PENDAHULUA
Persoalan yang pertama-tama timbul dalam teologi Islam adalah masalah iman dan kufur.
Persoalan itu pertama kali dimunculkan oleh kaum Khawarij ketika mencap kafir sejumlah tokoh
sahabat Nabi saw yang dianggap telah berbuat dosa besar, antara lain Ali bin Abi Thalib,
Mu’awiyah bin Abi Sofyan, Abu Hasan al-Asy’ari, dan lain-lain. Masalah ini lalu dikembangkan
oleh Khawarij dengan tesis utamanya bahwa setiap pelaku dosa besar adalah kafir.
Aliran lain seperti Murji’ah, Mu’tajilah, Asy’ariyah, dan Maturidiyah turut ambil bagian
dalam masalah tersebut bahkan tidak jarang terdapat perbedaan pandangan di antara sesama
pengikut masing-masing aliran.
Perbincangan konsep iman dan kufur menurut tiap-tiap aliran teologi Islam, di dalam
makalah ini akan dijelaskan beberapa aspek yaitu iman atau kufur dan pelaku dosa besar. Lebih
jelasnya akan dibahas dalam makalah.
B. Rumusan masalah
1. Konsep iman dan kufur menurut aliran ilmu kalam
2. Pelaku dosa besar menurut aliran ilmu kalam
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui konsep iman dan kufur menurut aliran ilmu kalam
2. Untuk mengetahui pelaku dosa besar menurut aliran ilmu kalam
1
BAB II
PEMBAHASA
Akibat dari perbedan pandangan mengenai unsur-unsur iman, maka timbulah aliran-
aliran teologi yang mengemukakan persoalan siapa yang beriman dan siapa yang kafir. Dapaun
aliran-aliran tersebut adalah Khawarij, Murji’ah, Mu’tajilah, Asy’ariyah, Maturidiyah dan Ahlus
Sunnah.
1. Khawarij
Iman dalam pandangan Khawarij, tidak semata-mata percaya kepada Allah, mengerjakan
segala perintah kewajiban agama juga merupakan bagian dari keimanan. Segala perbuatan yang
berbau religius, termasuk di dalamnya masalah kekeuasaan adalah bagian dari keimanan (al-
amal juz’un al-iman).
Menurut Khawarij, orang yang tidak mengerjakan shalat, puasa, zakat dan lain-lain, maka
orang itu kafir.
Tegasnya sekalian orang mukmin yang berbuat dosa, baik besar maupun kecil, maka
orang itu kafir.
Tegasnya sekalian orang mukmin yang berbuat dosa, baik besar maupun kecil, maka
orang itu kafir, wajib diperangi dan boleh dibunuh, oleh dirampas hartanya. Demikianlah
menurut faham Khawarij.
Aliran Khwarij berpegang pada semboyan la hukma illa lillah menjadi asas bagi mereka
dalam mengukur apakah seseorang masih mukmin atau sudah kafir. Asas itu membawa mereka
kepada paham, setiap orang yang melakukan perbuataun dosa adalah kafir, akrena tidak sesuai
dengan hukum yang ditetapkan Allah. Dengan demikian, orang Islam yang berzina, membunuh
sesama manusia tanpa sebab yang sah, memakan harta anak yatim, riba, dan dosa-dosa lainnya
bukan lagi mukmin, ia telah kafir. Perbuatan dosa yang membawa kepada kafirnya seseorang
menurut golongan ini terbatas pada dosa.
` 2. Murji’ah
Aliran Murji’ah berpendapat, orang yang melakukan dosa besar tetap mukmin. Adapun
soal dosa besar yang mereka lakukan ditunda penyelesaiannya pada hari kiamat. Mereka
berpendapat bahwa iman hanya pengakuan dalam hati sehingga orang tidak menjadi kafir karena
melakukan dosa besar.
2
Berdasarkan pandangan mereka tentang iman, Abu-Hasan Al-Asy’ary
mengklasifikasikan aliran teologi Murji’ah menjadi 12 subsekte, yaitu Al-Jahmiyah, Ash-
Shalihiyah, Al-Yunusiyah, Asy-Syimriya, As-Saubaniyah, Ash-Salihiyah, AL-Yunusiyah, Asy-
Syimriyah, As-Saubaniyah, An-Najjariyah, Al-Kailaniyah bin Syabib dan pengikutnya, Abu
Hanifah dan pengikutnya, At-Tumaniyah, Al-Marisiyah, dan Al-Karramiyah. Sementara itu,
harun Nasution dan Abu Zahrah membedakan Murji’ah menjadi dua kelompok utama, yaitu
Murji’ah moderat (Murji’ah Sunnah) dan Murji’ah ekstrim (Murji’ah Bid’ah).
a. Kelompok pertama ini beranggapan: kufur ini beranggapan: kufur itu merupakan sesuatu hal
yang berkenaan dengan hati, dimana hati tidak mengenal (jahl) terhadap Allah swt. Adapun
mereka yang beranggapan seperti ini ialah para pengikut kelompok Jahamiyyah.
b. Kelompok kedua ini beranggapan: kufur itu merupakan banyak hal yang berkenaan dengan
hati ataupun selainnya, seperti tidak mengenal (Jahl) terhadap Allah swt, membenci dan
sombong atas-Nya, mendustakan Allah dan rasul-Nya, menyepelekan Allah dan rasul-Nya,
tidak mengakui Allah itu Esa dan menganggap-Nya lebih dari satu. Karena itu mereka pun
menganggap bisa saja terjadi kekufuran tersebut, baik dengan hati ataupun lisan, tetapi
bukan dengan perbuatan, dan begitupun iman.
a. Mereka pun beranggapan bahwa sesorang yang membunuh ataupun hanya menyakiti nabi
dengan tidak karena mengingkarinya, tetapi hanya karena membunuh ataupun menyakiti itu
semata, niscaya dia tidaklah disebut kufur. Begitupun seseorang yang meninggalkan
kewajiban agama seperti halnya salah dengan tidak karena menghalalkannya, tetapi hanya
karena meninggalkan salat itu semata, niscaya dia pun tidaklah disebut kufur.
b. Tetapi mereka beranggapan: kalau seseorang menghalalkan sesuatu yang diharamkan Allah,
rasul-Nya dan juga orang-orang muslim, niscaya dia pun disebut kufur. Begitupun kalau
seseorang beritikad dengan itikad yang menurut kesepakatan segenap orang muslim
merupakan suatu kekufuran, atau berbuat dengan perbuatan yang merupakan suatu
kekufuran. Niscaya dia pun disebut sebagai orang kafir.
c. Kelompok ketiga ini tidak dijelaskan.
d. Kelompok keempat itu beranggapan: Kufur terhadap Allah itu mendustakan-Nya,
membangkang terhadap-Nya dan mengingkari-Nya secara lisan. Karena itu tidaklah
kekufuran, kecuali dengan lisan dan bukan dengan selainnya. Adapun anggapan ini
dikemukakan oleh Muhammad ibn karam dan para pengikutnya.
e. Kelompok kelima ini beranggapan: kufur itu membangkang melawan dan mengingkari
Allah, baik sepenuh hati ataupun secara lisan.
3
f. Kelompok keenam ini ialah para pengikut Abu Syamr, dimana anggapan-anggapan mereka
tentang kufur ini telah di kemukakan dalam uraian yang terdahulu, yang menyangkut
anggapannya tentang tauhid dan qadar.
g. Kelompok ketujuh ini ialah para pengikut Muhammad ibn Syabib di mana anggapan-
anggapan mereka tentang kufur ini pun telah dikemukakan dalam uraian yang terdahulu,
yang menyangkut anggapannya tentang iman.
3. Mu’tajilah
Kaum Mu’tajilah berpendapat bahwa orang mukmin yang mengerjakan dosa besar dan
mati sebelum tobat, tidak lagi mukmin dan tidak pula kafir, tetapi dihukumi sebagai orang fasiq.
4. Asy’ariyah
4
Mengenai penuturan dengan lidah (iqrar bi al-lisan) merupakan syarat iman, tetapi tidak
termasuk hakikat iman yaitu tashdiq . argumentasi mereka istilah al-nahl, ayat 106.
من كفر باهلل من بعد أيمانه األمن أكره و قلبه مطمئن باإليمان
5. Al-Maturidiyah
Dalam masalah iman, aliran Maturidiyah Samarkand berpendapat bahwa iman adalah
tashdiq bi al-qalb, bukan semata-mata iqrar bi al-lisan. Pengertian ini dikemukakan oleh Al-
Maturidi sebagai bantahan terhadap al-Karamiyah, salah satu subsekte Murji’ah. Ia
berargumentasi dengan ayat al-Quran surat al-Hujurat 14.
Ayat tersebut dipahami al-Maturidi sebagai suatu penegasan bahwa keimanan itu tidak
cukup hanya dengan perkataan semata, tanpa diimani pula oleh kalbu. Apa yang diucapkan oleh
lidah dalam bentuk pernyataan iman, menjadi batal bila hati tidak mengakui ucapan lidah. Al-
Maturidi tidak berhenti sampai di situ. Menurutnya, tashdiq, seperti yang dipahami di atas, harus
diperoleh dari ma’rifah. Tashdiq hasil dari ma’rifah ini didapatkan melalui penalaran akal, bukan
sekedar berdasarkan wahyu. Lebih lanjut, Al-Maturidi mendasari pandangannya pada dalil naqli
surat Al-Baqarah ayat 260. Pada surat Al-Baqarah tersebut dijelaskan bahwa Nabi Ibrahim
meminta kepada Tuhan untuk memperlihatkan bukti dengan Nabi Ibrahim meminta kepada
Tuhan untuk memperlihatkan bukti dengan menghidupkan orang yang sudah mati. Permintaan
Ibrahim tersebut, lanjut Al-maturidi, tidaklah berarti bahwa Ibrahim belum beriman. Akan tetapi,
Ibrahim mengharapkan agar iman yang telah dimilikinya dapat meningkat menjadi iman hasil
ma’rifah. Jadi, menurut Al-Maturidi, iman adalah tashdiq yang berdasarkan ma’rifah. Meskipun
demikian, ma’rifah menurutnya sama sekali bukan esensi iman, melainkan faktor penyebab
kehadiran iman. Adapun pengertian iman menurut Maturidiyah Bukhara, seperti yang dijelaskan
oleh Al-Bazdawi, adalah tashdiq bi al qalb dan tashdiq bi al-lisan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
tashdiq bi al-qalb adalah meyakini dan membenarkan dalam hati tentang keesaan Allah dan
rasul-rasul yang diutus-Nya beserta risalah yang dibawanya. Adapun yang dimaksud demgan
tashdiq al-lisan adalah mengakui kebenaran seluruh pokok ajaran Islam secara verbal. Pendapat
ini tampaknya tidak banyak berbeda dengan Asy’ariyah, yaitu sama-sama menempatkan tashdiq
sebagai unsur esensial dari keimanan walaupun dengan pengungkapan yang berbeda.
6. Ahlus Sunnah
5
Menurut Ahlus Sunnah, Iman ialah mengikrarkan dengan lisan dan membenarkan dengan
hati. Iman yang sempurna ialah mengikrarkan dengan lisan, membenarkan dengan hati dan
mengerjakan dengan anggota.
Orang mukmin yang melakukan dosa besar dan mati sebelum tobat, maka orang itu tetap
mukmin. Bila orang itu tidak mendapat ampunan dari Allah dan tidak pula mendapat syafa’at
Nabi Muhammad saw untuk mendapatkan ampunan dari Allah swt maka orang itu dimasukkan
ke neraka buat sementara, kemudian dikeluarkan dari neraka untuk dimasukkan ke surga.
Orang mukmin bisa menjadi kafir (murtad), karena mengingkari rukun iman yang enam,
misalnya: ragu-ragu atas adanya Tuhan, menyembah kepada makhluk, menuduh kafir kepada
orang Islam.
6
surga juga.4 Dosa kecil baginya akan menjadi dosa besar, kalau dikerjakan terus-menerus dan
yang mengerjakannya sendiri menjadi musyrik.
d.Al-Sufriah
Subsekte Al-Sufriah membagi dosa besar dalam dua bagian, yaitu dosa yang ada
sanksinya di dunia, seperti membunuh dan berzina, dan dosa yang tidak ada sanksinya di dunia,
seperti meninggalkan shalat dan puasa. Orang yang berbuat dosa kategori pertama tidak
dipandang kafir, sedangkan orang yang melaksanakan dosa kategori kedua dipandang kafir.6
e.Al-Ibadah
Golongan ini merupakan golongan yang paling moderat dari seluruh golongan Khawarij.
Menurut mereka orang islam yang tidak se faham dengan mereka bukanlah mukmin dan
bukanlah musyrik, tetai kafir. Sedangkan orang islam yang berbuat dosa besar adalah muwahhid,
yang meng-Esa-kan Tuhan, tetapi bukian mukmin dan kalaupun kafir hanya merupakan kafir al-
ni mah dan bukan kafir al-millah, yaitu kafir agama. Dengan kata lain, mengerjakan dosa besar
tidak membuat orang ke luar dari Islam.
7
itu tidak akan masuk neraka sama sekali. Dalam golongan Murji’ah moderat ini termasuk al-
Hasan Ibn ’Ali Ibn Abi Talib, Abu Hanifah, Abu Yusuf dan beberapa ahli Hadis. Jadi bagi
golongan ini orang Islam yang berbuat dosa besar masih tetap mukmin.
Di antara golongan ekstrim yang dimaksud ialah al-Jahmiah, pengikut-pengikut Jahm Ibn
Safwan. Menurut golongan ini orang Islam yang percaya pada Tuhan dan kemudian menyatakan
kekufuran secara lisan tidaklah menjadi kafir , karena iman dan kufr tempatnya hanyalah dalam
hati, bukan dalam bagian lain dari tubuh manusia. Bahkan orang demikian juga tidak menjadi
kafir, sungguhpun ia menyembah berhala, menjalankan ajaran–ajaran agama Yahudi atau agama
Kristen dengan menyembah salib, menyatakan percaya kepada trinity, dan kemudian mati.
Orang yang demikian bagi Allah tetap merupakan seorang mukmin yang sempurna imannya.
Golongan ini berpendapat bahwa, jika seseorang mati dalam iman, dosa-dosa dan perbuatan-
perbuatan jahat yang dikerjakannya tidak akan merugikan bagi yang bersangkutan. Karena itu
perbuatan jahat, banyak atau sedikit, tidak merusakkan iman seseorang, dan sebaliknya pula
perbuatan baik tidak akan merubah kedudukan seseorang musyrik atau politheist.
8
yang ancamannya tidak tegas dalam nas. Tampaknya Mu’tazilah menjadikan ancaman sebagai
kreteria dasar bagi dosa besar maupun kecil.
9
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan paparan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa dalam konsep Iman dan
kufur terdapat perbedaan pendapat diantara aliran-aliran teologi Islam. Seperti yang
dikemukakan aliran khawarij bahwa segala sesuatu yang berhubungan atau berbau religious
adalah bagian dari iman, sehingga apabila orang melakukan dosa baik itu dosa maupun kecil
maka dia disebut kafir. Berbeda halnya dengan aliran Murji’ah mereka berpendapat bahwa orang
yang melakukan dosa besar tetap mukmin. Adapun soal dosa mereka di tudna penyelesaiannya
diakherat. Hal ini karena mereka beranggapan bahwa iman hanya pengakuan dalam hati.
Aliran Mu’tajilah berpendapat bahwa jika seorang mukmin berbuat dosa besar dan
kemudian meninggal sebelum bertobat disebut fasiq. Dan diakhirat kelak menempati tempat
diantara surga dan neraka. Aliran Asy’ariyah dan Maturidiyyah beranggapan bahwa iman tidak
hanya diungkapkan dengan lisan tetapi juga harus diyakini di dalam hati sehingga jika ada
seseorang yang mengaku kafir, namun hatinya tetap beriman maka ia tetap dianggap sebagai
mukmin. Sedangkan alirna ahli sunnah berpendapatbahwa iman itu mengikrarkan dengan lisan,
meyakini dalam ahti dan mengenjrkana dengan anggota.
Tidak hanya dalam konsep iman dan kufur, tetapi di dalam kekuasaan dan kehendak
mutlak Tuhan juga terdapat perbedaan pendapat diantara lairna-aliran teologi Islam. Aliran
Mu’tazilah berpendapat bahwa kekuasaan Tuhan tidak mutlak sepenuhnya karena kekuasaanya
dibatasi oleh beberapa hal yang diciptakannya sendir.
Aliran yang berpandangan bahwa pelaku dosa besar masih tetap mukmin, menjelaskan
bahwa andai kata pelaku dosa besar dimasukan kedalam neraka, ia tak akan kekal di dalamnya.
Sebaliknya aliran yang berpendapat bahwa pelaku dosa besar bukan lagi mukmin berpendapat
bahwa di akhirat ia akan dimasukan ke neraka dan kekal di dalamnya. Ini diwakili oleh Khawarij
dan Mu’tazilah,meskipun antara keduanya terdapat perbedaan yang tegas. Bahwa Khawarij
memandang pelaku dosa besar adalah kafir bahkan dikatakan musyrik, dan akan dimasukkan
didalam neraka untuk selamanya sebagaimana hukuman yang serupa untuk orang-orang kafir,
sementara Mu’tazilah memandang pelaku dosa besar sebagai fasik yaitu diantara mu’min dan
kafir dan akan dimasukkan kedalam neraka untuk selama-lamanya namun hukumannya tak
seberat, tak sepedih yang dialami oleh orang-orang kafir.
10
DAFTAR PUSTAKA
Rozak, Abdul, Dr. M.Ag, Anwar, Rosihon, Dr. M.Ag, Ilmu Kalam, 2009, Bandung, CV
PUSTAKA SETIA
Abbas, Siradjuddin, KH, 2006, I’tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah, Jakarta, Pustaka Tarbiyah
11
TUGAS ILMU KALAM
KONSEP IMAN DAN KUFUR MENURUT ALIRAN ILMU KALAM
DAN PELAKU DOSA BESAR MENURUT ALIRAN ILMU KALAM
DISUSUN
KELOMPOK IX
FILZA
NURAZIZAN
MIFTAHUL KHOIRINA.
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................... i
BAB I: PENDAHULUAN................................................................................................ 1
C. Tujuan makalah..................................................................................................... 1
i
1