Anda di halaman 1dari 4

ALIRAN MURJIAH

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Persoalan politik yang timbul sepeninggalan Usman Ibn Affan membawa perpecahan
dikalangan umat Islam. Persoalan-persoalan politik yang terjadi dalam lapangan politik ini
membawa timbulnya persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir. Dalam persoalan
pertentangan ini, timbul suatu golongan baru yang bersifat netral, yaitu golongan Murji'ah.
Dalam perjalanan sejarahnya, kaum murjiah mulai menanggapi persoalan-persoalan teologis
yang mencakup iman, kufur, dosa besar dan ringan, hukuman atas dosa.
Hal ini nampaknya memicu perbedaan pendapat dikalangan para pendukung murji'ah
sendiri, akhirnya kaum murjiah pecah menjadi beberapa golongan, yaitu Golongan Murjiah
Moderat yang berpendapat bahwa iman itu terdiri dari tasdiq bi al-qalb dan iqrar bi al-lisan
dan golongan Murjiah Ekstrim yang berpendapat bahwa iman hanya pengakuan hati (tasdiq
bi al-qalb). Makalah ini mengandung analisa dan perbandingan dari pemikiran sekte-sekte
antara aliran Murjiah ekstrim dan Murjiah moderat di mana mereka berpendapat bahwa
orang yang melakukan dosa besar tetap mukmin. Adapun soal dosa besar yang mereka
lakukan ditunda penyelesaiannya.
B. Rumusan Masalah
1. Siapakah Aliran Murjiah ?
2. Bagaimana Pandangan Aliran Murjiah Ekstrim dan Moderat tentang konsep iman dan pelaku
dosa besar?
C. Pembahasan

1. SIAPAKAH ALIRAN MURJIAH ?


1.1 Sejarah Aliran Murji
Secara harfiah menurut al-syahrastani, Husain bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib
adalah orang pertama yang menyebut irja . akan tetapi, hal ini belum menunjukan bahwa ia
adalah pendiri Murjiah. Istilah ini berarti yang menangguhkan atau mengembalikan. Pada
mulanya, kemunculan aliran ini beranjak dari sikap pasif atau tidak memihak antara dua
kelompok umat Islam yang tengah bertikai setelah pembunuhan Utsman. Mereka menahan
diri untuk tidak memberi penilaian siapa yang benar dan salah di antara kedua belah pihak
dan lebih memilih menangguhkan atau mengembalikan (irja) penilaiannya kepada keputusan
Allah kelak diakhirat.[1]
Kata irja' atau arja'a yang berarti penundaan, penangguhan dan pengharapan. Kata arja'a
mengandung pula arti memberi harapan, yakni memberi harapan pada pelaku dosa besar
untuk memperoleh pengampunan dan rahmat Allah. Selain itu, arja'a berarti pula melakukan
dibelakang atau mengemudikan, yaitu orang yang mengemudikan amal dan iman. Oleh
karena itu, murji'ah artinya orang yang mengemudikan amal kedudukan seseorang yang
bersengketa yakni Ali dan Mu'awiyah serta pasukannya di hari kiamat kelak. Hal-hal yang
melatarbelakangi kehadiran Murjiah adalah:
1. Adanya perbedan pendapat antara orang-orang syiah dan khawarij, mengkafirkan pihakpihak yang ingin merebut kekuasaan Ali dan mengafirkan orang yang terlihat dan menyetujui
tahkim dalam perang Shiffin.
2. Adanya pendapat yang menyalahkan Aisyah dan kawan-kawan yang menyebabkan terjadinya
perangjamal.
3. Adanya pendapat yang menyalahkan orang yang ingin merebut kekuasaan Usman bin Affan.
[[1] Thahir Taib Abd Muin, Ilmu Kalam, Wijaya, Jakarta, 1981.

1.2 Ajaran-ajaran Murjiah


Ajaran ajaran pokok yang terdapat dalam aliran Murjiah ini adalah sebagai berikut :
- Iman hanya membenarkan (pengakuan) di dalam hati.
- Orang Islam yang melakukan dosa besar tidak dihukumkan kafir. Muslim tersebut tetap
mukmin selama ia mengakui dua kalimah syahadat.
- Hukum terhadap perbuatan manusia ditangguhkan hingga hari kiamat.
1.3 Tokoh tokoh dalam Murjiah
Pemimpin utama golongan Murjiah ialah Hasan bin Bilal al-Muzni, Abu Sallat alSamman, dan Darar bin Umar. Untuk mendukung perjuangan Murjiah dalam
mengembangkan pendapatnya pada zaman Bani Umayyah muncul sebuah syair terkenal
tentang iktikad dan keyakinan Murjiah yang gubah oleh Tsabiti Quthnah. Dalam
perkembangan selanjutnya, terjadi perbedaan pendapat di kalangan pengikut Murjiah
sehingga aliran ini pecah menjadi beberapa sekte, ada yang moderat, ada pula yang ekstrim.
1.4 Sekte-sekte Murjiah
Kaum Murjiah pecah menjadi beberapa golongan kecil. Namun, pada umumnya Aliran
Murjiah terbagi kepada dua golongan besar, yakni golongan moderat dan golongan
ekstrim. Golongan Murjiah moderat berpendapat bahwa orang yang berdosa besar bukanlah
kafir dan tidak kekal dalam neraka, tetapi akan di hukum sesuai dengan besar kecilnya dosa
yang dilakukan. Sedangkan Murjiah ekstrim, yaitu pengikut Jaham Ibn Safwan, berpendapat
bahwa orang Islam yang percaya kepada Tuhan kemudian menyatakan kekufuran secara
lisan, tidaklah menjadi kafir, karena iman dan kufur tempatnya dalam hati. Bahkan, orang
yang menyembah berhala, menjalankan agama Yahudi dan Kristen sehingga ia mati, tidaklah
menjadi kafir. Orang yang demikian, menurut pandangan Allah, tetap merupakan seorang
mukmin yang sempurna imannya. [2]

2. BAGAIMANA PANDANGAN ALIRAN MURJIAH EKSTRIM DAN


MODERAT TENTANG KONSEP IMAN DAN PELAKU DOSA BESAR?
Pandangan aliran Murji'ah tentang status pelaku dosa besar dapat ditelusuri dari definisi
iman yang dirumuskan oleh masing-masing aliran.
1. Murji'ah Ekstrim
Murji'ah Ekstrim mengatakan, bahwa iman hanya pengakuan atau pembenaran dalam hati
(tasdiq bi al-qalb). Artinya, mengakui dengan hati bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT
dan Muhammad Rasul-Nya. Berangkat dari konsep ini, Murji'ah berpendapat bahwa
seseorang tidak menjadi kafir karena melakukan dosa besar, bahkan mengatakan
kekufurannya secara lisan. Oleh karena itu, jika seseorang telah beriman dalam hatinya, ia
tetap dipandang sebagai seorang mukmin sekalipun menampakkan tingkah laku seperti
Yahudi atau Nasrani.
Menurut mereka, iqrar dan amal bukanlah bagian dari iman, karena yang penting menurut
mereka adalah tasdiq dalam hati. Alasannya bahwa iman dalam bahasa adalah tasdiq
sedangkan perbuatan dalam bahasa tidak dinamakan tasdiq. Tasdiq itu merupakan persoalan
dalam hati sedangkan perbuatan urusan anggota tubuh (al-arkam) dan diantara keduanya
tidak saling mempengaruhi. Iman letaknya dalam hati dan apa yang ada dalam hati seseorang
tidak diketahui manusia lain.
Sedangkan perbuatan-perbuatan seseorang tidak selamanya menggambarkan apa yang
ada dalam hatinya. Oleh karena itu, ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan seseorang tidak
mesti mengandung arti bahwa ia tidak mempunyai iman. Kelompok Murji'ah Ekstrim yang
terkenal adalah perbuatan maksiat tidak dapat menggungurkan keimanan sebagaimana
[2][2] Harun Nasution, Teologi Islam, UI Press, Jakarta, 1972.

ketaatan tidak dapat membawa kekufuran. Dapat disimpulkan bahwa Murji'ah Ekstrim
memandang pelaku dosa besar tidak selamanya akan disiksa di neraka. Golongan ini
dipimpin oleh al-jahamiyah (pengikut Jaham Ibn Safwan).[3]
2. Murji'ah Moderat
Golongan Murji'ah Moderat berpendapat bahwa iman itu terdiri dari tasdiq bi al-qalb dan
iqrar bi al-lisan. Pembenaran hati saja tidak cukup ataupun dengan pengakuan dengan lidah
saja, maka tidak dapat dikatakan iman. Kedua unsur iman itu tidak dapat dipisahkan. Iman
adalah kepercayaan dalam hati yang dinyatakan dengan lisan. Jadi pelaku dosa besar menurut
mereka bukanlah kafir dan tidak kekal dalam neraka sungguhpun ia meninggal dunia sebelum
sempat bertaubat dari dosa-dosanya. Nasibnya di akhirat terletak pada kehendak Allah, kalau
Allah mengampuninya maka ia terbebas dari neraka dan masuk surga, namun jika ia tidak
mendapat ampunan ia masuk neraka dan kemudian baru dimasukkan surga. Adapun orang
yang berdosa kecil, dosa-dosanya akan dihapus oleh kebaikan, sembahyang dan kewajibankewajiban lainnya yang dijalankannya. Dengan demikian dosa-dosa besar apalagi dosa-dosa
kecil tidak membuat seseorang keluar dari iman. Tokoh dari golongan ini antara lain : AlHasan Ibn Muhammad Ibn Ali Bin Abi Tholib, Abu Hanifah, Abu Yusuf, dan beberapa ahli
hadis.[4]
D. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang terpenting dalam golongan Murji'ah
adalah aspek iman dan kemudian amal. Inilah yang kemudian dijadikan inti dari doktrin
ajaran Murji'ah Ekstrim dan Moderat. Adapun pemikiran yang ada dalam ajaran Murji'ah
Ekstrim bahwa iman adalah pengakuan dalam hati (tasdiq bi al-qalb).
Murji'ah Ekstrim berpendapat bahwa seseorang tidak menjadi kafir karena melakukan
dosa besar sekalipun menyatakan kekufurannya secara lisan. Sedangkan menurut ajaran
Murji'ah Moderat, bahwa iman itu merupakan pengakuan dalam hati (tasdiq bi al-qalb) dan
pengakuan dengan lidah (iqrar bi al-lisan). Murji'ah Moderat berpendapat bahwa pelaku dosa
besar menurut mereka tidak kafir dan tidak kekal dalam neraka. Kalau Tuhan
mengampuninya ia bebas dari neraka, kalau tidak mendapat ampunan maka ia masuk neraka.
E. Penutup
Demikian makalah yang dapat kami suguhkan, kami sadari makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan karena tak lain kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Kami mohon kritik
maupun saran yang membangun dari para pembaca, khususnya demi menuju kesempurnaan
makalah ini dan makalah yang selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi para pembaca sekalian. Wasalamualaikum wr.wb.
DAFTAR PUSTAKA
Harun Nasution, Teologi Islam, UI Press, Jakarta, 1972
Thahir Taib Abd Muin, Ilmu Kalam, Wijaya, Jakarta, 1981.
Ahmad Muhammad. H. Drs, Tauhid Ilmu Kalam, CV Pustaka Setia , Bandung, 1998.
Asmuni Yusran. H. M. Drs, Ilmu Tauhid. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993
[[3] Asmuni Yusran. H. M. Drs, Ilmu Tauhid. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
1993
[4]
[4] Ahmad Muhammad. H. Drs, Tauhid Ilmu Kalam, CV Pustaka Setia , Bandung,

1998

www.cahndeso.com/tauhid/aliranMurji'ah

http://cahhndeso.blogspot.co.id/2012/06/tauhid-aliran-murjiah.html

Anda mungkin juga menyukai