PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aqidah ilmu kalam sebagaimana diketahui, membahas ajaran-ajaran dasar dari
suatu agama. Setiap orang yang ingin menyelami seluk-beluk agamanya secara
mendalam, termasuk aliran-aliran yang terdapat pada sebagian agama islam. Adapun
dalam istilah ilmu kalam, terdapat beberapa aliran yang terkenal diantaranya adalah:
Khawarijj, Mutazilah, dan Murjiah, perbedaan dari ketiga aliran ini bermacam-macam,
dilihat dari faktor keimanan dan lain halnya.
Aliran Murjiah ini adalah golongan yang tak sepaham dengan golongan Syiah
maupun Khawarijj, ini tercermin dari jarannya yang bertolak belakang dengan ajaran
Khawarijj dan Syiah. Pengertian Murjiah sendiri adalah penangguhan vonis hukuman
atas perbuatan atas perbuatan seseorang dipengadilan Allah SWT.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Murjiah?
2. Bagaimana sejarah munculnya golongan Murjiah?
3. Apa saja doktrin-doktrin golongan Murjiah?
4. Apa saja sekte-sekte beserta siapa saja tokoh-tokohnya?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Murjiah.
2. Untuk mengetahui sejarah munculnya Murjiaah.
3. Untuk mengetahui doktrin-doktrin golongan Murjiaah.
4. Untuk mengetahui sekte-sekte beserta siapa saja tokoh-tokohnya.
BAB II
PEMBAHASAN
1
2.1. Pengertian Asal-Usul Kemunculan Murjiah
Nama Murjiah diambi dari kata irja atau arja yang berarti penundaan,
penangguhan, dan pengharapan. Kata arja mengandung pula arti memberi harapan,
yakni memberi harapan kepada para pelaku dosa besar untuk bisa mendapatkan
pengampunan dan rahmat dari Allah SWT. Selain itu arjaa berarti pula meletakan
atau mengemudikan. Yaitu orang yang mengamalkan amal dari iman. Oleh karena itu
Murjiah artinya orang yang menunda penjelasan kedudukan seseorang yang
bersengketa, yakni Ali dan Muawiyah serta pasukannya masing-masing ke hari
kiamat.1
Teori lain mengatakan bahwa gagasan irja, yang merupakan basis doktrin
Murjiah. Muncul pertama kali sebagai gerakan politik yang diperlihatkan oleh cucu
Ali bin Abi Thalib, Al-Hasan bin Muhammad Al-Hanafiyah, sekitar tahun 695. Watt,
pengagas teori ini, menceritakan bahwa 20 tahun setelah kematian muawiyah (680),
dunia islam dikoyak oleh pertikaian sipil. Al-mukhtar membawa paham Syiah ke
kufah dari tahun 685-687. Ibnu Zubayr mengklaim ke khalifahan di mekah hingga
yang berada di bawah kekuasaan islam. Sebagai respon dari keadaan ini, muncul
gagasan irja atau penangguhan (postponenment).
Gagasan ini pertama kali dipergunakan sekitar tahun 695 oleh cucu Ali bin Abi
Thalib. Al-Hasan bin Muhammad Al-Hanafiyah, dalam sebuah surat pendeknya, Al-
Hasan menunjukkan sikap politiknya dengan mengatakan, kita mengakui Abu Bakar
1
Cyril Glasse, The Councise Encyclopedia of Islam. Staceny International, London. 1989. Hlm.288-9:
Departemen Agama RI.Ensiclopedia Islam. 1990. Hlm.633-6. Ahmad Amin. Fajrul Islam. Jilid I. Islam. Ej. Srill.
Leiden.1961. hlm. 412
2
W. Montgomery Watt. Islamic Philosophy and Theology: An Extended Survey: At Univ. Press. Eidenburgh,
1987. Hlm.23
2
dan Umar, tetapi menangguhkan keputusan atas persoalan yang terjadi pada konflik
sipil pertama yang melibatkan Usman, Ali, dan Zubayr (seorang pembelot mekah)
dengan sikap politik ini Al-Hasan mencoba menanggulangi perpecahan umat islam. Ia
kemudian mengelak berdampingan dengan kelompok Syiah revolusioner yang
terlampau mengagungkan Ali dan para pengikutnya, serta menjauhkan diri dari
khawarij yang menolak mengakui kekhalifahan muawiyah dengan alasan bahwa ia
adalah keturunan si pendosa Ustman.3
Teori lain menceritakan bahwa ketika terjasi perseteruan antara Ali dan
Muawiyah, dilakukan Tahkim (arbitrase) atas usulan Amr bin Ash, dia seorang kaki
tangan muawiyah. Kelompok ini terpecah belah menjadi dua kubu antara yang pro
dan kontra. Kelompok yang kontra akhirya menyatakan keluar dari barisan Ali, yakni
kubu khawarij. Mereka memandang bahwa tahkim itu bertentangan dengan Al-Quran
(tidak berdasarkan hukum Allah). Oleh karena itu mereka berpendapat bahwa tahkim
itu dosa besar, dan pelakunya bisa dinyatakan kafir. Sama seperti dosa besar yang
lain, seperti zina, durhaka kepada orang tua, riba, membunuh tanpa ada alasan yang
jelas dan lain-lain.pendapat ini di tentang oleh sekelompok sahabat yang kemudian di
sebut murjiah. Yang meengatakan bahwa pembuat dosa besar tetap mukmin, tidak
kafir. Serta dosanya diserahkan saja kepada Allah SWT apakah Allah akan
mengampuninya ataukah tidak.4
3
Gibb and J.H Krammers
4
Watt.op. cit. hlm. 21
5
Class. Loc. cit.. Gibb and Kremmers .loc. cit.
3
Nabi, hukum atas dosa besar, ada yang kafir di awal generasi islam, tobat, hakikat Al-
quran, nama dan sifat Allah, serta ketentuan Tuhan (predestination).6
a. Iman adalah percaya kepada Allah dan Rasul-Nya saja. Adapun Amal atau
perbuatan tidak merupakan suatu keharusan bagi adanya iman. Berdasarkan hal
ini, seseorang tetap dianggap mukmin walaupun meninggalkan perbuatan dari
apa yang difardukan dan melakukan dosa besar.
b. Dasar keselamatan adalah iman semata. Selama masih ada iman di hati, setiap
maksiat tidak dapat mendatangkan madarat ataupun gangguan atas seseorang.
Untuk mendapatkan pengampunan. Manusia cukup hanya dengan menjauhkan
diri dari Syirik dan mati dalam keadaan Husnul Khatimah.
6
Gibb and Krammers. Op. Cit. Hlm.412
7
W. Montgomery Watt. Early Islam; Collected Articels. Eidenburg. 1990. Hlm. 181
8
Harun Nasution Teologi Islam; Aliran Sejarah Analisa Pperbandingan. UI. Press. Cet. I. 1985. Hlm.22
9
Abul Ala Al-Maududi, Al-Khalifah wa Al-Mulk, terj, Muhammad AL-Baqir, Mizan. Bandung.1994 hlm. 279
4
Pimpinan dari kaum Murjiah adalah Hasan Ibn Bilal Muzni, Abu Salat as
Saman (152), Tsauban, Dirar Ibn Umar. Penyair mereka yang terkenal pada masa Bani
Umayah adalah Tsabit Ibn Qhutanah yang mengarang sebuah syair tentang Iitiqad
dan kepercayaan kaum Murjiah.
Tokoh-tokoh yang termasuk kedalam golongan Murjiah moderat antara lain:
al-Hasan Ibn Muhammad Ibn Ali bin Abi Thalib, Abu Hanifah (Imam Hanafi), Abu
Yusuf dan beberapa ahli hadits.9 Adapun tokoh-tokoh golongan Murjiah ekstrim
adalah Jahm Bin Sofwan, Abu Hasan as-Sahili, Yunus Ibn an-Namiri, Ubaid al-
Muktaib, Gailan ad-Dimasyqi, Abu Sauban, Bisyar al-Marisi, dan Muhammad ibn
Karram.
Secara garis besar, kelompok Murjiah terbagi kepada dua golongan, yakni
golongan moderat dan golongan ekstrim. Golongan Murjiah moderat tetap teguh
bepegang kepada doktrin Murjiah diatas. Sementara itu, golongan Murjiah ekstrim
memiliki doktrin masing-masing. Yang termasuk golongan murjiah ekstrim antara
lain:10
1. Golongan al-Jahmiyah dipelopori oleh Jahm Ibn Sofwan. Berpendapat bahwa
iman adalah mempercayai Allah SWT, Rasul-rasulNya, dan segala sesuatu
yang datang dari Allah SWT. Sebaliknya, kafir adalah tidak mempercayai hal-
hal tersebut diatas. Apabila seseorang sudah mempercayai Allah SWT, rasul-
rasul-Nya, dan segala segala sesuatu yang datang dari Allah SWT, berarti ia
mukmin meskipun ia menyatakan dalam perbuatannya hal-hal yang
bertentangan dengan imannya, seperti berbuat dosa besar, menyembah
berhala, dan minum-minuman keras. Golongan ini meyakini bahwa surge dan
neraka itu tidak abadi, karena keabadian hanya bagi Allah SWT semata.
2. Golongan al-Salihiyah dengan tokohnya Abu Hasan as-Sahili.Sama dengan
pendapat al-Jahmiyah, golongan ini berkeyakinan bahwa iman adalah semata-
mata makrifat (mengetahui) Allah SWT. iman dan kufur itu tidak bertambah
dan tidak pula berkurang. Menurut mereka, shalat itu tidak merupakan ibadah,
karena menurut mereka ibadah itu adalah beriman kepada Tuhan dalam arti
mengetahui Tuhan.
3. Golongan Yunusiyah pengikut Yunus Ibn an-Namiri. Berpendapat bahwa iman
adalah totalitas dari pengetahuan tentang Tuhan, kerendahan hati, dan tidak
takabur. Kufur adalah kebalikan dari itu. Iblis dikatakan kafir bukan karena
tidak percaya kepada Tuhan, melainkan karena ketakaburannya. Mereka
percaya bahwa perbuatan jahat dan maksiat sama sekali tidak merusak iman.
5
4. Golongan al-ubaidiyah dipelopori oleh Ubaid al-Maktaib. Pendapatnya pada
dasarnya sama dengan golongan Yunusiyah. Sekte ini berpendapat bahwa jika
seseorang meninggal dunia dalam keadaan beriman, semua dosa dan
perbuatan jahatnya tidak akan merugikannya. Perbuatan jahat, banyak atau
sedikit, tidak merusak iman. Sebaliknya perbuatan baik, banyak atau sedikit
tidak akan memperbaiki posisi orang kafir.
5. Golongan al-Gailaniyah dipelopori oleh Gailan al_dimasyqi. Berpendapat
bahwa iman adalah makrifat (mengetahui) kepada Allah SWT melalui nalar
dan menunjukan sikap mahabah (cinta) dan tunduk kepadaNya.
6. Golongan al-Saubaniyah dipimpin oleh Abu Sauban. Prinsip ajarannya sama
dengan sekte al-Gailaniyah, namun mereka menambahkan bahwa yang
termasuk iman adalah,m mengetahui dan mengakui sesuatu yang menurut akal
wajib dikerjakan. Dengan demikian, sekte ini mengakui adanya kewajiban-
kewajiban yang dapat diketahui akal sebelum datangnya syariat.
7. Golongan al-Marisiyah dipelopori oleh Bisyar al-Marisi. Berpendapat bahwa
iman disamping diyakini dalam hati bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT dan
Muhammad SAW itu RasulNya juga harus diucapkan secara lisan. Jika tidak
diyakini dalam hati dan tidak diucapkan oleh lisan bukan iman namanya.
Sementara kufur merupakan kebalikan dari iman.
8. Golongan al-Karamiyah dipelopori oleh Muhamad Ibn Karram. Berpendapat
bahwa iman adalah pengakuan secara lisan dan kufur adalah pengingkaran
secara lisan. Mukmin dan kafirnya seseorang dapat diketahui melalui
pengakuan secara lisan.
9. Golongan al-Khasaniyah. Berpendapat bahwa jika seseorang mengatakan
saya tahu bahwa Tuhan melarang makan babi, tetapi saya tak tahu apakah
babi yang diharamkan itu adalah kambing ini orang yang demikian
tetapmukmin dan bukan kafir. Jika seseorang mengatakan, saya tahu Tuhan
mewajibkan naik haji ke Kabah tetapi saya tidak tahu apakah kabah itu di
India atau di tempat lain, orang yang demikian juga tetap mukmin.
6
Murjiah pada akhirnya mengandung arti tidak baik dan tidak disenangi oleh
mayoritas umat islam.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Murjiah adalah
penundaan, penangguhan, dan pengharapan kepada para pelaku dosa besar untuk bisa
mendapatkan pengampunan dan rahmat dari Allah SWT dan meletakan atau
mengemudikan orang yang mengamalkan amal dari iman. Oleh karena itu Murjiah
bias dikatakan juga kedudukan seseorang yang bersengketa, yakni Ali dan Muawiyah
serta pasukannya masing-masing ke hari kiamat.
7
3.2 Saran
Secara kodrati manusia itu dilahirkan untuk mematuhi apa yang diperintahkan
Allah SWT dan menjauhi larangannya, yakni dengan adanya Murjiah tentu ini
menjadi dorongan dalam menguatkan kepercayaan dan iman. Tetapi kita sebagai umat
muslim tetap harus berpegang teguh dengan kepercayaan al-Quran dan as-Sunah
sebagaimana kedua hal tersbut adalah suatu amanah dari Allah SWT.