Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH DAN TRANSFUSI DARAH


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Masa’il fiqhiyah

Dosen Pengampu:
Ust, Dr. Ahmad Fuady Lc, MA

Disusun oleh:

Putra Pratama
Muhammad Fahmi Aminlillah

PRODI ILMU AL QURAN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI ILMU AL QURAN BAITUL QUR’AN DEPOK
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang
hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, atas rahmat dan
ridha-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan penulisan makalah ini, yang mana
membahas tentang “Transplantasi anggota tubuh dan transfusi darah”. Guna untuk
memenuhi tugas, mata kuliah masai’il fiqhiyah.
Tak lupa kami juga mengucapkan jazakumullah khairan kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan, masukan, arahan dan bimbingannya serta
membantu kami selama proses penulisan makalah ini hingga selesai. Untuk itu kami
mengucapan terima kasih kepada:
1. Ustadz. Dr Ahmad Fuady Lc, MA selaku dosen mata kuliah Masail al-Fiqhiyah al-
Haditsah atas bimbingan dan tugas yang diberikan.
2. Seluruh pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini, terutama kepada
teman-teman mahasiswa serta seluruh civitas academia STIQ Baitul Qur’an yang
sudah memberi semangat dan dukungan baik moril maupun materil.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna serta kesalahan yang kami yakini diluar batas kemampuan penulis. Maka
dari itu kami dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca agar kedepannya kami bisa memperbaiki makalah ini dengan lebih
baik. Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk kita semua.

Depok, 20 Januari 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................

A. Latar Belakang.......................................................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................................................
C. Tujuan Masalah.....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................

A. Pengertiam transplantasi organ tubuh....................................................................


B. Macam-macam cara melakukan transplantasi organ tubuh...................................
C. Transplantasi yang dibolehkan..............................................................................
D. Transplantasi yang tidak diperbolehkan................................................................
E. Pengertian transfusi darah...................................................................................10
F. Indikasi-indikasi untuk transfusi darah................................................................12
G. Analisa hukum transfusi darah berdasarkan kaidah ad darar yuzal....................15

BAB III PENUTUP.......................................................................................................18

A. KESIMPULAN...................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................19

ii
BAB I

A. LATAR BELAKANG
Transplantasi ialah pemindahan organ tubuh yang masih mempunyai daya hidup
sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi lagi dengan
baik . pada saat ini juga, ada upaya untuk memberikan organ tubuh kepada orang yang
memerlukan, walaupun orang itu tidak menjalani pengobatan, yaitu untuk orang yang
buta. Hal ini khusus donor mata bagi orang buta.

Dalam pelaksanaan transplantasi organ tubuh ada tiga pihak terkait dengannya:
pertama,donor, yaitu orang yang menyumbangkan organ tubuhnya yang masih sehat
untuk dipasangkan pada orang lain yang organ tubuhnya menderita sakit, atau terjadi
kelainan. Kedua: resepien, yaitu orang yang menerrima organ tubuh dari donor yang
karena satu dan lain ha, organ tubuhnya harus diganti. Ketiga, tim ahli, yaitu para dokter
yangmenangani operasi transplantasi dari pihak donor kepada pasien.

Transplantasi organ tubuh manusia merupakan masalah baru yang belum pernah
dikaji oleh para fuqaha klasik tentang hukum-hukumnya. Karena masalah ini adalah
anak kandung dari kemajuan ilmiah dalam bidang pencangkokan anggota tubuh, dimana
para dokter modern bisa mendatangkan hasil yang menakjubkan dalam memindahkan
organ tubuh dari orang yang masih hidup/ sudah mati dan mencangkokkannnya kepada
orang lain yang kehilangan organ tubuhnya atau rusak karena sakit dan sebagainya yang
dapat berfungsi persis seperti anggota badan itu pada tempatnya sebelum di ambil.

1
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dengan transplantasi?

2. Apa macam-macam transplantasi organ?

3. Bagaimanakah transplantasi Organ yang di Perbolehkan?

4. Bagaimanakah transplantasi Organ yang tidak diperbolehkan?

5. Apakah yang dimaksud transfusi darah?

6. Bagaimana indikasi-indikasi untuk transfusi darah?

7. Bagaimana hukum transfusi darah berdasarkan kaidah ad darar yuzal?

C. TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan transplantasi.

2. Untuk mengetahui macam-macam transplantasi organ

3. Untuk mengetahui transplantasi organ yang diperbolehkan.

4. Untuk mengetahui transplantasi organ yang tidak diperbolehkan.


5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud transfusi darah
6. Untuk mengetahui bagaimana indikasi-indikasi untuk transfusi darah
7. Untuk mengetahui bagaimana hukum transfusi darah berdasarkan kaidah ad
darar yuzal

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Transplantasi Organ Tubuh

Pencangkokan atau transplantasi adalah pemindahan organ tubuh yang


mempunyai daya hidup yang sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat
dan tidak berfungsi dengan baik, yang apabila diobati dengan prosedur medis biasa,
harapan penderita untuk bertahan hidupnya tidak ada lagi.1

Pencangkokan organ tubuh yang menjadi pembicaraan pada waktu ini adalah:
Mata, Ginjal dan jantung. Karena ketiga organ tubuh tersebut sangat penting fungsinya
untuk manusia, terutama sekali ginjal dan jantung. Mengenai donor mata pada dasarnya
dilakukan, karena ingin membagi kebahagiaan kepada orang yang belum pernah melihat
keinadahan alam ciptaan Allah ini ataupun orang yang menjadi buta karena penyakit.

Ada 3 (tiga) tipe donor organ tubuh, dan setiap tipe mempunyai permasalahan
sendiri - sendiri, yaitu;

a. Donor dalam keadaan hidup sehat. Tipe ini memerlukan seleksi cermat dan
general check Up, baik terhadap donor maupun terhadap penerima (resepient),
demi menghindari kegagalan transplantasi yang disebabkan oleh karena
penolakan tubuh resepien, dan sekaligus mencegah resiko bagi donor.
b. Donor dalam hidup koma atau di duga akan meninggal segera. Untuk tipe ini,
pengambilan organ tubuh donor memerlukan alat control dan penunjang
kehidupan, misalnya dengan bantuan alat pernapasan khusus. Kemudian alat-
alat tersebut di cabut setelah pengambilan organ tersebut selesai.
c. Donor dalam keadaan mati. Tipe ini merupakan tipe yang ideal, sebab secara
medis tinggal menunggu penentuan kapan donor dianggap meninggal secara
medis dan yudiris dan harus diperhatikan pula daya tahan organ tubuh yang
mau di transplantasi.2

B. Macam-Macam Cara Melakukan Transplantasi Organ Tubuh


1
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Kapita Selekta Hukum Islam,Jakarta: Haji Masagung, 1994, H. 86.
2
Masjfuk Zuhdi. “Masail Fiqhiyah”. Jakarta. PT Toko Gunung Agung. 1997. H. 86-87

3
Ada 3 (tiga) tipe donor organ tubuh, dan setiap tipe mempunyai permasalahan
sendiri, yaitu:3
1. Donor dalam keadaan hidup dan sehat
Tipe ini memerlukan seleksi yang cermat dan general chek up (pemeriksaan
kesehatan yang lengkap). Baik terhadap donor maupun terhadap penerima (resipien),
demi menghindari kegagalan transplantasi yang disebabkan oleh karena penolakan tubuh
resipien, dan sekaligus untuk mencegah risiko bagi pendonor. Sebab menurut data
statistik, 1 dari 1000 donor meninggal, dan si donor juga bisa merasa was-was dan tidak
aman (insecure), karena menyadari bahwa dengn menyumbangkan organ tubuhnya,
maka ia tidak akan memperoleh kembali seperti sedia kala.
Apabila melakukan donor dalam keadaan hidup, sebagaimana menurut hemat
penulis, Islam tidak membenarkan atau melarang, alasannya yaitu sebagai berikut:
a. Firman allah SWT.

‫وال تلقوا بايديكم اىل التهلكه‬

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan”.4

Ayat ini mengingatkan manusia agar tidak gegabah dalam berbuat sesuatu yang dapat
berakibat fatal bagi dirinya, sekalipun mempunyai tujuan kemanusiaan yang luhur.
b. Kaidah hukum islam

‫درء املفاسد مقدم على جلب املصاحل‬

“Menghindari kerusakan atau risiko lebih didahulukan atas menarik kemashlahatan”.

Misalnya menolong orang dengan cara mengorbankan diri sendiri yang berakibat fatal,
tidak diperbolehkan oleh Islam.

‫الضرر ال يزال بالضرر‬

“Bahaya tidak boleh dihilangkan dengan bahaya lainnya”.

3
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Kapita Selekta Hukum Islam, 86-87.
4
Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat: 195.
Asbab nuzul dari ayat tersebut adalah para sahabat nabi mulai merasa Islam dan umat Islam telah
menang dan kuat. Karena itu mereka ingin melakukan bisnis perdagangan dan sebagainya dengan penuh
tenaga guna memperoleh kembali harta benda yang lenyap selama itu akibat perjuang untuk agama.
Maka ayat ini memperingatkan kepada para sahabat agar tergoda oleh harta sampai lengah dan lupa
perjuangan yang mulila , sebab musuh-musuh Islam masih tetap mencari dan menunggu kelengahan
umat Islam agar dengan mudah Islam dapat dihancurkan.

4
2. Donor dalam keadaan hidup koma atau diduga akan meninggal segera.

Untuk tipe ini, pengambilan organ tubuh donor memerlukan alat control dan
penunjang kehidupan, misalnya dengan bantuan alat pernafasan khusus. Kemudian
alat penunjang kehidupan tersebut dicabut, setelah selesai proses pengambilan organ
tubuhnya. Hanya kriteria mati secara medis/klinis dan yuridis perlu ditentukan
dengan tegas dan tuntas. Aoakah criteria mati itu ditandai dengan berhentinya denyut
jantung dan pernafasan5 ataukah ditandai dengan berhentinya fungsi otak.6

Penegasan mati secara klinis dan yuridis itu sangat penting bagi dokter sebagai
pegangan dalam menjalankan tugasnya, sehingga ia tidak khawatir dituntut
melakukan pembunuhan berencana oleh keluarga yang bersangkutan sehubungan
dengan praktek transplantasi itu. Apabila melakukan transplantasi organ oleh
pendonor yang dalam keadaan koma atau hampir meninggal, maka Islampun tidak
megizinkan, karena:7

a. Hadits Nabi

‫ال ضرر وال ضرار‬


“Tidak membuat madhorot pada dirinya, dan tidak boleh pula membuat madhorot
pada orang lain”.8
Misalnya orang yang mengambil organ tubuh seseorang donor yang belum
meninggal secara klinis dan yuridis untuk transplantasi berarti ia membuat madhorot
kepada donor dengan mempercepat kematiannya.
Misalnya orang yang mengambil organ tubuh seseorang donor yang belum
meninggal secara klinis dan yuridis untuk transplantasi berarti ia membuat madhorot
kepada donor dengan mempercepat kematiannya.
b. Manusia wajib berikhtiar untuk menyembuhkan penyakitnya, demi
mempertahankan hidupnya, tetapi hidup dan mati itu ditangan Allah,. Karena itu,
manusia tidak boleh mencabut nyawanya sendiri (bunuh diri), atau mempercepat
kematian kematian orang lain, sekalipun dilakukan oleh dokter dengan maksud untuk
mengurangi dan menghentikan penderitaan si pasien.

5
Lihat Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1981.
6
Sebagaimana Rumusan Kongres IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Tahun 1985.
7
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Kapita Selekta Hukum Islam, 89.
8
Hadits Riwayat Malik dari Amar bin Yahya, riwayat Al-Hakim, al-Baihaqi, dan Al-Daruqutni dari
Abi Sa’id Al-Khudri, dan Riwayat Ibnu Majah dari Ibnu Abbas dan ‘Ubadah bin Al-Shamith.

5
3. Donor dengan keadaan mati (meninggal dunia)
Tipe ini merupakan tipe yang ideal, sebab secara medis tinggal menunggu
penentuan kapan donor dianggap meninggal secara medis dan yuridis, dan harus
memperhatikan pula daya tahan organ tubuh yang mau diambil untuk transplantasi.9
Sampai saat ini transplantasi orgn tubuh yang banyak dibicarakan dikalangan
ilmuwan dan agamawan/rohaniawan adalah mengenai tiga macam organ tubuh, yaitu
mata, ginjal dan jantung. Hal ini dapat dimaklumi, Karena dari segi struktur anatomis
manusia, ketiga organ tubuh tersebut sangatlah vital bagi kehidupan manusia. Namun
sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan modern dan teknologi yang semakin
canggih, maka di masa yang akan datang, transplantasi mungkin juga
berhasildilakukan untuk organ-organ tubuh lainnya, mulai dari mulai dari kaki dan
telapaknya sampai kepalanya, termasuk pula organ tubuh bagian dalam seperti Rahim
wanita.
Namun apa yang dicapai oleh teknologi, belum tentu diterima oleh agama, dan
hukum yang hidup di masyarakat. Karena itu,mengingat transplantasi organ tubuh itu
termasuk masalah ijtihadi, karena tidak terdapat hukumnya secara eksplisit di dalam
Al-Quran dan Sunnah, dan mengingat pula masalah transplantasi itu termasuk
masalah yang cukup kompleks, menyangkut berbagai bidang studi, maka harusnya
masalah ini dianalisis dengan memakai pendekatan atau metode multi
disipliner,misalnya kedokteran, biologi, hukum, etika, dan agama, agar bisa diperoleh
kesimpulan berupa hukumn ijtihadi (hukum fiqh Islam) yang proporsional dan
mendasar.10

C. Transplantasi yang di perbolehkan


9
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Kapita Selekta Hukum Islam, 87. Lihat juga referensi yang lain
yaitu, “Donor Tubuh”, Panjit Masyarakat, No 514 Tahun XXVIII, 1 September 1986,Halaman 14-
21.
10
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Kapita Selekta Hukum Islam, 87. Lihat juga referensi yang lain
yaitu, Masjfuk zuhdi, Inseminasi Buatan Pada Hewan dan Manusia Ditinjau dari Hukum Islam,
Makalah pada Seminar Fakultas Peternakan UNIBRAW, Malang: 2 April 1987, halaman 1.

6
1. Syarat di Perbolehkannya Melakukan Transplantasi Organ Tubuh Apabila
pencangkokan atau transplantasi organ tubuh dari donor yang telah meninggal
secara klinis dan yuridi, maka Islam mengizinkan dengan syarat:11
1) Resipien atau penerima sumbangan donor, berada dalam keadaan darurat,
yang mengancam jiwanya, dan ia sudah menempuh pengobatan secara
medis dan non medis, tetapi tidak berhasil.
2) Pencangkokan tidak akan menimbulkan komplikasi penyakit yang lebih
gawat bagi resipien dibandingkan dengan keadaannya sebelum
2. Dalil-Dalil Syar’i Yang Membolehkan Transplantasi Organ Tubuh
Adapun dalil-dalil syar’I yang dapat dijadikan dasar untuk membolehkan
pencangkokan atau transplantasi organ tubuh, antara lain sebagai berikut12:
1) Firman Allah SWT (Al-Qur’an Surah al-Baqarah Ayat 195).
Ayat tersebut secara analogis dapat dipahami bahwa Islam tidak
membenarkan pula orang yang membiarkan dirinya dalam keadaan bahaya
maut atau tidak berfungsinya organ tubuhnya yang sangat vital, tanpa usaha-
usaha penyembuhannya secara medis dan non medis, termasuk
pencangkokan organ tubuh, yang secara medis memberi harapan kepada
yang bersangkutan untuk bisa bertahan hidup dengan baik.
2) Firman Allah SWT.

‫ومن احياها فكامنا احيا الناس مجيع‬


“Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia maka
seolah-olah ia memelihara kehidupan manusia semuanya.”13

Ayat ini menunjukan bahwa Islam sangat menghargai tindakan


kemanusiaan yang dapat menyelamatkan jiwa manusia. Misalnya seseorang
yang dengan senang hati menyumbangkan organ tubuhnya setelah ia
meninggal, maka Islam membolehkan.

11
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Kapita Selekta Hukum Islam, 89. Mengenai keadaan darurat, baca juga
tentang masalah “Sterilisasi dan IUD” yang dirumuskan oleh Abdul Qadir ‘Audah dalam kitabnya Al-
Tasyri’ al-Jinani Muqoranan bil Qonun Al-Wadh’I, vol 1, halaman 575.
12
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Kapita Selekta Hukum Islam, 90-92.
13
Al-Qur’an Surah Al-Maidah ayat 32.

7
Dan bahkan memandangnya sebagai amal perbuatan kemanusiaan
yang tinggi nilanya, karena menolong jiwa sesame manusia atau membantu
berfungsinya kembali organ tubuh sesamanya yang tidak berfungsi.
3) Hadits Nabi

‫تداووا عباداهلل فاءن اهلل مل يضع داء اال وضع له دواء غري داء واحد‬

‫اهلرم‬
“Bertibatlah kamu hai hamba-hamba Allah,karena sesungguhnya Allah
tidak meletakkan suatu penyakit, kecuali Dia juga meletakan obat
penyembuhnya, selain penyakit yang satu, yaitu penyakit tua”.14

Hadits ini menunjukan bahwa umat Islam wajib bertobat ketika


menderita sakit, apapun macam penyakitnya. Sebab setiap penyakit adalah
berkah kasih sayang Allah, pasti ada obat penyembuhnya, kecuali penyakit
tua. Karena itu, penyakit yang sangat ganas, seperti kanker dan AIDS yang
telah banyak membawa korban manusia diseluruh dunia, terutama di dunia
Barat, yang hingga kini belum diketahui obatnya, maka pada suatu waktu
akan ditemukan pula obatnya.

4) Kaidah Hukum Islam


‫ يزال‬P‫الضرر‬.
“Bahaya itu harus dihilangkan atau di lenyapkan”

Seorang yang menderita sakit jantung atau ginjal yang sudah mencapai
stadium yang gawat, maka ia menghadapi bahaya maut sewaktu-waktu.
Maka menurut kaidah hukum Islam diatas, bahaya maut itu harus
ditanggulangi dengan usaha pengobatan. Dan jika usaha pengobatan secara
medis tidak bisa menolong, maka demi menyelamatkan jiwanya,
pencangkokan jantung atauginjal diperbolehkan karena keadaan darurat. Dan
ini berarti, kalua penyembuhan penyakitnya bisa dilakukan tanpa
pencangkokan, maka pencangkokan organ tubuh tidak diperkenankan.

14
Hadits Riwayat Ahmad bin Hanbal, At-Tirmidzi, Abu Daud, An-Nasa’I, Ibnu Majah,
Ibnu Hibban, dan Al-Hakim dari Usamah bin Syarik.

8
5) Menurut Hukum Wasiat

Keluarga orang meninggal wajib melaksanakan wasiat orang yang


meninggal mengenai hartanya,dan apa saja yang bisa bermanfaat, baik
kepentingan untuk si mayat itu sendiri (melunasi utang-utangnya),
kepentingan ahli waris dan non ahli waris, maupun untuk kepentingan
agama dan umum (kepentingan sosial, pendidikan dan
sebagainya).Berhubung sidonor organ tubuh telah membuat wasiat untuk
menyumbangkan organ tubuhnya untuk kepentingan kemanusiaan, maka
keluarga atau ahli warisnya wajib membantu pelaksanaan wasiat
almarhum/almarhumah.

Sebaliknya, apabila seseorang pada masa hidupnya tidak mendaftarkan


dirinya sebagai pendonor organ tubuh dan ia tidak pula memberi wasiat
kepada keluarga atau ahli warisnya untuk menyumbangkan organ tubuhnya
apabila ia nanti meninggal, maka keluarga atau ahli warisnya tidak berhak
mengizinkan pengambilanorgan tubuh si mayat untuk pencangkokan atau
untuk penelitian isliah dan sebagainya.

D. Transplantasi Yang Tidak Di Perbolehkan (Haram)


Akan tetapi Mendonorkan Organ tubuh dapat menjadi haram hukumya apabila:

1. Transplantasi organ tubuh diambil dari orang yang masih dalam keadaan hidup
sehat, dengan alasan : Firman Allah dalam Alqur’an S. Al-Baqarah ayat 195, bahwa
ayat tersebut mengingatkan , agar jangan gegabah dan ceroboh dalam melakukan
sesuatu, tetapi harus memperhatikan akibatnya, yang kemungkinan bisa berakibat
fatal bagi diri donor, meskipun perbuatan itu mempunyai tujuan kemanusiaan yang
baik dan luhur. Melakukan transplantasi dalam keadaan dalam keadaan koma.
Walaupun menurut dokter bahwa si donor itu akan segera meninggal maka
transplantasi tetap haram hukumnya karena hal itu dapat mempercepat kematiannya
dan mendahului kehendak Allah. Dalam hadis nabi dikatakan: “Tidak boleh membuat
madharat pada diri sendiri dan tidak boleh pula membuat madharat pada orang
lain.”(HR. Ibnu Majah, No.2331).

2. Penjualan Organ Tubuh Sejauh mengenai praktik penjualan organ tubuh


manusia, ulama sepakat bahwa praktik seperti itu hukumnya haram berdasarkan

9
pertimbangan-pertimbangan berikut15: Seseorang tidak boleh menjual benda-benda
yang bukan miliknya.

Sebuah hadis menyatakan, “Diantara orang-orang yang akan dimintai


pertanggungjawaban di akhirat adalah mereka yang menjual manusia merdeka dan
memakan hasilnya.” Dengan demikian, jika seseorang menjual manusia merdeka,
maka selamanya si pembeli tidak memiliki hak apapun atas diri manusia itu, karena
sejak awal hukum transaksi itu sendiri adalah haram. Penjualan organ manusia bisa
mendatangkan penyimpangan, dalam arti bahwa hal tersebut dapat mengakibatkan
diperdagangkannya organ-organ tubuh orang miskin dipasaran layaknya komoditi
lain.

E. Pengertian Transfusi Darah

Kata transfusi darah merupakan terjemahan dari “blood transfution” yaitu dari
bahasa Inggris. Kemudian seorang dokter dari Arab menerjemahkan dengan
“pemindahan darah yang disebabkan suatu kebutuhan medis”. Kemudian diartikan
dengan istilah “memindahkan lalu menuangkan darah” oleh Dr. Ahmad Sofyan. Lalu
kemudian dirumuskannya definisi transfusi darah dengan makna, “memindahkan-
menuangkan darah artinya memasukkan darahnya melalui pembuluh darah kepada orang
lain yang dibantunya”.16
Adapun definisi transfusi darah menurut Syekh Al-Husain Muhammad Makhluf
mengatakan yaiut:17
Transfusi darah merupakan mengambil manfaat dari darah seseorang, yaitu yang
sehat tubuhnya lalu dipindahkannya ke tubuh orang yang sakit karena untuk
mempertahankan hidup.
Oleh karena itu, dikatakan bahwa transfusi darah merupakan cara pemindahan
darah. Salah satu unsur darah yang didonorkan oleh seseorang (pendonor) untuk orang
lain (resipien), hal ini dilakukan sebagai bentuk upaya menyelamatkan nyawa dan juga
untuk meningkatkan kesehatan.
Darah merupakan cairan tubuh yang sangat vital bagi kehidupan manusia, yang
bersikulasi dalam jantung dan pembuluh darah. Darah membawa oksigen dan nutrisi
bagi seluruh sel dalam tubuh serta mengangkat produk-produk hasil metabolisme sel.
15
Abuddin Nata, Masail Al-Fiqhiyah. Jakarta. Kencana Predana Media Group. 2006.
H.110-111
16
Sudarto, Masailul Fiqhiyah al-Haditsah (Yogyakarta: Qiara Media, 2020), 152.
17
Ibid., 152.

10
Darah berada di suatu pembuluh darah arteri maupun vena, dan merupakan sebagian dari
sistem organ tubuh manusia yang berperan penting bagi kelangsungan hidup manusia.
Volume darah total dalam tubuh manusia dewasa adalah berkisar 3,6 liter (wanita) dan
4,5 liter (pria). Di dalam darah mengandung sel-sel darah serta cairan yang di sebut
plasma darah yang berisi berbagai zat nutrisi maupun substansi lainnya. Sekitar 55%
darah merupakan komponen cairan atau plasma, sisanya yang 45% adalah komponen
sel-sel darah. Komponen sel-sel darah yang paling banyak adalah sel darah merah atau
eritrosit yaitu sejumlah 41%. Rasio volume sel-sel darah terhadap volume darah total
disebut hematocrit (Hct). Lebih dari 99% hematocrit dibentuk oleh eritrosit. Komponen
darah manusia secara rinci terdiri atas:18
a. Sel-sel darah meliputi
1) Eritrosit (sel darah merah), berfungsi dalam transportasi oksigen dan karbon
dioksida.
2) Leukosit (sel darah putih), berperan dalam imunitas atau pertahanan tubuh
terhadap benda asing maupun mikroorganisme. Leukosit terdiri dari Neutrofil,
Eosinofil, Basofil, Limfosit, Monosit.
3) Trombosit (keping darah), berfungsi dalam proses pembekuan darah, yang
berperan penting untuk sistem hemostasis dalam tubuh.
b. Plasma darah, merupakan komponen cairan yang mengandung berbagai nutrisi
maupun substansi penting lainya yang diperlukan oleh tubuh manusia, antara
lain protein albumin, globulin, faktor-faktor pembekuan darah, dan berbagai
macam elektrolit natrium (Na+), kalium (K+), klorida (C+), magnesium (Mg2+),
hormon, dan sebagainya.

Berdasarkan terapi komponen darah, seorang pasien berdasarkan penyakitnya


diberikan hanya komponen darah yang diperlukan tubuhnya saja. Ada yang hanya
membutuhkan sel darah merah, yang lainnya hanya membutuhkan platelet-Nya saja.
Namun tidak jarang yang membutuhkan transfusi darah secara utuh (whole blood).19

F. INDIKASI-INDIKASI UNTUK TRANSFUSI DARAH

18
Novi Khila Firani, Mengenali Sel-sel Darah dan Kelainan Darah (Malang: UB Press, 2018), 1-4.
19
Johanes F Koraag, Berbagi Nyawa: Hidup Bahagia dengan Berdonor Darah (Yogyakarta: Pustaka
Marwa, 2010), 83.

11
Beberapa indikasi perlunya seseorang melakukan transfusi darah pada orang lain
ialah disebabkan karena: a) hilangnya darah, serta b) kurangnya komponen-komponen
penting pada darah.20
a. Kehilangan Darah
Disebabkan hilangnya darah bisa berakibat pada kurangnya bobot darah seseorang
yang mengaliri seluruh tubuh. Dalam hal ini karena sebab faktor, diantaranya:
1) Pendarahan yang disebabkan luka, atau juga sebab terjadi koreng, melahirkan, atau
peradangan usus. Sebab luka seperti, luka karena terbakar, atau terjadi
pembengkakan karena kecelakaan.
2) Sebab luka seperti, luka karena terbakar, atau terjadi pembengkakan karena
kecelakaan.
3) Sebab melakukan operasi misal, pada jantung, dan jenis operasi lainnya.
4) Tiada kecocokan darah diantara ibu dan anaknya. Pada kasus seperti ini perlu
dilakukan transfusi untuk menukarkan dalam upaya penyelamatan nyawa anak.
5) Terjadi anemia kronis atau akut, atau terjadi ketidaknormalan pada sistem darah
beku yaitu, hemophilia.
b. Kekurangan komponen-komponen penting pada darah
Terkadang pasien tidak datang untuk melakukan transfusi darah untuk semua
komponen darah namun hanya butuh untuk sebagian komponen saja, sesuai dengan
tingkat kebutuhannya, hal ini bisa terjadi pada kasus;
1) Anemia, yaitu pasien mengalami kurangnya sel darah merah. Jadi hanya butuh
melakukan transfusi darah merah saja.
2) Hemofilia, yaitu disebabkan karena kerusakan pada sistem pembekuan darah,
yang mengakibatkan pada anemia dan juga kekurangan darah yang berisiko
ketika terjadi luka apa pun kecilnya, disebabkan karena proses membukanya
darah yang sangat lamban. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya
pendarahan maka pasien wajib transfusi untuk plasma darahnya atau pasien
tersebut boleh dilakukan injeksi dengan menggunakan AHF (antibaemophilic
faktor).

Perlu diketahui bahwa karena plasma sama sekali tidak memiliki sel darah, maka
seorang pasien yang menderita pendarahan serius memerlukan setidaknya satu pint
(0,568 liter) darah untuk setiap pint plasma yang ditransfusikan.
20
Abul Fadl Mohsin Ebrahim, Fikih Kesehatan: Kloning, Eutanasia, Transfusi Darah, Transplantasi Organ, dan
Eksperimen pada Hewan (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2007), 58.

12
A. Pelaksanaan transfusi darah21
1. Sebelum dilakukan Transfusi Darah
Jadi sebelum dilakukan pemindahan (transfusi) darah pada pasien perlu
dilakukan pengambilan sampel darah terlebih dahulu sebagai upaya
pengecekan pada jenis darahnya. Golongan atau jenis darah yaitu ABO
diantaranya, A, B, AB, dan juga O. Sedangkan menurut rhesus atau Rh
terbagi 2 yakni, Rh yang positif dan juga negatif. Kemudian akan dilakukan
crossmatch yaitu jika jenis darahnya sesuai maka dilanjut untuk diperiksa
lagi dalam hal ini mencari kecocokan antara jenis darah si pendonor dengan
jenis darah si resipien sebagai penerima donor. Ketika dilakukannya
crossmatch, juga akan diperhatikan adanya antibodi yang dapat
menyebabkan penyerangan pada sel darah si pendonor dan juga dapat
mengancam tubuh si resipien.
2. Langkah-langkah Proses Dilakukannya Transfusi Darah
Pada umumnya pemindahan darah bisa dilangsungkan selama kurang lebih 4
jam, hal ini bergantung pada berapa banyak menransfusikannya. Sebelum
ditusukkannya jarum di daerah lengannya pada pembuluh darahnya, maka
dokter akan meminta pasien untuk berbaring di atas tempat tidur atau juga
bersandar di atas kursi. Lalu ketika jarum dimasukkan ke pembuluh darah
maka dokter akan menghubungkan pada selang yang tipis atau kateter yang
disambungkan dengan kantong darahnya. Dengan kantong darah itu lalu
dialirkannya darah dengan memakai kateter mengarah ke pembuluh
darahnya.
Dan kondisi pasien akan terus dilakukan pemantauan selama selang waktu 15
menit, hal ini dilakukan untuk mengetahui dengan pasti bahwa tidak akan
terjadi alergi dari reaksi pasien. Namun jika terdapat tanda-tanda akan
terjadinya alergi dari reaksi yang terjadi maka harus cepat diberhentikan.
Namun jika selama 1 jam dijalankan dan tidak ditemukan terjadinya alergi
dari reaksi yang didapatkan maka perawat maupun dokter dapat melakukan
langkah selanjutnya, yaitu pemindahan darah.
a. Sesudah Dilakukan Pemindahan Darah

21
Tjin Willy, “Transfusi Darah, Ini Yang Harus Anda Ketahui”, Alodokter, https://www.alodokter.com/transfusi-
darah-ini-yang-harus-anda-ketahui, diakses pada 17 Mei 2018, 1.

13
Ketika selang dilepaskan oleh perawat atau dokter dari pembuluh darahnya.
Maka dokter maupun perawat akan terus memantau pada kondisi vital
pasien, baik denyut pada jantung pasien, tekanan darahnya, sampai pada suhu
badan pasien tersebut.
b. Risiko Pemindahan (Transfusi) Darah
Adapun efek negatif yang mungkin terjadi setelah dilakukannya pemindahan
darah maupun menjelang waktu sesudahnya meski hal ini jarang terjadi, yaitu:22
1) Demam. Hal ini bisa terjadi ketika transfusi darah. Dalam hal ini adalah
suatu reaksi yang terjadi pada tubuh resipien ketika sel darah putih mulai
menyebar ke dalam tubuh. Untuk masalah ini dapat diobati dengan meminum
obat untuk meredakan demamnya atau batal melakukan transfusi darah.
2) Terjadinya alergi, Biasanya ditandai dengan perasaan ketidaknyamanan,
terasa sakit di bagian punggung maupun dada, kesulitan nafas, memerah pada
bagian kulit, mual, menurunnya tekanan darah, detak jantung sangat cepat,
serta menggigil.
3) Zat besi yang berlebih. Hal ini bisa disebabkan karena banyaknya jumlah
darah yang ditransfusikan seperti yang dialami penderita thalassemia.
Dikarenakan keseringan melakukan pemakaian donor darah hingga terjadi zat
besi yang berlebih. Sehingga berakibat pada rusaknya organ tubuh resipien
seperti hati, jantung, dan lainnya.
4) Berakibat cedera pada paru-paru si pendonor, pendonoran darah juga dapat
berakibat pada rusaknya paru-paru. Meskipun peristiwa tersebut jarang
ditemukan namun umumnya terjadi 6 jam sesudahnya. Pada beberapa kasus,
penderita pada kasus ini bisa sembuh tapi sekitar 5-25% pasien yang
menderita penyakit ini juga bisa kehilangan nyawanya.
5) Infeksi. Penyakit ini bisa ditularkan dari darah pendonor, contoh halnya
Human immunodeficiency Virus (HIV), Hepatitis B, C, atau juga D. Akan
tetapi pada masa sekarang sangat jarang terjadi, dikarenakan prosedur donor
dilakukan dengan sangat baik yakni sebelum dilakukan transfusi darah sudah
melalui tahapan pemeriksaan terlebih dahulu untuk melihat tidak adanya
penyakit tersebut yang dapat menular dari darah.
G. Analisa Hukum Transfusi Darah Berdasarkan Kaidah al-Ḍarar Yuzāl

22
Ibid., 1.

14
Berdasarkan fakta bahwa memang tidak terdapat sumber-sumber orisinal Islam
tentang larangan praktik transfusi darah. Namun keterangan-keterangan yang ditemukan
hanya menyebutkan bahwa darah adalah benda najis dan tidak boleh dikonsumsinya.
Akan tetapi ketidakbolehan ini tidaklah berlaku ketika mendapati kebutuhan yang
mendesak, yaitu ketika transfusi darah menjadi satu-satunya jalan untuk menyelamatkan
nyawa seseorang. Hal ini didasarkan pada kaidah fiqhiyah asasiyah yakni kaidah yang
ke-4 (empat) yaitu:
“bahaya itu harus dihilangkan (dicegah)

Dalam kaidah ini mengisyaratkan bahwa terdapat kelonggaran hukum yaitu missal
dibolehkannya mengonsumsi makanan yang haram pada saat terdesak/terpaksa. Hal ini
sejalan dengan kaidah

“tiada yang dapat menghukum haram kalau ada kemudaratan dan juga tiada yang
dapat menghukum makruh kalau ada kebutuhan”.23

Adapun dasar hukum dari persoalan adanya pengecualian hukum terhadap keadaan
terpaksa ini, ialah apa yang diceritakan di dalam kitab Allah SWT sesudah cerita tentang
berbagai makanan yang diharamkan, dimana Allah mengecualikan keadaan terpaksa dan
lapar. Pengecualian ini terdapat pada empat tempat yang sudah disebutkan di awal yaitu
di dalam al-Quran; dua tempat dari surat-surat Makkiyah, yaitu al-An’an dan an-Nahl
dan dua lainnya dari surat-surat Madaniyah, yaitu al-Baqarah dan al-Maidah.24

Dalam hal ini ketika seseorang berada di posisi dharurat yakni sangat memerlukan
transfusi darah meski darah hukumnya haram maka menjadi halal untuk digunakan. Hal
ini juga selaras dengan kaidah

“kemudharatan-kemudharatan itu membolehkan larangan-larangan”.25

Keadaan dharurat menjadikan kebolehan untuk mengerjakan suatu hal yang bersifat
larangan terkecuali pada kondisi seorang donor darah tersebut sudah memenuhi
persyaratan keamanan dari prosedur yang ditentukan.

Ketika si pendonor menyetujui untuk mendonorkannya maka hak atas darahnya


berpindah kepada resipien. Akan tetapi dalam ranah hukum Islam dilarang seseorang

23
Duski Ibrahim, Al-Qawa`Id Al-Fiqhiyah…, 89.
24
Yusuf Al-Qardlawy, Keluasan Dan Keluwesan Hukum Islam (Semarang: Toha Putra Group, 1993), 49.
25
A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih:…, 72.

15
mendonorkan darahnya apabila berakibat buruk pada keselamatan dan kesehatannya.
Dalam hal ini berdasarkan kaidah

“kemudaratan itu tiada kebolehan untuk diganti pada mudarat lainnya”.26

Penjelasan dari kaidah diatas ialah suatu hal yang bersifat mudarat tidak dibolehkan
diganti dengan mudarat pula pada tingkat kondisi yang sama. Meski dalam hal ini
seseorang sangat membutuhkan darah akan tetapi apabila mendonorkan akan berdampak
buruk bagi pendonor tersebut maka haram hukumnya dilakukan transfusi darah. Maka
dari itu, dalam melakukan transfusi darah harus memenuhi persyaratan yang ada,
diantaranya:27

1) mendonorkan darah secara ikhlas, hal ini dilakukan dengan niatan untuk
membantu orang yang sangat memerlukan donor darah. Hal ini berdasarkan
kaidah
Hajat itu menempati pada posisi darurat, baik hajat yang sifatnya khusus
ataupun umum.28
2) Tidak terdapat bahaya yang dapat mengancam jiwa atau kesehatan donor akibat
dari transfusi tersebut. Dalam hal ini ditetapkan oleh seorang yang dokter yang
benar-benar kompeten dan terpercaya. Hal ini berdasarkan kaidah
“mencegah bahaya lebih diutamakan dibanding mendatangkan
kemaslahatan.”26
3) Harus benar-benar pasti sudah tiada cara lainnya dalam upaya penyelamatan
hidup pasien (resipien) dengan cara melakukan transfusi darah. Dalam hal ini
berada di posisi keadaan yang sangat terpaksa (darurat) dan sangat
membutuhkan donor darah tersebut. Maka hal itu harus segera dilakukan
transfusi sebagai bentuk untuk menyelamatkan nyawa resipien.
Islam mengajarkan tentang dasar-dasar menghilangkan kesukaran atau
kesusahan (musyaqqah), jaminan kemaslahatan untuk setiap orang pada
umumnya, serta menciptakan sifat yang adil secara merata. Adapun
kemaslahatan mesti diwujudkan oleh Allah SWT, yaitu pada 5 hal yang
kaitannya dengan kebutuhan dasar kemanusiaan, diantaranya: Hifẓ al-Din, Hifẓ
al-Nafs, Hifẓ al-„Aql, Hifẓal-Nasl, Hifẓ al-Māl. Dari 5 hal tersebut mengacu

26
Umar faruq, Al-faraidul bahiyyah: fii al-qawaid al-fiqhiyyah (Surabaya: Mahkota), 66.
27
Abul Fadl Mohsin Ebrahim, Fikih Kesehatan…, 64.
28
Wahyu Setiawan, Qawaidh Fiqhiyyah (Jakarta: Amzah, 2019), 21.

16
pada pemeliharaan yang dikatakan kemashlahatan.27 Jadi transfusi darah
merupakan salah satu bentuk pemeliharaan jiwa kepada resipien yang sangat
memerlukannya. Namun apabila kemaslahatan itu tidak dipenuhi yakni donor
darah tidak dilakukan maka akan timbul suatu akibat yang sangat fatal
(kemudaratan) kepada seseorang tersebut.
4) Sedangkan tingkat keberhasilan melalui cara pengobatan ini diperkirakan tinggi.
Dalam hal ini semua sudah dilakukan tahapan-tahapan pemeriksaan yang teliti
terhadap kesehatan kedua-duanya dan didampingi oleh tenaga medis yang
berkompeten dibidangnya maka sudah barang tentu keberhasilan akan dicapai.

17
BAB III

Kesimpulan

Sebagaimana pernyataan diatas maka dapat diberikan kesimpulan yaitu hukum


transfusi darah adalah boleh. Meskipun tidak terdapat sumber-sumber orisinal Islam
tentang larangan praktik transfusi darah. Namun keterangan-keterangan yang ditemukan
hanya menyebutkan bahwa darah adalah benda najis dan tidak boleh dikonsumsinya.
Akan tetapi ketidakbolehan ini tidaklah berlaku ketika mendapati kebutuhan yang
mendesak, yaitu ketika transfusi darah menjadi satu-satunya jalan untuk menyelamatkan
nyawa seseorang. Hal ini selaras dengan kaidah fiqhiyah asasiyah yakni kaidah yang ke-
4 (empat) yaitu: al-Ḍarar Yuzāl (bahaya itu harus dihilangkan (dicegah)).

Melihat banyaknya pasien yang membutuhkan darah sedangkan persediaan darah


sangat terbatas, maka sebagai insan sosial sangat dibutuhkan kesadarannya untuk
mendonorkan darahnya. Karena mendonorkan darah termasuk amal kemanusiaan yang
sangat besar serta sosial yang tinggi, maka sebaiknya harapan penulis mari bersama-
sama memberikan dorongan kepada lembaga atau organisasi agar aktif menyumbangkan
darahnya. Penulis juga menghimbau agar para lembaga swadaya masyarakat tidak hanya
perhatian terhadap persoalan-persoalan pemberdayaan di masyarakat, akan tetapi juga
penulis sarankan agar perhatian terhadap penderita penyakit atau kecelakaan lebih-lebih
terhadap orang yang sangat memerlukan donor darah.

18
DAFTAR PUSTAKA

Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Kapita Selekta Hukum Islam,Jakarta: Haji Masagung,
1994.

Al-Qur’anul-karim

Lihat Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1981.

Sebagaimana Rumusan Kongres IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Tahun 1985.

Hadits Riwayat Malik dari Amar bin Yahya, riwayat Al-Hakim, al-Baihaqi, dan Al-
Daruqutni dari

Abi Sa’id Al-Khudri, dan Riwayat Ibnu Majah dari Ibnu Abbas dan ‘Ubadah bin Al-
Shamith.

Abul Fadl Mohsin Ebrahim, Fikih Kesehatan

Wahyu Setiawan, Qawaidh Fiqhiyyah

Umar faruq, Al-faraidul bahiyyah: fii al-qawaid al-fiqhiyyah

Johanes F Koraag, Berbagi Nyawa

Abuddin Nata, Masail Al-Fiqhiyah.

Tjin Willy, “Transfusi Darah, Ini Yang Harus Anda Ketahui”

Sudarto, Masailul Fiqhiyah al-Haditsah (Yogyakarta: Qiara Media, 2020).

19

Anda mungkin juga menyukai