penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................................................3
BAB I ...............................................................................................................................4
PENDAHULUAN ...............................................................................................................4
A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................4
C. Tujuan .....................................................................................................................5
BAB II ..............................................................................................................................6
PEMBAHASAN .................................................................................................................6
A. Pengertian jamiatul al-khairiyah ..............................................................................6
B. Sejarah Perkembangan jamiatul al-khairiyah ...........................................................8
C. Tujuan jamiatul al-khairiyah ....................................................................................9
D. Peran jamiatul al-khairiyah dalam Pendidikan islam .............................................. 13
E. Sistem Pendidikan jamiatul al-khairiyah................................................................. 15
BAB III ........................................................................................................................... 20
PENUTUP ...................................................................................................................... 20
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 20
B. Saran ..................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 21
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisasi Islam muncul di Indonesia ketika pemerintah Hindia-Belanda
menguasai wilayah Indonesia. Organisasi Islam pada awalnya didirikan oleh
keturunan Arab yang telah menetap di Indonesia. Keturunan Arab yang menetap di
Indonesia memiliki kedudukan yang cukup tinggi pada masa pemerintahan Hindia-
Belanda. Oleh karena itu mereka bisa mendapat izin untuk mendirikan organisasi
Islam di Indonesia.
Masyarakat keturunan Arab yang menetap di Indonesia semakin lama
semakin berkembang. Masyarakat keturunan Arah selain bergerak di bidang
ekonomi mereka mulai mengembangkan ke bidang pemerintahan dan pendidikan.
Pemerintah Hindia-Belanda yAng pada waktu itu melaksankan politik etis,
membuka sekolah-sekolah bagi kalangan pribumi, namun hanya kalangan pribumi
yang anggota keluarganya bekerja sebagai pegawai pemerintah Hindia-Belanda
yang diperbolehkan. Masyarakat keturunan Arab memiliki kesempatan untuk
belajar di sekolah-sekolah tersebut. Namun, mereka berkeinginan selain
mendapatkan ilmu pengetahuan umum juga mendapatkan ilmu pengetahuan agama
Islam.
Masyarakat keturunan Arab mengambil langkah untuk mendirikan sekolah-
sekolah sendiri, yaitu sekolah yang dapat mengajarkan ilmu pengetahuan umum
serta ilmu pengetahuan agama.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa itu Jamiatul al;khairiyah
2. Untuk Mengetahui Sejarah Perkembangan jamiatul al-khairiyah
3. Untuk Mengetahui tujuan didirikannya jamiatul al;khairiyah
4
4. Untuk Mengetahui peran jamiatul al-khairiyah dalam Pendidikan islam
5. Untuk Mengetahui Bagaimana sistem Pendidikan jamiatul al-khairiyah
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Ada dua bidang kegiatan yang menjadi skala prioritas oleh organisasi ini,
yaitu; pendirian dan pembinaan satu sekolah pada tingkat dasar dan pengiriman
anak-anak muda ke Turki untuk melanjutkan studi. Bidang kedua tersebut sering
terhambat karena kekurangan biaya dan juga karena tidak seorangpun dari mereka
yang dikirim ke Timur Tengah memainkan peranan yang penting setelah mereka
kembali ke Indonesia.
Sekolah dasar Jam'iat Khair bukan semata-mata mempelajari pengetahuan
agama an sich akan tetapi juga mempelajari pengetahuan umum hinnya, misalnya
berhitung, sejarah (umumnya sejarah Islam). ilmu bumi, dan sebagainya.
Kurikulum sekolah dan jenjang kelas-kelas telah disusun dan diorganisir. Bahasa
pengantar yang dipergunakan adalah bahasa Indonesia atau Melayu. Di samping
anak-anak keturunan Arab, anak-anak Indonesia asli juga terdaftar di sekolah ini
yang kebanyakan berasal dari Lampung. Bahasa Belanda tidak diajarkan, dan
sebagai gantinya bahasa Inggris merupakan pelajaran wajib.
Untuk memenuhi tenaga guru yang berkualitas Jam'iat Khair mendatangkan
guru-guru dari daera-daerah bahkan dari luar negeri untuk mengajar di sekolah
tersebut. Pada tahun 1907 Haji Muhammad Mansur seorang guru dari Padang
diminta untuk mengajar di sekolah tersebut karena pengetahuannya yang luas
dalam bidang agama dan karena kemampuannya dalam bahasa Melayu. Kemudian
Al-Hasyimi didatangkan dari Tunis sekitar tahun 1911 yang di samping mengajar
juga mengintroduksi Gerakan.
kepanduan dan olah raga di lingkungan sekolah. Dia terkenal sebagai orang
yang pertama kali mendirikan gerakan kepanduan di kalangan orang-orang Islam
di Indonesia. Termasuk tiga orang guru yang didatangkan dari Arab, mereka adalah
Syekh Ahmad Surkati dari Sudan, Syekh Muhammad Taib dari Maroko, dan Syekh
Muhammad Abdul Hamid dari Mekah.
Satu hal yang penting bahwa Jam'iat Khair yang pertama memulai
organisasi dengan bentuk modern dalam masyarakat Islam (dengan AD/ART,
daftar anggota yang tercatat, rapat-rapat secara berkala), dan yang mendirikan suatu
lembaga pendidikan dengan sistem yang boleh dikatakan telah modern (kurikulum,
kelas.pemakaian bangku, papan tulis, buku pelajaran yang bergambar).
Meskipun tujuan asalnya hanya mengenai pendidikan agama akan tetapi
usaha Jam'iat Khair kemudian meluas sampai pada mengurus penyiaran Islam,
perpustakaan dan surat kabar (26 Januari 1913) dan mendirikan percetakan Arab
Setia Usaha dan menerbitkan surat kabar harian Utusan Hindia (pada 31 Maret
1913).
Terlibatnya orang-orang Jam'iat Khair dalam politik, baik di dalam atau luar
negeri, misalnya dalam hubungan politik Jerman dalam perang dunia yang pertama
1914 dan hubungan antara S. Muhammad Al-Hasyim dengan gerakan Islam di
Turki. menyebabkan perkumpulan itu sangat dicurigai oleh pemerintah penjajah
Belanda.
7
B. Sejarah Perkembangan jamiatul al-khairiyah
Awal abad ke-20 menandai corak baru dalam sistem kolonialisme di
Indonesia. Ratu Wilhelmina dalam pesan tahunannya di depan Parlemen
mengemukakan persoalan "utang budi" dan tanggung jawab etis terhadap rakyat
Hindia Belanda.
Sejak itu, pemerintah kolonial Belanda kemudian memberlakukan Politik
Etis. Wujudnya, antara lain, ialah pendidikan bagi (segelintir) kaum Bumiputra.
Lahirlah kelas baru dalam sistem sosial masyarakat pribumi di Tanah Air, yakni
elite terdidik Barat.
Muslimin di Indonesia saat itu memiliki respons beragam terhadap
pendidikan Belanda. Sebagian bersikap antipati karena menganggap, para guru di
sekolah-sekolah Belanda mengajarkan murid-muridnya agar meninggalkan agama
Islam.
Anggapan itu tidak sepenuhnya keliru. Sebab, seperti dicatat Aqib Suminto
dalam Politik Islam Hindia Belanda, pada faktanya sekolah-sekolah negeri yang
dibuat Belanda sering dimanfaatkan untuk kepentingan propaganda suatu aliran
gereja. Namun, ada pula yang menerima modernisme dengan catatan, gagasan
tersebut harus sesuai dengan ajaran Islam.
Memasuki abad ke-20, pemikiran Rasyid Ridha, Muhammad Abduh, dan
Jamaluddin al-Afghani sosok yang kerap diidentikkan Barat dengan gerakan Pan-
Islamisme. kian mempengaruhi komunitas Arab di Hindia. Di Pekojan, Batavia
(Jakarta), sejumlah tokoh Arab menggagas sebuah gerakan untuk merealisasikan
kebangkitan Islam melalui pendidikan. Namanya adalah Jamiat Kheir, yang secara
harfiah berarti ‘perkumpulan untuk kebaikan.
Pendirian Jamiat Kheir melalui proses yang cukup panjang. Para pendirinya
terdiri atas Said bin Achmad Basandiet, Moehamad al-Fachir bin Abdulrachman al-
Mashoer, Ali bin Ahmad bin Muhammad bin Shahab, Mohamad bin Abdullah bin
Shahab, dan Aijdroes bin Achmad bin Shahab.
Gagasan untuk membentuk sebuah organisasi kemajuan sudah didiskusikan
tokoh-tokoh Arab itu pada 1898. Barulah pada 1901, rencana tersebut mulai
dilaksanakan. Perizinan yang diajukan pada 15 Agustus 1903 ditandatangani Said
bin Achmad Basandiet sebagai ketua, Bagaimanapun, anggaran dasar Jamiat Kheir
yang disetujui gubernur jenderal Hindia pada 1903 itu kemudian diubah. Perubahan
tersebut dilakukan beberapa kali. Akhirnya, pada 1905 ada penambahan pasal-pasal
dalam anggaran dasar tersebut, yakni organisasi bertujuan untuk “membangun
sekolah-sekolah hingga pelaksanaan pengajarannya".
Pada 17 Juni 1905 sumber Api Sejarah menyebut: 17 Juli 1905 Jamiat Kheir
resmi berdiri. Hingga tahun 1910, Jamiat Kheir berkali-kali mengalamii perubahan
anggaran dasar.
8
Pada 1909, Jamiat Kheir mulai mendirikan sekolah dasar di Pekojan. Para
orang tua murid tidak dipungut biaya. Sistem yang diterapkan di sana berbeda
dengan pendidikan tradisional semisal pesantren. Karena itu, organisasi ini dapat
dianggap sebagai salah satu perintis pendidikan Islam modern di Jawa.
Bahkan, kiprah Jamiat Kheir pada awal abad ke-20 tidak hanya dalam
bidang pendidikan, tetapi juga sosial dan ekonomi. Masyarakat sasarannya pun
bukan cuma sesama komunitas Arab, tetapi juga Muslimin pribumi. Dengan
demikian, sejak awal spirit untuk persatuan dan kebangsaan Indonesia sudah
tertancap kuat dalam organisasi ini.
Pada awal mula didirikan tahun 1901 M, Organisasi Jamiat Kheir lebih
bersifat organisasi sosial kemasyarakatan, dimana tujuan awalnya dapat
disimpulkan sebagai berikut. Pertama, membantu fakir miskin, baik dalam segi
material maupun spiritual. Kedua, mendidik dan mempersiapkan generasi muda
Islam untuk mampu berperan pada masa depan. Dan yang ketiga, menolong umat
yang lemah dalam sektor ekonomi.
Berdirinya madrasah Jamiat Kheir berdasarkan akta notaris J.W.Roeloffs
Valks Notaris Batavia, nomor 143 tertanggal 17 Oktober 1919 dalam akta
STICHTINGSBRIEF der STICHTING "SCHOOL DJAMEAT GEIR" dengan
susunan pengurus pertamanya, sebagai ketua Said Aboebakar bin Alie bin Shahab
dan sebagai anggota-anggota pengurus lainnya adalah: Said Abdulla bin Hoesin
Alaijdroes, Said Aloei bin Abdulrachman Alhabsi, Said Aboebakar bin Mohamad
Alhabsi, Said Aboebakar bin Abdullah Alatas, Said Aijdroes bin Achmad bin
Shahab dan Sech Achmad bin Abdulla Basalama (semua dalam ejaan aslinya dalam
akta tersebut).
9
Dengan semakin berkembangnya Jami'at Khair menyebabkan semakin
meluas pula tujuan Jami'at Khair. Diantaranya adalah:
(1) mendirikan dan mengurus gedung- gedung sekolah serta bangunan lain
di Batavia untuk kepentingan umat Islam,
(2) mengupayakan sekolah-sekolah untuk memperoleh pengetahuan agama
Islam,
(3)mendirikan perpustakaan yang mengupayakan buku-buku untuk
menambah pengetahuan dan kecerdasan.
Pada tanggal 3 Oktober 1910, dikembangkan lagi tujuan dari Jamiat Kheir pada saat
itu termasuk:
-Mendirikan dan merawat bangunan sekolah dan lainnya untuk kepentingan
umat muslim
-Mengembangkan pengetahuan siswa terhadap ilmu keislaman
-Mendorong pembelajaran ilmu keislaman ke sekolah-sekolah lain
-Mendirikan perpustakaan dan mengumpulkan buku untuk dipelajari
10
perpaduan antara kurikulum sekolah pemerintah (mata pelajaran umum) dan
kurikulum agama (mata pelajaran agama). Langkah-langkah pembaharuan
pendidikan yang seperti itu pulalah pada hakikatnya, yang dicetuskan oleh
Muhammad Abduh di Mesir sebelumnya.
Tujuan Jamiat Kheir semakin meluas, Diantaranya:
a. Mendirikan dan mengurus gedung-gedung sekolah serta bangunan lain di
Batavia tak kepentingan umat Islam
b. Mengupayakan sekolah-sekolah unik memperoleh pengetahuan agama
c. Mendirikan perpustakaan yang mengupayakan buku-buku untuk
menambah pengetahuan dan kecerdasan.
11
c. Tingkat Tsanawiyah Lamanya 3 tahun
12
Dan hubungan seperti itu merupakan kelanjutan tradisi dalam dunia Islam,
yaitu hubungan antara ulama dengan pemerintah. Tapi dari segi politis, keharusan
akan adanya jalinan hubungan ulama dengan khilafat adalah merupakan cirri dari
kekhalifahan (pemerintahan) Islam sebagai negara patrimonial. Aktivitas seperti
itu, diduga menjadi salah satu penyebab kekahawatiran pemerintah terhadap Jamiat
Kheir, hingga timbul larangan bagi organisasi ini ketika itu untuk membuka
cabang-cabangnya di luar kota Batavia.
13
Disamping membawa pembaharuan dalam sistem pengajaran yang pertama
memasukan pengetahuan umum dan bangsa asing kedalam daftar pengajarannya
dan mereka juga memperjuangkan persamaan hak sesama muslim dan pemikiran
kembal kepada Al-Qur’An dan hadis. Hal ini yang menyebabkan mereka terasing
dari kalangan Sayid dari jami’at khair.
Suatu hal penting yang dicatat adalah pernyataan penting bahwa jami’at
khair yang pertama memulai organisasinya dngan bentuk modern dalam
masyarakat islam.
Jamiaat khair memiliki pengaruh sangat besar dalam segi Pendidikan dan
sosial bagi masyarakat.
Organisasi Pembaharuan Islam ini berkantor di daerah Pekojan di Tanjung
Priok (Jakarta). Oleh karena perkembangannya dari waktu ke waktu semakin pesat,
maka pusat organisasi ini dipindahkan dari Pekojan ke Jl. Karet, Tanah Abang.
Organisasi ini dikenal banyak melahirkan tokoh-tokoh Islam, terdiri dari tokoh-
tokoh gerakan pembaharuan agama Islam antara lain, Kyai Haji Ahmad Dahlan
(pendiri Muhammadiyah), HOS Tjokroaminoto (pendiri Syarikat Islam), H.
Samanhudi (tokoh Sarekat Dagang Islam), dan H. Agus Salim. Bahkan beberapa
tokoh perintis kemerdekaan juga merupakan anggota atau setidaknya mempunyai
hubungan dekat dengan Jamiatul Khair.
Awalnya memusatkan usahanya pada pendidikan, namun kemudian
memperluasnya dengan dakwah dan penerbitan surat kabar harian Utusan Hindia
di bawah pimpinan Haji Umar Said Cokroaminoto (Maret 1913). Kegiatan
organisasi juga meluas dengan mendirikan Panti Asuhan Piatu Daarul Aitam. Di
Tanah Abang, Habib Abubakar bersama sejumlah Alawiyyin juga mendirikan
sekolah untuk putra (aulad) di Jl. Karet dan putri (banat) di Jl. Kebon Melati serta
cabang Jamiatul Khair di Tanah Tinggi Senen.
Disamping itu, aktivitas Jamiat Kheir kala itu lebih mengarah pada masalah
sosial kemasyarakatan, yang menitik-beratkan pada masalah penanggulangan
kemiskinan dan kebodohan yang diderita oleh umat Islam akibat penjajahan.
Kegiatan santunan orang yang tidak mampu, yatim, orang jompo sangat
mendominasi program Jamiat Kheir dibuktikan kemudian oleh pengurus dengan
membuat panti asuhan Daarul Aitam, yang secara khusus merawat dan mendidik
anak-anak yatim yang hingga saat ini masih aktif.
Dan yang tidak kalah pentingnya untuk diketahui adalah bahwa Jamiat
Kheir ketika itu memiliki reputasi internasional melalui hubungan dengan kaum
muslimin di timur tengah. Dengan dasar ukhuwah Islamiyah, Jamiat Kheir banyak
membantu secara finansial untuk korban perang di Tripoli (Libya), membantu
pembangunan jalan kereta api di Hijaz yang menghubungkan kota Madinah
Almunawwarah dengan daerah-dearah disekitar Syam (Yordania, Palestina, Syria,
Irak) dan lain-lain.
14
Untuk memenuhi tenaga guru ymg berkualitas Jamiat Khair mendatangkan
gum-guru dari daerah-daerah lain bahkan dari fuir negeri untuk mengajar di sekolan
tersebut. Pada tahun 1907 11. Muhammad Mamer seorang guru dari Padang dimint
untuk mengejar disekolah tersebut karena pengetahuannya yang luas dalam bidang
agama dan karena kemampuannya di dalam bahasa Melayu. Al-Hasyimi
didatangkan dari Tams sekitar tahan 1911 yang disamping mengajar juga
memperkenalkan gerakan kepanduan dan olah taga di lingkungan seolah Jami'at
Khair Beliau yang pertama kali mendirikan gerakan kepanduan di kalangan orang-
orang Islam di Indonesia,
Pada bulan Oktober 1911 tiga orang gun dari negeri-negeri Arah hergabung
ke Jam'iat Khair. Mereka adalah Syaikh Ahmad Seati dan Sudan, Syekh
Muhammad Taib dan Maroko, dan Syekh Muhammad Abdul Hamid duri Makkah.
Surkasi yang memainkan peranan yang sanga penting dalam penyebaran
pemikiran-pemikiran baru dalam lingkungan masyarakat Islam di Indonesia, adalah
yang terpenting dari ketiga pendatang haru ini.
Jamiat Kheir, selain sebagai pelopor pembaruan dalam bidang pendidikan
Islam, juga menjunjung tinggi semangat nasionalisme dalam melawan Belanda.
Organisasi ini membangun hubungan diplomasi dengan Negara-negara Islam di
Timur Tengah seperti Turki, Mesir, dan lain sebagainya. Jamiat Kheir mengirim
surat untuk Sultan Turki yang saat itu menduduki Khilafah di Turki. Melalui
pengurusnya, Jamiat Kheir menjalin hubungan dengan pemuka-pemuka Islam di
Timur Tengah Diantaranya Sayid Ali Yusuf, Ali Kamil, Abdul Hamid Zaki, Ahmad
Hasan Tabarah, dan masih banyak yang lainnya.
Jamiat Kheir melakukan pembaruan sistem pendidikan Islam dengan tujuan
melawan pengaruh pendidikan kolonial. Tidak hanya dalam bidang pendidikan,
Jamiat Kheir juga melakukan perlawanan melalui media Jurnalistik berupa muatan
narasi anti kolonial pada tiap surat kabar sebagai bagian penggalangan suara dunia
luar terhadap praktik kolonisasi.
15
mempertimbangkan urgensi ilmu pasti. Kesadaran berserikat menjadi langkah
pertama dalam merespon ancaman mengenai pemudaran Islam sebagai
kepercayaan dan gaya hidup. Langkah ini yang kelak melahirkan sikap patriotisme
dan rasa nasionalisme masyarakat Indonesia.
Berkat kontak langsung dengan pemikiran barat membawa perubahan
paradigma umat untuk belajar kepada bangsa barat sehingga ketertinggalan selama
ini dirasakan mampu diminimalisir. Pendidikan Islam mulai mengadopsi pemikiran
yang disesuaikan dalam paham teologis dengan ilmu pengetahuan yang rasional
serta terbarukan. Langkah tersebut diharapkan mampu melepaskan umat Islam dari
romantismenya sehingga melupakan langkah inovatif sebagai terobosan untuk
selanjutnya dibawa pada kemajuan.
Jamiat Kheir, selain sebagai pelopor pembaruan dalam bidang pendidikan
Islam, juga menjunjung tinggi semangat nasionalisme dalam melawan Belanda.
Organisasi ini membangun hubungan diplomasi dengan Negara-negara Islam di
Timur Tengah seperti Turki, Mesir, dan lain sebagainya. Jamiat Kheir mengirim
surat untuk Sultan Turki yang saat itu menduduki Khilafah di Turki. Melalui
pengurusnya, Jamiat Kheir menjalin hubungan dengan pemuka-pemuka Islam di
Timur Tengah Diantaranya Sayid Ali Yusuf, Ali Kamil, Abdul Hamid Zaki, Ahmad
Hasan Tabarah, dan masih banyak yang lainnya.
Sistem pendidikan di Jamiat Kheir memiliki kurikulum yang mengatur
skema pendidikan waktu, jam, dan target-targetnya. Beberapa aturan pengajaran di
Jamiat Kheir adalah lama belajar 6 tahun yang terdiri dari 1 tahun persiapan dan 5
tahun sekolah dasar; usia minimal masuk sekolah 7 tahun; penerimaan murid
dilakukan setiap bulan Syawwal; pengajaran di kelas persiapan dan kelas satu
berlangsung selama 4 jam pelajaran (09.00-11.15); kemudian untuk kelas lainnya
berlangsung selama 6 jam pelajaran (09.00-13.00). Di setiap dua jam, terdapat
waktu istirahat selama 15 menit. Adapun pelajaran yang diajarkan di sana adalah:
Al-Qur‟an Ejaan Bahasa Arab, Membaca dan Telaah, Ilmu Bumi, Tafsir, Sejarah
Nabi Percakapan, Bahasa dan Tulisan Melayu, Aqa‟id Sharaf Dikte Sejarah
Tauhid, Nahwu, Hafalan, Ilmu Alam, Ibadah, Tashrif, Berhitung, Keterampilan,
Fikih, Tajwid, Karangan, Kesenian, Menulis Arab (Khat), Ilmu Faraid, dan menulis
latin.
Jamiat Khair memiliki kurikulum yang mengatur skema pendidikan baik
waktu, jam, dan target-targetva, Berikut beberapa aktivitas pengajaran dijamiatul
khair:
1. Lama belajar 6 tahun. 1 tahun persiapan dan 5 tahun sekolah dasar,
2. Usia minimal masuk sekolah 7 tahun.
3. Penerimaan murid dilakukan setiap bulan Syawal
4. Pengajaran di kelas persapun don kalas satu berlangsung selama 4 jam
pelajaran (09.00-11.15), kemudian untuk kelas lainnya berlangsung selama 6 jam
16
pelajaran (09:00-13.00. Di setiap dua jam, terdapat waktu istirahat salam 15
menit.
5. Hari libur sekolah:
a. Tanggal 1 Muharram.
b. Tanggal 12 Rabi ul Awal (Kelahiran Nabi Muhammad).
c. Tanggal 27 Rajab (Isra' Mi'raj).
d. Tanggal 9, 10, dan 11 Dzulhijjah (Idul Adha).
e. Tanggal 1 Januari (Tahun Baru Maschi).
f. Tanggal 30 April (Kelahiran Ratu Wilhelmina, pada masa penjajahan).
g. Tanggal 31 Agustus (Kelahiran Ratu Juliana, pada masa penjajahan).
h. Libur tahunan 1 bulan 3 hari, awal Ramadhan hingga 4 Syawwal.
i. Libur mingguan setiap hari Jumat.
j. Libur khusus ketika ada pelepasan guru, perpindahan pimpinan sekolah,
k. dan acara sekolah lain.
Yayasan Pendidikan Jamiat Khair sejak tahun 1901 hingga 1985 telah
memiliki beberapa sekolah, yaitu:
1. Rawdat Al-Athfal (Taman kanak-kanak)
2. Ibtidaiyyah (Puteri)
3. Ibtidaiyyah (Putera)
17
5. Tsanawiyyah II (Sore)
7. Aliyah II (Sore)
18
Kemudian tujuan Yayasan Pendidikan Jami at Khair, yaitu:
(1) mempersiapkan generasi Islam yang cinta kepada Allah SWT dan taat kepada
Rasulullah SAW, sayang kepada sesama, berakhlak mulia, percaya diri, teguh
pendirian, selalu bertitik kepada kebenaran dan keadilan, bermanfaat bagi agama,
umat dan masyarakat, menerapkan ajaran agama Islam dalam meningkatkan
martabat bangsa dan negara,
(2) membentuk kepribadian ulama yang berwawasan luas, ahli dalam bidangnya,
mampu berbahasa Arab dan dapat memberi manfaat bagi masyarakat dan bangsa.
(3) menanamkan mahabbah kepada kaum mukminin, utamanya ahli bait (keluarga
Nabi Muhammad SAW) dan para sahabatnya.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jami'at Khair merupakan organisasi pembaharuan dalam bidang pendidikan
di Indonesia. Terdapat pasang surut dalam sejarah pendirian organisasi ini. Pada
awal pendiriannya, Jami'at Khair yang didirikan oleh keturunan Arah di Batavia
hanya bergerak pada bidang sosial. Akan tetapi, ketika melihat kondisi pendidikan
pada masa kolonialisasi Belanda mereka mulai menfokuskan pada bidang
pendidikan. Keturunan Arab yang menetap di Indonesia memiliki kedudukan yang
cukup tinggi pada masa Pemerintahan Hindia-Belanda. Oleh karena itu mereka bisa
mendapat izin untuk mendirikan organisasi Islam di Indonesia.
Di bidang pendidikan mereka mendirikan dan mengurus gedung-gedung
sekolah serta bangunan lain di Batavia demi kepentingan umat Islam. Mereka
mengupayakan sekolah-sekolah untuk memperoleh pengetahuan agama Islam,
serta mendirikan perpustakaan yang mengupayakan buku-buku untuk menambah
pengetahuan dan kecerdasan. Sehingga bisa dikatakan Jami at Khair sebagai
pelopor modern organisasi Islam dalam bidang pendidikan.
B. Saran
Meskipan penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini. akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbarui. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena ,
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai
bahan evaluasi untuk kedepannya. Sehingga bisa terus menghasilkan makalah yang
bermanfaat bagi banyak orang.
20
DAFTAR PUSTAKA
Dr. H. Fatah Syukur NC, M.Ag. Sejarah Pendidikan Islam PUSTAKA RIZKI
PUTRA,Semarang, 2012
Kokom Emawati, Pembaharuan Lembaga Pendidikan Islam Jami at Khair di
Nusantara pada tahun 1905 sampai Pasca Kemerdekaan, 2013,(Skripsi, UIN
Jakarta)
https://republika.id/posts/14196/sejarah-dan-perjuangan-jamiat-kheir
Enizar Muaz, Jami’at Khair sebagai salah satu Pelopor Pembaharuan Pendidikan
Islam di Indonesia, 1987, (Skripsi,UI)
Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia, Jakarta: LP3ES,1996
Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah, CV. Tria Pratama, Bandung:2014
ZUHAIRINI dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara,1992
21