Anda di halaman 1dari 11

ALIRAN MURJI’AH

DISUSUN OLEH :
1. NURUL AUFAH
2. WAJHATUN NAIMAH
3. KHISBIYATUS SYA’DIYAH
4. NAFILATUS SANIYYAH
PEMBAHASAN

A. Sejarah Munculnya Murji’ah

1. Pengertian Murji’ah

Kata murji’ah berasal dari Bahasa Arab, kata arja’a, artinya menunda. Aliran
ini disebut Murji’ah karena mereka menunda penyelesaian persoalan konflik
politik antara Ali ibn Abi Talib, Muawiyah ibn Abi Sufyan, dan Khawarij, ke hari
perhitungan di akhirat kelak. Pendapat lain bahwa mereka disebut Murji’ah karena
mereka menyatakan bahwa orang yang berbuat dosa besar tetap mukmin selama
masih beriman kepada Allah Swt. Dan Rasul-Nya. Aliran Murji’ah ini
merupakan golongan yang tak sepaham dengan kelompok Khawarij dan Syi’ah.
Pengertian Murji’ah sendiri adalah penangguhan vonis hukuman atas perbuatan
seseorang sampai dipengadilan Allah Swt. Aliran teologi Murji’ah ini muncul
pada abad pertama Hijriah. Sedangkan dari sekte-sekte islam utama,kata benda
murji’ah adalah sebuah julukan, tetapi dipakai secara berbeda oleh berbagai orang
berbeda. Murji’ah berarti orang-orang yang menangguhkan penghakiman atas
seseorang sampai hari akhir nanti.) Murji’ah juga bisa berarti mengembalikan atau
menangguhkan pada balasan tuhan di hari akhir atau hari kiamat. Umumnya
disepakati oleh ulama’-ulama’ muslim bahwa sebutan itu berasal dari suatu
kalimat dalam al-qur’an yang berbunyi “Orang-orang lain ditangguhkan pada
kehendak allah apakah akan dihukum atau diampuni’’ kata yang diterjemahkan
‘’Menangguhkan” itu Adalah Arja’a (kata kerja irja’a)yang arti dasarannya
adalah ‘’Menunda” meletakkan sesudahnya atau kemudian’ tetapi irja’a dapat
juga menjadi kata kerja dari kata lain arja’a menimbulkan harapan ini
memungkinkan penafsiran atau julukan murji’ah dalam berbagai cara.

2. Sejarah Aliran Murji’ah

Aliran murji’ah muncul pertama kali pada masa ke khalifaan utsman dan Ali.
Pada masa itu muncul sekte lain,yang menganjurkan penangguhan keputusan,
baik terhadap kaum syi’ah maupun kaum khawarij. Mereka tidak akan memfonis
Hazrat Ali Maupun Hazrat Mawiyah, ataupun Hazrat Aisyah dan orang-orang

2
lainnya yang ikut serta dalam perang shiffin. Dan menyerahkan persoallannya
kepada Allah, karena dia sendirilah yang tahu tentang benar-salahnya perbuatan.
Oleh Karena itu, Kaum Murji’ah tidak menyalahkan perintah bani ummayah yang
tidak mau mendakkwah siapa atau apapun, Karena menjatuhkan Vonis itu
merupakan prerogstif Allah. Perselisihan lain yang muncul pada masa itu
adalah menyangkut hakikat iman. Kebanyakan orang yang mengaku beragama
islam tidak memperdulikan lagi ajaran agama mereka.Mereka menganggap sudah
cukup percaya akan Keesaan Allah Swt, dan kerosulan Muhammad Saw. Sebab
allah yang pengasih dan penyayang tentunya akan mengampuni semua dosa dan
kelalaian mereka di hari kiamat. Oleh karena itu, Seseorang saja hidup sebagai
bajingan dan tidak karuan, tapi selama ia percaya akan keesaan Allah Swt dan
kerosulan Muhammad Saw. Dan Akan Hari kiamat,ia adalah muslim sebab
perbuatan baik atau buruk bukan merupakan bagian dari iman, Hanya Allah yang
mengetahui isi hati manusia dan dapat benar-benar memutuskan seseorang benar-
benar salah atau tidak. Kaum Murji’ah mewakili pandangan yang kalem dan
moderat dalam menghadapi kelompok-kelompok keras yang mendukung dan
mentang Utsman serta Ali.

Ada beberapa teori yang berkembang mengenai asal usul Murji’ah. Teori
pertama mengatakan bahwa gagasan irja’ atau arja’a dikembangkan oleh
sebagian sahabat dengan tujuan menjamin persatuan dan kesatuan umat Islam
ketika terjadi pertikaian politik dan juga bertujuan untuk menghindari
sektarianisme (terikat pada satu aliran saja), baik sebagai kelompok politik
maupun tiologis.
Awal mula timbulnya murji’ah akibat dari gejolak dan ketegangan
pertentangan politik, soal khilafah (kekhalifahan) yang kemudian mengarah
kebidang teologi. Pertentangan politik ini terjadi sejak meninggalnya Khalifah
‘Usman ibn ‘Affan, umat islam terbagi menjadi dua golongan, yakni kelompok
Ali dan Muawiyah. Kelompok Ali lalu terpecah menjadi dua yaitu Syi’ah
(golongan yang tetap setia membela Ali) dan Khawarij (golongan yang keluar dari
barisan Ali). Setelah wafatnya Ali, Muawiyah mendirikan dinasti Bani Umayyah
(661 M). Kaum Khawarij dan Syi’ah yang saling bermusuhan, mereka sama-sama
menentang kekuasaan Bani Umayyah itu. Syi’ah menganggap bahwa Muawiyah

3
telah merampas kekuasaan dari tangan Ali dan keturunannya. Semantara itu,
Khawarij tidak mendukung Muawiyah karena dinilai telah menyimpang dari
ajaran islam. Akhirnya, ketiga golongan iyu pun saling mengkafirkan.

Dalam suasana pertentangan ini, timbul satu gologan baru yaitu Murji’ah
yang ingin bersikap netral, tidak mau turut dalam praktik kafir-mengkafirkan yang
terjadi antara golongan yang bertentangan itu. Bagi Murji’ah, sahabat-sahabat
yang bertentangan itu merupakan orang-orang yang dapat dipercayai dan tidak
keluar dari jalan yang benar. Mereka tidak mengeluarkan pendapat tentang siapa
yang sebenarnya salah dan memandang lebih baik menunda penyelesaian
persoalan ini kehari perhitungan dihadapan Tuhan.

B. Ajaran dalam Murji’ah

1. Pokok-pokok Ajaran Aliran Murji’ah

Aliran murji’ah ini berpendapat bahwa dalam hal-hal yang dipersengkatan,


keputusan harus ditangguhkan dan diserahkan saja kepada allah. Di hari kiamat ia
akan mengumumkan keputusannya menghukum dengan benar orang yang sesat
dan memuliahkan orang yang menempuh jalan yang benar Menurut Jahm ibn
Safwan, jika seseorang dalam batinnya percaya tapi pada lahirnya memuja berhala
atau menanamkan dirinya umat Kristen atau bangsa yahudi, ia akan diperlakukan
sebagai mukmin oleh Allah dan akan diampuni dihari kiamat dan masuk surga.
Seperti halnya dalam firman Allah Swt. Yang berbunyi:
‫ُقْل َيا ِع َباِد ي اَّلِذ يَن َأْس َر ُفوا َع َلى َأْنُفِس ِه ْم ال َتْقَنُطوا ِم ْن َر ْح َم ِة ِهَّللا ِإَّن َهَّللا َيْغ ِفُر الُّذ ُنوَب َجِم يًعا ِإَّنُه‬
‫ُهَو اْلَغ ُفورالَّر ِح يُُم‬
Artinya : "Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas
terhdap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari Rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah
yang Maha Mengampuni lagi Maha Penyayang.(Qs.An Nisa’:48)
Pandangan ini merupakan reaksi terhadap pandangan ekstrim kaum khawarij
dan pada gilirannya ekstrim pula. Oleh sebab itu ia ditentang oleh mayoritas umat
islam. Mereka berpendapat bahwa jika perbuatan baik atau buruk tidak ada
sangkut-pautnya dengan iman seseorang, dan apabila seseorang bisa masuk surga

4
bedasarkan kepercayaanya tanpa memandang perbuatannya, maka terbukalah
pintu menuju pengumbaran hawa nafsu, dan dapat melakukan segala macam
kejahatan tanpa merasa takut akan hukuman di hari perhitungan. Kaum murji’ah
juga berpendapat : Bahwa seseorang muslim itu tidak boleh boleh dikafirkan
karena berbuat dosa besar. Iman seseorang katanya terletak didalam hati sekalipun
pada lahirnya dia itu berbuat seperti kafir. Oleh sebab itu perbuatan baik atau
buruk harus diperhitungkan disamping iman dalam menentukan ganjaran dan
hukuman. Maka, orang yang melakukan dosa besar harus dihukum, tidak perduli
imannya sekuat baja. Sementara kaum muslim bahkan berpendapat bahwa orang
yang melakukan dosa besar adalah kafir dan akan diperlakukan sebagai kafir
dihari kiamat. Oleh sebab itu, iman, orang dapat mengharap bias masuk surga.
Tapi dalam murji’ah tidak ada toleransi dalam hal ketauhidan. Sebagaimana
Firman Allah Swt. yang berbunyi:

‫ِإال َم ْن ُأْك ِر َه َو َقْلُبُه ُم ْطَم ِئٌّن ِباإليَم اِن‬


Artinya:”Kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap dalam
beriman (dia tidak berdosa).(Qs. An Nahl :106).

2. Doktrin-Doktrin Murji’ah

Pada dasarnya, ajaran pokok Murji’ah ada dua, tentang pelaku dosa besar dan
tentang iman.

a) Tentang pelaku dosa besar, bahwa selama seseorang meyakini tidak ada
tuhan selain Allah Swt. Dan Muhammad adalah Rasul-nya, maka ia
dianggap mukmin bukan kafir, karena amal tidak sampai merusak iman.
Kalaupun ia tidak mendapat ampunan Allah Swt. Dan dimasukkan ke
neraka, ia tidak kekal di dalam seperti orang kafir.
b) Iman adalah keyakinan didalam hati bahwa tidak ada tuhan selain Allah
Swt. Dan Muhammad Saw. Adalah Rosul-Nya.

5
Harun Nasution menyatakan ajaran pokok (doktrin) Murji’ah sebagai berikut:

a) Menunda hukuman atas Ali, Muawiyah, Amr ibn `as, dan Abu Musa Al-
Asy’ary yang terlibat tahkim dan menyerahkannya kepada Allah pada hari
kiamat kelak.
b) Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang muslim yang berdosa
besar.
c) Meletakkan (pentingnya) iman dari pada amal.
d) Memberikan pengharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk
memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah.

Menurut W. Montgomery Watt, doktrin teologi Murji’ah terdiri atas hal-hal


berikut.

a) Penangguhan keputusan terhadap Ali dan Muawiyah hingga Allah


memutuskannya di akhirat kelak.
b) Penangguhan Ali untuk menduduki peringkat keempat dalam peringkat
Al-Khalifah Ar-Rasyidin.
c) Pemberian harapan (giving of hope) terhadap orang muslim yang berdosa
besar untuk memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah.
d) Doktrin-doktrin Murji’ah menyerupai pengajaran (mazhab) para skeptis
dan empiris dari kalangan Helenis.

Sementara itu, Abul A’la Al-Maududi menyebut ajaran Murji’ah dalam


dua doktrin pokok, yaitu:
a) Iman adalah percaya kepada Allah dan Rasul-Nya saja. Adapun amal atau
perbuatan tidak merupakan suatu keharusan bagi adanya iman. Bedasarkan
hal ini, seseorang tetap dianggap mukmin meski meninggalkan perbuatan
yang wajib dan melakukan dosa besar.
b) Dasar keselamatan adalah iman semata. Selama masih ada iman di hati,
setiap maksiat tidak dapat mendatangkan mudarat ataupun gangguan atas
seseorang untuk mendapat pengampunan, manusia cukup hanya dengan
menjauhkan diri dari syirik, dan mati dalam keadaan akidah tauhid.

6
C. Sakte dalam Murji’ah

1. Sekte-Sekte Murji’ah dan Tokoh-Tokoh Murji’ah

Pimpinan dari kaum Murji’ah adalah Hasan ibn Bilal Al-Muzni, Abu Salat
As-Saman, Sauban, dan Dirar ibn `umar. Penyair mereka yang terkenal pada masa
Bani Umayyah adalah Sabit ibn Qutanah yang mengarang sebuah syair tentang
I’itiqad dan kepercayaan kaum Murji’ah. Tokoh-tokoh yang termasuk kedalam
golongan Murji’ah moderat antara lain Al-Hasan ibn Muhammad ibn Ali ibn Abu
Talib, Abu Hanifah (imam Hanafi), Abu Yusuf dan beberapa ahli hadist. Adapun
tokoh golongan Murji’ah ekstrem yaitu Jahm bin Safwan, Abu Hasan As-Sahili,
Yunus ibn An-Namiri, Ubaid Al-Muktaib, Gailan Ad-Dimasyqi, Abu Sauban,
Bisyar Al-Marisi, dan Muhammad ibn Karram.
Golongan Murji’ah ekstrem memiliki doktrin masing-masing. Yang termasuk
golongan Murji’ah ekstrem antara lain:

a) Golongan Al-Jahmiyah dipelopori oleh Jahm ibn Safwan.


Berpendapat bahwa iman adalah mempercayai Allah Swt., Rasul-
nya, dan segala sesuatu yang dating dari Allah Swt. Sebaliknya, kafir
adalah tidak mempercayai hal-hal tersebut. Apabila seseorang sudah
mempercayai Allah Swt., Rasul-Nya, dan segala sesuatu yang datang dari
Allah Swt., berarti ia mukmin meskipun ia menyatakan dalam
perbuatannya hal-hal yang bertentangan dengan imanya, seperti berbuat
dosa besar, menyembah berhala, dan mengonsumsi minuman keras.
Golongan ini juga meyakini bahwa surga dan neraka itu tidak abadi,
karena keabadian hanya bagi Allah Swt. Semata.
b) Golongan As-Salihiyah dengan tokohnya Abu Hasan As-Sahili
Sama dengan pendapat Al-Jahmiyah, golongan ini berkeyakinan
bahwa iman adalah semata-mata makrifat (mengetahui) kepada Allah Swt,
sedangkan kufur (kafir) adalah sebaliknya, yakni tidak mengetahui Allah
Swt. Iman dan kufur itu tidak bertambah dan tidak berkurang. Menurut
mereka, salat itu bukanlah ibadah kepada Tuhan. Ibadah menurut

7
golongan As-Salihiyah adalah beriman kepada tuhan dalam arti
mengetahui Tuhan.
c) Golongan Al-Yunusiyah pengikut Yunus ibn An-Namri.
Berpendapat bahwa iman adalah totalitas dari pengetahuan tentang
Tuhan, kerendahan hati, dan tidak takabur. Kufur adalah kebalikannya.
Iblis dikatakan kafir bukan disebabkan tidak percaya kepada Tuhan,
melainkan karena ketakaburannya. Mereka juga percaya bahwa perbuatan
jahat dan maksiat sama sekali tidak merusak iman.
d) Golongan Al-Ubaidiyah diplopori oleh Al-Maktaib.
Pada dasarnya, pendapatnya sama dengan golongan Al-Yunusiyah.
Sekte ini berpendapat bahwa jika seseorang meninggal dunia dalam
keadaan beriman, semua dosa dan perbuatan jahatnya tidak akan
merugikannya. Perbuatan jahat, banyak atau sedikit, tidak merusak iman.
Sebaliknya, perbuatan baik, banyak atau sedikit tidak akan memperbaiki
posisi orang kafir.
e) Golongan Al-Gailaniyah dipelopori oleh Gailan Ad-Dimasyqi.
Berpendapat bahwa iman adalah makrifat (mengetahui) kepada
Allah Swt. Melalui nalar dan menunjukan sikap mahabah (cinta) dan
tunduk kepada-Nya.
f) Golongan As-Saubaniyah dipimpin oleh Abu Saubn.
Prinsip ajarannya sama dengan sekte Al-Gailaniyah, namun mereka
menambahkan yang termasuk iman adalah mengetahui dan mengakui
sesuatu yang menurut akal wajib dikerjakan. Dengan demikian, sekte ini
mengakui adanya kewajiban-kewajiban yang dapat diketahui akal sebelum
datangnya syariat.
g) Golongan Al-Marisiyah dipelopori oleh Bisyar Al-Marisi.
Berpendapat bahwa iman di samping meyakini dalam hati bahwa
tiada tuhan selain Allah Swt. Dan Muhammad Saw. Itu Rasul-Nya, juga
harus diucapkan secara lisan. Jika tidak diyakini dalam hati dan diucapkan
dengan lisan, maka bukan iman namanya. Sementara itu, kufur merupakan
kebalikan dari iman.
h) Golongan Al-Karamiyah diplopori oleh Muhammad ibn Karram

8
Berpendapat bahwa iman adalah pengakuan secara lisan dan kufur adalah
pengingkaran secara lisan. Mukmin dan kafirnya seseorang dapat
diketahui melalui pengakuannya secara lisan.
i) Golongan Al-Khassaniyah
Berpendapat bahwa jika seseorang mengatakan “saya tahu bahwa
tuhan melarang makan babi, tetapi saya tak tau apakah babi yang
diharamkan itu adalah kambing ini”, orang yang demikian tetap mukmin
dan bukan kafir. Jika seseoraang mengatakan, “saya tahu Tuhan
mewajibkan naik haji ke Kakbah tetapi saya tak tahu apakah Kakbah di
India atau ditempat lain”, orang demikian juga tetap mukmin.

9
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kaum Murji’ah ditimbulkan oleh persoalan politik. Diantara pertikaian


antara golongan yang setia pada Ali dan keluar dari Ali, munculah satu aliran
yang bersikap netral yang tidak ikut dalam kafir-mengkafirkan yang terjadi antara
golongan tersebut. Golongan yang bersifat netral ini disebut kaum Murji’ah.

Kaum Murji’ah penentuan hukum kafir atau tidaknya orang yang terlibat
dalam pertentangan antara Ali dan Muawiyah kepada Allah kelak dihari akhir.

B. Saran

Pada hakikatnya semua aliran tersebut tidaklah keluar dari Islam, namun
setiap orang meyakini bahwa dirinya mempunyai kepercayaaan dengan adanya
allah dan yakin bahwa dia beragama Islam. Dengan demikian tiap umat Islam
bebas memilih salah satu aliran dari aliran-aliran tersebut, yaitu mana yang sesuai
dengan jiwa dan pendapatnya. Hal ini tidak mengubah kebebasan tiap orang
Islam memilih madzab fikih dan kecenderungannya. Disinilah hikma dari sabda
Nabi Muhammad Saw : “perbedaan paham dikalangan umatku membawa
rahmat”. Memang rahmat besarlah kalau kaum terpelajar menjumpai dalam Islam
aliran-aliran yang dapat mengisi kebutuhan rohaninya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Watt, W. Montgomery. Kejayaan Islam : kajian kritis dari took orientaris. Pt.
Tiara Wacana Yogya. Yogyakarta.1990
Rahma, Fauzan. Islam. Penerbit Pustaka . Bandung. 2000
Qadir, C.A.Filsafat dan ilmu pengetahuan dalam islam. Pustaka Obor Indonesia.
2002
Maslani, Ratu Suntiah. Imu kalam. CV ARMICO. Bandung.2018
Sudarsono, Filsafat Islam. PT RINEKA CIPTA. Jakarta.2004

11

Anda mungkin juga menyukai