Anda di halaman 1dari 12

ILMU KALAM-

PERTEMUAN KE 5
(ALIRAN MURJI’AH)
 Secara resmi aliran Murji’ah berdiri pada akhir abad pertama hijriyah di wilayah Damaskus
yang dipelopori oleh Hasan bin Bilal al Muzni, Abu Salat as- Samman, Tasbit binQuthananh,
dan Auban Dhiror bin Umar.
 Murji’ah berasal dari Bahasa Arab arja’an atau irja’ yang berarti penundaan, penangguhan
dan pengharapan. Secara umum dapat diartikan bahwa Murji’ah yaitu orang yang menunda
penjelasan mengenai permasalahan (sengketa ) sampai hari perhitungan.
 Qs. Az Zumar: 53
 Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka
sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang
SEJARAH KEMUNCULAN
KAUM MURJI’AH
 Sama halnya dengan kaum Khawarij, kaum murji’ah muncul juga ditimbulkan oleh persoalan
politik, yaitu persoalan khilafah yang membawa perpecahan dikalangan umat Islam setelah
Utsman bin Affan mati terbunuh.
 Seperti telah diketahui bahwa kaum Khawarij pada awalnya merupakan pendukung Ali, tetapi
karena Ali menerima tawaran perdamaian (arbitrase) dari Mu’awiyah maka Sebagian tantara
yang tidak setuju dengan keputusan Ali kemudian memisahkan diri/keluar dari barisan
(kharaja).
 Tetapi disisi lain tetap ada sebagian yang berada dipihak Ali. Penyokong – penyokong yang
tetap setia pada Ali bertambah keras dan kuat dalam membela Ali dan akhirnya mereka
merupakan satu golongan lain dalam Islam yang dikenal dengan nama Syi’ah.
 Kaum Khawarij dan Syi’ah merupakan dua golongan yang bermusuhan, sama sama
menentang kekuasaan Bani Umayyah, tetapi dengan motif berlainan.
 Kaum Khawarij menentang dinasti Umayyah karena memandang mereka menyeleweng dari
ajaran Islam, sedangkan Syi’ah menentang karena memandang mereka merampas kekuasaan
dari Ali dan keturunannya.
 Dalam suasana permusuhan inilah muncul suatu golongan baru yang ingin bersikap netral
tidak mau turut dalam praktek kafir mengkafirkan yang terjadi antara golongan
Khawarij dan Syiah.
 Golongan yang netral ini tidak mengeluarkan pendapat tentang siapa yang sebenarnya salah
atau melakukan dosa besar, mereka memandang lebih baik menunda (arja’a) penyelesaian
persoalan tersebut ke hari perhitungan di depan Tuhan.
 Mereka menyerahkan penentuan hukum kafir atau tidak kafirnya orang – orang yang
bertentangan dan melakukan dosa besar itu kepada Tuhan.
 Jika kaum Khawarij menjatuhkan hukum kafir bagi orang yang berbuat dosa besar, maka
kaum murji’ah menjatuhkan hukum mukmin (identik dengan muslim/masih muslim) bagi
orang yang melakukan dosa besar.
 Persoalan dosa besar tersebut ditunda penyelesaiannya saat hari perhitungan kelak.
 Argumentasi yang mereka ajukan dalam hal ini ialah bahwa orang Islam yang berdosa besar
tersebut masih mengakui, bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah Rasul-
Nya. Dengan kata lain orang tersebut tetap mengucapkan syahadat yang menjadi dasar utama
iman.
 Menurut kaum Murji’ah yang seharusnya diutamakan adalah iman, sedangkan perbuatan
hanya merupakan soal kedua. Ini merupakan kesimpulan logis bahwa yang menentukan
mukmin atau kafirnya seseorang hanyalah kepercayaan atau imannya dan bukan
perbuatan atau amalnya.
 Dalam perjalanannya kaum Murji’ah pecah menjadi beberapa golongan kecil. Berbeda dengan
kaum Khawarij yang menekankan pemikiran pada masalah siapa dari orang islam yang sudah
kafir dan telah keluar dari agama Islam. Sebaliknya kaum murji’ah menekankan pada siapa
yang masih mukmin dan tidak keluar dari agama Islam.
 Pada umumnya kaum Murji’ah dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu golongan
moderat dan golongan ekstrim.
 Golongan Moderat berpendapat bahwa orang yang berdosa besar bukanlah kafir dan tidak
kekal dalam neraka, tetapi akan dihukum didalam neraka sesuai dengan besarnya dosa yang
dilakukannya, dan ada kemungkinan bahwa Tuhan akan mengampuni dosanya dan oleh
karena itu tidak akan masuk neraka sama sekali.
 Jadi bagi golongan moderat orang Islam yang melakukan dosa besar masih tetap mukmin.
 Hal tersebut didasarkan pada argumentasi mengenai pengertian iman. Dalam hal ini iman
menurut Abu Hanifah ialah pengetahuan dan pengakuan tentang Tuhan, tentang rasul-Nya dan
tentang segala apa yang datang dari Tuhan dalam keseluruhan dan tidak dalam perincian, iman
tidak mempunyai sifat bertambah atau berkurang dan tidak ada perbedaan antara manusia
dalam hal iman.
 Golongan Ekstrim. Dibagi menjadi empat yaitu al-Jahmiyah, Al-Salihiyah, Al-Yunusiyah, dan Al-
Khassaniyah.
 Golongan al-Jahmiah pengikut Jahm Ibn Safwan. Menurut golongan ini orang Islam yang percaya pada Tuhan
dan kemudian menyatakan kekufuran secara lisan tidaklah menjadi kafir, karena iman dan kufr tempatnya
hanyalah dalam hati, bukan dalam bagian lain dari tubuh manusia.
 Pendapat golongan ekstrim ini didasarkan pada bahwa pengertian iman adalah hanya mengetahui Tuhan.
 Hanya imanlah yang penting, perbuatan atau amal tidak sepenting iman. Hanya imanlah yang menentukan
mukmin atau tidak mukminnya seseorang.
 Iman oleh golongan ini diyakini bahwa letaknya didalam hati dan apa yang ada didalam hati seseorang tidak
diketahui manusia lain. Dan perbuatan manusia tidak selamanya menggambarkan apa yang ada dalam hatinya.
 Oleh karena itu ucapan dan pebuatan seseorang tidak mesti mengandung arti bahwa ia tidak mempunyai iman,
yang terpenting adalah iman yang ada didalam hati. Ucapan dan perbuatan tidak merusak iman seseorang.
 Golongan kedua Murjiah al-Salihiyah berpendapat bahwa iman adalah mengetahui Tuhan dan
kufur yaitu perilaku sebaliknya. Golongan ini mengatakan jika salat bukanlah ibadah kepada
Allah karena yang disebut ibadah adalah iman kepada Allah.
 Golongan ketiga Al-Yunusiah berpendapat bahwa perbuatan maksiat dan pekerjaan yang jahat
tidaklah merusak iman seorang mukmin, begitupun perbuatan baik tidak akan mengubah
orang musyrik.
 Golongan keempat Murjiah Al-Khasaniyah cenderung mentolerir perilaku muslim yang
menyimpang.
 Mengajarkan toleransi
 Menanamkan sikap demokratis dalam beragama
 Menghindari perpecahan
 Menanamkan budaya taklid (menyerahkan atau mengikuti)
 Penundaan atau penangguhan cenderung menimbulkan kemalasan
 Menghilangkan eksistensi hukum Allah di dunia.
 Konsep pengampunan Tuhan membuat banyak orang terjerumus dalam kemaksiatan.

Anda mungkin juga menyukai