahan
Utsman bin Affan yang kemudian berkelanjutan pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib RA.
Sehingga pada tragedi terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan RA yang dilakukan oleh
Abdullah bin Salam menjadi pembuka yang dinyatakan kaum Muslimin membuka bencana
baginya yang tidak akan tetutup sampai hari Kiamat.
Setiap Aliran yang lahir memiliki pemikiran tersendiri dalam berperndapat yang mana
menjadi pegangan tersendiri dalam mengambil suatu keputusan dan tindakan, baik itu dari
kaum Syiah sampai kepada kaum Murji’ah. Dalam kesempatan ini kami mencoba
menjabarkan tentang Aliran dari Murji’ah yang merupakan aliran yang ada dalam salah satu
aliran dari aliran-aliran yang lahir sejak masa para sahabat Rasulullah SAW.
4
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan aliran Khawarij?
2. Sebutkan doktrin-doktrin pokok aliran Khawarij?
3. Bagaimana perkembangan aliran Khawarij?
4. Apa yang dimaksud dengan aliran Murji’ah?
5. Sebutkan doktrin-doktrin pokok aliran Murji’ah?
6. Bagaimana perkembangan aliran Murji’ah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. KHAWARIJ
Kata khawarij secara etimologis berasal dari bahasa arab kharaja yang berarti keluar,
muncul, timbul, atau memberontak. Berkenaan dengan pengertian etimologis ini, syahrastani
menyebut orang yang memberontak imam yang sah sebagai khawarij. Berdasarkan
pengertian etimologi ini pula, khawarij berarti setiap muslim yang memiliki sikap laten ingin
keluar dari kesatuan umat islam.
Adapun yang dimaksud khawarij dalam terminologi ilmu kalam adalah suatu
sekte/kelompok/aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar meninggalkan barisan karena
tidak sepakat terhadap Ali yang menerima arbitrase/tahkim dalam perang siffin pada tahun
37 H/648 M dengan kelompok bughat (pemberontakan) Mu’awiyah bin Abi Sufyan perihal
persengketaan khilafah. Kelompok khawarij pada mulanya memandang Ali dan pasukannnya
berada pada pihak yang benar karena Ali merupakan khalifah sah yang telah dibai’at
mayoritas umat islam, sementara Mu’awiyah berada pada pihak yang salah karena
memberontak kepada khalifah yang sah. Lagi pula, berdasarkan estimasi Khawarij, pihak ali
hampir memperoleh kemenangan pada peperangan itu, tetapi karena Ali menerima tipu daya
licik ajakan damai Mu’awiyah, kemenangan yang hampir diraih itu menjadi raib.
Ali sebenarnya sudah mencium kelicikan dibalik ajakan damai kelompok Mu’awiyah,
sehingga pada mulanya Ali menolak permintaan itu. Akan tetapi, karena desakan sebagian
pengikutnya, terutama ahli qurra’, seperti Al-Asy’ats bin Qais, Mas’ud bin Fudaki At-
Tamimi, dan Zaid bin Husein Ath-Tha’i, dengan terpaksa Ali memerintahkan Al-Asytar
(komandan pasukan Ali) untuk menghentikan peperangan.
Setelah menerima ajakan damai, Ali bermaksud mengirimkan Abdullah bin Abbas
sebagai delegasi juru damai (hakam)-nya, tetapi orang-orang khawarij menolaknya dengan
alasan bahwa Abdullah bin Abbas adalah orang yang berasal dari kelompok Ali. Mereka lalu
mengusulkan agar Ali mengirim Abu Musa Al-Asy’ari dengan harapan dapat memutuskan
perkara berdasarkan kitab Allah. Keputusan tahkim, yaitu Ali diturunkan dari jabatannya
sebagai khalifah oleh utusannya, sementara Mu’awiyah dinobatkan sebagai khalifah oleh
delegasinya pula sebagai pengganti Ali, akhirnya mengecewakan orang-orang khawarij
membelot dengan mengatakan “mengapa kalian berhukum kepada manusia? Tidak adahukum
selain hukum yang ada pada sisi Allah”. Megomentari perkataan mereka, imam Ali
menjawab, “itu adalah ungkapan yang benar, tetapi mereka artikan dengan keliru.” Pada
waktu itulah orang-orang khawarij keluar dari pasukan Ali dan langsung menuju Hurura,
sehingga khawarij disebut juga dengan nama Hururiah. Kadang-kadang mereka disebut
dengan Syurah dan Al- Mariqah.
a. Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat islam,
b. Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab,
c. Setiap orang muslim berhak menjadi khalifah asal sudah memenuhi syarat,
d. Khalifah dipilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil dan
menjalankan syari’at islam. Ia harus dijatuhkan bahkan dibunuh jika melakukan
kezaliman.
e. Khalifah sebelum Ali (Abu Bakar, Umar, dan Utsman) adalah sah, tetapi setelah
tahun ke tujuh dari masa kekhalifahannya, Utsman r.a. dianggap telah
menyeleweng,
f. Khalifah Ali juga sah, tetapi setelah terjadi arbitrase ia dianggap menyeleweng,
g. Mu’awiyah dan Amr bin Al-Ash serta Abu Musa Al-Asy’ari juga dianggap
menyeleweng dan telah menjadi kafir,
h. Pasukan perang jamal yang melawan Ali juga kafir,
i. Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim karenanya harus dibunuh.
Mereka menganggap bahwa seorang muslim tidak lagi muslim (kafir) disebabkan
tidak mau membunuh muslim lain yang telah dianggap kafir, dengan resiko ia
menanggung beban harus dilenyapkan pula,
j. Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka. Apabila
tidak mau bergabung, ia wajib diperangi karena hidup dalam dar al harb (negara
musuh), sedangkan golongan mereka dianggap berada dalam dar al islam (negara
islam),
k. Seseorang harus menghindar dari pimpinan yang menyeleweng,
l. Adanya wa’ad dan wa’id (orang yang baik harus masuk surga, sedangkan yang
jahat harus masuk ke neraka),
m. Amar makruf nahi mungkar,
n. Memalingkan ayat-ayat al-qur’an yang tampak mutasyabihat (samar),
o. Al-Qur’an adalah makhluk,
p. Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari tuhan.
Doktrin teologi khawarij yang radikal pada dasarnya merupakan imbas langsung
doktrin sentralnya, yaitu doktrin politik. Radikalitas itu sangat dipengaruhi oleh sisi
budaya yang juga radikal. Hal lain yang menyebabkan radikalitas itu adalah asal-usul
mereka yang berasal dari masyarakat badawi dan pengembara padang pasir tandus.
Hal itu telah membentuk watak dan tata pikirnya menjadi keras, berani, tidak
bergantung kepada orang lain, bebas, dan tidak gentar hati. Akan tetapi, mereka
fanatik dalam menjalankan agama. Sifat fanatik itu biasanya mendorong seseorang
berpikir sangat simplitis; melihat pesan berdasarkan motivasi pribadi, bukan
berdasarkan data dan konsistensi logis; bersandar lebih banyak pada sumber pesan
(wadah) daripada isi pesan; mencari informasi tentang kepercayaan orang lain dari
sumber kelompoknya dan bukan dari sumber kepercayaan orang lain;
mempertahankan secara kaku sistem kepercayaannya; dan menolak mengabaikan dan
mendistorsi pesan yang tidak konsisten dengan sistem kepercayaannya.
a. Al-Muhakkimah,
b. Al-Azqirah,
c. An-Najdat,
d. Al-Baihasiyah,
e. Al-Ajaridah,
f. As-Saalabiyah,
g. Al-Abadiyah,
h. As-Sufriyah.
Semua subsekte itu membicarakan persoalan hukum orang yang berbuat dosa
besar, apakah masih mukmin atau telah menjadi kafir. Tampaknya, doktrin teologi tetap
menjadi primadona pemikiran mereka, sedangkan doktrin-doktrin yang lain hanya merupakan
pelengkap. Pemikiran subsekte ini lebih bersifat praktis daripada teoretis, sehingga kriteria
bahwa seseorang dapat dikategorikan sebagai mukmin atau kadir tidak jelas. Hal ini
menyebabkan- dalam kondisi tertentu seseorang dapat disebut mukmin sekaligus pada waktu
yang bersamaan disebut sebagai kafir.
Tindakan kelompok khawarij diatas telah merisaukan hati semua umat islam saat itu.
Sebab, dengan cap kafir yang diberikan salah satu subsekte yang lain orang bersangkutan
masih dikategorikan sebagai mukmin sehingga dikatakan bahwa jiwa seorang yahudi atau
majusi masih lebih berharga dibandingkan dengan jiwa seorang mukmin. Meskipun
demikian, ada sekte khawarij yang agak lunak, yaitu sekte Najdiyat dan Ibadiyah. Keduanya
membedakan antara kafir nikmat dan kafir agama. Kafir nikmat hanya melakukan dosa dan
tidak berterima kasih kepada Allah. Orang seperti ini, kata kedua sekte diatas, tidak perlu
dikucilkan dari masyarakat.
Semua aliran yang bersifat radikal, pada perkembangan lebih lanjut, dikategorikan
sebagai aliran khawarij, selama terdapat indikasi doktrin yang identik dengan aliran ini.
Berkenaan dengan persoalan ini, Harun mengidentifikasi beberapa indikasi aliran yang dapat
dikategorikan sebagai aliran khawarij masa kini, yaitu;
a. Mudah mengafirkan orang yang tidak segolongan dengan mereka, walaupun orang
itu adalah penganut agama islam;
b. Islam yang benar adalah islam yang mereka pahami dan amalkan, sedangkan islam
sebagaimana yang dipahami dan diamalkan golongan lain tidak benar;
c. Orang-orang islam yang tersesat dan menjadi kafir perlu dibawa kembali ke islam
yang sebenarnya, yaitu islam seperti yang mereka pahami dan amalkan;
d. Karena pemerintahan dan ulama yang tidak sepaham dengan mereka adalah sesat,
mereka memilih imam dari golongannya, yaitu imam dalam arti pemuka agama
dan pemuka pemerintahan;
e. Mereka bersifat fanatik dalam paham dan tidak segan-segan menggunakan
kekerasan dan pembunuhan untuk mencapai tujuannya.
B. MURJI’AH
Nama mur’jiah diambil dari kata irja’ atau arja’a yang bermakna penundaan,
penangguhan, dan pengharapan. Kata arja’a mengandung arti memberi pengharapan, yaitu
kepada pelaku dosa besar untuk memperoleh pengampunan dan rahmat Allah SWT. Selain
itu, arja’a berarti pula meletakkan di belakang atau mengemudikan, yaitu orang yang
mengemudikan amal dari iman. Oleh karena itu, Murji’ah artinya orang yang menunda
penjelasan kedudukan seseorang yang bersengketa, yaitu Ali dan Mu’awiyah, serta setiap
pasukannya pada hari kiamat kelak.
Ada beberapa teori yang berkembang mengenai asal-usul kemunculan Murji’ah. Teori
pertama mengatakan bahwa gagasan irja’ atau arja’a dikembangkan oleh sebagian sahabat
dengan tujuan menjamin persatuan dan kesatuan umat islam ketika terjadi pertikaian politik
dan untuk menghindari sektarianisme. Murji’ah, baik sebagai kelompok politik maupun
teologis, diperkirakan lahir bersama dengan kemunculan Syi’ah dan khawarij. Murji’ah, pada
saat itu merupakan musuh berat khawarij.
Teori lain mengatakan bahwa gagasan irja’ yang merupakan basis doktrin murji’ah
muncul pertama kali sebagai gerakan politik yang diperlihatkan oleh cucu Ali bin Abi Thalib,
Al-Hasan bin Muhammad Al-Hanafiyah, sekitar tahun 695. Watt, penggagas teori ini
menceritakan bahwa 20 tahun setelah meninggalnya Mu’awiyah tahun 680, dunia islam
dikoyak oleh pertikaian sipil, yaitu Al-Mukhtar membawa paham Syi’ah ke Kufah dari tahun
685-687; Ibnu Zubair mengkalim kekhalifahan di Mekkah hingga kekuasaan islam. Sebagai
respons dari keadaan ini muncul gagasan irja’ atau penangguhan (postponenment). Gagasan
ini tampaknya pertama kali dipergunakan sekitar tahun 695 oleh cucu Ali bin Abi Thalib, Al-
Hasan bin Muhammad Al-Hanafiyah, dalam sebuah surat pendeknya yang tampak autentik.
Dalam surat itu, Al-Hasan menunjukkan sikap politiknya dengan mengatakan, “kita
mengakui Abu Bakar dan Umar, tetapi menangguhkan keputusan atas persoalan yang terjadi
pada konflik sipil pertama yang melibatkan Utsman, Ali, dan Zubair (seorang tokoh pembelot
ke mekkah).” Dengan sikap politik ini, Al-Hasan mencoba menanggulangi perpecahan umat
islam. Ia kemudian mengelak berdampingan dengan kelompok Syi’ah revolusioner yang
terlampau mengagungkan Ali dan para pengikutnya, serta menjauhkan diri dari khawarij
yang menolak
mengakui kekhalifahan Mu’awiyah dengan alasan bahwa ia adalah keturunan si pendosa
Utsman.
Teori lain menceritakan bahwa ketika terjadi perseteruan antara Ali dan Mu’awiyah,
dilakukanlah tahkim (arbitrase) atas usulan Amr bin ‘Ash, seorang kaki tangan Mu’awiyah.
Kelompok Ali terpecah menjadi dua kubu, yang pro dan yang kontra. Kelompok kontra
akhirnya menyatakan keluar dari Ali, yaitu kubu khawarij, memandang bahwa tahkim itu
bertentangan dengan Al-Quran, dalam pengertian tidak bertahkim berdasarkan hukum Allah
SWT. Oleh karena itu, khawarij berpendapat bahwa melakukan tahkim itu dosa besar dan
dihukum kafir, sama seperti perbuatan dosa besar lain, seperti zina, riba’, membunuh tanpa
alasan yang benar, durhaka kepada orang tua, serta memfitnah wanita baik-baik. Pendapat
khawarij tersebut ditentang sekelompok sahabat yang kemudian disebut Murji’ah dengan
mengatakan bahwa pembuat dosa besar tetap mukmin, tidak kafir, sementara dosanya
diserahkan kepada Allah SWT, apakah mengampuninya atau tidak.
Ajaran-ajaran Murji’ah pada dasarnya bersumber dari gagasan atau doktrin irja’ atau
arja’a yang diaplikasikan dalam banyak persoalan yang doktrin irja’ diimplementasikan
dengan sikap politik netral ataupun nonblok, yang hampir selalu diekspresikan dengan sikap
diam. Itulah sebabnya kelompok Murji’ah dikenal pul sebagai the queietists (kelompok
bungkam).q Sikap ini akhirnya berimplikasi begitu jauh sehingga membuat Murji’ah selalu
diam dalam persoalan politik.
a. Menunda hukuman atas Ali, Mu’awiyah, Amr bin ‘Ash, dan Abu Musa Al-Asy’ari
yang terlibat tahkim hingga kepada Allah pada hari kiamat kelak;
b. Menyerahkan keputusan kepada Allah SWT. Atas orang muslim yang berdosa besar;
c. Meletakkan (pentingnya) iman lebih utama daripada amal;
d. Memberikan pengharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk memperoleh
ampunan dan rahmat dari Allah SWT.
Sementara itu, Abu ‘A’la Al-Maududi (1903-1979) menyebutkan dua doktrin pokok
ajaran Murji’ah, yaitu :
a. Iman adalah cukup dengan percaya kepada Allah SWT. Dan rasulnya. Adapun amal
atau perbuatan bukan merupakan keharusan bagi adanya iman. Berdasarkan hal ini,
seseorang tetap dianggap mukmin walaupun meninggalkan apa yang difardukan
kepadanya dan melakukan perbuatan-perbuatan dosa besar;
b. Dasar keselamatan adalah iman semata. Selama masih ada iman di hati, setiap
maksiat tidak dapat mendatangkan madharat atau-pun gangguan atas seseorang.
Untuk mendapatkan pengampunan, manusia cukup menjauhkan diri dari syirik dan
meninggal dalam keadaan akidah tauhid.
3. Perkembangan aliran Murji’ah
a. Murji’ah Khawarij.
b. Murji’ah Qadariah.
c. Murji’ah Jabariah.
d. Murji’ah Murni.
e. Murji’ah Sunni (tokohnya adalah Abu Hanifah).
Sementara itu, Muhammad Imarah (l. 1931) menyebutkan 12 sekte Murji’ah, yaitu
sebagai berikut.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara etimologis kata khawarij berasal dari bahasa Arab, yaitu kharaja yang berarti
keluar, muncul, timbul, atau memberontak. Terdapat beberapa doktrin pokok dalam kaum
Khawarij. Doktrin yang dikembangkan kaum Khawari’j dapat dikategorikan dalam tiga
kategori: politik, teologi, dan sosial. Dalam perkembangannya subsekte Khawari’j yang besar
terdiri dari delapan macam. Murji’ah diambil dari Al-Irjo’, yaitu menunda, menangguhkan,
mengakhirkan: mungkin karena mereka mengakhirkan tingkatan amal dari iman, atau kah
mereka menangguhkan hukuman terhadap pelaku dosa besar sampai hari qiamat, dan
menyerahkan perkaranya kepada Tuhannya. Ajaran pokok Murji’ah pada dasarnya bersumber
dari gagasan atau doktrin irja atau arja’a yang diaplikasikan dalam banyak persoalan, baik
persoalan politik maupun teologis. Di bidang politik, doktrin irja diimplementasikan dengan
sikap politik netral atau nonblok, yang hampir selalu diekspresikan dengan sikap diam.
Golongan Murji’ah dibagi kedalam 2 kelompok besar yaitu golongan moderat dan ekstrim.
B. Saran
Pada hakikatnya semua aliran tersebut tidaklah keluar dari Islam, tetapi tetap
Islam.Dengan demikian tiap umat Islam bebas memilih salah satu aliran dari aliran-aliran
teologi tersebut, yaitu mana yang sesuai dengan jiwa dan pendapatnya.Hal ini tidak ubahnya
pula dengan kebebasan tiap orang Islam memilih madzab fikih mana yang sesuai dengan jiwa
dan kecenderungannya. Disinilah hikmah sabda Nabi Muhammad SAW: “perbedaan paham
dikalangan umatku membawa rahmat”. Memang rahmat besarlah kalau kaum terpelajar
menjumpai dalamIslam aliran-aliran yang sesuai dengan jiwa dan pembawaannya, dan kalau
pula kaum awam memperoleh dalamnya aliran-aliran yang dapat mengisi kebutuhan
rohaninya.
DAFTAR PUSTAKA
https://hurie85.wordpress.com/2014/07/16/makalah-ilmu-kalam-khawarij-dan-murjiah/
https://duniacarablogger.blogspot.com/2018/04/makalah-aliran-murjiah.html?m=1
https://maktabahmahasiswa.blogspot.com/2019/03/aliran-ilmu-kalam-khawarij-dan-
murjiah.html
Abdul Rozak 7 Rosihan Anwar, Ilmu Kalam, Bandung : CV. Pustaka Setia, 2011